TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Dan orang-orang yang berkata : "Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan keturunan kami
kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
( QS. Al-Furqan : 74 )
( QS. Al-Furqan : 74 )
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan."
(QS. At Tahrim: 6 ).
(QS. At Tahrim: 6 ).
"Apabila manusia mati maka terputuslah
amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau
anak shaleh yang mendo'akannya."
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
PENDAHULUAN
Segala puji milik
Allah Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya" .
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya" .
Dan elemen kekuatan
adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan. Namun, yang
terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia adalah sendi
yang menjadipusat segala elemen kekuatan lainnya. Tak mungkin senjata dapat
dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli dan pandai
menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan menjadi mubadzir
tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk tujuan-tujuan yang
bermanfaat.
Dari titik tolak
ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu,
pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka
menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air.
Sepatutnya umat
Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai
predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Allah 'Azza Wa
lalla dalam firman-Nya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar... ". (Surah Ali Imran : 110).
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar... ". (Surah Ali Imran : 110).
Dan agar mereka
membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan
mereka dengan umat lainnya seperti yang beritakan Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam :
"Hampir saja
umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan
berkerumun disekitar nampan.". Ada seorang yang bertanya: "Apakah
karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan
kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air
bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian,
dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya:
"Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau:
"Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati".
PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM
Keluarga
mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga
merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana
dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama
dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang
ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau
berubah sudahnya.
Dari sini, keluarga
mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan
batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak
dan mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam
telah menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan
dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha
ntuk mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain:
- Merusak wanita muslimah dan
mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam
menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
- Merusak generasi muda dengan
upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga,
agar mudah dirusak nantinya.
- Merusak masyarakat dengan
menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan
masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum ini, para
ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh
Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam
pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi
kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih
dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada
apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia
akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari
akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan
dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa.
Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara
mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari
teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula
menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari
hal tersebut bila dewasa."
TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Banyak penulis dan
peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan individu muslim. Mereka
berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja
bermanfaat. Apa yang mereka katakan kami ringkaskan sebagai berikut:
" Nyatalah
bahwa pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu,
yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak
membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya
yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan
ibadah." (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu'atstsirat as Salbiyah fi
Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq 'Ilajiha, hal. 76.
MEMPERHATIKAN
ANAK SEBELUM LAHIR
Perhatian kepada
anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih isteri yang
shalelhah, Rasulullah SAW memberikan nasehat dan pelajaran kepada orang yang
hendak berkeluarga dengan bersabda :
" Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi" (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
" Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi" (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu pula bagi
wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang yang datang
melamarnya. Hendaknya mendahulukan laki-laki yang beragama dan berakhlak.
Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda :
"Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
"Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
Termasuk
memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam kehidupan
rumah tangga kita. Rasulullah memerintahkan kepada kita:
"Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya".
"Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya".
MEMPERHATIKAN
ANAK KETIKA DALAM KANDUNGAN
Setiap muslim akan
merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih sayang dan
kebajikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian kepada anak sebelum
kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun memberikan perhatian besar
kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam
mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk
kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah :
"Sesungguhn_ya
Allah membebas~an sepan/h shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan)
puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil" (
Hadits riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa'i. Kata Al Albani dalam
Takhrij al Misykat: "Isnad hadits inijayyid' )
Sang ibu hendaklah
berdo'a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang shaleh
dan baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum muslimin. Karena
termasuk do'a yang dikabulkan adalah do'a orangtua untuk anaknya.
MEMPERHATIKAN
ANAK SETELAH LAHIR
Setelah kelahiran
anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan
hal-hal berikut:
- Menyampaikan kabar gembira dan
ucapan selamat atas kelahiran.
Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah 'Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam bersama malaikat:
"Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya 'qub. " (Surah Hud : 71).
Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya 'Alaihissalam:
"Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya " (Ali Imran: 39).
Adapun tahni'ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu 'Anha:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo'akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )" ( Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al Mundzir menuturkan: Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang laki-laki datang kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat kelahiran anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan selamat kepadamu. Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia penunggang kuda atau himar? Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti kita ucapkan. Katanya: Ucapkanlah:
"Semoga berkah bagimu dalam anak, yang diberikan kepadamu, Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dikaruniai kebaikannya, dan dia mencapai kedewasaannya" ( Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil Maulud.)
- Menyerukan adzan di telinga
bayi.
Abu Rafi' Radhiyallahu 'Anhu menuturkan:
"Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah" ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi.
Hikmahnya, Wallahu A'lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai dengan pemyataan hadits:
" Jika diserukan adzan untuk shalat, syaitan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak mendengar seruan adzan" (Ibid)
- Tahnik (Mengolesi langit-langit
mulut).
Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya,dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan:
"Ketika aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo'akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku".
Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: "Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu'jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal: - Jika kekurangan jumlah gula
dalam darah (karena kelaparan).
- Jika suhu badannya menurun
ketika kena udara dingin di sekelilingnya."'
- Memberi nama.
Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami bahwa Rasulullah bersabda:
" Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah" ( HR.Abu Daud An Nasa'i)
Pemberian nama merupakan hak bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka.
Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: "Semoga mudah urusanmu"
Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)
Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang 'Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur'ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :"Nabi mengganti nama 'Ashi, 'Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji' dengan Al Munba'its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk)." (Ibid)
- Aqiqah.
Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda:
"Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya" (HR. Al Bukhari.)
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha,bahwaRasulullah bersabda:
"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing" (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A'lam.
Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat.
- Mencukur rambut bayi dan
bersedekah perak seberat timbangannya.
Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.)
Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas.
Diriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya:
"Fatimah Radhiyalllahu 'anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa')
- Khitan.
Yaitu memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
"Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak" (HR. Al-bukhari, Muslim)
Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA'lam.
Inilah beberapa
etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau
pada saat-saat pertama dari kelahiran anak.
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
- Membacakan ayat tertentu dari
Al Qur'an untuk wanita yang akan melahirkan; atau menulisnya lalu
dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air dan
diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut danfarji
(kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil,
tidak ada dasamya yang shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita
yang sedang menahan rasa sakit karena melahirkan wajib berserah diri
kepada Allah agar diringankan dari rasa sakit dan dibebaskan dari
kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah yang disyariatkan.
- Menyambut gembira dan merasa
senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan.
Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka:
"Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu"(Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah 'Azza wa lalla. Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya:
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan Mandul siapa yang Dia kehendaki…" (Surah Asy Syura :49-50).
Semoga Allah memberikan petunjukkepada seluruh kaum Muslimin.
- Menamai anak dengan nama
yang tidak pantas.Misalnya, nama yang bermakna jelek, atau nama
orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh kafir. Padahal
menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang wajib atas
walinya.
Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu.
- Tidak menyembelih aqiqah untuk
anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi
Shallallahu 'alaihi wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau adalah sumber
segala kebaikan.
- Tidak menetapi jumlah bilangan
yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang untuk acara aqiqah semua
kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing, ini merupakan tindakan
berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang kurang dari jumlah
bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya seekor kambing untuk
anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan. Maka hendaklah kita
menetapi sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wasalam tanpa menambah ataupun
mengurangi.
- Menunda khitan setelah akil
baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhitan
sebelum kawin dengan cara yang biadab di hadapan orang banyak.
Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya.
Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan
ketika menerima kelahiran anak. Karena apapun yang bertentangan dengan hal-hal
tersebut, termasuk kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab
Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi)
MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA ENAM
TAHUN PERTAMA
Periode pertama
dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang amat
kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam
dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periede
ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya
ketika menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as
Salbiyah.)
Karena itu, para
pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam periode
ini.
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
1.
Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari pihak kedua orangtua,
terutama ibu.
Ini perlu sekali,
agar anak belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cintakasih
ini,maka akan tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci orang
disekitamya. "Seorang ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak ada
suatu apapun yang mesti menghalanginya untuk memberikan kepada anak kebutuhan
alaminya berupa kasih sayang dan perlindungan. Dia akan merusak seluruh
eksistensi anak, jika tidak memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang
dikaruniakan Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang memancar
dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhan anak." (Muhammad
Quthub,Manhaiut Tarbiyah Al Islamiyah, juz 2.)
Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
2.
Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari awal
kehidupannya.
Kami kira, ini
bukan sesuatu yang tidak mungkin. Telah terbukti bahwa membiasakan anak untuk
menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap, sesuatu yang
mungkin meskipun melalui usaha yang berulang kali sehingga motorik tubuh akan
terbiasa dan terlatih dengan hal ini.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
3.
Hendaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan
kehidupannya.
Yaitu dengan
menetapi manhaj Islam dalam perilaku mereka secara umum dan dalam pergaulannya
dengan anak secara khusus. Jangan mengira karena anak masih kecil dan tidak
mengerti apa yang tejadi di sekitarnya, sehingga kedua orangtua melakukan
tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang besar
sekali pada pribadi anak. "Karena kemampuan anak untuk menangkap, dengan
sadar atau tidak, adalah besar sekali. Terkadang melebihi apa yang
kita duga. Sementara kita melihatnya sebagai makhluk kecil yang tidak tahu dan
tidak mengerti. Memang, sekalipun ia tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu
semua berpengaruh baginya. Sebab, di sana ada dua alat yang sangat peka sekali
dalam diri anak yaitu alat penangkap dan alat peniru, meski kesadarannya
mungkin terlambat sedikit atau banyak.
Akan tetapi hal ini
tidak dapat merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap secara tidak
sadar, atau tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak sadar,
atau tanpa kesadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di
sekitamya." (Ibid.)
4. Anak
dibiasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan dalam pergaulannya.
Antara lain:
(Silahkan lihat Ahmad Iuuddin Al Bayanuni,MinhajAt TarbiyahAsh Shalihah.)
- Dibiasakan mengambil, memberi,
makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan
dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
- Dibiasakan
mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain,
baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya
memulai dari kiri.
- Dilarang tidur tertelungkup
dandibiasakan ·tidur dengan miring ke kanan.
- Dihindarkan tidak memakai
pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup
aurat dan malu membukanya.
- Dicegah menghisap jari
dan menggigit kukunya.
- Dibiasakan sederhana dalam
makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
- Dilarang bermain dengan
hidungnya.
- Dibiasakan membaca Bismillah
ketika hendak makan.
- Dibiasakan untuk mengambil
makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain.
- Tidak memandang dengan tajam
kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
- Dibiasakan tidak makan dengan
tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
- Dibiasakan memakan makanan yang
ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
- Dibiasakan kebersihan mulut
denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan
sehabis bangun tidur.
- Dididik untuk
mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi,
dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya
yang masih kecil, dan anak-anak tetangga jika mereka melihatnya sedang
menikmati sesuatu makanan atau permainan.
- Dibiasakan mengucapkan dua
kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
- Dibiasakan membaca
"AZhamdulillah" jika bersin, dan mengatakan "Yarhamukallah"
kepada orang yang bersin jika membaca "Alhamdulillah".
- Supaya menahan mulut dan
menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
- Dibiasakan berterima kasih jika
mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
- Tidak memanggil ibu dan bapak
dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu),
dan Abi (Bapak).
- Ketika berjalan
jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya, dan
tidak memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka.
- Dibiasakan bejalan kaki pada
trotoar, bukan di tengah jalan.
- Tidak membuang sampah
dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.
- Mengucapkan salam dengan sopan
kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan "Assalamu
'Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
- Diajari kata-kata yang benar
dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
- Dibiasakan menuruti perintah
orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu
yang diperbolehkan.
- Bila membantah
diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan suka rela, jika
memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran, karena
hal ini lebih baik daripada tetap membantah dan membandel.
- Hendaknya kedua orangtua
mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi
larangan. Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa
makanan, mainan atau diajak jalan-jalan.
- Tidak dilarang bermain selama
masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang diperbolehkan,
sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan pada periode ini
penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
- Ditanamkan kepada anak agar
senang pada alat permainan yang dibolehkan seperti bola,
mobil-mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya.
Dan ditanamkan kepadanya agar membenci alat permainan yang mempunyai
bentuk terlarang seperti manusia dan hewan.
- Dibiasakan menghormati milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun makanan orang lain, sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri.
MEMPERHATIKAN
ANAK PADA USIA
SETELAH ENAM TAHUN PERTAMA
Pada periode ini
anak menjadi lebih siap untuk belajar secara teratur. Ia mau menerima
pengarahan lebih banyak, dan lebih bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman
sepermainannya. Dapat kita katakan, pada periode ini anak lebih mengerti dan
lebih semangat untuk belajar dan memperoleh ketrampilan-ketrampilan, karenanya
ia bisa diarahkan secara langsung. Oleh sebab itu, masa ini termasuk masa yang
paling penting dalam pendidikan dan pengarahan anak.
Kita, Insya Allah,
akan membicarakan tentang aspek-aspek terpenting yang perlu diperhatikan oleh
para pendidik pada periode ini. Yaitu:
1. Pengenalan
Allah dengan cara yang sederhana.
Pada periode ini
dikenalkan kepada anak tentang Allah 'Azza Wajalla dengan cara yang sesuai
dengan pengertian dan tingkat pemikirannya.
Diajarkan kepadanya:
Diajarkan kepadanya:
- Bahwa Allah Esa, tiada sekutu
bagi-Nya.
- Bahwa Dialah Pencipta segala
sesuatu. Pencipta langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan
lain-lainnya. Pendidik dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya
kepada anak, misalnya ketika bejalan-jalan di taman atau padang, tentang
siapakah Pencipta air, sungai,bumi,pepohonan dan lain-lainnya, untuk
menggugah perhatiannya kepada keagungan Allah.
- Cinta kepada Allah, dengan
ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan
untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya: Siapakah yang memberimu
pendengaran, penglihatan dan akal? Siapakah yang memberimu kekuatan dan
kemampuan untuk bergerak? Siapakah yang memberi rizki dan makanan untukmu
dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang
nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang
banyak ini. Metode ini disebutkan dalam Al Qur'an, dalam banyak ayat Allah
menggugah minat para hamba-Nya agar memperhatikan segala nikmat yang
dikaruniakan-Nya, seperti firman-Nya:
"Tidakkah kamu perhatian sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempumakan untukmu nikmatnya lahir dan batin..."(Surah Luqman : 20).
"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi...."(Surah Fathir :3).
Dan dengan rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dai karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepadan-Nya." (Surah Al Qashash : 73).
2. Pengajaran sebagian
hukum yang jelas dan tentang halal-haram.
Diajarkan kepada
anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah (bersuci) dan
pelaksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, dusta, adu domba,
mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi
syariat Allah sebagaimana orang dewasa dan dicegah dari apa yang dilarang
sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh demikian dan menjadi
terbiasa. Karena bila semenjak kecil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau
sudah dewasa akan menjadi kebiasaannya.
Agar diupayakan
pula pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak, sebagaimana kata Sufyan Al
Tsauri: "Seorang bapak barns menanamkan ilmu pada anaknya, karena
dia pmanggung jawabnya." (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul Fudhala'
Tahdzib Siar A'lamin Nubala :Juz 1.)
3. Pengajaran baca Al
Qur'an.
Al Qur'an adalah
jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat baik jika
anak dibiasakan membaca Al Qu~an dengan benar, dan diupayakan semaksimalnya
agar mengbafal Al Qur'an atau sebagian besar darinya dengan diberi dorongan
melalui berbagaicara. Karena itu, kedua orangtua bendaklah berusaha agar putera
puterinya masuk pada salah satu sekoiah tahfizh Al Qur'an; kalau tidak bisa,
diusahakan masuk pada salah satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan Abu Dawud dari
Mu'adz bin Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
"Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
Para salaf dahulu
pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh Al Qur'an bagi
anak-anak mereka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan kepada kita
tentang imam AnNawawi, Rahimahullah, katanya: "Aku melihat beliau ketika
masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak kecil tidak mau bermain dengannya dan
iapun berlari dari mereka seraya menangis, kemudian ia membaca Al Qur'an. Maka
tertanamlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya. Ketika itu bapaknya menugasinya
menjaga toko, tetapi ia tidak mau bejualan dan menyibukkan diri dengan Al
Qur'an. Maka aku datangi gurunya dan berpesan kepadanya bahwa anak ini
diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud pada zamannya serta
bermanfaat bagi umat manusia. Ia pun berkata kepadaku:
Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."
Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."
4, Pengajaran hak-hak kedua
orangtua,
Diajarkan kepada
anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada kedua orangtua,
sehingga terdidik dan terbiasa demikian. Anak sering bersikap durhaka dan
melanggar hak-hak orangtua disebabkan karena kurangnya perhatian orangtua dalam
mendidik anak dan tidak membiasakannya berbuat kebaikan sejak usia dini.
Firman Allah Ta'ala
:
'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24).
'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24).
Diriwayatkan dari
Abu HurairahRadhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda:
"Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"
"Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"
Berikut ini kisah
seorang anak muda yang berbuat baik kepada bapaknya, disebutkan dalam
kitab 'Uyunul Akhbar : "Al Ma'mun rahimahullah berkata: Belum pernah
saya melihat seseorang yang amat berbuat baik kepada bapaknya daripada Al Fadhl
bin Yahya. Karena kebaikannya, sampai bapaknya (Yahya) tidak berwudhu kecuali
dengan air hangat. Ketika keduanya berada dalam penjara, para sipir melarang
memasukkan kayu bakar di malam yang ding-in. Maka Al Fadhl, ketika bapaknya
tidur, bangun mengambil teko yang biasa dia pergunakan untuk memanaskan air,
lalu ia isi air dan ia dekatkan pada api lampu. Ia pun tetap berdiri memegangi
teko sampai pagi. Ia lakukan hal ini untuk berbuat baik kepada bapaknya agar
dapat berwudhu dengan air hangat."
5. Pengenalan tokoh-tokoh
teladan yang agung dalam Islam.
Tokoh teladan kita
yang utama yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, kemudian para sahabat
yang mulia Radhiallahu 'Anhum dan pengikut mereka dengan baik yang menjadi
contoh terindah dalam segala aspek kehidupan. Maka dikenalkan kepada anak
tentang mereka, diajarkan sejarah dan kisah mereka supaya meneladani perbuatan
agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka seperti keberanian, keprajuritan,
kejujuran, kesabaran, kemuliaan, keteguhan pada kebenaran dan sifat-sifat
lainnya.
Kisah atau kejadian
yang diceritakan kepada anak hendaklah sesuai dengan tingkat pengertiannya,
tidak membosankan, dan difokuskan pada penampilan serta penjelasan aspek-aspek yang
baik saja sehingga mudah diterima oleh anak.
Misalnya,
diceritakan kepada anak kisah Rasulullah bersama orang Yahudi yang menuntut
kepada beliau agar membayar uang pinjamannya, sebagai contoh akhlak baik
beliau:
Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka menangguhkan /bayarhutang)"
Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik."
Kemudian beliau berpaling kepada orangYahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok.""
Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka menangguhkan /bayarhutang)"
Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik."
Kemudian beliau berpaling kepada orangYahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok.""
Contoh kisah
tentang keberanian dan ketabahan, diriwayatkan oleh Mu'adz bin Amr katanya:
Pada waktu Perang Badar kujadikan Abu Jahal sebagai sasaranku. Begitu ada
kesempatan, aku serang dia dan kupukul sehingga terpotong separuh betis
kakinya. Sementara, anaknya Ikrimah bin Abu Jahal memukulku pada
lengan hingga terputus tanganku tetapi masih menempel dengan kulit pada sisiku.
Namun peperangan membuatku tak perduli dengannya, karena aku ketika ifu
berperang sepanjang hari sambil menyeret tanganku dibelakang. Setelah terasa
sakit karenanya, kuletakkan kakiku di.atasnya ialu kutarik hingga
terputus."
Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
6. Pengajaran
etiket umum.
Seperti etiket
mengucapkan salam dan meminta izin, etiket berpakaian, makan dan nninum,etiket
berbicara dan bergaul dengan orang lain. Juga diajarkan bagaimana bergaul
dengan kedua orangtua, sanak famili yang tua, kolega orangtua, guru-gurunya,
kawan-kawannya dan teman sepermainannya.
Diajarkan
pula mengatur kamamya sendiri, menjaga kebersihan rumah, menyusun alat bermain,
bagaimana bermain tanpa mengganggu orang lain dan bagaimana bertingkah laku di
masjid dan disekolahan.
Pegajaran berbagai
hal di atas dan juga lainnya pertama-tama harus bersumber kepada Sunnah
Rasulullah , lalu peri kehidupan para salaf yang shaleh, kemudian karya
tulis para pakar dalam bidang pendidikan dan tata pergaulan.
7. Pengembangan
rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri anak.
Anak-anak sekarang
ini adalah pemimpin hari esok. Karena itu, harus dipersiapkan dan dilatih
mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang nantinya akan mereka
lakukan.
Hal itu bisa
direalisasikan dalam diri anak melalui pembinaan rasa percaya diri, penghargaan
jati dirinya, dan diberikan kepada anak kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya dan apa yang terbetik dalam pikirannya, serta diberikan kepadanya
dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri, bahkan ditugasi dengan pekejaan
rumah tangga yang sesuai untuknya. Misalnya, disuruh untuk membeli beberapa
keperluan rumah dari warung terdekat; anak perempuan diberi tugas mencuci
piring dan gelas atau mengasuh adik. Pemberian tugas kepada anak ini bertahap
sedikit demi sedikit sehingga mereka terbiasa mengemban tanggung jawab dan
melaksanakan tugas yang sesuai bagi mereka.
Termasuk pemberian
tanggung jawab kepada anak, ia harus menanggung resiko perbuatan yang
dilakukannya. Maka diajarkan kepada anak bahwa ia bertanggung jawab atas
kesalahan yang dilakukannya serta dituntut untuk memperbaiki apa yang telah
dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya.
Perhatikan kisah
berikut yang menunjukkan rasa percaya diri: Diriwayatkan oleh Al Hafizh Ibnu
Asakir, ketika Abdullah bin Az Zubair sedang bernain-main dengan
anak-anak sebayanya, lewatlah khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhtr.
Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu,nak?" Dengan berani dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin!
Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit sehingga aku harus minggir.
Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu,nak?" Dengan berani dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin!
Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit sehingga aku harus minggir.
Seorang anak jika
terdidik untuk percaya diri akan mampu mengemban tanggung jawab yang besar.
Sebagaimana putera-putera para sahabat, mereka berusaha sungguh-sungguh agar
dapat ikut bersama para mujahidin Fisabilillah; sampai salah seorang di antara
mereka ada yang menangis karena Rasulullah belum mengizinkannya ikut berperang
bersama pasukan, tetapi karena simpati terhadapnya beliau pun mengizinkannya;
dan akhimya ia termasuk salah satu syuhada dalam peperangan itu.
Rasulullah juga
pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan yang di antara
anggotanya terdapat Abu Bakar dan Umar, sekalipun masih muda belia tetapi ia
orang yang tepat untuk jabatan itu. Lalu, di manakah anak-anak kita sekarang
ini yang mampu menduduki puncak yang tinggi?
MEMPERHATIKAN. ANAK PADA MASA
REMAJA
Pada masa ini
pertumbuhan jasmani anak menjadi cepat, wawasan akalnya bertambah luas,
emosinya menjadi kuat dan semakin keras, serta naluri seksualnya pun
mulaibangkit.
Masa ini merupakan
pendahuluan masa baligh.Karena itu, para pendidik perlu memberikan perhatian
terhadap masalah-masalah berikut dalam menghadapi remaja:
- Hendaknya anak, putera maupun
puteri, merasa bahwa dirinya sudah dewasa karena ia sendiri menuntut
supaya diperlakukan sebagai orang dewasa, bukan sebagai anak kecil lagi.
- Diajarkan kepada anak
hukum-hukum akilbaligh dan diceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat
mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan menjauhkan diri dari hal yang
haram.
- Diberikan dorongan untuk ikut
serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan pekerjaan
yang membuatnya merasa bahwa dia sudah besar.
- Berupaya mengawasi anak dan menyibukkan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat serta mancarikan teman yang baik.
BEBERAPA KESALAHAN PARA PENDIDIK
Berikut ini
sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para pendidik. Semoga Allah
memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat menjauhinya dan
menunjukkan kita kepada kebenaran.
- Ucapan pendidik tidak sesuai
dengan perbuatan.
Ini merupakan kesalahan terpenting karena anak belajar dari orangtua beberapa hal. tetapi ternyata bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Allah Azza Wa Jalla mencela perbuatan ini dengan firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan" (SurahAshShaff:2-3).
Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah sementara ia melihat bapaknya menipu ? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitamya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk?
- Kedua orangtua tidak sepakat
atas cara tertentu dalam pendidikan anak.
Kadangkala seorang anak melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orangtua. tetapi akibatnya sang ibu memuji dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan mengancam. Anak akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum mampu membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hal itu akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya.
Sementara, kalau kedua orangtua mempunyai cara yang sama dan tidak memujukkan perbedaan ini, niscaya tidak terjadi kerancuan tersebut.
- Membiarkan anak jadi korban
televisi.
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak dan media paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dawasa, terhadap orang-orang berpengetahuan maupun yang terbatas pengetahuannya Plomery, seorang peneliti mengatakan: "Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima.tanpa mempertanyakan segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik ... maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu.
Banyak pendidik yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah mereka, sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak punpenuh dengan pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang ditayangkan. Banyak film kartun yang berisi kisah cinta dan roman ... sampai diantara anjing atau binatang lainnya. Tidakkah Anda melihat bagaimana seekor kucing betina dalam acara itu - ditampilkan sangat anggun ... berdandan dengan bulu mata panjang dan mata yang bercelak indah ... serta buah dada yang montok ... berlenggak lenggok untuk menggaet hati sang kucing jantan."
Penampilan perang tanding untuk wanita, juga mabuk-mabukan merokok, mencuri, melakukan tipu muslihat, berdusta dan sifat-sifat lainnya yang tidak sopan... Tayangan ini semua menyerbu dunia anak dan menodai fithrah yang suci dengan dalih acara anak-anak".
Oleh karena itu anak-anak kita harus dilindungi dari perangkat yang merusak ini. Hal ini, tak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil, jika kita ingin menjaga akhlak putera-puteri kita dan mempersiapkan mereka untuk mengemban misi agama dan umat. Semoga Allah melimpahkan ma'unah-Nya kepada kita.
- Menyerahkan tanggung jawab
pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh.
Kesalahan yang amat serius danbanyak tejadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak dan nilai-nilai yang diserapnya Sebab, "Anak kecil adalah orang pertama yang dirugikan dengan keluamya ibu dari rumah untuk berkarir. Ia akan kehiLangan kasih sayang, sebab sang ibu membiarkannya dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Dan bagaimanapun, anak akan kehilangan kasih sayang ibu. Ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap para anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kehancuran, keretakan dan kekerasan. Teryata, orang lain tidak menaruh perhatian untuk membina anak dan mendidiknya berakhlak mulia sebagaimana yang dilakukan keluarganya. Hal ini mendatangkan mala petaka bagi anak dan masyarakat."
Terkadang pembantunya adalah orang kafir, akibatnya si anak pun terpengaruh dengan akidah yang menyimpang atau akhlak yang rusak yang didapatkan darinya.
Maka, jika kita terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu muslimah yang baik dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar saja dalam keadaan terpaksa.
- Pendidik menampakkan kelemahannya
dalam mendidik anak.
Ini banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak mendengarkan ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara itu.
- Berlebihan dalam memberi
hukuman dan balsan.
- Hukuman:
Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu sarana pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik.
Namun ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini, sehingga membuat sarana itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya. Seperti kits mendengar ada orangtua yang menahan anaknya beberapa jam dikamar yang gelap jika melakukan kesalahan; ada juga yang mengikat anaknya jika berbuat sesuatu hal yang mengganggunya.
Hukuman bertingkat-tingkat, mulai dari pandangan yang mempunyai arti hingga hukuman berupa pukulan. Pendidik mungkin perlu menggunakan hukuman yang lebih dari pada sekedar pandangan yang memojokkan atau kata-kata celaan bahkan mungkin terpaksa menggunakan hukuman berupa pukulan; namun ini merupakan penyelesaian akhir, tidak diperlukan kecuali jika tidak ada cara lain.
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan hukuman berupa pukulan antara lain: - Tidak
dipergunakan )rukuman ini kecuali jika tidak ada cara laIn lagi.
- Pendidik tidak
balehmemukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena dikhawatirkan
akan membahayakan anak.
- Tidak memukul
pads bagian-bagian yang menyakitkan, seperti: wajah, kepala dan dada.
- Pukulan pada
tahap-tahap pertama hukuman tidak keras dan tidak menyakitkan serta
tidak boleh lebih dari tiga kali pukulan, kecuali bila terpaksa dan
tidak melebihi sepuluh kali pukulan.
- Tidak boleh
dipukul anak yang berumur di bawah sepuluh tahun.
- Jika
kesalahan anak baru pertama kali ia diberi kesempatan bertobat dan minta
maaf atas perbuatannya. Juga dibuat supaya ada penengah yang
kelihatannya mengusahakan pemaafan baginya setelah berjanji tidak
mengulangi.
- Hendaklah
pendidik sendiri yangmemukul anak, tidak menyerahkannya kepada salah
satu saudara atau temannya karena ini dapat menimbulkan kebarian dan
kedengkiannya terhadap anak lain yang ikut menghukumnya.
- Jika anak
menginjak usia dewasa dan pendidik berpendapat bahwa sepuluh kali
pukulan tidak cukupmembuat jera anak, maka pendidik boleh menambahnya.
- Berusaha mengekang anak secara
berlebihan.
Yaitu tidak diberi kesempatan bermain bercanda dan bergerak ini bertentangan dengan tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di tempat yang bebas dan luas termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan jasmani anak dan menjaga kesehatannya·"
Maka orangtua seyogianya tidak mencegah anak-anak yang sedang asyik bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir. Karena itu merupakan waktu bersenang-senang dan bermain, bukan waktu berdisiplin. Tidak ada waktu kebebasan bergerak bagi anak-anak kecuali dalam kesempatan wisata yang bebas seperti ini. Maka sekali-kali mereka harus dibiarkan.
- Mendidik anak tidak percaya
diri dan merendahkan pribadinya.
Sayang ini banyak tejadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya pada kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh menjadi penakut lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan setelah dawasa.
Karena itu, seyogianya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk dapat mekksanakan tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan mendidik mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan kepada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.
Sebagai contoh:
Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi kekeringan di daerah Badui maka berdatanganlah penduduk berbagai suku kepada Hisyam dan berkunjung kepadanya. Di antara mereka terdapat Dirwas bin Habib, usianya baru 14 tahun.
Mereka pun bertahan diri dan membuat Hisyam takut. Berkatalah Hisyam kepada penjaganya:
"Siapapun dibiarkan menghadap kepadaku, bahkan hingga anak-anak?". Dirwas menyadari bahwa dirinya yang dimaksud, maka iaberkata:"Ya Amirul Mu'minin! Sungguh kunjunganku tidak bemtaksud merendahkan baginda sedikitpun tapi untuk memberikan kehormatan bagiku. Dan orang-orang ini datang untuk suatu keperluan yang membuat mereka bertahan karenanya. Ucapan adalah pengungkapan dan diam adalah penyembunyian. Ucapan tidak dapat dikenal kecuali dengan diungkapkan·" Merasa kagum dengan ucapannya lalu berkatalah Hisyam:
"Bagus, ungkapkanlah!" Kata Dirwas: "Ya Amirul Mu'minin! Kami telah ditimpa tiga kali paceklik:
pertama, mencairkan lemak; kedua, memakan daging: dan ketiga, mengeluarkan sumsum tulang.
Sedang di tangan baginda ada kelebihan harta kekayaan. Jika itu milik Allah bagikanlah kepada hamba-hamba Allah yang berhak. Tetapi jika milik hamba-hamba Allah, maka kenapa baginda tahan?
Dan jika hak milik baginda maka sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak melalaikan balasan orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, Amirul Mu'minin!
Kedudukan pemimpin dari rakyat ibarat ruh pada jasad, tidak ada kehidupan bagi jasad kecuali dengannya." Kata Hisyam: "Anak ini tidak memberi sedikitpun alasan dalam salah satu dari ketiga hal tersebut." Kemudian ia perintahkan untuk membagikan kepada orang-orang Badui 100.000 dirham dan kepada Dirwas 100.000 dirham. Maka Dirwas berkata: "Ya AmirulMu'minin! Berikanlah sejumlah uang ini kembali kepada orang-orang Baduiku, karena aku tak mau jikap pemberian yang telah diperintahkan Amirul Mu'minin tadi tidak dapat memenuhi hajat mereka." Hisyam bertanya:
"Mengapa kamu tidak menyebutkan hajat pribadimu?" Jawabnya: "Aku tidak punya hajat selain hajat semua kaum Muslimin." Perhatikan rasa percaya anak muda ini pada dirinya dan keberaniannya dalam kebenaran.
PENUTUP
Firman Allah
Ta'ala:
" Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
….(Surah Al Mu'min: 60)
" Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon
kepada-Ku….." (Surah Al-Baqarah : 186).
Diriwayatkan dari
An Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda:
"Do'a adalah
ibadah"
Doa mempunyai
peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan
kehidupan, dan hanya Allah'Azza wa Jalla yang memberikan taufik dan
hidayah.Seorang muslim mungkin telah berusaha maksimal dalam upaya
mendidik anaknya agar menjadi orang shaleh tetapi tidak berhasil. Sebaliknya,
ada anak yang menjadi orang shaleh sekalipun terdidik di tengah
lingkungan yang menyimpang dan jelek; bahkan mungkin
dibesarkan tanpa mendapat perhatian pendidikan dari kedua orangtua
jadi, petunjuk itu semata-mata dari Allah. Dialah yang berfirman:
" Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…"( Al-Qashash :
56).
Maka kita semua
tidak boleh melupakan aspek ini dan wajib memohon dan berdo'a kepada Allah
semoga berkenan menjadikan kita dan anak keturunan kita orang-orang yang
shaleh, hanya Dialah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar