TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
LATIFATUL QALBIYAH
Amalan ini di dasari dengan jalan memelihara keluar masuknya
nafas, supaya hati tidak lupa kepada Allah Swt, agar senantiasa tetap
akan hadirnya Allah Swt pada masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik
dan menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat serta hadir bersama
Allah Swt di dalam hati sanubari, ingat kepada Allah saat keluar
masuknya nafas guna memudahkan jalan dekat kepada Allah Swt dan di
ridhaiNya.
Kajian ini sangat berguna untuk jalan atau membuat seorang anak
manusia (hamba) supaya dapat mengontrol dirinya agar jangan sampai lupa
kepada Allah Swt, di samping dengan ibadah fardhu (wajib) yang di
lakukan sebagai sifat penghambaan dan pengabdian terhadap Allah Swt,
amalan ini jika di lakukan dengan rutin (istiqamah) dapat menjaga
seorang hamba dari sifat lalai atau lupa kepada Allah Swt yang di
sebabkan oleh bisikan syetan pada jalan – jalan atau pintu masuk yang
halus daripada manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju kepada
Allah Swt yang Maha Agung dan Maha Suci.
Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia
(salik) berjalan, mestilah selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak
dapat di khawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari tu kita
harus memelihara hati.
Terjadinya perpindahan sifat – sifat kemanusiaan yang kotor dan
rendah, kepada sifat – sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi
penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar
dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah
Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam
segala hal keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian
dunia.
Suluk dalam hal ini terbagi dari 2 (dua) bagian, yakni ;
Khalwat Lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat
Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt
dan menyaksikan rahasia – rahasia Allah Swt, walaupun berada di tengah
keramaian, dalam arti kata berkekalan dzikir (ingat) kepada Allah Swt,
baik dzikir izmu zat dengan membaca Allah…Allah…Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang di sebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang.
Di luar suluk yang resmi, seorang salik harus memelihara
hatinya dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya
sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang
demikian walaupun hanya sebentar dapat menjadi masaalah besar, hal ini
tidak boleh terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat.
Tawajjuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah
yang menyaksikan keindahan kebesaran dan kemuliaan Allah Swt terhadap Nur Zat Ahdiyah,
cahaya yang maha esa dengan tiada seumpama dengan apapun juga dan tanpa
di sertai dengan kata – kata, hal ini dapat di capai oleh seorang hamba
dalam menjalani ibadah cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo
yang sempurna
Pelajaran dalam ajaran ini ada mempunyai beberapa tingkatan
yang di sesuaikan dengan tahap kebersihan jiwa dan hasil daripada
pengamalan dzikirnya terhadap Allah Swt, dengan di bimbing oleh seorang
guru mursyid tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba
dengan khalikNya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya
dalam memperdalam ajaran dzikir ini, tingkatan dari ajaran dzikir ini
terdiri sebagai berikut :
1. LATIFATUL QALBIY
Berhubungan dengan jantung jasmani, kira – kira dua
jari di bawah susu kiri, dzikirnya sekurang – kurangnya 5000 dalam
sehari semalam, ini wilayahnya Nabi Adam As, cahayanya kuning dan
berasal dari tanah, angin dan api.
Wilayah ini tempatnya sifat buruk pada manusia,
yakni ; hawa nafsu, Syetan dan Dunia, jika seorang hamba lkhlas
dzikirnya pada wilayah ini, maka hilanglah itu daripadanya dan paling
tidak berkurang, jadi sifat yang buruk pada wilayah ini jika di
dzikirkan terus menerus, maka dapatlah menjelma atau masuklah sifat yang
baik dan berakhlak, yaitu ; Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat.
Uraian latifah ini adalah merupakan sentral
daripada ruhaniah manusia, wilayah ini merupakan induk dari latifah –
latifah lainnya, yaitu hati sanubari manusia itu sendiri. Madzmumahnya
adalah hawa nafsu yang buruk itu mengikut kepada kehendak iblis dan
syetan, cinta dunia, kafir dan syirik bertempatkan pada wilayah ini.
Madzmudahnya ialah Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat
serta sifat – sifat malaikat, melalui dzikir pada latifatul qalbiy
menjelmalah sifat madzmudah tadi kedalamnya, justru inilah di tuntut
seorang hamba supaya rajin – rajin membersihkan wilayah ini dengan
dzikrullah.
Jika seorang hamba betul – betul ikhlas dan rajin
berdzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah Swt
terbukalah rahasia gaib alam jabarud dan alam malakud dengan izin dan
kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia daripadaNya, dan itu ini
di katakan sunah dan thariqat Nabi Adam As.
Puncaknya adalah fana pada Af’al Allah Swt,
munculnya mati tabi’i, mati yang di maksudkan di sini adalah matinya
hawa nafsu dan hiduplah hati sanubari.
Mati Tabi’i artinya perasaan lahiriah orang yang
berdzikir menjadi hilang, fana pendengaran dan penglihatan lahiriahnya,
sehingga tidak berfungsi lagi, yang berfungsi adalah pendengaran dan
penglihatan bathinnya yang memancar dari lubuk hatinya, sehingga
terdengar dan terlihat adalah lapzul jalalah, dalam keadaan demikian
akal dan pikiran tidak berjalan lagi, tetapi hanyalah ilham dari Allah
Swt yang merupakan nur illahi itulah yang terbit dari orang yang
berdzikir, sehingga hatinya muhadharoh hadir bersama Allah Swt.
Mati Tabi’i juga merupakan lompatan dari pintu fana
yang pertama, oleh sebab di terimanya dzikir seorang hamba oleh Allah
Swt, dan ini merupakan hasil dari mujahadahnya dan merupakan rahmat dan
karunia dari Allah Swt, juga merupakan fanafillah di mana gerak dan diam
tidak ada kecuali dari Allah Swt.
2. LATIFATUL RUH
Berhubungan dengan rabu jasmani dua jari di bawah
susu kanan, dzikirnya sekurang – kurangnya 1000 kali dalam sehari
semalam, ini adalah wilayahnya Nabi Ibrahim As dan bercahaya merah,
maqam ini berasal dari api.
Maqam ini adalah tempatnya sifat madzmumah yaitu
tamak, rakus dan bakhil, jika ikhlas dzikirnya maka masuklah dan
berganti dengan sifat madzmudah, yaitu Khana’ah dalam arti memadai ianya
akan apa ada adanya.
Sifat buruk ini seperti, loba, tamak, rakus dan
bakhil adalah salah satu sifat yang tidak di sukai oleh Allah Swt dan
RasulNya, sifat bathiniah yang buruk seperti ini tidak ubahnya seperti
binatang yang suka menurut akan hawa nafsunya, jadi dengan rajinnya
mengobati sifat ini dengan dzikir pada maqam tersebut di atas adalah
dapat berganti sifas yang di sukai Allah Swt dan RasulNya, seperti
merasa selalu bersyukur dan menerima apa adanya yang telah di tetapkan
oleh Allah Swt, usaha untuk merubah sifat ini adalah dengan cara yang
wajar melalui dzikir kepada Allah Swt dengan seperti cara yang di
ajarkan oleh Thariqat An- Naqsyabandi.
Puncaknya pada dzikir adalah maqam fanafil asma dan
mati ma’nawi, artinya semua sifat keinsanan manusia telah lebur dan
lenyap di liputi oleh sifat ketuhanan yang di namakan dengan
fanafisifattillah, sifat yang baharu dan sifat yang kekurangan pada diri
seseorang yang berdzikir jadi lenyap atau fana, yang tinggal hanyalah
sifat tuhan yang maha sempurna dan azali.
Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang
lenyap, yang tinggal hanyalah pendengaran bathin dan penglihatan bathin
yang memancarkan nur illahi, yang terbit dari dalam hati yang dapat
memancarkan ilham dari Allah Swt, mati ma’nawi ini merupakan pintu fana
yang kedua dan di terima oleh seseorang berdzikir, ini merupakan hasil
mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt jika ikhlas
dzikirnya.
3. LATHIFATUL SIRRI
Berhubungan dengan hati jasmani kira – kira dua jari di atas
susu kiri, dzikirnya dalam sehari semalam sekurang – kurangnya 1000
kali, ini wilayahnya Nabi Musa As dan bercahaya putih asalnya dari
angin, maqam ini tempatnya sifat madzmumah pada manusia, yaitu pemarah,
pembengis, emosi tinggi dan penaik darah dan pendendam, jadi kita harus
berdzikir di tempat ini jika ingin menghilangkan sifat buruk tersebut
dari bathin kita, jika ikhlas dzikirnya pada tempat ini maka akan
bergantilah sifat buruk tadi menjadi sifat yang terpuji, seperti
pengasih, penyayang, baik budi bahasa dan pekertinya.
Sifat ini di katakan seperti sifat binatang buas yang suka
berbuat onar, kekejaman, penganiayaan, penindasan, permusuhan dan
pendzaliman sesama, dan sebagai madzmudahnya adalah manakala lenyap
sifat buruk di atas dan berganti dengan sifat kesempurnaan, terutama
rahman dan rahim, ini di katakan adalah sunah dan thariqatnya Nabi Musa
As.
Puncaknya pada maqam ini adalah fanafisifattisubutiah dan mati
sirri, mati sirri artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap dan
berganti fana, demikian juga dengan alam yang wujud ini menjadi lenyap
dan di telan oleh alam ghaib, alam malakul yang penuh dengan nur illahi,
mendapat karunia mati sirri ini adalah bergelimang baqa finurillah,
yaitu nur af’al Allah Swt, nur asma Allah Swt, nur zat Allah Swt dan
nurron ‘ala nurrin, cahaya di atas cahaya Allah Swt, di mana Allah Swt
memberikan karunia itu kepada siapa saja yang dia kehendaki.
4. LATHIFATUL KHAFI
Berhubungan dengan limpa jasmani kira – kira dua jari di atas
susu kanan, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang –
kurangnya 1000 kali, ini adalah wilayahnya Nabi Isa As dengan
bercahayakan hitam dan berasal dari air.
Ini adalah tempatnya sifat madzmumah pada manusia, seperti
busuk hati, munafik, pendusta, mungkir janji, penghianat dan tidak dapat
di percaya, nah jika ikhlas dzikir pada tempat ini maka hilanglah sifat
yang demikian dan berganti dengan sifat yang terpuji, seperti ridha dan
syukur, madzmumahnya lathifatul khafi ini di katakan dengan sifat
syetaniah yang menimbulkan was – was, cemburu, dusta dan sebagainya yang
sejenis, dan mahmudahnya adalah sifat syukur dan ridha serta sabar dan
tawakkal, ini di katakan dengan sunahnya Nabi Isa As.
Puncaknya adalah fana fissifatis salbiyah dan mati hissi, mati
hissi artinya segala sifat keinsanan yang baharu menjadi lenyap atau
fana dan yang tinggal hanyalah sifat tuhan yang qadim azali, ada tingkat
ini tanjakan bathin seorang yang berdzikir telah mencapai tingkat
tertinggi, yaitu tingkat ma’rifat, pada tingkat ini orang yang berdzikir
telah mengalami keadaan yang tidak pernah di lihat oleh mata zahir,
tidak opernah di dengar telinga zahir dan tidak pernah terlintas dalam
hati sanubari manusia dan tidak mungkin pula bisa di sifati oleh sifat
manusia kecuali yang telah di karuniakan oleh Allah Swt dengan seperti
pada jalan tersebut di atas.
5. LATHIFATUL AKHFA
Berhubungan dengan empedu jasmani kira – kira di tengah dada,
dzikirnya sekurang – kurangnya dalam sehari semalam adalah 1000 kali,
ini merupakan wilayahnya Nabi Muhammad Saw dan bercahaya hijau serta
berasal dari tanah, tempat sifat takbur, ria, ujub dan suma’ah, ini
harus kita hilangkan dengan berdzikir pada maqam ini agar dapat berganti
dengan sifat tawadduk, ikhlas, sabar dan tawakkal kepada Allah Swt.
Sifat segala keakuan seperti sombong, takbur, ria, loba, ujub
dan tamak serta bersikap akulah yang terpandai, akulah yang terkaya,
akulah yang tergagah, tercantik dan lain sebagainya, maqam ini juga di
katakan dengan sifat rububiyah atau rabbaniyah dan hanya pantas bagi
Allah Swt, sebab dialah yang pada hakikatnya yang memiliki, mengatur
alam semesta ini, sifat baik pada maqam di dapatkan jika berdzikir
dengan ikhlas adalah khusyu’, tawadduk, tawakkal dan ikhlas sebenar
ikhlas, selalu tafakkur akan keagungan Allah Swt dan ini di katakan
dengan sunahnya dan thariqatnya Nabi Muhammad Saw, puncaknya adalah fana
fidzzat, almuhallakah.
6. LATHIFATUL NAFSUN NATIKAH
Berhubungan dengan otak jasmani terletak di tengah – tengah
dahi, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam adalah sebanyak 1000
kali sekurang – kurangnya, ini adalah wilayahnya Nabi Nuh As dan
bercahaya biru serta tempat sifat buruk pada manusia yaitu khayal dan
angan – angan, oleh karena itu kikislah sifat tersebut dengan berdzikir
secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma’innah,
yaitu sifat dan nafsu yang tenang.
Buruknya pada tempat ini adalah selalu panjang angan – angan,
banyak khayal dan selalu merencanakan selalu yang jahat untuk memuaskan
hawa nafsu, sifat baiknya adalah nafsu muthma’innah yaitu sifat yang
sakinah, aman, tenteram serta berpikiran yang tenang, ini di katakan
dengan sunah thariqatnya Nabi Nuh As, puncaknya adalah mati hissi.
7. LATHIFATUL KULLU JASAD
Berhubungan dengan selurh badan atau jasad zahir, berdzikir
pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang – kurangnya 11.000 kali,
ini adalah tempatnya sifat buruk manusia, yaitu jahil dan lalai,
seseorang yang dzikirnya ikhlas pada tempat ini dapat menimbulkan ilmu
dan amal yang di ridhai oleh Allah Swt.
Dzikir ini di sebut juga dengan dzikir sultan aulia Allah Swt,
artinya raja sekalian dzikir dan di jalankan melalui seluruh badan,
tulang belulang, kulit, urat dan daging di luar maupun di dalam, di
tempat ini dzikir Allah…Allah…Allah pada penjuru anggota badan beserta
ruas dari ujung rambut sampai ujung kaki hingga tembus keluar yakni bulu
roma pada sekujur tubuh atau badan, agar dapat menghilangkan sifat
malas dan lalai beribadah kepada Allah Swt.
Untuk menghantam seluruh sifat malas dan lalai tersebut
haruslah di laksanakan dengan sepenuh hati yang ikhlas, menurut kajian
pengamal ajaran cara ibadah tasawwuf bahwa iblis dan syetan bisa masuk
melalui dan menetap pada seluruh bagian tubuh, karena itu perlu di getar
dengan dzikirullah sehingga dzikirullah menetap di tempat itu dengan
sendirinya dan tentu saja tidak ada lagi jalan iblis atau syetan untuk
dapat memasuki tubuh zahir dan merasuk kedalam bathin manusia untuk
membisikkan segala perbuatan jahat yang tercela di hadapan Allah Swt.
Sifat yang masuk pada maqam ini setelah dzikir tersebut adalah
ilmu dan amal yang di ridhai oleh Allah Swt, dia berilmu sesuai dengan
qur’an dan syari’at serta sunnah Rasul Saw, hakikat cahaya pada maqam
ini adalah nuurus samawi dan di katakan dengan sunah dan thariqatnya
orang alim dan ma’rifat kepada Allah Swt, puncak pada dzikir ini adalah
mati hissi yang perupakan pokok dan mendasari dzikir – dzikir yang lain
di atasnya, karena itu para pengamal ajaran ini harus mengkhatamkannya
sekurang – kurangnya 11.000 sehari semalam.
Dzikir lathaif inilah merupakan senjata paling ampuh untuk
mengusir dan membasmi sifat madzmumah yang ada pada 7 (tujuh) lathaif
tadi, segala sifat madzmumah atau sifat buruk ini di tunggangi oleh
iblis dan syetan.
WUKUF
Wukuf ini menurut ajaran Syeikh Muhammad Bukhari Baha’uddin
Naqsyabandi, pertama – tama di dasari dengan 3 (tiga) tahapan, yaitu ;
-
Wukuf Samani;
Artinya : Kontrol yang di lakukan oleh seorang salik terhadap
ingat atau tidaknya dia kepada Allah Swt sekurang – kurangnya dua atau
tiga jam, jika dia ternyata dalam keadaan ingat kepada Allah Swt dalam
pada waktu tersebut, ia harus bersyukur kepada Allah Swt, jika ternyata
dia tidak ingat kepada Allah Swt, ia harus banyak – banyak melakukan
taubat kepada Allah Swt dan usahakan dengan sekeras mungkin supaya
kembali ingat kepada Allah Swt.
-
Wukuf ‘Adadi;
Artinya : senantiasa memelihara bilangan ganjil dan
menyelesaikan dzikir napi istbat pada setiap dzikir tersebut di akhiri,
jangan di akhiri dengan bilangan yang genap, tetapi mestilah bilangan
yang ganjil, seperti ; 3, 5 atau 7 dan seterusnya.
-
Wukuf Qalby;
Artinya : Keadaan hati seorang yang suluk, selalu hadir kepada
Allah Swt, pikiran yang ada terlebih dahulu di hilangkan dari perasaan,
kemudian sekalian panca indera yang lima tawajjuh dengan mata hati yang
hakiki untuk menyelami ma’rifat kepada Allah swt, tidak ada luang
sedikitpun di dalam hati selain kasih Allah
Dzikir wukuf menghadirkan seluruh lathaif dan seluruh anggota
badan serta ruas – ruasnya di hadirkan kepada zat yang tanpa rupa dan
bentuk, penghadiran tanpa menyertakan Dzikir ismu zat, tapi hadir di
haribaan zat yang di namai Allah, yaitu Allah Swt. Dzikir wukuf adalah
Dzikir diam dengan semata – mata mengingat Allah, yaitu mengingat zat
Allah yang bersifat dengan segala sifat sempurna dan suci atau jauh dari
segala sefat kekurangan, segala sifat kesempurnaan hanya di miliki oleh
Allah Swt, jadi sifat kekurangan adalah milik kita dan untuk
meningkatkan sifat yang kurang sempurna itu menjadi lebih sempurna, maka
inilah yang kita harapkan rahmat dan ridha Allah Swt.
Dzikir wukuf ini di rangkaikan setelah selesai melaksanakan
Dzikir ismu zat atau Dzikir lathaif atau Dzikir napi istbat, Dzikir
wukuf ini di laksanakan dalam rangka menutup Dzikir yang lain