TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG [Tips] Bangun Malam-Malam
(Qiyamullail) Menegakkan Shalat
Tahajjud
1.
”Memahami
Keutamaan (atammah) Shalat Malam”
o
Shalat
tahajjud adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib
o
“Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan
adalah puasa bulan muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib
adalah shalat lail” [Hadits Riwayat. Muslim no. 1163]
o
“Sholat
yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di
tengah malam)" (Muttafaqun ‘alaih)
o
Orang
yang menegakkan qiyamullail akan terpelihara dari gangguan setan, dan bangun di
pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya
o
Suatu
hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau
menyatakan: “Orang tersebut telah
dikencingi setan di kedua telinganya” (Muttafaqun ‘alaih)
o
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk
setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur.
Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu
malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa),
maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan
kemudian apabila ia sholat,
terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan
bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di
malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas
(beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)
o
Mengetahui
di malam hari itu ada 1/3 malam terakhir dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mengabulkan doa orang yang berdoa, memberi sesuatu bagi yang memintaa, dan
mengampuni yang memohon ampun pada-Nya
o
Hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda: "Allah turun ke langit dunia setiap
malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta
kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku
ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari
no. 145 dan Muslim no. 758)
o
"
Rabb (Tuhan) kami yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun kelangit dunia tiap malam ketika tersisa 1/3 malam terakhir seraya
berkata: "Siapa berdo´a
kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri dan siapa
memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia"(HR. Bukhari - Muslim)
o
"Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat
dengan hambanya adalah dipenghujung malam, jika anda mampu untuk
berzdikir kepada Allah pada saat itu maka lakukanlah" (HR. At-Tirmidzi, Ibn Huzaimah dll dengan
sanad shahih)
o
"Pintu-pintu
langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru-pun menyeru: "Apakah
ada orang berdo´a, pasti dikabulkan do´anya. Apakah ada orang meminta, pasti
diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang sumpek (banyak problem), pasti
dihilangkan darinya. Maka tidaklah seorang muslimpun yang berdo´a saat itu
melainkan pasti Allah mengabulkannya kecuali
zaniah (pelacur yang belum bertaubat) dan `Asysyaar (Seorang yang mengambil
harta manusia dengan cara bathil)"
(Hadits shahih diriwayatkan at-Tabhrani)
o
“Sesungguhnya, di malam hari ada satu waktu. Tidaklah seorang
muslim berdoa kepada Allah mohon kebaikan dunia dan akhirat di malam itu,
kecuali Allah pasti mengabulkan
permohonannya. Waktu tersebut ada pada tiap-tiap malam” (HR. Muslim No. 757)
o
“Rabb
kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia
berfirman: “Adakah orang yang berdoa
agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26)
o
Dalam
riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku,
niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku
pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkannya” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar.
(Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
o
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya rasulullah bersabda: “shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya nabi Daud, dan
puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasanya nabi Daud, beliau tidur
separuh malam, bangung sepertiganya, tidur seperenamnya, dan berpuasa satu dan
tidak berpuasa satu hari” (muttafaq
alaih).
o
Menjadikan
sebab masuk surga.
o
Rosululloh
sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah
salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika
manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga
dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)
o
Menaikkan
derajat di surga: “Sungguh di dalam
surga tedapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian
luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan bagi orang yang memberi makan, melembutkan perkataan,
mengiringi puasa Romadhan (dengan puasa sunah), menebarkan salam dan mengerjakan
sholat malam ketika manusia lain terlelap tidur” (HR. At Tirmidzi,
dihasankan oleh Al Albani)
2.
Membangkitkan 'Azzam (Keinginan Kuat)
untuk Bangun Shalat Malam
·
"Berusaha
merasakan penuh kesadaran mendalam, keinginan yang kuat serta harapan
menggebu-gebu"
o
Kerinduan yang teramat sangat
teruntuk bertaqarrub kepada Allah di
keheningan malam dengan bangun malam-malam
mengisinya dengan shalat dan ibadah
·
Kuatkan rasa cinta kita kepada
Allah, apalagi dengan
mengerjakan sholat malam kita akan dapat bercakap-cakap dengan Allah 'azza wa
jalla lebih dekat. Betapa tiap patah kata yang kita ucapkan benar-benar munajat
kepada Allah
·
Meyakini bahwa Allah 'azza wa
jalla pasti akan memperhatikan dan menyaksikan apa saja yang terlintas dalam
hati dan benak kita
·
Memahami,
seseorang yang benar-benar ingin dicintai
Allah pasti akan berusaha menyendiri (berkhalwat) dengan-Nya, merasakan
lazatnya bermunajat sepenuh hati dan kekuatan. Sehingga akan menyebabkan tahan
(kuatnya) beribadah sepanjang malam...
·
Saat untuk menatap diri pada-Nya di heningnya malam, mengadu menyampaikan segala kelu dan gelisah
kita seharian meratap pada-Nya, serta menjemput ketenangan jiwa
3.
Berusaha Menunaikanya Berarti Kita
Telah Mentaati Perintah Allah dan Rasul-Nya dan Allah Akan mengangkat Kita ke Tempat
yang Terpuji
o
“Dan
pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai
ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan
Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Al-Isro’:79)
o
Dr.
Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat
di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah
nafilah” yakni sebagai tambahan bagi
ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan
ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai
ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir
Ibnu Katsir: 3/54-55)
o
Ketika
Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa bahwa mereka: “Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka mohon
ampun (kepada Allah)” (Adzariyat : 17-18).
o
Allah
Ta’aala berfirman tentang sifat 'ibadur-Rahman: "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka (Shalat malam)" (QS.
Al-Furqan: 64)
o
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
(untuk shalat malam), sedang mereka
berdo´a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak
mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam
nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan" (QS.
As-Sajdah: 16-17)
4.
Meneladani Rasulullah, Sebaik-baik
Teladan yang Kita Diperintah untuk Mengikutinya
·
“Hai
orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah
(untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua
itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (Al-Muzzammil: 1-4)
·
Dari
aisyah -Radhiallahu ‘Anha berkata: "Bahwasannya Rasulullah -Shallallaahu
‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam shalat
malam sampai pecah-pecah (bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata
kepada Beliau: "Mengapa Anda
lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda yang lalu dan
yang akan datang?" Beliau -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa
Sallam bersabda: "Tidakkah
sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur" (HR. Bukhari - Muslim)
·
Al-Aswad
bin Yazid berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha
tentang shalat malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. ‘Aisyah menjawab: “Biasanya beliau tidur di awal malam,
kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera
menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau
segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu’
lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat” (HR. Al-Bukhari)
·
Shalat
malam rasulullah sangat mengagumkan: Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman
Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Pada suatu malam, aku pernah shalat
tahajjud bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengawali
shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati,
“Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak
berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, “Mungkin, beliau selesaikan
pembacaan surat Al-Baqarah. Dalam satu raka’at ternyata beliau terus memulai
surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati:
(mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus
membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut
dengan bacaan tartil. Setiap kali
membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah Ta’ala beliau selalu bertasbih
(mengucapkan subhanallah). Setiap
kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa. Setiap kali
membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Ta’ala,
beliau segera mengucapkan ta’awwudz. Ketika ruku’ beliau membaca: Subhaana
Rabbiyal ‘Adzhiim (“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung”) Lama ruku’ beliau hampir sama dengan lama berdiri. Kemudian beliau
mengucapkan: Sami’allahuliman hamidah, Rabbana lakal hamdu “Allah Maha
mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu.” Kemudian beliau tegak berdiri (i’tidal),
hampir sama lamanya dengan ruku’. Kemudian beliau sujud dan membaca:
Subhaana Rabbiyal ‘A’la ( “Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur.” ) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama
i’tidal.” (HR. Muslim)
5.
Qiyamullail Adalah Kebiasaan Orang-Orang
Shalih dan Calon penghuni Syurga
·
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman
surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum
itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah)”
(Adz-Dzariyat: 15-18)
·
"Hendaklah
kalian melakukan sholat malam, karena sholat
malam itu adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dan ibadah yang mendekatkan diri pada Tuhan
kalian serta penutup kesalahan dan
sebagai penghapus dosa” (HR.
Tirmidzi no. 3549, Al Hakim I/380, Baihaqi II/502. Dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Irwa Al Ghalil II/199/no. 452)
·
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan shalat malam, lalu
ia meninggalkannya” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185)
6.
Meneladani Kesungguhan Para
Salafus Shalih Dalam Menegakkan Qiyamul Lail
·
Disebutkan
dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru
mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan
lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti
dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar
oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai
menjelang fajar menyingsing
·
Al-Imam
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling
bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah
menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya"
·
Abu
Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih
nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya
tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini”
·
Al-Imam
Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada
tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah”
7.
Mengingat, Kemuliaan Seorang yang
Beriman Ada Pada Shalat Malamnya
·
Ketika
Jibril datang pada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Hai
Muhammad, kemuliaan orang beriman
adalah dengan sholat malam. Dan kegagahan
orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain” (HR. Al
Hakim, dihasankan oleh Al Albani, Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831)
·
"Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan"(QS.
Al-Muzammil: 6)
o
Qiyamul lail merupakan amalan utama,
lebih utama daripada shalat sunnah di siang hari; karena di waktu sepi kita
akan lebih ikhlas kepada Allah dan
karena beratnya meninggalkan tidur, serta kelezatan bermunajat kepada Allah
azza wajalla terutama pada kemuliaan 1/3 akhir malam
·
Maka
berusaha menjadikan qiyamullail kebiasaan dan kebutuhan pokok kita
o
Sebagaimana betapa butuhnya kita akan kasih-sayang Allah menghamba pada-Nya, maka kita buktikan dengan senantiasa menghadap pada-Nya di
1/3 akhir malam, berkesendirian dengan-Nya
8.
Meniatkan ('azzam yang kuat/affirmasi
diri) Sebelumnya Untuk Bisa Bangun Memuliakan Keheningan Malam dengan Beribadah
Kepada Allah
·
Berusaha bersikap adil
teruntuk dunia dan akhirat kita
o
Mengingat: “Jika malam-malam kita
sebelumnya telah sekian lama kita habiskan untuk tidur saja, sudah saatnya
mulai malam ini kita bangun membasuh muka dengan air wudhu' dan lekas
menyongsong perjumpaan denganNya”
o
Serta, sudah Adilkah jatah waktu kita
antara dunia dan akhirat dalam keseharian kita?, maka mari kita menggenapi ketidak-adilan kita
selama ini pada agama dan akhirat kita serta urusan diri kita kepada Allah
dengan bersegera...
§
Mulai malam ini, saat Allah masih
memberi kesempatan pada diri kita sebelum
kesempatan itu tiada (Allah mencabut-Nya)...
·
Menjadikan tiap malam kita menjadi malam-malam yang berkesan, penuh dengan doa-doa kita memohon ampun
kepada Allah, bercakap-cakap erat dengan-Nya dan bukanya bertabur dosa dan
kemaksiatan
o
Buktikan
kita benar-benar mengharap hidayah dan kekuatan dari Allah, sehingga
hati kita akan menjadi bersih, dan diberi kemudahan menuju jalan kebaikan dan
keselamatan akhirat kita
o
Dan
semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang beruntung
o
Merasakan
manfaatnya bagi jiwa kita; dengan melaksanakannya akan
mendatangkan pencerahan pada jiwa dan ketenangan hati kita
o
Mencukupkan
malam-malam kita sebagai tempat berkeluh kesah hanya kepada Allah. Dengan sederas mungkin tangis kita, biarlah
air mata meluap menunjukkan kelemahan dan ketidak-berdayaan diri kita
o
Tatkala
seorang hamba menyembunyikan amal ibadah tertutup pekatnya malam, insya Allah
Allah akan menutup pula aib-aib kita dan terhindar dari segala keburukan amalan
kita
9.
Mengusahkan Hal-hal Yang Akan
Mempermudah Kita Bangun Malam
Mengusahakan
tidak terlalu banyak makan dan minum sebelumnya
·
Yang
akan membuat perut terlalu kenyang dan mata mengantuk (terasa berat) untuk
bangun ditengah malam
Mengusahakan
untuk tidur pada siang hari meskipun sebentar
·
Sebab
dengan adanya tidur siang tersebut akan memudahkan kita untuk bangun malam
Berusaha
senantiasa memuliakan masjid dan menitipkan hati kita disana
·
Dengan
meramaikanya untuk ibadah dan shalat jamaah diawal waktu (teruntuk laki-laki)
·
Sehingga akan terbiasa, merasuk
menjadi jati diri kita untuk
senantiasa menjaga waktu-waktu ibadah kita kepada Allah secara berjamaah penuh
kesadaran
Berusaha dekat
dan bergaul merekatkan diri pada orang-orang shaleh
·
Orang
yang akan memberi kita nasehat (mengingatkan) akan kesalahan dan kekurangan
diri kita
o
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia;
melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah" (QS Ali Imran [3]: 110)
·
Dan
bukan sekedar teman dalam kesenangan saja yang biasanya malah menjerumuskan
(menyesatkan)
10. Berusaha
meninggalkan Maksiat, Dosa dan Perbuatan Bid'ah
·
Al-Imam
Hasan Al-Bashri pernah menegaskan:
o
“Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari
qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk
untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?”
Beliau menjawab : “Jangan engkau
bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan
membangunkanmu di waktu malam” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)
·
Berusaha untuk senantiasa
mengawasi diri (menghisab diri) tiap amalan kita
o
Bahkan dari segala yang terlintas
dalam benak kita serta informasi yang layak (boleh masuk) dalam ingatan
(perhatian) kita
11. Memanfaatkan
Segala Sumber-Daya Yang Kita Miliki Untuk Bisa Bangun Shalat Malam
·
Seperti
beker, alarm HP dan program-program reminter shalat (seperti mawaqit
untuk hp yang sudah support java), dll serta teman, dan suami-istri
untuk saling membantu serta berjamah melaksanakanya
·
Selain
saling membangunkan suami-istri, dan keluarga juga saling membangunkan tetangga atau teman dengan menelpon/misscal
melalui HP-nya. Saling berta'awun dalam kebaikan dan taqwa
o
“Allah memberi rahmat
kepada seorang suami yang bangun malam lalu shalat dan (tidak lupa) membangunkan
istrinya kemudian ia shalat juga. Jika istrinya enggan, dia (boleh)
memerciki wajah istrinya dengan air. Allah memberi rahmat kepada seorang istri yang bangun malam kemudian
mengerjakan shalat, dan ia tidak lupa membangunkan suaminya. Jika
suaminya malas bangun, ia boleh memerciki wajah suaminya dengan air” (HR Abu
Daud).
12. Mempersiapkan
Diri Sebelumnya Dengan Tidur Diawal Waktu dan Meniatkan Untuk Bangun Shalat Malam
·
"Disunnahkan
bagi seorang muslim tidur dalam keadaan suci, dan
barangsiapa yang bermalam dalam keadaan suci maka malaikat ikut bermalam bersamanya, dan ia tidak bangung kecuali
malaikat berkata: Ya Allah, ampunilah hambamu fulan, karena ia bermalam dalam
keadaan suci"(HR. Ibnu
Hibban)
·
Disunnahkan segera tidur (tidur
di awal malam dan menjauhkan diri dari begadang kecuali dalam hal-hal yang baik)
agar bisa bangun untuk shalat malam dengan segar, dan disunnahkan bangun ketika
mendengar adzan, sebagaimana
sabda rasulullah: "apabila salah
seorang dari kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di kepalanya, ia
mengatakan pada setiap ikatan, malam masih panjang maka tidurlah"
o
Rasulullah
membenci tidur sebelum shalat 'isya dan berbicara sesudah Shalat Isya.
sebagaimana disebut dalam hadits riwayat Ibnu Mas'ud:
"Tidak diperkenankan
bercakap-cakap di malam hari kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan shalat
atau sedang bepergian" (HR. Ahmad, As-Suyuti menandainya sebagai
hadits hasan).
·
Ketika akan tidur memperhatikan
adab-adab tidur
o
Seperti
membaca do'a sebelum tidur, membaca ayat kursi, membaca 2 ayat terakhir dari
surat Al Baqarah, membaca Surat Al Kaafirun, dll
·
Sunnah sebelum tidur berniat
qiyamullail, jika ia tertidur dan tidak bangun, maka ditulis baginya apa yg ia niatkan, dan tidurnya merupakan sedekah dari tuhan kepadanya
o
Termasuk
permohonan untuk dibangunkan agar bisa menunaikan shalat malam
o
Dan
menjaga niat ikhlas karena mengharap ridha Allah
·
Seorang muslim seharusnya
berusaha bangun malam dan tidak meninggalkannya, karena nabi sendiri melakukan
qiyamul lail hingga kakinya pecah-pecah
13. Persiapan
Sebelum Shalat Tahajjud
·
"Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan,
jika berwudhu’ maka lepas satu
ikatan, dan jika shalat, lepas satu
ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang, kalau
tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas" (Muttafaq alaih)
·
Begitu
bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca doa bangun tidur
atau sekurang-kurangnya mengucapkan:
o
Alhamdulillah..., dilanjutkan dengan
membaca QS. Ali Imran ayat 190
·
Disunnahkan
bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih
dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai dari
firman Allah..
o
Artinya: "Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumu dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal” [
Ali Imran : 190] dibaca sampai akhir
surat
·
Disunnahkan shalat tahajjud di rumah,
membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami mereka
·
Tidak shalat dalam keadaan
mengantuk, jika sangat
mengantuk segera tidur
14.
Sunnah Memulai Shalat Lail Dengan
2 raka’at Yang Ringan (pendek). Hal
itu dilakukan hingga datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya
setelah 2 rakaat yang pendek tersebut
·
Rasulullah
Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Apabila salah seorang diantara kalian
mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang
ringan (surat-surat
yang dibaca pendek. Pent)" [Hadits Riwayat. Muslim no. 768]
15. Sunnah
Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam
“Ya
Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang
menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan
Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah
aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus
bagi orang-orang yang Engkau kehendaki” [Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no.
767, Ibnu Majah no. 1357]
16. Sunnah
Memanjangkan Shalat Malam
·
Rasulullah
Shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya: “Shalat apakah yang paling baik?” Rasulullah
menjawab : “Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)” [Hadits Riwayat. Muslim no.756]
Qunut dalam hadits ini memiliki banyak
arti berdasarkan banyak riwayat.
Dalam Hadyus Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet.
Daar Abi Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain
do’a, berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang
berdiri. Pent.
Juga sunnah memperpanjang sujud dan
memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an (membaca
surat pabjang yang kita kuasai). Sesekali
membaca dengan keras dan sekali-kali pelan
17.
Sunnah Berta'wudz (Memohon
Perlindungan Allah) Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab dengan ucapan:
“Aku
berlindung kepada Allah dari Adzab Allah”
Dan Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca
Ayat tentang Permohonan dengan ucapan
“Ya
Allah aku meminta kepadaMu dari karuniaMu”
Dan Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat
yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian Allah
Hal diatas berdasar
hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih
maka beliaupun membaca tasbih. Apabila
melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon. Dan apabila melewati ayat memohon perlindungan,
maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)…” [Hadits Riwayat. Muslim no. 772]
18. Disunnahkan
(Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya
Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan
segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu
kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji (Engkau) Pemberi cahaya langit dan bumi (serta
segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau
penguasa langit dan bumi. bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar,
janji-Mu itu benar adanya dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu
itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi
Muhammad itu benar (utusanMu), kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku bertawakal, kepadaMu aku
kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah dosaku di masa lalu, masa yang
akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena Engkau adalah Maha
Mengetahui itu daripada aku). Engkau lah
Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku) dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali
Engkau”
[Hadits Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717]
Dan
juga memanjatkan do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah
serta juga berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada
waktu bisa mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat
witir)
(No. 17 - 21
ana kutip dari: http://wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam
Sumber
asalnya dari: kitab Aktsaru Min Alfi
Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah
Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
19. Akhiri
dengan salat witir
Dari
Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita...
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu
antara selesai shalat Isya –yaitu, suatu waktu yang oleh orang-orang
disebut sebagai atamah- sampai Shubuh sebanyak 11 rakaat, dengan salam
setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat witir satu raka’at. Dan jika
mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan adzan shalat Shubuh dan sudah
tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga sudah didatangi oleh muadzin,
maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2 rakaat ringan, dan kemudian
berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang muadzin kepada beliau untuk
mengumandangkan iqamah”
(Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa
Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah,
(hadits no. 736. Dan asal hadits berada pada Al-Bukhari. Lihat Jaami’ul Ushuul
(VI/91-96).
Dari
Abu Bashrah Al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda...
“Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu
shalat, yaitu witir. Oleh karena itu,
kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai shalat Shubuh”
(Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397). Dan
dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Ash-Shahihah (hadits no.
108)
Jadi,
kedua hadits di atas secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir
itu waktunya dimulai dari setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut
dengan atamah) sampai waktu Shubuh
Dan
pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh, diperkuat oleh
apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Dan jika salah
seorang di antara kalian khawatir (akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia
mengerjakan shalat satu raka’at shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang
telah dikerjakannya” (Takhrij hadits ini akan diberikan selanjutnya pada
pembahasan berikutnya)
Ibnu Nashr mengatakan:
”Yang menjadi kesepakatan para ulama adalah bahwa antara shalat Isya sampai terbit
fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai waktu
setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan. Dan telah diriwayatkan dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk
mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” (Mukhtashar Qiyaamil Lail, hal. 119)
Maka
bisa saya katakan,
"Yang
terbaik bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk
mengerjakan shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun,
maka yang terbaik baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai
akhir malam"
Hal
ini didasarkan pada apa yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana
dia bercerita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
“Barangsiapa khawatir
tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di
awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka
hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya
shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu
lebih baik”
(Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa
Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu,
(hadits no. 755)
Tentang bab
shalat witir ini dinukil dari kitab
Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani
Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad
bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]. Sumber ana
daptkan dari: http://www.almanhaj.or.id/content/2361/slash/0
Beberapa
Kesimpulan Penutup
Hukum
sholat malam adalah sunah muakkad
Waktunya
adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh
Akan tetapi, waktu yang paling utama adalah 1/3 malam
terakhir dan boleh dikerjakan sesudah tidur ataupun sebelumnya
Jumlah
rakaatnya paling sedikit adalah 1 rakaat
Berdasarkan
sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa
sallam,
“Shalat malam adalah 2 rakaat (salam) 2
rokaat (salam), apabila salah seorang di antara kamu khawatir akan datangnya
waktu shubuh maka hendaklah dia sholat 1 rokaat sebagai witir baginya” (HR. Bukhori dan
Muslim)
Dan jumlah rakaat paling banyak adalah 11 rakaat
Berdasarkan
perkataan ‘Aisyah radhiyallohu ‘anha,
“Tidaklah Rosululloh sholallohu ‘alaihi
wa sallam:
“Sholat malam di bulan ramadhon atau
pun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat” (HR. Bukhori
dan Muslim), walaupun mayoritas ulama menyatakan tidak ada batasan dalam jumlah
rakaatnya
===================================================================
Demikianlah
beberapa keutamaan, kemuliaan dan keindahan qiyamul lail
Sungguh kita akan merasakan keindahannya bila hati kita telah
diberi taufik oleh Allah ta’ala dan tidak akan merasakan keindahannya bagi
siapa pun yang dijauhkan dari taufik Allah subhanahu wata'ala
Semoga kita semua bisa senantiasa berusaha menjadi hamba-Nya
yang beruntung tersebut; "diberi keutamaan menegakkan qiyamullail dengan
beristiqamah"
Dan mari kita berazzam (mengi'tiqadkan diri dengan kuat)
untuk berusaha senantiasa menghidupkan malam-malam kita bersama kemuliaan yang
dianugerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar