AL HAROMAIN

DAFTAR

  • pakaian
  • buku

Daftar Blog

TEXT

text

zainimjkbgt

zainimjkbgt
zainimjkbgt

zainimjkbgt.blogspot.com

zainimjkbgt

alharomain

Penayangan bulan lalu

Populer

Entri Populer

7 Februari 2012

MEMBOIKOT

TOKO ALHAROMAIN MENJUAL PAKAIAN JADI D 54-D55 AND B19-B20 PASAR TANJUNG TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR (MEMBOIKOT) DAN MENTABDI' (MEMBID'AHKAN)

======================================

Al-Allamah, al-Mufti al-Alim, Samahatus Syaikh Abdil Aziz bin Abdullah
bin Bazz –rahimahullahu- berkata, sebagaimana termuat dalam harian
al-Jazirah, ar-Riyadh, asy-Syirqul Awsath, Sabtu 22/6/1412 H.
sebagai berikut :

"Telah merebak di zaman ini tentang banyaknya orang-orang yang
menisbatkan diri kepada ilmu (tholibul `ilm, pent.) dan terhadap
dakwah kepada kebajikan (da'i, pent.) yang mencela kehormatan
kebanyakan saudara-saudara mereka para du'at yang masyhur dan
memperbincangkan kehormatan (menjelekkan, pent.) para thullabul `ilm
(penuntut ilmu), para du'at dan khatib (penceramah). Mereka
melakukannya secara sirriyah (sembunyi-sembunyi) di dalam
majelis-majlis mereka, dan bisa jadi ada yang merekamnya di
kaset-kaset kemudian disebarkan kepada manusia. Terkadang pula mereka
melakukannya secara terang-terangan di dalam muhadharah `am (ceramah
umum) di masjid-masjid. Cara ini menyelisihi dengan apa-apa
yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya, dengan beberapa alasan :

Pertama, Hal ini merusak hak-hak kaum muslimin, dan khususnya para
penuntut ilmu dan da'i yang mengerahkan segenap usahanya di dalam
mengarahkan manusia, menunjuki mereka dan membenahi aqidah dan manhaj
mereka. Mereka bersungguh-sungguh di dalam mengatur/mengelola durus
(pelajaran-pelajaran) dan muhadharaat (pengajian-pengajian) serta
penulisan buku-buku yang bermanfaat.

Kedua, Hal ini memecah belah persatuan kaum muslimin dan
memporakporandakan barisan mereka, dimana ummat ini lebih membutuhkan
kepada persatuan dan menjauhi dari berkelompok-kelompok dan berpecah
belah serta menjauhi dari banyaknya qiila wa qoola (perkataan
-perkataan yang tidak jelas, pent.) di tengah-tengah ummat. Khususnya
kepada du'at yang dicela, padahal mereka adalah termasuk dari ahlis
sunnah wal jama'ah yang dikenal akan sikap mereka dalam memerangi
bid'ah dan khurofat, memerangi orang-orang yang menyeru kepada bid'ah
dan khurafat, dengan cara menyingkapkan kesalahan-kesalahan dan
kekurangan mereka (para penyeru bid'ah dan khurafat). Kami tidak
melihat adanya mashlahat (kebaikan) di dalam perilaku semacam ini
(yaitu mencela para du'at), melainkan akan memberikan maslahat bagi
musuh-musuh Islam dari kaum kuffar, munafik, dan ahli bid'ah serta
kesesatan.

Ketiga, sesungguhnya perbuatan ini (yaitu mencela para du'at), akan
membantu dan menolong orang-orang yang menyimpang dari kalangan kaum
atheis, sekuler dan lainnya. Dimana mereka ini tersohor akan
permusuhannya terhadap para du'at islam dan terkenal akan pengadaan
kedustaan terhadap mereka dengan menghasut melalui buku-buku maupun
kaset-kaset rekaman. Hal ini (mencela para du'at) bukanlah hak dalam
persaudaraan dalam Islam bagi orang-orang yang dengki itu dengan
membantu musuh-musuh mereka terhadap saudara-saudara mereka
thullabul `ilmi dan para du'at.

Keempat, Hal ini akan menyebabkan rusaknya hati umat ini secara umum
dan mereka sendiri secara khusus, dengan menyebarkan dan mengedarkan
kedustaan serta merebakkan kebathilan. Hal ini merupakan sebab
berkembangnya ghibah, namimah (mengadu domba) dan pembuka pintu-pintu
kejahatan bagi orang-orang yang jiwanya lemah, yang mana mereka ini
akan menyebarkan syubuhat dan meluaskan fitnah serta mendorong mereka
menghancurkan kaum mukminin.

5. Sesungguhnya kebanyakan perkataan-perkataan tersebut tidaklah
berdasar. Sesungguhnya perkataan-perkataan tersebut hanyalah bersumber
dari dugaan (imajinasi) yang Syaithan menghiasinya danmemperdayainya.
Allah Ta'ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu kebanyakan dari
purbasangka, karena sesungguhnya sebagaian purbasangka itu adalah
dosa." (al-Hujurat : 11-12).
Selayaknyalah bagi seorang muslim membawa ucapan saudaranya seislam
pada sebaik-baik tempat (kepada makna yang paling baik). Sebagian
Salaf berkata, "Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap perkataan
yang dilontarkan saudaramu sedangkan engkau dapat membawa perkataan
tersebut pada makna yang baik."

Keenam, Apa yang didapatkan dari ijtihad sebagian ulama dan penuntut
ilmu dari perkara-perkara yang memang memungkinkan di dalamnya
berijtihad, maka orang tersebut tidak boleh disalahkan apalagi dicela,
jika ia memang ahli ijtihad. Jika sekiranya ada orang lain yang
menyelisihinya, selayaknyalah ia berdiskusi dengannya dengan cara yang
baik, dengan mengharapkan memperoleh kebenaran dan dengan menolak
waswas syaithan yang hendak memecah belah kaum mukminin. Jika
hal ini tidak memungkinkan dan ia beranggapan harus menerangkan
penyelewengannya, maka hendaklah dengan ungkapan-ungkapan yang baik
dan ucapan-ucapan yang lembut tidak kasar tanpa celaan ataupun ucapan
yang sia-sia yang dapat menyebabkan seseorang menolak kebenaran atau
bahkan menjauhi kebenaran, juga tanpa menyebutkan perorangan atau
menuduh niat atau menambah ucapan-ucapan yang tidak dimaksudkannya.
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam bersabda tentang perkara
ini, `mengapa ada kaum yang berkata demikan dan demikian??'*"

Keterangan : * Isyarat terhadap hadits yang diriwayatkan Sayyidah
Aisyah Radhiyallahu `anha ketika berkata, `Adalah Rasulullah
Shallallahu `alaihi wa Sallam jika menyampaikan sesuatu tentang
seseorang beliau tidak berkata, `mengapa fulan berkata demikian',
namun beliau berkata, `mengapa ada kaum yang berkata demikian dan
demikian?'…' Hadits Shahih diriwayatkan Abu Dawud dalam bab al-Idznu
wal Isti'dzan (izin dan meminta izin), lihat Silsilah ash-Shahihah no
2064.


SYAIKH AL-ALLAMAH MUHAMMAD NASHIRUDIN ALBANI
=============================================

Berkata Syaikh kami yang mulia, al-Muhaddits al-Ashr al-Mujaddid
al-Faqih Muhammad Nashirudin al-Albani –Rahimahullah- di dalam kaset
Silsilah al-Huda wan Nur ash-Shouthiyah no 784 side A, sebagai berikut
: "Syuf (perhatikan) wahai saudaraku! Aku menasehatkanmu dan para
pemuda lainnya yang berada di jalan munharif (menyeleweng) sebagaimana
tampak pada kami, wallahu a'lam, untuk tidak membuang-buang waktumu
untuk mencela satu dengan lainnya dan sibuk dengan mengatakan fulan
begini dan fulan berkata begitu.

Dikarenakan, pertama, hal ini tidaklah termasuk ilmu sama sekali, dan
yang kedua, uslub (cara) ini akan merasuk ke dada dan menyebabkan
kedengkian serta kebencian di dalam hati… Wajib atasmu menuntut
ilmu!!! Karena ilmulah yang akan menyingkapkan apakah perkataan ini
yang mencela Zaid atau fulan dari manusia dikarenakan dirinya memiliki
banyak kesalahan, apakah berhak bagi kita untuk menyebutkan shohibul
bid'ah atau mubtadi' ataukah tidak?? Apa yang harus kita lakukan
dengan mendalami perkara ini?? Aku tidak menasehatkanmu untuk
mendalami seluruh perkara ini dengan benar-benar, karena hakikatnya
kita sekalian sedang mengeluhkan perpecahan ini yang terjadi di
tengah-tengah orang-orang yang berintisab (menisbatkan diri) pada
dakwah al-Kitab dan as-Sunnah, atau sebagaimana kita menyebutnya,
Dakwah Salafiyah…!!! Perpecahan ini, wallahu a'lam, penyebab utamanya
adalah dorongan jiwa yang memerintahkan kepada keburukan (an-Nafsul
ammarah bis suu`) dan bukanlah perselisihan pada sebagian pemikiran.
Inilah nasehatku… karena telah sering aku ditanya, `apa pendapatmu
tentang fulan?', dan aku langsung faham bahwa ia (penanya) orang yang
memihak atau memusuhi… dan terkadang orang yang ditanyakan adalah
diantara saudara-saudara kita terdahulu yang dikatakan dia menyimpang,
maka kami bantah penanya tersebut, apa yang engkau inginkan terhadap
fulan dan fulan??

Berlaku luruslah sebagaimana engkau diperintahkan! Tuntutlah ilmu!
Dengan ilmu engkau akan dapat memilah-milah mana yang thalih dan mana
yang shalih, mana yang bathil dan mana yang haq…!!! Kemudian
janganlah engkau ini mendengki terhadap saudara seislam dikarenakan ia
jatuh kepada beberapa kesalahan. Kami tidak mengatakan salah, namun
kami katakan ia menyimpang dalam satu, dua atau tiga perkara, dan
perkara lainnya ia tidak menyimpang. Kita dapati para Imam Ahli Hadits
yang menerima haditsnya (orang yang menyimpang) dan disebutkan di
dalam riwayatnya ia khariji atau murji`i atau lainnya. Ini semua
adalah aib dan kesesatan, namun diperoleh pada timbangan tersebut yang
mereka berpegang teguh padanya. Kita tidak menimbang beratnya
keburukannya dari kebaikan-kebaikannya atau dua atau tiga keburukannya
terhadap banyaknya kebaikannya, dan yang terbesar adalah syahadat Laa
ilaaha illa Allah wa Muhammad Rasulullah."

Syaikh juga berkata tentang definisi siapakah mubtadi' itu di dalam
kaset Silsilah Huda wa Nur ash-Shouthiyah no 785 side B, sebagai
berikut :

"Atsar Abu Hurairah Radhiallahu `anhu bermanfaat untuk menunjukkan
contoh dari terjatuhnya seorang alim kepada bid'ah tidaklah serta
merta menjadikannya mubtadi' dan jatuhnya seseorang kepada perbuatan
haram, dengan pernyataan memperbolehkan apa-apa yang diharamkan secara
ijtihad, tidak serta merta menjadikannya sebagai pelaku keharaman.
Saya katakan, atsar Abu Hurairah Radhiallahu `anhu ini menunjukkan
bahwasanya ia dulu berdiri menasehati manusia pada hari Jum'at sebelum
sholat, berfaidah untuk menunjukkan contoh yang shahih, bahwa bid'ah
yang terkadang terjatuh kepada seorang alim, tidaklah dengan demikian
ia menjadi seorang mubtadi'. Sebelum masuk ke jawaban yang lengkap,
aku katakan, al-Mubtadi' adalah berawal dari kebiasaannya
mengada-adakan bid'ah di dalam agama, dan tidaklah orang yang
mengada-adakan bid'ah, walaupun ia mengamalkannya bukan karena
ijtihadnya, namun dari hawa nafsunya, tidak serta merta dikatakan dia
mubtadi'!! contoh terjelas yang paling dekat dengan perkara ini
adalah, seorang hakim yang dhalim yang terkadang berlaku adil pada
sebagian hukum-hukumnya, tidaklah bisa disebut hakim adil, sebagaimana
pula seorang hakim yang adil yang terkadang melakukan kedhaliman di
sebagian hukum-hukumnya, tidaklah dinamakan dirinya hakim dhalim. Hal
ini berkaitan erat dengan kaidah fiqh islami yang menyatakan
bahwasanya seorang manusia dilihat dari banyaknya kebaikan atau
keburukannya. Jika kita telah mengetahui hakikat ini, maka kita dapat
mengetahui siapakah mubtadi' itu… maka, dengan demikian disyaratkan
bagi mubtadi' dua hal, yaitu pertama, dia bukanlah seorang mujtahid
namun hanyalah pengikut hawa nafsu dan kedua, dia menjadika bid'ahnya
sebagai kebiasaan dan agamanya."


SYAIKH AL-ALLAMAH MUHAMMAD BIN SHOLIH AL-UTSAIMIN
===================================================

Syaikh al-Imam Faqihuz Zaman, al-Allamah Muhammad bin Sholih
al-Utsaimin –rahimahullahu- berkata saat Liqo`ul Babil Maftuh
(Pertemuan terbuka) no 1322,
sebagai berikut :

"Salafiyyah adalah ittiba' terhadap manhaj Nabi Shallallahu `alaihi wa
Sallam dan sahabat-sahabatnya, dikarenakan mereka adalah salaf kita
yang telah mendahului kita. Maka, ittiba' terhadap mereka adalah
salafiyyah. Adapun menjadikan salafiyyah sebagai manhaj khusus yang
tersendiri dengan menyesatkan orang-orang yang menyelisihinya walaupun
mereka berada di atas kebenaran, maka tidak diragukan lagi bahwa
halini menyelisihi salafiyyah!!!

Kaum salaf seluruhnya menyeru kepada Islam dan bersatu di atas Sunnah
Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam, mereka tidak menyesatkan
orang-orang yang menyelisihinya karena perkara takwil/penafsiran yang
berbeda, Allahumma, kecuali dalam perkara aqidah, dikarenakan mereka
berpandangan bahwa siapa-siapa yang menyelisihinya dalam perkara
aqidah, maka telah sesat.

Akan tetapi, sebagian orang yang meniti manhaj salaf pada zaman ini,
menjadikan manhajnya dengan menyesatkan setiap orang yang
menyelisihinya walaupun kebenaran besertanya. Dan sebagian mereka
menjadikan hal ini sebagai manhaj hizbiyah sebagaimana manhaj-manhaj
hizbi lainnya yang memecah belah islam. Hal ini adalah perkara yang
harus ditolak dan tidak boleh ditetapkan. Dikatakan, `lihatlah kepada
madzhab salafus shalih, apa yang mereka perbuat di dalam jalan mereka
dan kelapangan dada mereka pada perkara khilaf yang memang
diperbolehkan ijtihad di dalamnya, sampai pada taraf mereka berselisih
di dalam perkara aqidah dan ilmu… engkau dapati mereka, misalnya,
mengingkari Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam melihat Rabbnya
dan sebagian lagi menetapkannya, ada lagi yang berpendapat yang
ditimbang pada hari kiamat nanti adalah anak dan sebagiannya
berpendapat lembaran-lembaran amal-lah yang ditimbang. Engkau
dapati pula mereka berselisih di dalam masalah fiqhiyah, baik dalam
masalah nikah, faraidh, iddah, jual beli dan lain-lain. Walaupun
demikian, mereka tidak saling menyesatkan satu dengan lainnya.
Jadi, salafiyah yang bermakna sebagai suatu kelompok khusus, yang mana
di dalamnya mereka membeda-bedakan dan menyesatkan selain mereka, maka
mereka bukanlah termasuk salafiyah sedikitpun!!! Dan adapun salafiyah
yang ittiba' terhadap manhaj salaf baik dalam hal aqidah, ucapan,
amalan, perselisihan, persatuan, cinta kasih dan kasih saying
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam, `permisalan kaum
mukminin satu dengan lainnya dalam hal kasih sayang, tolong menolong
dan kecintaan, bagaikan tubuh yang satu, jika salah satu anggotanya
mengeluh sakit, maka seluruh tubuh akan merasa demam atau ikut sakit.'
(HR Muslim), maka inilah salafiyah yang hakiki!!!"


SYAIKH AL-ALLAMAH SHOLIH FAUZAN AL-FAUZAN
===========================================

Syaikh al-Allamah Sholih bin Fauzan al-Fauzan –hafidhahullahu ta'ala-
menasehatkan saat muhadharah tentang Aqidah dan Dakwah III/69, sebagai
berikut :

"Diantara kerusakan-kerusakan perpecahan yang demikian ini adalah
munculnya perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin, dikarenakan
disibukkannya mereka satu dengan lainnya dengan tajrih (mencela) dan
memberi laqob (gelar) yang buruk, dan tiap-tiap mereka menghendaki
memenangkan dirinya dari lainnya, dan mereka menyibukkan kaum muslimin
dengan perihal mereka masing-masing, sehingga hal ini menjadi
kesibukan mereka melebihi daripada mempelajari ilmu yang
bermanfaat. Karena sesungguhnya, banyak dari para penuntut ilmu yang
beritanya sampai kepada kami, mereka menyibukkan diri dengan
perkataan-perkataan terhadap manusia dan mengusik kehormatan mereka,
sembari mereka menyalahkan hal ini dan membenarkan hal itu, memuji ini
dan menyesatkan itu… tidaklah mereka ini disibukkan, melainkan hanya
memperbincangkan perihal manusia…"

Syaikh hafidhahullah juga berkata dalam Dhahiratul
tabdi', tafsiq wa takfir sebagai berikut :

"Sungguh telah muncul pada zaman ini di kalangan para pemuda dan
orang-orang Islam yang jahil terhadap hakikat Islam dikarenakan
semangat yang meluap dan tidak pada tempatnya, sikap tabdi', tafsiq
dan takfir. Hingga kesibukan mereka dalam segala urusan hidup
dipenuhi oleh sifat-sifat tercela ini. Membahas aib-aib dan
menyebarkannya hingga tersebar luas. Ini merupakan tanda fitnah dan
kehancuran. Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar menjaga kaum
Muslimin dari kejelekannya dan mengarahkan para pemuda muslim pada
jalan yang benar dan menganugerahkan amal di atas manhaj salafus
sholih, meniti di atasnya serta menjauhkan mereka dari da'i-da'i
jahat."


SYAIKH AL-ALLAMAH ABDUL MUHSIN ABBAD
=====================================

Berkata Syaikh kami yang mulia, al-Alim al-Muhaddits al-Madinah,
Syaikhnya Masyaikh, Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr –hafidahullahu-
dalam nasehat beliau terhadap syabab di risalah Rifqon ahlas sunnati
bi ahli sunnati, sebagai berikut :

"Pertama, Hendaknya orang yang menyibukkan dirinya dengan mencela para
ulama dan para penuntut ilmu serta mentahzir terhadap mereka tersebut
hendaklah ia merasa takut kepada Allah, lebih baik ia menyibukan diri
dengan memeriksa aib-aibnya supaya ia terlepas dari aibnya tersebut,
dari pada ia sibuk denga aib-aib orang lain, dan menjaga kekekalan
amalan baiknya jangan sampai ia membuangnya secara sia-sia dan
membagi-bagiakannya kepada orang yang dicela dan dicacinya, sedangkan
ia sangat butuh dari pada orang lain terhadap amal kebaikan tersebut
pada hari yang tiada bermanfaat pada hari itu harta dan anak keturunan
kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang suci.

Kedua, Hendaklah ia menyibukan dirinya dengan mencari ilmu yang
bermanafaat dari pada ia sibuk melakukan celaan dan tahziran, dan giat
serta bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu tersebut supaya ia
mendapat faedah dan memberikan faedah, mendapat manfa,at dan
bermanfa'at, maka dianatra pintu kebaikan bagi seorang manusia adalah
bahwa ia sibuk dengan ilmu, belajar, mengajar, berda'wah dan menulis,
apabila ia mampu melakukan hal yang demikian maka hendaknya ia menjadi
golongan yang membangun, dan tidak menyibukkan dirinya dengan mencela
para ulama dan para penuntut ilmu dari Ahlus Sunnah serta menutup
jalan yang menghubungkan untuk mengambil faedah dari mereka sehingga
ia menjadi golongan penghancur, orang yang sibuk dengan celaan
seperti ini, tentu ia tidak akan meninggalkan sesudahnya ilmu yang
dapat memberi manfa'at serta manusia tidak akan merasa kehilangan atas
kepergiannya sebagai seorang ulama yang memberi mereka manfa'at,
justru dengan kepergiannya mereka merasa selamat dari kejahatannya."

----------------------------------------------------------------------
Nasehat Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Albani, Syaikh Utsaimin dan Syaikh
Fauzan (pertama) di atas dinukil dan dialihahasakan oleh Abu Salma bin
Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi tahdzir `ala Jama'atil
Hajr wat Tabdi'. Nasehat Syaikh Fauzan (kedua) dinukil dari buku
Dhahiratu Tabdi' wa Tafsiq wa Takfir wa Dlowabituha (Bahaya tafsiq,
takfir dan tabdi', Pustaka Imam Bukhori). Nasehat Syaikh Abbad dinukil
dari buku Rifqon Ahlas Sunnati bi Ahlis Sunnah (Berlemah lembut sesame
Ahlus Sunnah, alih bahasa : al-Ustadz al-Karim Abul Hasan al-Maidani,
Mahasiswa S-3 Universitas Islam Madinah)
----------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar: