TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
KOMUNISME
KOMUNISME
MUSUH
ISLAM
SEPANJANG
SEJARAH
Berdasarkan fakta yang
ada, dewasa ini telah bangkit kembali gerakan Komunisme (Marxisme-Leninisme) di
tanah air, semenjak 35 tahun yang lalu dinyatakan terlarang. Kader-kader muda
revolusioner binaan sisa-sisa G30S/PKI dan kader-kader muda intelektual
Katholik-Jesuit, yang tersebar di berbagai aparat sipil dan militer, ormas dan
orpol, berbagai LSM, karena adanya persamaan ideologi yakni Marxis-Leninisme bekerja
sama menyusun kekuatan untuk melahirkan "revolusi sosial" dalam
mewujudkan negara Komunis.
Kaum intelektual muda
Muslim dan ulama-ulama Islam dewasa ini, karena keterbatasan ilmunya tentang
Marxisme-Leninisme/Komunsme, banyak yang tergelincir sehingga menjadi pejuang
ajaran Marxisme-Leninisme/Komunisme tanpa sadar. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang demikian, maka kami sengaja menyusun tulisan
ini secara ilmiah, filosofis, syar'i dan historis bahwa Komunisme
(Marxisme-Leninisme) dalam segala dimensinya bertentangan dengan Islam dan
senantiasa memusuhi umat Islam sepanjang sejarah.
Segala koreksi dan
sanggahan terhadap tulisan ini senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi umat Islam, dan menjadi amal shaleh bagi
kami sehingga ganjaran pahala senantiasa kami harapkan dari sisi Allah SWT.
Latar
Belakang Sejarahnya
Berbicara tentang
Komunisme tentunya kita akan membicarakan pencetus dan pendiri dari ideologi
tersebut, menurut pandangan umum yang hidup di dunia sekarang ini, yaitu tidak
lain adalah Karl Marx yang dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di Trier Jerman
dari keluarga Yahudi. Tetapi menurut Freemasonry,
organisasi Yahudi di bawah tanah, pencetusnya tidak lain ialah sekelompok
golongan cahaya (Freemasonry), yang
telah diputuskan di dalam Kongres Internasionalnya di Amerika Serikat. Karl
Marx, begitu kata Freemasonry,
sebenarnya hanya orang bayaran dari Freemasonry,
yang dimintakan untuk menyusun teori komunis dan atheisme; dengan imbalan semua
biaya penghidupan Karl Marx dijamin sepenuhnya oleh Freemasonry.
Kebenaran pengakuan Freemasonry ini, akan terlihat dengan
jelas nanti dalam kita membahas tentang teori-teori yang dikemukakan oleh Karl
Marx, bahwa ternyata ia memang tidak menguasai sepenuhnya teori-teori yang ia
ambil dari berbagai konsepsi-konsepsi filsafat yang berasal dari orang-orang
non Marxis. Karl Marx hanya menyusun atau lebih tepatnya menyetel
konsepsi-konsepsi filsafat yang dia pungut dari orang-orang non Marxis dalam suatu
teori yang dia namakan "Komunisme".
Menurut beberapa penulis
biografi menduga bahwa Karl Marx mengalami suatu krisis keagamaan ketika ia
berusia l6 atau 17 tahun. Sebagai bukti, mereka menunjukkan sepucuk surat yang
ditulis oleh ayah Marx; di dalam surat itu, dia memberi tahu Marx bahwa agama
dapat dianggap sebagai dasar daripada kebaikan moral dan menyatakan bahwa
tidak ada jeleknya untuk percaya kepada Tuhan, karena juga sangat banyak orang
besar yang percaya kepada Tuhan.
Ayah Marx adalah seorang
theis, seorang Yahudi yang liberal dan pengagum filsuf- filsuf
"Pencerahan" dari Perancis, tetapi kemudian ia beralih agama menjadi
seorang Kristen Protestan, pengikut Luther. Dia juga menyuruh isteri dan
anak-anaknya dibaptis dalam cara Protestan. Di sini, masalahnya bukanlah apakah
hal tersebut peralihan agama yang sesungguhnya atau bukan. Dalam kedudukan
seperti ayah Marx adalah "tepat dan menguntungkan" untuk menjadi
seorang anggota dari agama negara.
Setelah pembaptisan,
kekristenan ayah Marx tidaklah lebih baik dari Keyahudiannya sebelumnya. Bagi
anaknya Marx, yang patuh dan berbakti kepada ayahnya, jelaslah bahwa
oportunisme orang tuanya tersebut tidak menimbulkan rasa hormat kepada agama
Kristen. Tambahan pula, baik di dalam surat-suratnya yang banyak itu, maupun di
dalam buku-bukunya, Karl Marx tidak pernah menyinggung tentang krisis keagamaan
tersebut dan juga tidak pernah menunjukkan rasa simpati kepada para pemeluk
agama.
Para pencetus teori
komunisme tentu saja menolak semua agama, karena agama-agama tersebut menurut
keyakinannya semuanya mempunyai tanggung jawab yang sama atas pengasingan
spiritual manusia. Tetapi Marx benar-benar membenci agama Kristen. Dia, seperti
halnya banyak kaum atheis, sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk melihat
agama Kristen merupakan perkembangan yang paling pesat dari kesadaran religius
yang secara logis dapat diikuti hanya dengan penolakan terhadap semua agama.
Akhimya kita akan
berkesimpulan bahwa pada diri Marx tertanam kebencian pribadi terhadap agama Kristen,
yang hampir sama dengan yang terdapat pada diri Freud. Freud sendiri juga
seorang Yahudi yang hidup di dalam suatu dunia yang seolah-oleh dunia Kristen
dan di dalam dunia tersebut dia merasa terasing. Baik Marx maupun Freud menolak
agama Kristen atas nama ilmu pengetahuan; tetapi di dalam penolakan tersebut
jelas sekali terdapat unsur emosional.
Bila sosialisme Barat
pada abad ke-XIX dari awal mulanya benar-benar atheis, sebagai tampaknya,
karena adanya kenyataan bahwa diantara tokoh-tokoh utamanya tersebut banyak
kaum intelektual Yahudi. Untuk memahami hal ini tidaklah perlu membayangkan
adanya "semacam komplotan orang-orang Yahudi" yang sengaja dibentuk
untuk menentang agama Kristen".1
Di sini kelihatan bahwa
Ignace Lepp tidak ingin adanya satu "image" bahwa
"atheisme" lahir, karena dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Tetapi
satu fakta yang tak dapat diingkari ternyata gerakan Yahudi Zionisme dengan Freemasonry-nya --sebagaimana kita telah
ungkapkan di muka-- menyatakan bahwa atheisme memang sengaja dilahirkan dan
dibesarkan oleh gerakan mereka.
Salah satu bukti, dapat
dikemukakan kembali surat yang ditulis oleh Pike, tokoh utama Freemasonry, tertanggal 10 Agustus 1871,
yang antara lain menulis: "Kita akan
memberikan kebebasan sebebas-bebasnya gerakan-gerakan atheisme dan
gerakan-gerakan nihilis. Kita akan berusaha menciptakan suatu tragedi total
untuk umat manusia, di mana akan ternyata dengan jelas kekejaman yang tidak
putus-putusnya bagi setiap bangsa, sebagai hasil dari atheisme yang mutlak".
Selanjutnya Ignace
menulis: "Dalam usaha mereka untuk
mencari identitas sosial, kaum intelektual Yahudi tersebut secara sadar menentang
'pengasingan religius'. Dengan sengaja mereka menentang agama Kristen yang
pemeluk-pemeluknya mengasingkan mereka serta memaksa mereka merasa seperti
orang-orang asing di tanah air mereka sendiri. Rasa sakit hati memainkan
peranan yang penting di dalam hampir semua atheisme orang-orang Yahudi yang
saya ketahui, dan di dalam atheisme Karl Marx peranan rasa sakit tersebut
mungkin benar-benar dominan."
Sebagai seorang
keturunan Yahudi dan sebagai seorang yang merasa terhina oleh peralihan agama
yang bersifat oportunistis yang dilakukan ayahnya, Karl Marx melalui suatu
proses yang sangat dikenal di dalam psikologi dewasa ini, mengidentifikasikan
dirinya dengan manusia pada umumnya. Marx melihat bahwa kemanusiaan juga direndahkan
dan diasingkan dari identitasnya yang asli.
Di negara Prusia
(Jerman) --yang pemah diagungkan Hegel-- yang disebut negara Kristen,
pengasingan religius dengan sendirinya bagi Marx yang masih muda tampak sebagai
sumber dari segala bentuk pengasingan lainnya. Pada masa selanjutnya, dia
berusaha menggerakkan massa dalam suatu perjuangan yang tujuan utamanya adalah
penghapusan ekonomi kapitalis. Tetapi dari surat-suratnya tampak dengan jelas
bahwa Marx menekankan pada pengasingan ekonomi, karena pada waktu itu massa
masih belum cukup sadar untuk dilibatkan dalam suatu perjuangan menentang
pengasingan yang mendasar, yaitu pengasingan religius.
Sedikit demi sedikit,
doktrin filosofis Marx mengenai materialisme historis mulai muncul. Dia melihat
adanya super-struktur ideologis dari kondisi-kondisi ekonomi tertentu di dalam
setiap agama. Oleh karena itu dia berharap bahwa di dalam penghapusan sistem ekonomi
kapitalis, revolusi kaum proletar akan memberikan pukulan yang mematikan kepada
agama Kristen. Karena rasa bencinya kepada agama, setiap kali terjadi
pertentangan antara gerja dan negara, Marx selalu berpihak kepada negara,
walaupun dia sangat merendahkan Negara Prusia.
Kita sama sekali tidak
akan mampu memahami psikologi atheisme modern bila kita lupa bahwa --menurut
mereka-- atheisme modern berasal dari keinginan manusia yang telah mencapai
suatu tingkat kesadaran yang tinggi akan individualitasnya, untuk mematahkan
rantai yang tampaknya membelenggu kemerdekaan dan kemuliaannya. Di dalam
tulisan-tulisannya yang awal, dengan antusias dan kekaguman, Marx berbicara
tentang Prometeus yang meskipun terantai pada batu karang tetap menghina
dewa-dewa. Marx menganggap Prometeus sebagai lambang manusia yang penuh
tanggung-jawab atas penciptaannya dan yang berani menentang dewa-dewa yang
akan merampas tanggung jawab tersebut dari dirinya. Prometeus berseru: "Aku jauh lebih senang terikat pada
batu karang ini daripada menjadi hamba yang patuh kepada Zeus sang Bapak"!
Lambat-laun atheisme
Marxis secara eksplisit menjadi semakin bersifat politis dan mengaku bersifat
ilmiah. Tetapi melalui penyelidikan yang teliti, tidaklah sulit untuk melihat
bahwa atheisme modern merupakan suatu kelanjutan dari pemberontakan, seperti
yang dilakukan Prometeus, oleh seorang pengikut Hegel yang masih muda. Hegel,
Strauss, Bauer dan terutama Feuerbach, hanyalah membantu mendorong Marx dan
secara rasional membantu merumuskan pemberontakannya terhadap Tuhan, terutama
terhadap Tuhan orang-orang Kristen. Hal ini merupakan suatu pemberontakan yang
akar-akarnya tersembunyi di dalam alam bawah sadar anak seorang Yahudi Jerman
literal yang dalam usahanya yang keliru, untuk menutupi identitas Yahudinya,
telah menjadi seorang Kristen.2
Siapa Prometeus? Dalam
mitos Yunani ia adalah salah seorang dewa. Dengan maksud untuk memberikan jasa
kepada manusia, ia mengkhianati dewa lain. Pada suatu malam selagi semua dewa
tertidur; ia mencuri api ketuhanan dan menyerahkannya kepada manusia. Ketika
dewa-dewa lain mengetahui hal ini mereka mengikatnya dengan rantai. Mereka
gelisah karena manusia memiliki api syurgawi, sebab mereka ingin agar manusia
selamanya tetap berada dalam kegelapan dan kelemahan yang hina, tidak boleh
naik sampai kepada kedudukan yang dekat dengan para malaikat.
Marx yang menganut
kepercayaan Prometeus dan idea masyarakat Prometeus dari sosiologi humanistik,
dan dipengaruhi oleh Saint Simon, kemudian juga oleh Prodhon, dalam hal ini
telah mewarisi pandangan religius dari mitos Yunani, persis seperti yang mereka
lakukan. Iamenyamaratakan hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam agama
Yunani dengan hubungan yang terdapat dalam agama lain; tidak menyadari bahwa
pandangan agama Timur sama sekali bertentangan dengan ini. Mereka memimpikan
Tuhan yang bersimpati pada manusia. Tidak seperti Tuhan yang ada dalam agama
Yunani, yang memandang manusia sebagai saingan dan menghadapinya dengan rasa
iri dan dengki, yang harus dilayani dengan ketakutan. Risalah agama Timur
berdasar pada kenaikan manusia dari bumi ke syurga; dari tingkat jasmani dan
hewani ke arah sifat malaikat.3
Ketika Marx menyatakan: "Saya merasa jijik terhadap
Tuhan," kita harus memikirkan pilihan susunan katanya. Dalam prakata
untuk suatu risalah filosofis, suatu risalah yang membicarakan dewa-dewa, pemilihan
kata "jijik" adalah sesuatu yang tidak wajar. Hal ini mengungkapkan
emosi bukan suatu hal yang filosofis dan ilmiah. Seseorang harus menyelidiki
akar dari reaksi semacam itu dalam kehidupan pribadi Marx. Dalam kekecewaan
cinta yang disebabkan oleh pendeta-pendeta.
Mari kita perhatikan
komentar selanjutnya: "Bukti yang
sebenarnya harus mempunyai karakter yang berlawanan…,karena alam tidak
mempunyai tatanan yang benar, maka Tuhan ada…, karena adanya dunia yang tidak
dipahami…, maka Tuhan ada; dengan kata lain irrasionalitas adalah dasar bagi
eksistensi Tuhan." Di dalam ungkapan ini tampak logika yang
membingungkan yang menjadikan pandangan yang awam sebagai kriteria pemikiran
keagamaan. Padahal pendekatan keagamaan awam selalu mencari Tuhan di luar
hukum alam dan rasio dan dalam kejadian-kejadian yang tak terpahamkan; ia
mencari bukti-bukti dalam jalannya peristiwa yang luar biasa, dan dalam sumber
yang tidak ilmiah dan tidak alamiah.
Sebaliknya, kitab-kitab
tua, khususnya Al-Qur'an, telah memberikan contoh rasional tentang tauhid atas
dasar alam, kebiasaan, hukum kehidupan yang konstan dan sifat kehidupan dan
peristiwa alam semesta yang teratur dan dapat dimengerti. Kitab-kitab suci ini
menganggap hal-hal tersebut sebagai pengesahan obyektif terhadap eksistensi
Tuhan yang memerintah atas alam.
Kitab suci Al-Qur'an
mengecam keras kaum materialis, dengan pertanyaan: "Apakah kamu mengira tatanan dunia sia-sia?"
Al-Qur'an memberi
jawaban: "Tidak Kami ciptakan langit
dan bumi serta apa yang ada di antaranya dengan sia-sia" (28:27).
Lebih lanjut, Allah
tidak menggerakkan peristiwa-peristiwa dunia tanpa sebab-sebab yang layak.
Semuanya bersandar kokoh pada Sunnah Allah (hukum Allah) di dunia: "Tak akan kamu dapati perubahan dalam
Sunnah Allah" (35:43).
Segala sesuatu dalam
alam, manusia dan sejarah mempunyai kwantitas yang tertentu dan kadar yang
pasti. Bukti yang paling penting untuk eksistensi Tuhan yang terdapat dalam
Al-Qur'an, menunjukkan eksistensi tatanan rasional dan intelegensia dalam alam.
Pada segi ini dapat kita
lihat bagaimana Marx, seperti pelajar abad pertengahan yang tegar atau seorang
pemeras politik, mengambil pandangan ajaran pemikiran lawan yang sangat tidak
dikuasainya, paling kasar dan menyimpang sebagai bulan-butanan untuk diserang
dan dihina.
Satu-satunya analisis
langsung yang dikeluarkan oleh Marx yang berhubungan dengan asal agama adalah
pernyataannya yang terkenal: "Manusia
adalah pencipta agama, bukan agama pencipta manusia ". Di sinipun ia
hanya mengulang pemyataan Ludwig Feuerbach ( 1804-1872); ia berusaha
mendapatkan penghargaan dengan cara mengganti kata "Tuhan" dengan
kata "agama" dan menjadikannya tak bermakna atau sekurang-kurangnya
kabur artinya. (Apa maksudnya: "Agama bukanlah pencipta manusia?"
Pernahkah seorangmengatakan: "Agama adalah pencipta manusia?")
Kemudian Marx
mengatakan: "Agama memberikan
sesuatu bentuk kesadaran diri untuk mereka yang belum mencapai penguasaan diri,
atau mereka yang telah kehilangan dirinya lagi. Meskipun demikian, agama adalah
realisasi suprarasional dari nasib manusia, sebab nasib manusia tidak mempunyai
eksistensi nyata. Konsekwensinya, memerangi agama berarti memerangi suatu dunia
yang di dalamnya adalah esensi spiritual. Musibah agama mengungkapkan
penderitaan sebenarnya, sekaligus memberikan suatu protes terhadapnya. Agama
adalah keluh-kesah dari wujud yang tiada berdaya, hati dari dunia yang tak
berhati, semangat dari makhluq yang tak bersemangat. Ia (agama) adalah candu
bagi masyarakat. Mengecam agama tak lain berarti mengecam lautan air mata, yang
di atasnya agama menjadi lingkaran sinar".
Di manakah, dalam semua
ini, pemikiran yang lebih menyerupai ke dalam filsafat daripada sekadar tehnik
kesusasteraan? Apabila perspektif yang pada dasarnya milik Feuerbach
dikesampingkan; apakah yang tinggal dari Marx kecuali gaya bahasa?
Apabila ia mengambil
nada yang serius dan rasional, ia semata-mata mengulang thema Feuerbach yang
memerangi pengaruh pengasingan dari agama dengan cara yang tak jelas: "Mengecam agama dapat membebaskan
manusia dari kesalahan, sehingga ia dapat berpikir, bertindak dan menciptakan
realitasnya sendiri sebagai seorang melihat melalui kesalahannya sendiri,
menguasai inteleknya sendiri ., sehingga dapat berputar di sekeliling dirinya,
yaitu di sekeliling mataharinya yang sebenamya".
Apakah ini bukan
"humanisme atheis" yang itu-itu juga, yaitu dasar dari pendapat
Feuerbach? Agama adalah… suatu wujud suprarasional dari nasib (takdir) manusia.
Aga artinya ini?4
Memang, pengaruh Ludwig
Feuerbach adalah merupakan hal yang paling penting dan menentukan yang
dipergunakan oleh Marx dalam mengeritik agama. Kita yang hidup lebih dari satu
abad setelah revolusi para pengikut Hegel mendapati kepercayaan manusia semacam
itu, yang menganggap telah membebaskan manusia dari "tirani Tuhan",
adalah sangat naif. Untuk memahami hal tersebut, kita harus mencoba untuk
merekonstruksi suasana intelektual di Prusia setelah Perang Napoleon. Kaum
intelektual tidak mampu menyokong obskurantisme dari gerakan kontra revolusi
sehingga mereka secara melampaui batas memuja Revolusi Perancis sebagai suatu
hal dan lambang kemerdekaan dan pencerahan. Karena para tiran mengaku bahwa
mereka mempunyai "hak kudus", adalah perlu untuk memerangi paham
tentang kekudusan tersebut agar dapat membebaskan manusia dari tirani.
Lebih dari para
pendahulunya, Feuerbach berusaha merumuskan suatu filsafat yang benar-benar
manusiawi (dalam anggapannya). Menurut Feuerbach, manusia adalah satu-satunya
obyek yang berharga bagi filsafat. Oleh karena itu, dalam memahami segala
sesuatu, termasuk agama, kita harus bertitik tolak pada manusia. Agama tidak
dapat mempunyai realitas di luar kesadaran pribadi manusia, dan satu-satunya
obyek dari agama adalah manusia sendiri.
Feuerbach adalah orang
pertama yang berbicara tentang "pengasingan religius", suatu
ungkapan yang telah menjadi sangat terkenal karena propaganda Marxis. Ia
berpendapat bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluq individual, melainkan
pada saat yang sama juga makhluq generik. Tegasnya, di dalam diri seseorang
terdapat gambaran dari seluruh umat manusia. Tetapi dalam hal ini manusia
merupakan kemanusiaan hanya secara virtual, karena dia mengasingkan sebagian
besar dari dirinya atas nama suatu Tuhan yang imaginer. Oleh karena itu agama
merupaka keseluruhan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, dan dengan
keberadaannya yang secara generik adalah terasing. Sampai saat ini, manusia
masih belum berhasil mengumpulkan keseluruhan hubungan tersebut, tetapi dia
mempunyai pengertian tentang semacam hubungan-hubungan itu yang dia proyeksikan
dalam suatu realitas khayali yang disebut Tuhan. Menurut Feuerbach dan para
pengikutnya, tugas filsafat mencakup pengajaran kepada manusia untuk memperoleh
kembali bagian terbesar dari diri mereka yang telah diasingkan oleh agama.
Manusia harus segera menyadari dirinya sendiri.
Dalam "The Essence of Christianity",
Feuerbach menulis: "Tugas kita adalah untuk membuktikan bahwa perbedaan antara
hal yang manusiawi dan yang kudus adalah bersifat khayali, bahwa perbedaan
tersebut tak lebih hanyalah merupakan perbedaan antara hakikat kemanusiaan,
yakni sifat manusiawi, dan manusia itu sendiri. Jadi, obyek dan doktrin agama
Kristen tak lain dan tak bukan adalah manusia". Bagi Feuerbach, seperti
juga bagi Bauer, Tuhan orang Kristen mewakili "bentuk yang paling tinggi
dari gambaran fantasi yang oleh manusia dijadikan dengan unsur-unsur
keberadaannya sendiri. Tuhan adalah hasil suatu proses abstraksi panjang,
contoh yang paling sempurna dari bermacam-macam dewa, yang dimiliki oleh
berbagai suku bangsa dan peradaban".
Bagi sebagian di antara
kita yang tidak lagi berpikir berdasarkan kategori-kaiegori idealisme Hegel,
hal yang paling mengherankan adalah bahwa manusia dapat percaya dengan
sungguh-sungguh bahwa dia diciptakan oleh suatu Tuhan yang diciptakannya
sendiri. Kalau betul teori Feuerbach ini benar, hal itu pasti telah lama
lenyap.
Feuerbach akhirnya
menyimpulkan: "Bila kekudusan alam
merupakan dasar dari semua agama; termasuk agama Kristen, maka kekudusan
manusia harus rnerupakan tujuan akhir… Titik tolak yang penting dalam sejarah
ialah bila manusia telah menjadi sadar, bahwa satu-satunya Tuhan bagi manusia
adalah dirinya sendiri: Homo Homini Deus!"
Seperti yang telah kita
catat, Karl Marx adalah orang yang sejak awal mulanya atheis. Dia jauh lebih
condong kepada motif-motif psikologis dan emosional. Tetapi pada zamannya, Marx
memerlukan suatu pengesahan yang rasional terhadap sikap emosionalnya. Dia
menemukan pengesahan rasional tersebut pada anthropolog Ludwig Feuerbach dan
menganutnya dengan sepenuh hati.5
Feuerbach dan Marx
secara naif mencoba untuk menerangkan dan sekaligus menghina agama dengan pisau
rasio semata. Mereka menduga bahwa untuk memahami dan mengerti tentang agama
adalah sama dengan cara yang dipergunakan urnuk memahami filsafat atau ilmu
pengetahuan. Mereka tidak mengerti bahwa agama bukanlah masalah partial; agama
bukanlah masalah rasio semata; atau masalah intuisi saja; dan bukan pula
masalah hanya aktivitas manusia. Agama adalah satu manifestasi dari totalitas
manusia.
Dalam hubungan ini Iqbal
telah memberikan jawaban yang jelas tentang masalah agama ini; ia menyatakan
antara lain: "Akan tetapi
menyesuaikan agama dengan akal bukanlah berarti menerima kelebihan filsafat
atas agama. Tidak sak lagi bahwa filsafat memang mempunyai hak untuk
mempersoalkan agama, tetapi apa yang akan dipertimbangkan nanti adalah
sedemikian rupa sifatnya sehingga ia tidak hendak menyerah kepada wewenang
filsafat itu. Sambil duduk mempersoalkan agama; filsafat tidaklah sanggup
menyuguhkan kepada agama suatu tempat yang rendah di antara bahan-bahan
keterangannya."
Agama bukan soal
sebagian-sebagian; ia bukanlah akal semata-mata, tidak pula hanya perasaan
saja, ataupun tindakan semata-mata; ia adalah ekspresi dari seluruh
kemanusiaan. Oleh karena itu dalam memberi penilaian kepada agama, filsafat
harus mengakui kedudukan sentral dari agama dan tidaklah ada pilihan lain
selain menerimanya sebagai pusat sesuatu dalam proses sinthese pantulan
pikiran. Pula tidak ada sesuatu alasanpun untuk menyangka bahwa akal dan
intuisi itu pada dasamya adalah berlawanan satu sama lain. Mereka terbit dari
tempat yang sama dan saling isi mengisi. Yang satu berpegang pada kebenaran itu
secara sepotong-sepotong, yang lain memegangnya dalam kebulatan keseluruhannya.
Yang satu menetapkan pandangannya pada sementara dari kebenaran, yang lain
pada aspek keabadian. Yang satu adalah nikmat dinihari dari seluruh kebenaran;
yang lain bermaksud menjaraki keseluruhan dengan perlahan-lahan memerinci dan
menutupi berbagai-bagai dari keseluruhan itu guna peninjauan tersebut.
Kedua-duanya mencari penglihatan-penglihatan dari kebenaran yang itu-itu juga,
yang menampakkan dirinya pada mereka sesuai dengan fungsi mereka dalam
kehidupan. Pada hakekatnya, intuisi itu, sebagaimana kata Bergson secara tepat,
adalah hanya semacam akal yang lebih tinggi saja.6
Pandangan yang naif dan
emosional terhadap agama, mengakibatkan kaum komunis bersikap sangat benci dan
garang terhadap agama. Lenin mengangap Marx terlalu memberi hati kepada agama
dengan berbicara bahwa agama merupakan candu bagi masyarakat. Lenin melihat
agama lebih mempunyai sifat seperti vodka yang buruk. Pada tahun 1905 Lenin
rnenulis: "Agama adalah semacam
vodka spiritual yang buruk, yang di dalamnya budak-budak kapitalisme
membenamkan sifat manusia dan rasa sakit hati mereka yang timbul dari suatu
kehidupan yang sangat tidak berharga". Bagi Stalin, yang pemah menjadi
seorang siswa Seminari dari Tiflis, unsur-unsur emosional pribadi dari agama
memainkan peranan yang lebih eksplisit dibanding bagi Lenin. Meskipun demikian,
tak seorang pun dari pemimpin Soviet dapat membayangkan adanya kemungkinan
agama tetap hidup di negara komunis tersebut.7
Sebab sikap bermusuhan
terhadap agama sedemikian garangnya, sehingga sejak tahun 1961, jadi lebih dari
100 tahun setelah kelahiran Marx, teks program resmi negara Soviet dan Partai
Komunis menegaskan: "peperangan
tanpa ampun dan terus menerus melawan kepercayaan agama dengan tujuan
membangun komunisme di tengah-tengah Soviet".8
Selain dari itu, Marx
telah menjadikan materialisme sebagai landasan filsafatnya, terbukti dewasa
ini sangat lemah. Karena sebagaimana telah kita maklumi dalam teori fisika
quantum, terbukti yang semula dikira materi berasal dari "sesuatu yang
tidak diketahui" (misteri). Materi dan energi adalah manifestasi
bolak-balik dari sesuatu yang tidak diketahui, demikian menurut teori quantum.
Jadi materi secara hakiki merupakan misteri yang belum diketahui manusia.
Dengan demikian, bagaimana mungkin materi yang masih rnisteri itu bisa
dijadikan landasan filsafat yang benar? Jadi materialisme sebagai aliran
filsafat yang dipergunakan oleh Marx dan kaum komunis merupakan falsafat ilusi,
falsafat khayali, yang secara filosofis tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Selanjutnya, dialektika
adalah merupakan methoda yang dipergunakan oleh Marx di dalam mendekati dan
memahami gejala-gejala alam, adalah berasal dari filsafatHegel (1770-1831).
Dialektika mempunyai pengertian bahwa alam semesta ini bukan tumpukan yang
terdiri atas segala sesuatu yang berdiri sendiri-sendin dan terpisah-pisah,
tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat dan berhubungan satu sama lain;
bahwa alam ini bukanlah sesuatu yang diam, tetapi keadaannya terus bergerak dan
berkembang; bahwa dalam proses perkembangan alam semesta ini terdapat perubahan
dari kwantatif ke kwalitaif dan sebaliknya; bahwa pekembangan ini disebabkan
karena adanya pertentangan di dalam benda itu sendiri (kontradiksi intern).
Singkatnya dialektika bercirikan 4 asas yaitu: gerak, saling berhubungan, perubahan
kualitatif ke kuantitatif atau sebaliknya, dan kontradiksi intem.
Gerak diartikan sebagai
perubahan pada umumnya. Gerak (motion)
adalah satu tanda daripada adanya benda. Setiap dari yang terkecil hingga yang
terbesar, dari setitik atom sampai sebuah matahari selalu bergerak, artinya
selalu berubah, berkembang dan lenyap. Kadang-kadang gerak membentuk satu
keseimbangan, sehingga menjadi diam (tidak bergerak). Demikianlah pada
hakekatnya diam itu adalah satu macam gerak.. Gerak adalah absolut, sedangkan
diam adalah relatif. Perkembangan ini berjalan dari yang rendah kepada yang
lebih tingi, dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Walaupun kadang-kadang
seperti kembali ke asal; perkembangan ini sesungguhnya tidak berjalan dalam
satu lingkaran, tetapi berupa spiral yang terus maju dan menaik keatas.
Perubahan atau
pekembangan ini disebabkan karena alam semesta saling berhubungan satu dengan
yang lain. Perubahan dalam satu bagian akan menyebabkan pula perubahan dalam
bagian lainnya; perkembangan dalam satu benda akan mempengaruhi benda-benda
lainnya.
Selain disebabkan adanya
hubungari antara satu benda dengan benda lainnya, perubahan atau perkembangan
itu disebabkan karena adanya kontradiksi intern yang selalu tejadi dalam segala
hal. Dalam setiap hal selalu terdapat these
dan lawannya yakni anti these. Kontradiksi
antara these dan anti these melahirkan synthese.
Synthese ini kemudian menjadi these baru dan anti these baru dan melahirkan synthese
baru pula; dan begitu seterusnya. Dalam setiap hal selalu terdapat "pertentangan antara yang lama dan yang
baru, antara yang mati dan yang lahir, antara yang sedang lenyap dan yang
sedang berkembang".
Perkembangan ini terjadi
karena penggantian yang lama oleh yang baru. Tak ada perkembangan yang timbul
dengan sendirinya, kecuali penggantian (negasi) dari bentuknya yang lama
(terdahulu). Inilah yang disebut "hukum negasi dari negasi" (the law of negatif of negation).
Perubahan kuantitatif
selalu berlangsung secara kontinyu dan secara berangsur-angsur (evolusi),
sedangkan perubahan kualitatif tidak kontinyu, melainkan merupakan loncatan
yang terjadi sewaktu-waktu saja. Titik dimana terjadi perubahan dari sesuatu
kualitas tertentu ke kualitas lainnya disebut revolusi.9
Marurut Marx, dialektika
adalah teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan (theory of the union opposite). Pertentangan yang dimaksudkan oleh
Marx itu tidak pernah dijelaskan. Dalam keyakinannya bahwa feodalisme
merupakan tesia, kapitalisme merupakan antitesa, kemudian menjelma menjadi
sosialisme sebagai sintesa. Teorinya tidak didasarkan kepada penyelidikan yang
jauh, hanya teori yang bersifat spekulatif; Marx hanya bersikap abritraire.10
Kemudian
historis-materialis yang merupakan dasar pembahasan penghidupan masyarakat oleh
Marx, ternyata berasal dari teori evolusi Darwin. Hal ini terlihat jelas dari
surat yang dikirimkan oleh Marx kepada Engels, setelah ia mempelajari buku yang
ditulis Darwin, yang antara lain berbunyi: "Aku
menerima pandangari ini sebagai dasar biologis untuk filsafat sejarahku".11
Padahal sebagaimana
telah kita ketahui, bahwa teori Darwin mempunyai kelemahan-kelemahan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan, sehingga para ahli evolusi alam berseminar selama
empat hari di Chicago Amerika Serikat pada bulan Oktober 1980; menolak teori
evolusi Darwin tersebut. 12
Kemudian ekonomi
dijadikan dasar di dalam menganalisa dari kehidupan masyarakat oleh Marx, khususnya
"Teori hak milik dan teori nilai
barang", diambil dari Proudhon dan Ricardo. Menurut Proudhon
(1809-1865) dalam bukunya "Que 'est
ceque la Propriete" (Apakah hak milik itu?) pada tahun 1840, antara
lain menulis: "harta yang tidak
wajar yang diperoleh seseorang disebutnya sebagai harta milik/barang
curian". Sedangkan Ricardo ( 1772-1823 ) yang menyatakan antara lain: "Dari manakah datangnya nilai itu?
Nilai semua barang terletak dalam jumlah tenaga yang diperlukan untuk
membuatnya".
Kedua teori ini,
kemudian dipergunakan oleh Marx sebagai teori ekonominya. Marx berkata: "Jika nilai barang itu terletak dalam
tenaga yang dipergunakan untuk membuatnya, mengapa nilai tersebut tidak
semuanya diberikan kepada manusia yang membuatnya, yakni kaum buruh".
Karenanya, menurut Marx, nilai harga yang diambil oleh para pemilik modal dalam
suatu proses produksi, disebut sebagai "harta
milik curian", yaitu mencuri harta milik kaum buruh.
Sebagimana kita ketahui
bahwa pada asal mula, para ahli ekonomi memakai perkataan "real value'' (nilai yang sesungguhnya) disamping perkataan
"harga". Real value adalah
nilai yang tidak ada hubungannya dengan harga. Akan tetapi dewasa ini hampir
semua ahli ekonomi berpendapat bahwa nilai dan harga adalah sama.
Menurut ahli-ahli ekonomi,
sesuatu barang akan mempunyai nilai (value),
jika barang itu memenuhi dua syarat, pertama,
barang itu harus berfaedah (useful), yakni ada orang yang membutuhkannya. Kedua, barang itu telah memerlukan
tenaga untuk membuatnya. Sebaliknya suatu barang mungkin memerlukan tenaga
kerja bertahun-tahun untuk membuatnya, akan tetapi kalau tak ada orang yang
memerlukannya, maka barang tersebut tak mempunyai harga.
Demikianlah pentingnya
hubungan antara faedah dan nilai; namun Marx tidak memasukkan unsur faedah
dalam memberikan definisi mengenai "nilai". Ia hanya berkata bahwa "nilai adalah hasil dari tenaga".
Selanjutnya, dalam teori
ekonomi, untuk membuat sesuatu barang yang ada nilainya diperlukan 4 unsur;
yaitu: ladang (bahan mentah), tenaga, modal (kapital) dan organisasi (management). Masing-masing
dari 4 unsur tersebut mendapat bagian dari hasil ladang mendapatkan sewa;
tenaga mendapatkan upah; modal mendapat keuntungan (interest) dan managemant,
termasuk di dalamnya unsur ketidak-tentuan (resiko) mendapat laba (profit).
Marx menolak pendapat tersebut dan mengatakan bahwa "hanya tenagalah yang berhak kepada laba".
Menurut Marx, dalam
tiap-tiap benda yang dibuat manusia ada suatu hal yang dinamakan
"nilai" dan ada pula yang dinamakan "nilai kelebihan" (surplus value). Yang dimaksud nilai
adalah nilai jika barang itu ditukar persis sama, tetapi nilai tersebut tak
dapat disamakan dengan "harga". Adapun nilai lebih (surplus value) adalah nilai yang
menetapkan keuntungan pada umumnya.
Apabila kita perhatikan
teori ekonomi Marx, khususnya teori tentang "nilai dan nilai
kelebihan", dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sesungguhnya teori
Marx tentangnilai dan nilai kelebihan itu bukanlah teori ekonomi, akan tetapi
suatu alat propaganda politik untuk menunjukkan bahwa kaum kaya itu hidupnya
hanya mengeksploitir tenaga kaum miskin;
2. Teori Marx tersebut
hanya berdasarkan kepada anggapan bahwa tenaga manusia adalah satu-satunya
sumber dari mana nilai itu muncul. Anggapan semacam ini adalah salah, sebab
Marx hanya memberikan perhatiannya kepada satu faktor secara berlebihan,
padahal masalahnya sangat kompleks, khususnya faktor-faktor yang menentukan
masalah nilai;
3. Yang digambarkan oleh
Marx tentang kaum kapitalis dari awal abad XVIII adalah orang-orang yang
mempunyai kapital dan perusahaan sendiri. Akan tetapi mulai pertengahan abad
XVIII tersebut, modal itu tidak dimiliki oleh pengusaha saja. Modal dikumpulkan
dari bermacam-macam golongan diantaranya dari golongan buruh sendiri, sedangkan
management dilakukan oleh orang-orang yang cakap tetapi mereka itu pada dasamya
bekerja sebagai buruh. 13
Dari ungkapan latar
belakang sejarah mengenai Komunisme-Atheisme dapat disimpulkan bahwa
Komunisme-Atheisme adalah himpunan dari berbagai teori/konsepsi filsafat, yaitu:
1. Atheisme dan
materialisme milik Feuerbach
2. Dialektika adalah
milik Hegel
3. Evolusi Sejarah
adalah milik Darwin
4. Teori harta milik
adalah milik Proudhon
5. Teori nilai dan nilai
lebih adalah milik Ricardo.
Sehubungan dengan ini
Raymond Aron menyimpulkan bahwa Marxisme tidak lain adalah himpunan yang dibuat
secara cerdik dari segala sesuatu yang telah dikatakan oleh non Marxist.
14
Jadi, apabila atheisme
dan materialisme (Feuerbach), dialektika (Hegel), evolusi (Darwin), harta milik
(Proudhon), theori nilai (Ricardo), dicopot dari Komunisme-Atheisme, tidak ada
yang tinggal kecuali kerangka-kerangka yang kosong.
Lalu teori-teori
Komunisme-Atheisme tidak ditulis sendirian oleh Marx, tetapi ditulis
bersama-sama dengan Engels; dan buku pertamanya berjudul "Manifesto Komunis" terbit pada tahtu 1848. Kemudian
menyusul buku "Das Kapital I",
yang terbit pada tahun 1867; sedangkan Das Kapital jilid II dan IIl diterbitkan
oteh Engels sesudah Marx meninggal.
Untuk merealisasikan
idea-ideanya, Marx telah mendirikan organisasi Komunis Internasional yang
disingkat Intenational I pada tahun 1864 sampai 1876. Tetapi organisasi ini
tidak bisa bertahan lama, karena perpecahan diantara anggota-anggotanya,
khususnya antara Marx dengan Mickail Bakunin dari Rusia. Internasional II
didirikan pada tahun 1889. Setelah 6 tahun Marx meninggal. Internasional II ini
didominir oleh tokoh-tokoh komunis Jerman, seperti Eduard Bernstein yang
dianggap sebagai tokoh revisionis. Pola yang akan ditempuh oleh Internasional
II secara evolusioner ternyata ditentang oleh Lenin; sebab menurut Lenin cara
evolusioner adalah menyalahi doktrin komunis, cara satu-satunya adalah
revolusioner, karena hal itu merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
masyarakat komunis. Pada Perang Dunia II pertentangan di dalam Internasional II
ini tambah sengit, sehingga Internasional UU lumpuh. 15
Gambaran latar belakang
sejarah Komunisme-Atheisme dan memberikan kenyataan bahwa teori-teori
komunisme-atheisme yang disusun oleh Marx dan Engels, diambil dari bermacam
teori orang lain yang sedikit sekali dikuasainya, sehingga penyusunannya dalam
satu kerangka komunisme-atheisme menjadi sangat absurd. Oleh karena itu,
berdasarkan kenyataan ini, maka kita lebih cenderung untuk berkesimpulan bahwa
komunisme-atheisme bukan lahir karena pemikiran yang murni dari filsafat Marx
dan Engels, tetapi karena ada pesanan dari sekelompok, orang /organisasi, dan
dalam hal ini adalah Freemasonry.
Absurditas dari filsafat
komunisme-atheisme, akan kita buktikan dalam pasal-pasal selanjutnya dari
tulisan ini.
Pandangan
Hidupnya
Mengenai paham
materialisme, Marx berpendapat bahwa alam kebendaan adalah kenyataan pokok
(fundamental-reality); walaupun alam kebendaan itu dapat dijadikan bahan untuk
dipikirkan, namun ini tidak diwujudkan oleh pikiran. Pendapat Marx ini adalah
reaksi terhadap filsafat idealisme yang menyatakan bahwa apa yang ada itu
sesungguhnya ialah pikiran; bahwa alam kebendaan (materi) adalah ciptaan dari
pikiran.
Bagi Marx, perasan (sensation) yang memberi gambaran tentang
alam kebendaan tidak memberi pengetahuan kepada kita, akan tetapi hanya
merupakan pendorong kepada terjadinya pengetahuan yang sesungguhnya. Marx
beranggapan bahwa hakikat itu adalah benda dan bukan pikiran. Bendalah yang
berwujud lebih dahulu, sesudah itu barulah muncul pikiran.
Dengan demikian bahwa
materi (benda) adalah primer, asas, gerak, saling berhubungan, asasperubahan
kuantitatif ke kualitatif dan asas kontradiksi, yang berlaku juga di dalam
masyarakat. Materialisme tidak megakui bahwa manusia adalah makhluk moral.
Padahal moral yang
berintikan nilai-nilai luhur bagi kehidupan manuisa, yang telah dikenal dan
dipergunakan oleh manusia sepanjang sejarah, sejak kehadirannya di planet bumi
ini. Nilai-nilai moral terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dalam setiap
gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada
motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia
dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membuktikan
atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini. Tambahan pula, ada yang
pantas direnungkan, yaitu bahwa di sini tidak ada masalah pembenaran alamiah,
rasional atau ilmiah; begitu pula perasaan ini, sebagai manifestasi eksistensi
yarig paling mulia dari makhluk manusia, dalam semua agama dan kebudayaan
sepanjang sejarah, diakui sebagai sumber terbesar, Keagungan tertinggi emosi
yang paling berharga dan kejadian yang paling ajaib.
Dari mulai orang-orang
yang telah mengabaikan, kehidupan materialnya demi seni, demi kesusasteraan dan
ilmu, sampai para syuhada, pencari kebenaran dan pahlawan besar setiap bangsa;
dari seorang yang dalam perkawinan memilih cinta daripada kehidupan yang layak;
sampai kepada seseorang yang demi keyakinan agama atau kemanusiaan membutakan
matanya dari masalah cinta pribadi, atau bahkan dari dirinya sendiri; mereka
semua adalah pencinta nilai manusiawi dalam kehidupan manusia. Nilai dan
manfaat adalah dua istilah yang belawanan, dan yang menjadikan manusia makhluk
immateriat, bebas dari dan juga berada di atas semua makhluk lain adalah
hasil dari pandangan yang tinggi terhadap nilai.
Nilai-nilai tidak
mempunyai wujud dalam alam, tidak mempuriyai identitas eksternal dan material.
Oleh karena itu, realisme {materialisme dan naturalisme) tidak dapat mengakui
eksistensi nilai, karena tanpa kemanusiaan tidak akan ada nilai-nilai. Kita
sampai pada kesimpulan yang tidak dapat dihindarkan, bahwa nilai-nilai berasal
dari manusia, dan karenanya juga dari orde ideal atau subyektif. Karena alasan
itu orang-orang materialis pasti menyangkal nilai-nilai. Tetapi bagaimana
mungkin orang dapat menyangkal manifestasi-eksistensial yang paling luhur dari
makhluk manusia ini? Melakukan hal itu tentu merupakan tugas yang sulit,
memalukan dan mematikan. Tetapi ke mana lagi kaum materialis harus merujuk?
Kecuali kalau rnereka terpaksa mengakui manusia lebih utama dari realitas
materi. Pernyataan-pernyataan ini tentu saja menyangkal materialisme.
Tetapi para filosof
materialis yang semata-mata bersandar pada gagasan filosofis dan ilmiah (?)
dari sosiologi, psikologi, anthropologi tidak ragu-ragu untuk menyangkal
eksistensi nilai, melemparkannya sebagai takhayul, anggapan-anggapan bohong,
kebiasaan warisan, atau adat-istiadat sosial akibat dari bentuk-bentuk
material, atau sebagai keadaan emosional yang berasal dari fisiologi, hewan
yang berbicara! Dengan analisis sok ilmiah yang tanpa perasaan dan tanpa belas
kasihan, kaum materialis merusak kesucian esensial, kebajikan nilai-nilai, dan
membedahnya seperti orang yang memotong-motong suatu sistem yang hidup dan
indah, hingga menjadi zat mati dan komponen-komponen material yang rendah.
Jadi, apabila mereka
dihadapkan dengan seseorang yang melupakan dirinya demi mencari penemuan
ilmiah, atau seseorang yang membaktikan dirinya untuk negara, atau seseorang
yang memilih cita-citanya di atas kepentingan pribadi, atau seseorang yang memberikan
nilai yang lebih tinggi pada keindahan dan kebaikan ketimbang keuntungan dan
kesenangan pribadi, maka kaum materialis menjelaskan perasaannya persis
seperti mereka menjelaskan partisipasi dalam upacara khitanan.
Di sinilah Marxisme
--yang menjadikan materialisme sebagai dasar fitsafatnya-- jatuh pada suatu
kedudukan yang sangat lemah bagi sebuah ideologi. Pertama-tama, Marx bukanlah
semata-mata seorang materialis filosofis yang senang berbicara seperti Sartre: "apapun yang kamu pilih dari
kemerdekaan, kebebasan memilih dan niat baik, semuanya merupakan suatu nilai
dan kebaikan" (walaupun mungkin berupa pengabdian pada syaitan dan
rasa emosional yang rendah). Marx seorang ideologis sosial yang menjadi
pemimpin politik kaum proletar pada zamannya, dan pendiri partai pada tahap
aksi, dan dengan demikian ia hanya penyebar program tertentu. Berbeda dengan
Sartre, Marx berkata: "Kamu
bertanggung jawab atas pilihanmu, dan dalam menghadapi tanggung jawab ini kamu
harus berjuang dan berkorban untuk mewujudkan cita-cita yang istimewa ini.
Yakni, kamu harus mangerahkan semua motif material, kebutuhan ekonomi,
keinginan duniawi, bahkan kehidupanmu demi perjuangan ini".
Ungkapan di atas ini tak
sak lagi, bahwa Marx berbicara tentang serangkaian nilai-nilai yang berlawanan
dengan kepentingan diri dan mengatasi eksistensi material manusia. Jadi apabila
ia berbicara mengenai kapitalis dan psikologis borjuis yang mengukur
eksisterisi manusra dengan uang, menycret manusia ke dalam kebejatan moral dan
membangun masyarakat korup, maka ia mendasarkan pikirannya pada nilai-nilai
moral.
Tetapi; apabila ia
mempertontonkan kemegahan bangunan pemikirannya dan membicarakan materialisme
dialektis; ia berjuang mati-matian untuk membuktikan bahwa dirinya setia pada
materialisme, dan hanya membenarkan semua yang cocok dengan argumentasi
biologis dan materialis dari pengetahuan alamiah Dan ia mengikuti kaum
materialis lainnya, termasuk kaum realis yang paling tegar dalam merendahkan
nilai kemanusiaan menjadi sesuatu yang tanpa dasar. Dari pikiran dan pendirian
yang labil ini, menunjukkan bahwa Marx adalah tidak konsisten dengan landasan
filsafatnya sendiri.
Marx berulang kali
menunjukkan dengan bangga secuil tipuan ilmiah, yang dilakukannya untuk
memelihara kemuliaan manusia, yaitu: "dialektika
tidak memandang manusia seperti apa yang dilakukan oleh bentuk lain
naturalisme dan materialisme --yaitu sebagai wujud material yang tetap, dalam
alam yang mekanis-- tetapi menggambarkannya sebagai makhluk yang sedang
berevolusi, bergerak ke muka dengan dialektika historis." Dengan
tipuan ini Marx memindahkan kemanusiaan dari bidang alam ke bidang sejarah.
Tetapi manusia tidak
mendapat kemuliaan dengan pengangkatan ini. Karena sejarah menurut Marx adalah:
"Kelanjutan dari gerakan alam
material". Manusia dalam konteks sejarah akhimya kembali kepada alam
mekanis dari kaum materialis, untuk dipandang sebagai wujud material. Jadi
semua nilai yang Marx berikan kepadanya dalam konteks masyarakat ditarik
kembali. Dengan bantuan materialisme dialektis (mengingatkan kepada pemyataan
Chandel): "Marx si filosof;
menghancurkan semua nilai hakikat manusia di bawah roda-roda tank materialisme
- dialektis". Tetapi Marx, si politikus dan si pemimpin, dengan
pujiannya yang paling bersemangat dan paling bergairah terhadap nilai-nilai ini
menggerakkan rakyat untuk mencapai kekuasaan dan kemenangan. 16
Historical-materialisme
artinya materialisme dalam memahami sejarah bertumpu pada dua pikiran, yaitu,
sebab-sebab ekonomi adalah sangat penting (economic causes are fundamental),
dan sebab-sebab tersebut menjalankan peranannya menurut prinsip-prinsip
dialektis. Dalam teori ini Marx menganalisa masyarakat melalui penafsiran
ekonomi tentang sejarah: produk barang-barang dan jasa-jasa ini adalah dasar
(infrastruktur) dari gejala proses dan lembaga-lembaga sosial. Marx tidak
mendakwakan bahwa faktor ekonomis adalah satu-satunya faktor dalam pembentukan
sejarah; tetapi ia berpendapat bahwa faktor ini adalah yang terpenting, sebagai
dasar, sebagai infrastruktur untuk membangun suprastruktur: kebudayaan,
perundang-undangan, pemerintahan, ideologi politik, sosial, agama,
kesusasteraan dan artistik.
Sacara umum, Marx
melukiskan hubungan antara kondisi-kondisi material kehidupan manusia dan
idea-idea sebagai berikut: "Bukanlah
kesadaran manusia yang menentukan adanya mereka, akan tetapi sebaliknya, adanya
mereka dalam penghidupan sosial-lah yang menentukan kesadaran mereka".
Dalam satu masyarakat
yang berpindah-pindah (nomadis) misalnya, kuda mungkin dianggap sebagai alat
yang utama untuk mendapatkan dan mengumpulkan harta. Dari sudut pandangan Marx
"sendi" dari penghidupan yang nomadis ini merupakan kunci bagi
"supra struktur". Undang-undang, pemerintahan dan idea-idea yang
berpengaruh dalam masyarakat itu. Demikianlah, menurut Marx, mereka yang
terbanyak mempunyai kuda dalam masyarakat nomadis semacam itu juga akan menjadi
pemimpin-pemimpin politik yang membuat dan menafsirkan undang-undang; mungkin
mereka juga akan mendapatkan penghormatan yang tertingi dan menjadi orang yang
paling disegani bagi anggota-anggota suku yang tidak mempunyai kuda. Dalam
lingkungari alam semacam itu buah pikiran, konsep-konsep sosial dan kultural
yang paling berpengaruh akan mencerminkan kedudukan ekonomi yang berpengaruh
dari mereka yang mempunyai kuda banyak. Juga di lapangan keagamaan pengaruh
mereka tidak akan ketinggalan. Tuhan, misalnya mungkin digambarkan sebagai
seorang pengendara kuda yang tegap dan kuat; dan mengenai keadilan dan
kekuasaan, Tuhan akan dibayangkan sebagai kelanjutan dalam ukuran besar dari
keadilan manusia yang ditetapkan oleh pemilih pemimpin pemilik kuda itu.
Dalam satu masyarakat
tani yang telah jadi, pemilik tanah akan menjadi kunci bagi pembentukan
lembaga-lembaga dan konsep-konsep politik, sosial, hukum dan kebudayaan: Dalam
masyarakat semacam itu, kelas yang memiliki tanah adalah pemerintah yang
sebenarnya dari negara dan masyarakat, tak peduli apakah ada kekuasaan formal
yang berlainan tujuan. Demikian pula, kelas pemilik tanah akan menentukan
ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial yang datang dan berlaku.
Akhirnya dalam
masyarakat industri modern dari dua abad belakang ini, pemilikan alat-alat
produksi industri merupakan kunci utama. Kaum kapitalis tidak saja menentukan
nasib ekonomi masyarakat, tapi juga menguasainya secara politis (tidak peduli
kenyataan-kenyataan sebaliknya yang formal dan sah), dan menetapkan ukuran-ukuran
dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat itu. Tujuan terakhir dari undang-undang,
pendidikan, pers, dari hasil-hasil karya artistik dan sastera adalah untuk
mempertahankan satu idealogi yang dijiwai oleh kekebalan dan kebenaran
bangunan-bangunan hak milik kapitalis
Teori interpretasi
ekonomis terhadap sejarah oleh Marx mempunyai kekurangan-kekurangan yang sama
dengan teori-teori lainnya, yakni dalam bentuk anggapan seakan-akan telah
memberikan "kunci utama" bagi penafsiran sejarah: satu pemukul-rataan
dan pemudahan persoalan yang berlebih-lebihan. Apabila diperlukan hanya satu
faktor (apakah faktor itu berupa pahlawan, peperangan, agama, suasana, suku
bangsa, ekonomi dan lain-lain seterusnya dalam sejarah ) untuk tugas penerangan
dan penggambaran, yang seharusnya lebih tepat dilakukan beberapa faktor, maka
tugasnya akan terlalu berat. Tidak pemah ada satu faktor yang sendirinya lebih
berpengaruh di sepanjang sejarah, dan faktor manakah yang paling penting dalam
suatu keadaan tertentu adalah satu soal yang harus diselidiki dari pengalaman.
Satu jalinan banyak
faktor yang sukar diuraikan, senantiasa terdapat dari bukanlah satu pekerjaan
yang mudah untuk menerangkannya dalam bentuk satu peristiwa kongkrit atau satu
rentetan kejadian. Adalah cukup sukar untuk menerangkan secara pasti
alasan-alasan apakah yang menyebabkan diambilnya tindakan oleh seseorang, oleh
karena tindakan seseorang itu sering saling bertentangan, suatu hal yang
menurut pikiran yang wajar tidak semestinya. Adalah lebih sukar lagi untuk
menyisihkan bagian-bagian yang menentukan dari suatu tindakan yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh suatu golongan kecil; dan sesungguhnya adalah tidak
mungkin untuk memukul-ratakan saja segala tindakan kolektif secara besar-besaran
dari proses-proses di sepanjang sejarah.
Untuk memberikan sebuah
gambaran yang praktis: Penafsiran Marxis tentang imperialisme ialah sebab yang
utama adalah kepentingan-kepentingan dan pertentangan-pertentangan ekonomi,
dan peperangan dalam zaman kapitalisme adalah puncak dari pertentangan-pertentangan
imperialisme. Tidak disangkal lagi bahwa imperialisme; kuno maupun modem,
telah terwujud dalam sejarah yang asal-usulnya dapat diteliti; yakni berasal
dari faktor-faktor ekonomi; beberapa contah dari ekspansi imperialisme klasik
dari negara-negara kapitalis maju seperti Belanda, lnggris dan Perancis dalam
abad XVIII dan permulaan abad XIX dapat diselidiki asal-usulnya, yakni terutama
kekuatan-kekuatan ekonomi. Selanjutnya juga mungkin untuk menemukan
perang-perang kecil, baik di zaman dahulu maupun di waktu akhir-akhir ini, yang
terutama beralaskan kepentingan-kepentingan dan persengketaan- persengketaan
ekonomi.
Sungguhpun demikian,
interpretasi ekonomis tidaklah mengenai inti persoalan, sepanjang yang
berkenaan dengan pertikaian-pertikaian besar dan menetukan dalam sejarah.
Orang-orang Yunani/Romawi yang memerangi Persia hampir 2500 tahun yang lalu berbuat
demikian, bukanlah terutama untuk melindungi modal-modal yang ditanam dan
kepentingan-kepentingan perdagangan di Asia Kecil, akan tetapi oleh karena
mereka tahu bahwa kemenangan Persia akan berarti berakhimya peradaban
Yunani/Romawi.
Kemenangan Persia tidak
disangkal lagi akan mengakibatkan kerugian-kerugian di lapangan ekonomi dan keuangan bagi Yunani,
akan tetapi kemungkinan akibatnya yang utama adalah kehancuran cara hidup
Yunani, dengan segala ketekunannya dalam usaha mencari kebenaran, dan
penghargaannya terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena seluruh bangunan
peradaban Barat tidak dapat dibayangkan dengan tidak mengingat sumber
Yunaninya; kemenangan Persia atas Yunani akan berarti "Asianisasi"
Eropa secara spiritual dan intelektual.
Demikian juga untuk
mengambil contoh yang paling dekat, inti persoalan dalam Perang Dunia I dan II
bukanlah perlindungan terhadap investasi-investasi Inggeris di Afrika atau
pinjaman Amerika Seerikat pada lnggeris dan Prancis, akan tetapi soal yang
lebih pokok ialah apakah kemerdekaan agama; intelektual, politik dan rasial,
akan hidup terus, ataukah militerisme totaliter akan menguasai dunia. Sekali
lagi, tidak diragukan bahwa kemenangan Jerman dalam Perang Dunia I dan II akan
mengakibatkan kerugian-kerugian yang mendalam di lapangan ekonomi bagi yang
kalah; tetapi akibat ekonomi ini akan kecil artinya jika dibandingkan dengan
akibat-akibat pengembalian cara hidup yang didasarkan atas penolakan total
terhadap tradisi Barat.
Yang luput dari
interpretasi Marxis-Komunis dalam menganalisa pertikaian-pertikaian besar
semacam itu adalah, pertama, unsur
kekuasaan (yang kadang-kadang lebih banyak menjadi sebab daripada merupakan
akibat dari keuntungan ekonomi); kedua,
bentrokan diantara sistem-sistem nilai yang sering lebih penting bagi manusia
daripada kepentingan-kepentingaan ekonomi, tak perduli apakah nilai-nilai yang
bersangkutan semata-mata bersifat politik, agama, intelektual, atau dalam arti
yang lebih luas, pernyataan simbolik dari sesuatu keseluruhan cara hidup.
Sebenarnya dimana pertentangan-pertentangan kepentingan bersifat ekonomi,
kompromi biasanya agak lebih mudah dicapai; akan tetapi, dimana nilai-nilai
yang lebih mendalam dipertaruhkan, seperti kemerdekaan perseorangan,
kemerdekaan beragama, atau kemerdekaan nasional, maka kompromi akan menjadi
lebih sulit. 17
Marxisme-Komunisme
menggambarkan sejarah sebagai satu-satunya arus material-determinatif yang
dalam perjalanannya, membangun sesuatu yang disebut manusia dari elemen
material, sesuai dengan hukum proses sejarah yang tak dapat diubah. Jadi pada
akhirnya historisme menurut Marx dan Komunis mengarah kepada determinisme-materialistis,
dimana di dalamnya manusia menjadi elemen yang pasif.
Dalam konteks ini
Marxisme-Komunisme adalah suatu keadaan yang membingungkan. Marx dalam salah
satu fasenya adalah seorang materialis, jadi menganggap makhluk manusia hanya
sebagai suatu elemen dalam batas-batas dunia material. Dalam fase lain, ia
adalah pendukung ekstrim.sosiologisme. Jadi ia memberikan kebebasan pada
masyarakat dalam menghadapi kecenderungan naturalistik dan humanistik, dan
kemudian dengan sewenang-wenang menggolong-golongkan unsur-unsurnya ke dalam
infrastruktur atau suprastruktur - yang pertama menunjukkan cara produksi
material; dan yang kedua menunjukkan kebudayaan, moral, filsafat, kesusastraan,
seni, ideologi dan seterusnya. Dalam hal ini manusia tak lebih daripada bagian-bagian
ini. Ringkasnya, kemanusiaan ternyata hanya produk dari cara produksi material.
Karena Marx merinci cara produksi sebagai terdiri atas alat-alat produksi,
maka akhimya keunggulan manusia dalam Marxisme-Komunisme berasal dari
keunggulan alat-alat. Jadi di sini ia berbicara mengenai paham peralatan (untensilisme), humanisme.
Dengan menggabungkan
dialektika dengan materialisme, Marx bukan saja menyembunyikan mahkota
kemuliaan manusia, tetapi juga membangun determinisme materialisme di atas
kekuatan determiriisme historis dalam manusia. Hal ini benar-benar
mengakibatkan perbelengguan keinginan manusiawi sebagai sumber keunggulan
manusia di dunia ini, dan akhirnya menceburkan kemanusiaan ke dalam lubang yang
sama dari fatalisme - yang digali oleh pendukung ajaran religius - takhayul
atau filosof filosof dan teolog-teolog yang bekerjasama dengan kekuasaan
politis. 18
Dari uraian singkat di
atas, tampak degan jelas bahwa teori Historical-Materialisme
tidak ditopang oleh data dan fakta yang akurat, dan di samping itu adanya
kerancuan dalam jalan pikiran Marx untuk mangambil kesimpulan umum. Historical-Materialisme lebih bersifat
dogmatis ketimbang ilmiah.
Selanjutnya, teori
dialektika Marx dalam sejarah dirumuskannya sebagai berikut: feodalisme sebagai
tesa; kapitalisme sebagai antitesa, dan komunisme sebagai sintesa. Teori ini,
katanya, akan terus berlaku di setiap permukaan bumi ini! Tetapi satu fakta
yang tidak bisa dibantah bahwa Rusia sebagai satu bentuk dan contoh negara komunis
pertama di dunia, menjelma langsung dari fase feodalisme menjadi komunisme
tanpa melalui fase kapitalisme; dari tesa langsung kepada sintesa tanpa melalui
antitesa. lni adalah bukti bahwa Rusia sebagai negara yang menerima sepenuhnya
doktrin Karl Marx, secara langsung mendustakan teori Marx mengenai dialektika.
19
Begitu pula negara Cina
Komunis dan Vietnam, serta bahkan negara-negara Eropa Timur yang menjadi
negara-negara komunis seperti Hongaria, Polandia, Cekoslovakia, juga tidak
menurut dialektika Marx: feodalisme - kapitalisme - komunisme, tetapi karena
ekspansi militer Rusia.
Dalam Manifesto Komunis,
Marx menerangkan apa sebabnya revolusi merupakan satu-satunya cara bagi
perubahan bentuk yang pokok di bidang sosial. Apabila "knowhow" di lapangan teknologi (tenaga-tenaga produksi
infrastruktur) mulai mengatasi lembagalembaga sosial; hukum dan politik yang
ada (hubungan-hubungan produksi/suprastruktur), para pemilik alat-alat produksi
tidak melapangkan jalan secara hormat untuk membiarkan sejarah mengikuti arah
yang mau tidak mau ditempuhnya.
Oleh karena itu ideologi
kelas yang berkuasa mencerminkan sistem ekonomi yang berlaku, para pemilik
alat-alat produksi percaya sungguh bahwa sistem yang berlaku secara ekonomis
adalah yang paling efisien, secara sosial yang paling adil, dan secara
filosofis yang paling selaras dengan undang-undang alam dan dengan kemauan
Tuhan yang manapun yang mereka puja.
Marx mengatakan dengan
tandas bahwa tuan tanah feodal atau kapitalis industri perseorangan; menghalangi
perubahan sosial karena ketamakan diri sendiri; perlawanan kelas yang berkuasa
terhadap perubahan adalah sedemikian gigih, sehingga akhirnya membuat revolusi
suatu hal yang tidak dapat dielakkan; tegasnya karena ia menyemaikan
nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai universal yang berlaku. Oleh karena
itu kelas yang berkuasa akan menggerakkan segala alat suprastruktur: hukum,
politik dan ideologi untuk memblokir pertumbuhan-pertumbuhan kekuatan yang
mewakili sistem ekonomi yang potensial, yang lebih progresif. Disebabkan hal
ini, Marx mengatakan di bagian permulaan Manifesto Komunis bahwa "sejarah seluruh masyarakat yang ada
hingga sekarang ini adalah sejarah dari perjuangan kelas".
Marx tidak berhasil
mendapatkan contoh dalam sejarah dimana suatu sistem sosial dan ekonomi
berpengaruh, secara sukarela menyerah kalah terhadap penggantinya. Berdasarkan
anggapan bahwa masa depan itu akan menyerupai masa silam orang-orang komunis,
seperti ditulis oleh Manifesto Komunis, "dengan terus terang menyatakan bahwa
tujuan mereka hanya dapat tercapai dengan merombak segala kondisi-kondisi
sosial yang ada dengan jalan kekerasan". Ini adalah salah satu dari
prinsip-prinsip yang menentukan dari Marxisme-Leninisme, dan satu prinsip yang
paling jelas dan tegas membedakannya dari demokrasi.
Marx pada satu saat
tidak mempunyai pandangan yang konsisten bagaimana perubahan politik dari
kapitalisme ke komunisme akan berlangsung. Sungguhpun dalam Manifesto Komunis,
seperti juga melalui banyak pernyataannya tentang soal tersebut, ia percaya
akan perlunya revolusi, tetapi terkadang ia tidak konsisten bahkan ragu.
Berbicara di tahun 1872 pada suatu rapat umum di Amsterdam sehabis Kongres
Internasional I; Marx mengakui bahwa kelas pekerja dapat menempuh berbagai
jalan dalam mencapai kekuasaan: "Kita
tahu bahwa kita harus mempertimbangkan bahwa lembaga-lembaga adat dan
kebiasaan dari berbagai daerah, dan kita tidak menyangkal bahwa ada
negara-negara seperti Amerika, Inggeris dan --andaikata saya mengenal
lembaga-lembaga saudara lebih baik, saya mungkin akan menambahkan negeri
Belanda-- di mana kaum pekerja dapat mencapai tujuan mereka dengan jalan damai.
Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan semua negara lainnya".
Marx tidak pemah mempelajari secara penuh implikasi pembedaan ini, dan pendapat
yang kuno dari Marxisme-Komunisme adalah tetap bahwa perubahan dasar di bidang
sosial dan ekonomi tidaklah mungkin kecuali dengan peperangan kelas, kekerasan
dan revolusi.
Dalam permulaan tahun
1830 terjadilah dua revolusi besar yang bagi Marx gagal untuk menilai dengan
sewajarnya. Di tahun 1832, dikeluarkan Reform
Act di lnggeris, yang berarti bahwa pemerintahan bangsa tersebut mulai saat
itu akan dipegang bersama-sama oleh kaum aristokrat dan golongari kelas
menengah, dengan berat timbangan cara bertahap bergeser ke arah yang
menguntungkari bagi golongan terakhir. Pada waktu yang hampir bersamaan;
revolusi kaum pengikut Jackson di Amerika Serikat menimbulkan pergeseran secara
damai pula dalam kekuasaan kelas; dengan jalan membawa orang-orang dari daerah
luar kota masuk ke dalam gelanggang potitik Amerika dan dengan berhasil
menantang keunggulan tuan-tuan dari Virginia dan New England yang mempermalukan
pemerintah Amerika Serikat sebagai anugerah Tuhan.
Perubahan-perubahan di
Inggeris dan Arnerika Serikat adalah lebih dan pada hanya merupakan
kemenangan-kemenangan politik: mereka adalah permulaan dari pergeseran yang
tetap dalam pembagian kekuatan posisi dan ekonomi pada kedua bangsa tersebut;
semacam perubahan yang ada dalam benak pikiran Marx. Ketika revolusi menyapu
bersih seluruh Eropa di tahun 1848, Inggeris tidak terkena, karena tujuan
revolusi tahun 1884 --yang memenangkan bagi golongan kelas menengah bagian yang
wajar di bidang kekuasaan sosial dan politik-- telah dicapai secara damai oleh
golongan kelas menengah di Inggeris di tahun 1832.
Andaikata Marx mengakui
secara wajar pentingnya faktor politik, andaikata ia dapat menangkap sepenuhnya
kepentingan peranan Reform Act di
Inggeris dan revolusi damai Jackson di Amerika Serikat; ia akan menginsafi
bahwa sosialisme di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi yang
demokratis, yang cukup kuat menampung
perubahan-perubahan
sosial dan ekonomis yang berakibat jauh, dengan tidak usah menempuh jalan
perang saudara. Akan tetapi pengakuan terhadap faktor-faktor kultural dan
politik dalam memperseimbangkan perubahan sosial yang sesungguhnya akan
berarti melepaskan pusat tempat berpijak Marx: bahwa sejarah adalah sejarah
peperangan kelas, dan bahwa kelas-kelas yang berkuasa selalu mempertahankan
kedudukan mereka sampai detik yang penghabisan, yang pahit sekalipun.
Apabila kadang-kadang
Marx mengakui bahwa di negara-negara seperti Inggeris, Amerika Serikat dan
negeri Belanda, revolusi kekerasan tidak akan diperlukan untuk merubah kapitalisme
menjadi masyarakat proletar yang tidak berkelas (komunis), teranglah bahwa
persamaan yang ada pada ketiga negara tersebut adalah dalam demokrasi politik,
yang didukung oleh adat kebiasaan dan lembaga-lembaga yang demokratis dalam
segala macam hubungan manusia, baik yang bersifat politik atau tidak.
Apakah lingkungan
pengecualian oleh Marx harus diperluas atau tidak, dengan demikian akan bergantung
pada soal apakah demokrasi telah tersebar di seluruh dunia sejak meninggalnya
Marx. Biar bagaimanapun, konsesi yang diberikan oleh Marx bahwa sejumlah kecil
negara-negara yang politis maju, mungkin revolusi tidak diperlukan, selain
merupakan sakit kepala bagi orang orang komunis. Lenin memperbincangkan soal
ini dalam tulisannya "State and
Revolution" (1918); risalah politiknya paling terkenal dan
berpengaruh, sambil mendakwakan bahwa menjelang tahun 1917 "pengecualian yang diberikan oleh Marx tidak berlaku lagi"
karena Inggeris dan Amerika Serikat telah mengembangkan lembaga-lembaga yang
birokratis, yang di bawahnya takluk segala sesuatu dan menginjak-injak
segala-galanya di bawah "telapak kaki".
Di antara tahun 1872 dan
1917, baik lnggeris maupun Amerika Serikat memperluas hak pilih dan bergerak
secara teratur ke arah lebih banyak perubahan politik dan sosial. Hanya setahun
meninggalnya Marx, seorang pemimpin liberalis lnggeris, Sir William Harcoutt,
menerangkan dalam tahun 1884: "Kita
semua sekarang adalah kaum sosialis"; yang menunjukkan diterimanya
perubahan pokok di lapangan sosial dan ekonomi oleh semua partai.
Oleh karena catatan
sejarah yang sebenamya dari tahun 1872 -1917 kelihatannya bertentangan dengan
"dogma" Lenin, maka dianggap perlu untuk menulis kembali sejarah
dengan tidak mengakui sama sekali bahwa Inggeris dan Amerika Serikat telah
bergerak ke arah demokrasi politik dan sosial yang lebih luas sejak tahun 1872,
Lenin bersikap keras dan menuduh bahwa kedua negara tersebut telah besifat
lebih menindas, otoriter dan plutokratis. Terhadap keterangan William Harcoutt,
"kita semua sekarang adalah kaum
sosialis", Lenin memberi jawaban: "kamu
semua adalah budak-budak Wall Street yang haus darah dan militeristis".20
Sikap kaum komunis yang
bersikeras mempertahankan revolusi sebagai satu-satunya jalan untuk mengadakan
perubahan pokok di bidang sosial melanggar doktrin Marxis dalam satu hal pokok
yang lain. Menurut Marx, keadaan dari kehidupan manusia menentukan
kesadarannya, oleh karenanya perubahan sosial bukanlah merupakan hasil dari
kemauan dan pilihan bebas manusia semata-mata.
Di mana keadaan
masyarakat mengizinkan adanya peralihan secara damai dan hak milik
perseorangan; jadi pemilikan umum atas alat-alat produksi; penggunaan kekerasan
dan subversi, menurut pengertian Marx bisa ditolerir, dogma kaum komunis
mengenai kesadaran, hanya dalam masyarakat dimana keadaan penghidupan sosial
dan politik telah menciptakan kesangsian yang umum terhadap kemungkinan
perubahan secara damai; ia tidak cocok bagi bangsa-bangsa yang kesadaran
demokrasinya bukanlah merupakan hasil dari undang-undang dasar di atas kertas,
tetapi tumbuh dari keadaan kehidupan mereka sendiri; sikap ini berarti menerima
pandangan Marx yang pragmatis dan oportunistis. Kaum komunis yang bersikeras
mengenai revolusi dan kediktatoran universal sebagai satu-satunya jalan untuk mengadakan
perubahan; mereka pada hakekatnya memproklamasikan doktrin yang bukan Marxis
lagi, yakni bahwa tidak peduli bagaimana keadaan historis, kultural, sosial,
ekonomi dan politik, kesadaran yang merata --kredo kaum komunis-- dapat
dipaksakan di mana saja, hanya dengan kekerasan. 21
Biasanya, teori yang
betul menjadi petunjuk bagi politik yang efektip, dan teori yang salah dapat
hukuman kegagalan dalam praktek. Dan bukti-bukti dari teori komunis yang salah
ini akan kita tampilkan lebih lanjut.
Uraian di atas
memperluas wawasan kita bahwa doktrin Marxisme-Komunisme, yang paling sering
didengung-dengungkan sebagai hebat dan ilmiah, ternyata setelah dianalisa dan
disesuaikan dengan data dan fakta ilmiah, ternyata sangat rapuh dan labil,
bahkan lebih bersifat dogmatis dibanding dengan doktrin-doktrin agama manapun
di dunia ini. Demikian dogmatisnya sehingga segala data dan fakta serta koreksi
ilmiah yang dapat menggugurkan doktrin Marxisme-komunisme, dianggap oleh mereka
sebagai kaum reaksioner dan kepala batu.
Selanjutnya, kita akan
membuktikan pula adanya kontradiksi-kontradiksi dalam Marxisme-Komunisme, yang
sekaligus paling menonjol dan paling mencolok, tetapi paling sedikit
diperhatikan orang, yaitu suatu kontradiksi yang merupakan faktor utama penyebab
kegagalan dalam mewujudkan cita-cita yang dinyatakan sendiri. Pendek kata,
Marxisme tampil sebagai lawan utama Marxisme sendiri.
Menurut Ali Syari'ati,
banyak kaum intelektual yang dipaksa menyadari kontradiksi ini; tanpa
sepenuhnya berusaha mengatasi atau bahkan mengakuinya, telah menjelaskan
kontradiksi ini dengan argumentasi yang paling rapuh. Mereka telah mengemukakan
perbedaan esensial antara Marxisme sebagai suatu ajaran dengan regim Marxis
yang ada, dan menganggap regim Marxis telah menyimpang dari prinsip-prinsip
Marxisme (sehingga regim-regim tersebut belum mencapai tujuan semula Marxisme
seperti yang diimpikan oleh pendirinya). Lalu kaum intelektual ini berusaha
mengatasi kontradiksi ini dalam pikiran mereka dengan saling lempar tuduhan dan
kutukan seperti: "revisionisme"; "kultus individu";
"nasionalisme"; "embourgeisment"; "kolaborasi";
"Titoisme"; "Stalinisme"; "Maoisme", dan
sebagainya.
Sebenamya kontradiksi
tersebut terletak pada sumber ideologiriya sendiri. Suatu kontradiksi antara tujuan
dan cara, kontradiksi antara manusia dalam filsafat Marxis dan manusia dalam
masyarakat Marxis.
Apabila Marx berbicara
mengenai manusia dan khususnya, apabila ia berbicara secara mendalam dan penuh
gairah mengenai kekejian kapitalisme, kebudayaan borjuis dan organisasi
sosialnya, industri Barat serta rnengenai pemborosan potensi manusia dalam
sistem tersebut, ia memperdengarkan nada yang begitu mistis sehingga seseorang
akan menganggapnya pengkhayal, filosof Platonis, moralis atau bahkan seorang pendeta.
Dalam mengutuk sistem kapitalis yang berdasarkan kekayaan pribadi, upah
pekerja, nilai uang, prinsip persaingan dan seterusnya, Marx sebagian besar
bersandar pada konsepsi bahwa realitas manusia sebagai esensi mulia yang telah
dinodai dan disempitkan oleh sistem ini, dan nilai rendah telah menggantikan
nilai-nilai kemanusiaan.
Bahkan selagi Marx
membicarakan materialismenya sendiri dalam hubungannya dengan manusia, nada
yang ia pakai mengingatkan kita pada kaum moralis. Ketika ia ingin menunjukkan
alasan-alasan mengapa materialisme menjadi dasar komunisme, ia mengenakan
pada materialisme dengan sifat-sifat yang merupakan bidang agama atau paling
tidak filsafat moral. Ia memberikan warna idealistis pada sosiologi Marxis: "Tidak diperlukan pandangan mendalam
untuk memahami bahwa materialisme --karena pandangannya mengenai kebaikan
bawaan, kesamaan intelegensia diantara semua orang, kapasitas mulia untuk
mengalami, mengenal dan mempelajari kesamaan hak rakyat atas kesenangan dan
sebagainya-- pasti berkaitan dengan komunisme dan sosialisme".
Tatkala dalam membela
manusia dan memuji rakyat jelata; ia menyerang Kristen, ia memperdengarkan nada
seorang Kristen dan menggunakan ucapan-ucapan yang lazim dipakai dalam
karya-karya tentang moralitas religius atau idealisme moralis: "Prinsip sosial kristen mengajarkan
ketidak-hormatan, kekejian, kehinaan, watak budak; rendah diri; pendeknya semua
sifat yang rendah. Kaum proletar menolak untuk menerima pemerosotan martabat
ini. Mereka memerlukan lebih banyak keberanian, harga diri, kebanggaan dan
gairah untuk kemerdekaan daripada untuk mendapatkan roti". Marx-kah
yang berbicara tentang rakyat jelata ini, atau Jean Jacques Rousseau, atau
mungkin Ernest Renan atau John Stuart Mil1?
Tatkala ia berbicara
mengenai keterasingan manusia dari dirinya, Marx adalah seorang
humanis-spiritual yang memuji esensi manusia yang sejati, independent dan suci
sebagai sumber asli sifat-sifat luhur serta tabiat transendental dan bebas,
yang lebih mulia dari segala makhluk; "Semakin
banyak bekerja membaktikan dirinya pada pekerjaannya, dan semakin kuat dunia
asing yang diciptakannya, maka semakin miskinlah diri-individunya,
dunia-bathiniahnya. Hal ini juga berlaku bagi agama: semakin dalam manusia
menyerahkan dirinya kepada Tuhan, semakin kurang ia menjadi milik dirinya".
Di sini kita lihat dengan jelas bahwa ketika mernbicarakan manusia, Marx mengaku
suatu dunia bathiniah dan suatu dunia lahiriah, suatu diri dan suatu
lingkungan. Menarik sekali bahwa ia mengakui adanya hubungan kebalikan di
antara keduanya. Jelas terasa bahwa ia di sini membela humanisme
"Independent" atau dengan ucapannya sendiri "tabiat manusia yang mampu hidup sendiri" di hadapan
Tuhan, masyarakat dan alam. Ketika Marx menyerang agama, ia mengangkat
spiritual manusia lebih tinggi lagi, seakan-akan makhluk suci, si pencipta
dirinya sendiri; sedangkan Tuhan, yang berarti manifestasi dari semua nilai
moral suci dan absolut, adalah pantulan esensi manusia yang suci dan
transendental.
Dalam semua karya yang
ditulisnya bersama Engels, ia mengulas manusia sebagai realitas yang penuh
dengan "sifat-sifat kebaikan" dan "nilai abadi yang mulia".
Manusia bebas berpikir, mampu memilih suatu "sebab independent" yang
lebih unggul atas penyebab material dalam alam, sejarah dan masyarakat. Manusia
terbedakan oleh harga diri, keberanian, kreativitas, kecintaan pada sesama,
kesiagaan untuk mengorbankan diri demi kepercayaannya dan rasa tanggung jawab
terhadap sesamanya. Akhimya, ia juga pencipta nasib dan alam instrinkisinya
sendiri, dan bahkan "rasul" dan juru selamat bagi bangsanya.
Inilah Marx, si filosof
yang berbicara tentang manusia; Marx yang telah membangun humanismenya dari
anasir yang berasal, langsung atau tak langsung, dari agama, aliran mistik,
filsafat moral dan khususnya dari humanisme abad XVII seta sosialisme moral
Jerman awal abad XIX. Karena itulah maka Andre Piettre, di antara sekian banyak
orang, dengan segala kesungguhannya telah berbicara mengenai manusia
"mistik atau spiritual" dalam humanisme Marx. Tidaklah berlebih-lebihan
kalau orang secara blak-blakan menganggap si manusia Marx ini memuji dewa yang
mengembara di bumi dengan kedua kakinya.
Meskipun demikian,
segera setelah Marx "si filosof' menjadi bungkam, maka Marx "si
sosiolog" merusak semua yang telah ia capai. Ia menyentakkan makhluk
manusia yang sedang duduk di atas tahta ketuhanan ini dan membantingkannya ke
tanah. Pencipta yang kuasa ini, yang telah menciptakan Tuhan, sejarah dan
bahkan dirinya sendiri, serta telah mengubah alam agar sesuai dengan kesadaran
diri dan keinginan menguasainya, ternyata tiba-tiba telah diciptakan oleh
peralatan ekonominya sendiri. Peralatan itu sendiri adalah produk yang tak
dapat dielakkan dari hukum materialisme dialektika. Alat-alat tersebut adalah
dua hal: barang dan manusia.
Dengan cekatan Marx
"si sosiolog" mengubah tabiat "manusia menjadi Tuhannya
Marx" si filosof, menjadi barang. Ia membicarakan kepribadian manusia
dengan nada yang membuat marah atau setidak-tidaknya membikin takut
alter-egonya sendiri: "Bagi manusia ia sosialis; kecuali bentuk manusia
alamiah, semua hal dalam sejarah kemanusiaan adalah produk kerja". Engels
datam eseinya "Peranan kerja dalam Manusia Kera", menyambung:
"Kaum ekonomis mengganggap kerja sebagai asal-mula semua kekayaan. Tetapi
kerja bermakna lebih jauh dari itu. Kerja adalah syarat esensial bagi semua
pandangan, kerja telah menciptakan manusia itu sendiri ......., sebenarnya,
kerja yang telah mengubah kera menjadi manusia ..... Alat yang digunakan
manusia untuk bekerja menentukan cara kerja yang merupakan infrastrukur.
Sistem sosial, hak milik, sistem legal, pemerintahan; agama, filsafat,
kesusasteraan, seni, nilai-nilai moral; ideologi dan kebudayaan mengambil
bentuk sesuai dengan sifat infrastruktur ini, bentuk yang terjadi selalu cocok
dengan infrastruktur tersebut atau malah menjadi produknya".
Yang paling penting dan
paling menakutkan, Marxisme Sosiologis mengemukakan konsep kapitalisme:
eksploitasi, sengketa kelas serta hak milik pribadi sosial dalam satu sikap
pokok yang berbeda dan bertolak belakang dengan Marxisme filosofis. Dalam
sosiologi Marxis dan filsafat sejarahnya, kita melihat digalinya kuburan
menakutkan oleh sosiolog dan ekonom Marx untuk "manusia-tuhan" yang
diciptakan oleh filosof anthropolog Marx. Sekarang dapat kita pahami lebih baik
ucapan Edouard Berth, seorang Marxis terkenal, bahwa secara esensial Marxisme
adalah filsafat kaum produsen.
Dengan logika yang
menganalisa sejarah, masyarakat, kehidupan, kebudayaan, pemikiran dan cita-cita
kemanusiaan seperti ini, maka apakah makna ucapan orang komunis bahwa tatanan
kapitalis menimbulkan kerusakan moral dan nilai-nilai, perusakan humanisme dan
esensi manusia? Karena selama Marx, dalam analisis-analisisnya mengenai
masyarakait sejarah, berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar sosiologinya
tetap setia pada pandangan ilmiah yang gersang dan kesepakatan kaku dari
"realitas yang ada", sehingga ucapan-ucapannya menjadi tak berisi
ketika ia berbicara mengenai kebenaran, nilai, penindasan dan keadilan, kebasan
atau perbudakan selama masa bekerja dengan tangan dan pertanian?
Dengan dasar pandangan
ini, kita bukan saja harus menyebut semua sosiolog selama sebelum Marx sebagai
kaum utopis, tetapi juga bahwa semua orang yang telah berjuang demi keadilan,
kebebasan, juru selamat dan pemimpin, massa yang berjuang melawan perbudakan,
feodalisme, eksploitasi, sistem-sistem kekayaan pribadi dan bahkan menentang
agama-agama, kebudayaan-kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan yang penuh takhayul
dan mandeg --pada hakekatnya berjuang dalam kesia-siaan. Disebabkan tidak
menyadari karakter yang menentukan dari cara produksi pada masanya, mereka
menjadi pemimpin dan pengkhayal. Andaikata mereka benar-benar memahami filsafat
sejarah materialistis dan sosialisme-ilmiah, tentu mereka akan menerima konteks
sosial dan warna hukum pada masa mereka, juga hak milik pribadi dan gaya
hubungan interpersonalnya, bagaimanapun tidak manusiawinya. Mereka akan
menunggu dengan sabar munculnya "almasih yang dijanjikan, sang mesin yang
akan mengolektifkan kerja"! Lalu melalui mukjizat dialektika, manusia akan
hidup di sana sebagai dewa yang telah terpuasi? Bagaimana Marx akan mengobati
moral yang telah dirusak oleh tatanan borjuis? 22
Jadi
kontradiksi-kontradiksi yang kita jumpai di dalam doktrin-doktrin Marxisme-Komunisme
adalah fakta-fakta tambahan bahwa logika Marx memang rancu dan secara ilmiah
sulit untuk bisa dipertanggung-jawabkan. Kerancuan berpikir ini sangat mungkin
timbul pada diri Marx, apabila kita melihat latar belakang sejarah lahimya
Marxisme-komunisme. Teori-teori Feuerbach, Hegel, Darwin, Proudhon dan Ricardo,
dia ambil seenaknya dan mencocokkannya dengan kerangka yang ia telah siapkan,
di mana ia soolah-olah adalah manusia yang lengkap dan serba tahu. Padahal
Marx tidak melakukan peninjuan yang seksama dan penelitian yang mendalam
tentang kelemahan teori-teori tersebut dan kontradiksi-kontradiksi yang
terdapat di dalamnya. Akibatnya dari teori yang beraneka ragam itu dan yang
mempunyai kelemahan-kelemahan, yang kemudian ia susun dalam suatu kerangka
sekadar jadi, tidak menjelma menjadi suatu kebulatan yang utuh, tidak menjadi
satu sistem yang bulat, tetapi berderai, berdiri sendiri-sendiri yang saling
berlawanan dan bertentangan.
Oleh karena itu
kebesaran Marx dalam menyusun teori-teorinya bukan dalam satu kebulatan yang
utuh sebagai suatu sistem, tetapi justru dalam kontradiksi-kontradiksi dan
kerancuan berpikir; dan inilah bukti bahwa Marxisme-Komunisme lebih bersifat
dogmatis ketimbang ilmiah.
Selanjutnya, karena
kepicikan-kepicikan ilmu dan kekerdilan berpikir di kalangan umat Islam, ada
yang mengira bahwa Islam --di luar penentangannya pada Marxisme dalam masalah
ketuhanan-- memiliki banyak persamaan dalam pendekatannya terhadap manusia dan
masalah sosial. Kemiripan-kemiripan ini telah banyak dibicarakan oleh
orang-orang seperti Michae Alqaf; Omar Uzgham, Bashir Muhammad; Bashir Ali dan
di Barat oleh Maxime Robinson. Dan sangatlah menarik bahwa pada kutub yang
berlawanan; politisi kolonial tertentu --termasuk beberapa orang yang memimpin
pembantaian di negara-negara muslim jajahan di Afrika, seperti Jenderal Salam
dan Jenderal Charbonneau di Aljazair-- telah melontarkan tuduhan yang
sama.terhadap Islam!
Pertama, kita mungkin mendapatkan unsur-urisur yang sama dalam dua ajaran pemikiran
yang bertentangan manapun: antara fasisme Jerman dengan Zionisme Yahudi; antara
humanisme materialis dengan kapitalisme.
Kedua, kemiripan cita-cita biasanya dikacaukan dengan kemiripan ideologi.
Ideologi yang bertentangan boleh jadi mempunyai cita-cita yang sama. Peradaban,
kemajuan ilmiah, kemakmuran material adalah cita-cita kolonialis, yaitu mereka
percaya bahwa dengan dijajahnya oleh masyarakat maju, maka masyarakat yang
terbelakang akan bisa mendapat dan mencapai peradaban, kemajuan ilmiah dan teknologi
serta kesejahteraan material. Jadi tujuan yang sama mungkin didapatkan dalam
dua ideologi yang bertentangan secara diametral, yaitu kolonialisrrie dan
gerakan-gerakan kemerdekaan.
Cita-cita manusia
melampaui ideologi, juga batas-tatanan dan periode sejarah. Cita-cita manusia
timbul dari sesuatu yang khas manusia; cita-cita ini memberituk nilai moral
abadi dalam diri manusia. Bebas dari tekanan, tumbuh ke arah kesempumaan,
keadilan, kebenaran, kesadaran diri manusia, keutamaan masyarakat di atas individu;
ukuran yang sama bagi nilai dan prestasi, perbudakan, kebodohan dan kelemahan;
kesempatan yang sah untuk hidup dan berkembang; penghapusan konflik golongan
(kelas), pengasingan ras, persaudaraan atau lain-lain bentuk pengasingan
kolektif, ketidak-adilan sosial, ekonomi dan moral, semua nilai ini adalah
cita-cita yang sepanjang sejarah kehidupan sosial manusia menjadi slogan
bangsa yang bebas dan cinta damai.
Orang mungkin menyatakan
bahwa nilai-nilai tersebut merupakan dasar humanisme yang sebenamya dan asli
dalam arti yang seluas-luasnya. Dari sinilah setanjutnya timbul perbedaan-perbedaan
dalam berbagai macam sistem pemikiran, masing-masing menghasilkan ajaran yang
berlainan ketika menafsirkan cita-cita itu, dan lebih khusus lagi dalam cara mencapainya:
agama, dengan menghubungkan manusia dengan asal dunia; filsafat, dengan menyingkapkan
hukum aturan hidup yang dapat dipahami; liberalisme borjuis Barat, dengan
kebebasan individu dan usaha-usaha persaingan dalam bidang produksi material
yang membawa kepada pencapaian kekuasaan dan kemajuan pengembangan ilmu;
Marxisme, dengan cara hak milik dan kekuasaan negara menuju ke tujuan yang
sama; sufisme, dengan kembali kepada diri sendiri demi pertumbuhan jiwa, kecukupan
diri secara intelektual dan kebebasan jiwa dari ikatan hawa nafsu; sebaliknya
materialisme, dengan menyesuaikan diri pada sifat alam dan seterusnya.
Kita sekarang harus
bertanya, methoda dan sistem apakah yang ditawarkan oleh Islam, Kristen, Hindu,
idealisme Hegel, dialektika Marxis dan lain-lain untuk mencapai cita-cita
manusia yang abadi?
Bila pertanyaan telah
diajukan, maka kita harus menjawab dengan jujur, bahwa sebaliknya dari
kepercayaan yang dianut oleh orang-orang yang mencari-cari kesamaan/kemiripan
"sikap dalam lslam dan humanisme Marxis", kedua ideologi yang sama
menyeluruh ini adalah "sama sekali bertentangan". Bahkan kita harus
berusaha menunjukkan adanya pertentangan ini dengan merujuk kepada hal-hal yang
dianggap sama, yang oleh orang dinilai mirip; disebabkan kenyataan bahwa
satu-satunya hal yang dapat dibandingkan hanyalah bahwa kedua ideologi ini
adalah lengkap.
Ideologi-ideologi lain
sebagian besar bersifat parsial, didasarkan pada satu bidang kegiatan manusia.
Misalnya, bidangnya materialisme dan naturalisme adalah filsafat; sedangkan
bidang politik, ekonomi, moral, soiologi, anthropologi dan penulisan sejarah;
para pengikutnya diberi kebebasan mereka boleh masuk ke dalam golongan kiri
atau ke dalam golongan kanan; mereka boleh menganggap sejarah sebagai bersifat
methodis dan ilmiah atau tidak methodis dan tidak ilmiah. Mereka boleh
menganggap manusia suatu makhluk yang memiliki watak bawaan tertentu, atau
sebagai sesuatu yang dihasilkan dari dan dibentuk oleh alam, kebudayaan atau
alat-alat produksi. Hal yang sama berlaku bagi eksistensialisme, sampai pada
tingkat bahwa seseorang eksistensialis bisa saja menjadi seorang yang beriman
atau seorang atheis, sosialis atau kapitalis. Nasionalisme bersandar pada
gerakan kemerdekaan politis dan integritas kebudayaan bangsa yang bersangkutan.
Seorang nasionalis mungkin saja mengakui idealisme atau materialisme, fasisme
atau cita-cita demokrasi, ketaqwaan atau atheisme. Hal ini juga berlaku untuk
agama, karena agama yang didasarkan pada hubungan manusia dengan yang ghaib atau
yang suci. Hukum dan peraturan agama (selain Islam) bersumber dari hasrat untuk
menata hubungan ini, atau dari nilai moral dan pendidikan yang memelihara
hidup dan sifat khusus agama tersebut bagi penganutnya.
Tetapi Islam dan
Marxisme-Komunisme adalah dua ideologi yang mencakup setiap dimensi kehidupan
dan pemikiran manusia. Dengan kata lain keduanya mempunyai kosmologi khusus,
bentuk organisasi sosial khusus, filsafat sejarah dan harapan masa depan khusus
serta cara untuk menyebarkan pandangan tersebut dengan khusus pula. Keduanya
berkepentingan dengan kehidupan pribadi dan sosial manusia di bumi ini. Tetapi
dalam semua bidang tadi, dua ideologi tersebut secara diametris bertentangan.
Islam dan
Marxisme-Komunisme sama sekali bertentangan dalam ontologi dan kosmologi.
Ringkasnya, Marxisme berdasarkan pada materialisme dan mendapatkan sosiologi,
anthropologi, etika dan filsafat kehidupannya dari materi. Alam Marxis,
misalnya, yakin alam materialis, sebagaimana dikatakan Marx, adalah "dunia
yang tidak berperasaan dan tak berjiwa", dimana manusia tak punya tujuan
"nyata". Sebaliknya kosmologi Islam bersandar pada kepercayaan pada
yang tak terlihat (yang ghaib), didefinisikan sebagai aktualitas yang tak
diketahui; yang ada di luar gejala material dan natural yang tak dapat
ditangkap oleh indera dan tak dapat di cerap secara intelektual, ilmiah dan
empiris; dan merupakan tatanan hakikat yang lebih tinggi dan titik pusat dari
semua gerak, hukum dan gejala dunia ini.
Al-Qur·an, pada awal
surat Al-Baqarah menyatakan bahwa percaya pada yang ghaib adalah prasyarat
petunjuk dan sumber ketaqwaan: "Alif lam mim. Ini adalah kitab yang tak
ada keraguan di dalamnya, tuntunan bagi yang taqwa, yang percaya kepada yang
ghaib; yang mendirikan shalat dan membelanjakan apa yang telah Kami berikan
kepada mereka" (Q.S. 2 : I-2). Yang ghaib ini sebenamya Zat Yang Mutlak
dan Iradah eksistensi. Berbeda dengan idealisme, yang menganggap gejala dunia
material timbul dari idea dan berbeda dengan materialisme yang membayangkan bahwa
idea muncul dari dunia material; Islam menganggap materi dan idea membagi
manifestasi (ayat) yang berasal dari Zat Mutlak yang ghaib, dengan dernikian
menyangkal materialisme dan idealisme sekaligus. Islam juga mengakui
eksistensi dunia alamiah yang terpisah dari idea, dan juga tetap berpendapat
bahwa manusia adalah makhluk tempat idea itu hidup, mempunyai kebebasan dan
kemuliaan yang berhubungan dengan alam material, masyarakat dan produksi.
Marx berusaha meniru
Feuerbach dan kaum neo-humanis lainnya, untuk membebaskan manusia dari
kehidupan sebagai wujud ekonomis dan keterasingan intelektual dan politis
manusia dari dirinya; mencoba mengembalikan keutuhannya dengan membuang
spesialisasi yang membagi-baginya. Ia berharap, seperti yang dikatakannya,
untuk mengembalikan manusia pada nilai-nilai kemanusiannya, kekuatan bawaan
dan penguasaan diri; dan mendorong manusia untuk mencapai kesadaran diri serta
membebaskannya dari semua tekanan. Karena kegagalannya untuk memahami faktor
selain dari materi dan karena konllik yang tak disadari dan tidak dirasakannya,
Marx akhirnya menenggelamkan manusia yang ia muliakan dalam ideologinya ke
dalam lubang materi yang tak berperasaan, dan dalam analisis akhir menggolongkannya
diantara benda-benda alamiah.
Kenyataannya, Marx
mengalami kontradiksi yang sama seperti yang dialami oleh semua pemikir
materials, yang berusaha untuk membangkitkan dan membela humanisme. Karena
tetap bependapat bahwa hanya satu eksistensi, yakni materi sebagai humanis
sia-sia ia berjuang untuk menerima yang kedua, yakni manusia. Oleh sebab itu
dari suatu sudut pandangan tertentu, apabila mereka berbicara mengenai kesatuan
dalam hubungannya dengan wujud dan kemudian mengajukan konsep humanisme, mereka
berhadapan dengan dualisme --karena orang tidak mungkin melakukan keduanya--
yaitu mengakui rnaterialisme dan dengan melepaskan manusia dari benda-benda
material, kemudian mengakui keutamaan dan kebebasan darinya.
Demikian juga kaum
idealis yang percaya pada humanisme, juga terlibat dalam kesulitan-kesulitan.
Mereka yang menolak dunia eksternal dan menghapuskan validitasnya sebagaimana
yang dapat dicerap, dengan memberi keutamaan pada idea (dengan suatu kecerdasan
kemanusiaan), tentu memperkokoh humanisme atau keutamaan manusia. Namun dengan
menyangkal aktualitas dunia material dan menolak ilmu (jembatan antara idea dan
yang aktual), mereka melemparkan manusia sebagai makhluk utama demi suatu jiwa
yang dikeluarkan dari dunia melankolis mutlak tanpa kriteria untuk membedakan
antara yang benar dan yang salah, pengetahuan dan kebodohan, yang baik dan
yang buruk, dan yang nyata dan yang bayangan. Seperti kaum Sophis pada zaman
Yunani, mereka akhirnya jatuh dalam pangkuan egosentrisme. Bukankan humanisme
tak lebih daripada egosentrisme?
Jadi kita tahu bahwa
ternyata manusia menjelma menjadi idealistis, yakni sebentuk jin. Tetapi Islam
tidak hanya menyelesaikan pertentangan alam, manusia dan Tuhan melalui prinsip
tauhid; melainkan juga menyatakan kebenaran bahwa subyektivitas manusia dan
alam material adalah tanda-tanda atau manifestasi yang berbeda dari hakikat
Tunggal Yang Maha Tinggi mengatasi pertentangan antara idea dan materi, dan
pertentangan antara manusia dan alam. Bahkan ketika melihat realitas manusia
dan aktualitas material sebagai dua prinsip yang berbeda, Islam membangun suatu
ikatan fundamental, suatu hubungan eksistensial diantara keduanya, seraya
menganggap dari sumber yang sama.
Pandangan tentang
pengaruh "mengasingkan dari agama", yang dipinjam Marx dari
Feuerbach, bukan hanya tak dapat diterapkan dalam Islam, tetapi sebaliknya
--keterasingan manusia dari dirinya di hadapan Tuhan-- juga diganti dengan
"kesadaran manusia tentang dirinya dalam hubungannya dengan dirinya".
Untuk memperlihatkan hal itu, marilah kita kembali pada pemikiran Feuerbach dan
kemudian Marx (agar nantinya kesimpulan mereka akan mudah disangkal). Tuhan
adalah ciptaan manusia. Tuhan adalah manifestasi sifat manusia; manusia telah
memproyeksikan nilai-nilai kekuatan esensial dirinya ke langit dan berusaha
memujanya dalam bentuk zat transendental yang disebut Tuhan.
Jika kita terima
pendapat ini, maka kita telah menyangkal konsepsi keterasingan manusia dari
dirinya, karena dalam hal ini "Tuhan" menjadi searti dengan
"manusia". Theolatry ternyata menjadi Antropolatry; dan keterasingan
manusia dari dirinya melalui Tuhan, diubah menjadi keterasingan dari dirinya
melalui manusia.
Dalam pada itu, bukanlah
kesadaran manusia terhadap dirinya dalam hubungan dengan dirinya, atau
kesadaran diri manusia adalah cara lain untuk mengatakan "humanisme?"
Jika begitu, theolatry akan mencirikan suatu agama yang di dalamnya manusia,
dalam dunia material yang terus-menerus mengancam dengan materialisme,
degradasi ke tingkat hewan dan kekeliruan kekeliruan moral, akan menjadi
penyembah yang taat pada nilai-nilai suci transendentalnya! Kita lihat bahwa
dalam serangan Marx yang gencar terhadap agama, logikanya menjungkirbalikkan
kesimpulannya sendiri!
Menyimpulkan bahwa
theolatry dalam bentuk sadamya yang telah berkembang tidak menghilangkan
keutamaan manusia dan tidak pula menimbulkan keterasingan manusia dari dirinya,
melainkan pada kenyataannya malah memberi keutamaan pada manusia dan kesucian
pada nilai kemanusiaan serta mengungkapkan humanisme yang tinggi, yang bermakna
dan bernilai; berarti mencapai suatu kesimpulan yang benar-benar dengan lslam.
Berbeda dengan pandangan
kaum Katholik dan kaum Sufi yang menyatakan adanya pertentangan antara Tuhan
dan manusia (misalnya yang membuat manusia "sirna/fana di hadapan
keabadian (baqa), dan menggambarkannya terlempar dari takdir Tuhan"), maka
dalam Islam, dengan prinsip pendelegasiannya (misalnya anggapan bahwa manusia
memiliki kebebasan, kemampuan bertindak dan nasib); manusia bebas dari
determinasi material dan jabariah. Kita mengetahui keinginan bebas yang
menjadikan-nya kuasa memilih ini membuat manusia menjadi "khalifah
Tuhan" di bumi. Bila manusia sudah mencapai tingkat seperti ini di bumi
(walaupun kaum materialis berusaha mendewa-dewakan manusia sebagaimana anggapan
Marx, namun pandangan dunia kaum materialis masih saja terlalu sempit dan kecil
untuk membayangkan konsep seperti ini), Tuhan menyuruh semua malaikat sujud di
hadapannya dan membuat semua kekuatan alam tunduk padanya.
Kita tahu bahwa manusia
dalam pandangan dunia Islam adalah suatu iradat (kehendak) yang memerintah
dalam hubungannya dengan alam. Dalam hubungan dengan Tuhan, sebagai hamba yang
berperan sebagai khalifah. Kita lihat betapa asingnya apa yang disebut oleh
Marx sebagai musibah agama dalam konsep yang terdapat dalam kandungan ayat
Al-Qur'an.
Faktor terpenting yang
mendorong Marx untuk berkata "saya jijik kepada Tuhan" adalah pada
prinsip ibadat dan ketaatan yang terdapat dalam hubungan antara Tuhan dengan
manusia. Tapi berbeda dari Marx yang menyimpulkan prinsip ini dari bentuknya
yang rusak dan rendahan --yang lazim bagi orang yang terbelakang dan yang
percaya takhayul serta melihatnya di dalam suatu bentuk kesengsaraan,
kemalangan dan keterasingan manusia dari dirinya-- Islam, dalam firman Tuhan,
mengartikan ibadat sebagai suatu faktor untuk menumbuhkan dan menyempurnakan
sifat Tuhan dalam diri manusia.
Kita tahu bahwa dalam
filsafat Islam; hubungan antara manusia dengan Tuhan bersifat timbal-balik.
Pengetahuan mengenai diri dan pengetahuan mengenai Tuhan menjadi searti; atau,
kemungkinan lainnya adalah pengetahuan mengenai diri berfungsi sebagai
pendahuluan bagi pengetahuan mengenai Tuhan. Kita kutip di sini ucapan mendalam
dari seorang "Bayazid Besta": "Bertahun-tahun aku mencari Tuhan dan
menemukan diriku; sekarang aku mencari diriku; kutemukan Tuhan".
Amat bertentangan dengan
pendapat Feuerbach dan Marx, menurut Islam bukannya manusia yang telah membuat
Tuhan, meletakan nilai-nilainya sendiri di dalam-Nya dan sekarang
menyernbahnya; melainkan Tuhanlah yang telah membuat manusia; dan meletakkan
nilai-nilai-Nya di dalam manusia dan kemudian memujinya.
Dapat dimengerti bahwa
kita tidak lagi berbicara tentang pertentangan antara agama dengan
materialisme atau antara Islam dengan materialisme dialektika, melainkan
masalah manusia. Setiap ideologi, baik agama atau anti agama, selalu berkisar
di seputar manusia; dan memang di sinilah Marxisme amat berbeda dengan Islam.
Perbedaan yang makin besar ini merupakan akibat alamiah dari dua pandangan
dunia yang bertentangan, yang melahirkan kedua golongan ini, dan yang mendasari
keseluruhan sikap mereka dalam menafsirkan semua gejala. Dengan titik tolak
inilah Islam dan Marxisme terbukti tak dapat rukun berdampingan dalam semua
bidang: politik, ekonomi, etika dan sosial. Islam menafsirkan dan menilai
manusia dengan dasar tauhid, sedangkan Marxisme menilai manusia dan
menafsirkannya dengan dasar "taulid" (produksi). 23
Islam di pihak lain,
sembari mempertahankan bahwa sifat-sifat ketuhanan dalam manusia (sebagai lawan
prinsip Iblis) berasal dari suatu yang lebih unggul daripada sifat-sifat
material --materi, infrastruktur, produksi masyarakat dan seterusnya-- sanggup
berbicara tentang nilai-nilai moral yang utama dan tetap, tentang sifat asal
(fithrah) yang baik dan suci serta tentang sifat progressif dan kreatif umat
manusia.
Marx dan orang-orang
komunis berkata bahwa kebaikan adalah pembawaan manusia; tetapi terlebih dahulu
harus dijawab pertanyaan: apakah yang disebut kebaikan dalam kosmos
materialistik itu? Dan setelah itu, dalam arus deras yang padanya semua dapat
diubah, berbicara mengenai situasi yang tak berubah adalah betul-betul anti
dialektika.
Dari semua ideologi tadi
hanya Marxisme sajalah yang telah membangun ideologi lengkap yang beraneka
segi; dan Islam sebagai suatu agama dan ummah (bangsa), bertentangan dengan
Marxisme dalam setiap dimensi. Marxisme, diantara semua ideologi baru, bersifat
unik, karena Marxisme-komunisme berjuang untuk mendasari setiap aspek kehidupan
manusia --material, dan spiritual; filosofis dan praktis, individual dan
sosial-- dengan pandangan dunia materialistiknya yang khas. Karena alasan itu,
sistem tersebut --kalau hendak dikatakan sistem-- menimpakan malapetaka
materialisme pada setiap dimensi kehidupan manusia.
Di antara semua agama
historis, hanya Islam yang mempunyai keluasan seperti ini. Islam tidak
membatasi diri pada perintah-perintah mengenai hubungan antara manusia dengan
Tuhan, atau penyucian jiwa (ruh) --seperti yang dilakukan Kristen dan Budha--
Islam menampilkan diri sebagai ajaran yang meliputi berbagai aspek kehidupan
kemanusiaan, sejak pandangan filosofis sampai pada kehidupan sehari-hari
individu. Jadi, kedua ajaran ini berdiri di depan manusia dan mengundang mereka
untuk memilih salah satu diantara dasar intelektual dan pandangan yang
bertentangan.
Keduanya, Marxisme dan
Islam, masing-masing mempunyai sistem yang menyeluruh dan yang tak bisa
dipecah-pecah. Pertama, semua anasir dan dimensinya berhadapan di sepanjang
garis dunianya yang tersendiri; saling bertentangan secara diametris. Menambah
suatu unsur atau dimensi pada salah satu dari keduanya, atau menyingkirkannya,
hanya akan mengakibatkan keruntuhan struktur keseluruhan. Kedua, suatu ideologi
adalah suatu keseluruhan yang saling berhadapan; mempunyai jiwa esensi yang
tunggal, dan sesuatu raison de'etre
yang unik. Usaha untuk memisahkan ke dalam anasir penyusunannya akan berakibat
seperti membunuhnya dan kemudian membelah mayatnya.
Inilah sebabnya mengapa
kedua ideologi ini (marxisme-kornunisme dan Islam); sebagai dua sistem,
bertentangan dalam segala hal. Dan ini pula sebabnya; seperti yang disimpulkan
oleh Henry Martinet, "Marxisme; walaupun berada dalam kondisi ekonomi dan
politis yang menguntungkan di berbagai waktu dalam masa seratus tahun terakhir
ini, tidak berhasil sedikit pun dalam masyarakat Islam (berlawanan dengan
Timur Jauh dan Amerika Latin). Orang harus mencari penyebabnya melulu dalam
Islam". Mengapa? Sebab, tidak seperti Kristen dan Budha, Islam menolak
Marxisme tidak hanya dalam dimensi filosofisnya saja, melainkan dalam setiap
dimensi dan aspek, karena Islam mempunyai pandangan tersendiri dalam
aspek-aspek tersebut.
Karena
Marxisme-Komunisme didirikan atas dasar Materialisme dan menganggap asal
esensial manusia adalah debu, maka humanismenya berakhir dalam penyesatan
manusia sampai kepada status obyek.
Karena Islam mendasari
humanisme Ketuhanannya dengan tauhid maka pada tingkat ilmiah, Islam melukiskan
manusia sebagai tanah (debu), sedangkan pada tingkat analistis eksistensial,
Islam menaikannya dari debu ke arah Tuhan.
Karena Marxisme
menganggap nilai-nilai kemanusiaan sebagai gejala relatif yang berhubungan
dengan suprastruktur masyarakat, berdasarkan cara produksi, maka Marxisme
menyebabkan nilai-nilai itu jatuh sampai tingkat kegunaan material.
Karena Islam
memperhitungkan nilai-nilai pancaran sifat-sifat Ketuhanan dalam lingkungan
kemanusiaan, walaupun menganggap ekonomi adalah masalah utama, sanggup
melapisinya dengan sistem nilai ini dan membedakan prinsip dari cita-cita. Sebab
Islam menangkap manusia memancarkan kenyataan eksistensial dari debu/Tuhan;
Islam memperhitungkan dualisme keuntungan dari nilai (ekonomi dan moral) dalam
kehidupan kemanusiaan tanpa harus menolak yang satu dari yang lain, sebagaimana
dilakukan oleh agama-agama mistik dan Marxisme.
Marxisme ketika hendak
menolak agama; menyebutkan Tuhan sebagai bagian luar dari manifestasi esensi
kemanusiaan, seraya menempatkan manusia pada kedudukan Tuhan dalam alam. Tetapi
ketika Marxisme berniat mempertontonkan materialisme historis, ia membuat
manusia ini (si pencipta Tuhan), menjadi produk dari peralatan produksi.
Islam menempatkan
manusia dalam dunia tauhid, yang padanya Tuhan, manusia dan alam memperlihatkan
keharmonisan yang bermakna dan bertujuan. Ia memperkenalkan Adam sebagai
esensi pokok species manusia, sebagai debu yang ke dalamnya Tuhan meniupkan roh
ciptaan-Nya, sebagai penengah antara jiwa dan materi. Lebih lanjut lslam
menempatkan amanat ketuhanan semata-mata dalam tangannya; dengan ini Islam
memperkenalkan suatu dasar di luar materi bagi prinsip tanggung jawab
kemanusiaan.
Pertentangan dalam hal
cara Marxisme-Komunisme dengan IsIam dalam menghadapi kemanusiaan dapat
diikhtisarkan dalam contoh-contoh sebagai berikut:
1. Karena didirikan atas
dasar pandangan dunia yang sepenuhnya materialistik, maka Marxisme tidak mampu
mengangkat esensi, sifat atau keadaan manusia keluar dari batas sempit
materialistis; ia menggolongkan manusia bersama semua makhluk lainnya dalam
batas-batas suatu alam tak sadar dan tanpa tujuan.
Sedangkan Islam, dengan
berpegang pada pandangan tauhid, sanggup membenarkan manusia yang memiliki
sifat-sifat Ketuhanan, memberinya sifat-sifat transendental, memperluas jalan
hidupnya sampai batas-batas yang palingjauh; dan dengan begitu meletakkan
manusia dalam suatu alam yang hidup dan bermakna, yang dimensinya jauh meluas
keluar, bahkan lebih dari yang dapat dilukiskan oleh science.
2. Dengan hanya menerima
konsepsi materi ilmu alam klasik, melalui analisis materialistiknya, Marxisme dipaksa
untuk menarik kembali semua yang ia telah katakan mengenai keagungan esensial
dan keutamaan manusia. Jadi makhluk yang diimpikan oleh Marx si filosof dan si
humanis (pencipta Tuhan) tiba-tiba merosot menjadi seperangkat barang dagangan,
suatu produk dari peralatan yang digunakan dalam kerajinan, pertanian dan
industri.
Sedangkan Islam, dalam
menjelaskan dunia materi dan sifat primodial manusia sebagai dua tanda dari
satu wujud agung dan kesadaran mutlak (Tuhan), sanggup sekaligus menerima
eksistensi timbal-balik manusia atau lingkungan dan lingkungan atas manusia,
dan juga --dalam hal manusia bertindak sebagai sebab dalam rantai kausalitas
(sebab-akibat)-- untuk menegakkan status manusia tanpa mengacu pada determinasi
alami dan sosial. Islam menjaga manusia agar tidak terpeleset ke dalam lubang
fanatisme kaum materialistis, historis atau sosiologis, supaya keutamaan
manusia tidak berubah menjadi keutamaan materi atau peralatan.
3. Dengan tetap setia
pada realisme, Marxisme tidak mau berbicara mengenai nilai-nilai atau untuk
membuat penilaian atas dasar nilainilai. Sedangkan Islam, yang menegakkan
suatu kepercayaan pada sumber absolut nilai-nilai di luar alam empiris, dapat
secara logis membenarkan nilai-nilai itu.
4. Karena menganggap
manusia sebagai produk lingkungan sosialnya, yang pada gilirannya adalah
keseluruhan dari struktur dan keadaan yang terus berubah, Marxisme tidak mampu
mendasari dirinya dengan suatu prinsip konstan seperti esensi kemanusiaan atau
realistis kemanusiaan. Karena telah menolak keduanya --Tuhan dan sifat
primordial manusia-- maka Marxisme melepaskan dasar otentik nilai-nilai
kemanusiaan yang membangun bangunan moral. Karenanya, seperti yang dikatakan
Lenin: "semua pembicaraan mengeinai
prinsip moral adalah kebohongan".
Sebagaimana Islam
memelihara eksistensi .prinsip konstan dalam alam, yang di atas itu science didasarkan, Islam menyatakan
bahwa prinsip konstan terhadap sifat primodial manusia dan membentuk
dasar-dasar moral. Menurut Islam, nilai-nilai kemanusiaan sama otentiknya dan
dapat dibuktikan sebagaimana hukum alam. Kebalikan dari Marxisme, yang mencoba
untuk menyamakan nilai-nilai tersebut dengan kebiasaan sosial dan mengubur
nilai-nilai tersebut pada kedalaman materialisme ekonomis dan sosial; Islam
sepenuhnya ingin membebaskan nilai-nilai dari kondisi yang dapat diubah tapi
bersifat paksaan dari desakan kehidupan material dengan mengakarkan nilai-nilai
itu dalam sifat primodial manusia dan mempertunjukkan bahwa nilai-nilai itu
adalah pancaran dari Yang Mutlak, yang bersinar di atas hati nurani manusia.
5.Dengan menggabungkan
dialektika pada materialisme agar bisa menjelaskan perubahan historis dan
sosial, maka Marxisme pun sampai pada determinisme materialistik, yang padanya
manusia mengorbankan keutamaannya dan menjadi barang mainan proses kontradiksi
buta ini. Oleh karenanya, Marxisme menolak apapun yang telah dinyatakan dalam
humanismenya dan sepenuhnya melucuti semua kemerdekaan dan tanggung jawab dari
kemanusiaan. Sedangkan Islam, karena melihat elemen kontradiksi ini dalam diri
manusia, tidak menolak kemerdekaan (memilih) atau konsekwensinya (tanggung
jawab), tapi menganggapnya lahir dari kontradiksi ini. lslam mendefinisikan
manusia sebagai makhluk dalam kontradiksi, mempunyai dua esensi tanah dan roh;
dan sebagai kemauan yang boleh memilih salah satunya.
Tanggung jawab
kemanusiaannya mendesaknya untuk menyediakan sebagian (dari yang bersifat)
duniawi untuk berbakti kepada Tuhan, dengan pertumbuhannya, dan dengan begitu
mencapai kejernihan eksistensial dan kemurnian jiwa. Dari ikhtiar tersebut di
atas dapat disimpulkan secara umum, sebagaimana dirumuskan oleh Iqbal, pemikir
Islam kontemporer, yang berucap: "Islam
dan komunisme, keduanya berbicara me«genai manusia dan mengundang manusia
kepada dirinya; tetapi komunisme telah bersusah payah untuk menyeret manusia
dari Tuhan kepada debu, sedangkan Islam, kebalikannya, berjuang untuk
mengangkatnya dari debu kepada Tuhan". Kita melihat dengan jelas bahwa
Islam dan Marxisme-Komunisme bergerak pada arah yang berlawanan di jalan
humanisme, dengan akibat bahwa salah satu dapat dibenarkan hanya dengan menolak
yang lain. 24
Untuk memperknat
kesimpulan kita di atas, tentang perbedaan dan pertentangan antara
Marxisme-Komunisme dengan Islam, alangkah baiknya kita salinkan sebagian dari
hasil musyawarah/muktamar Alim Ulama seluruh Indonesia; yang diselenggarakan
pada tanggal 8-11 September 1957 di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia,
yang dihadiri oleh 325 orang Ulama. Keputusan tersebut antara lain berbunyi:
Terhadap ajaran Komunis:
- Ideologi atau ajaran Komunis dalam lapangan
filsafat berisi atheisme, dan anti agama;
- ldeologi atau ajarah Komunis dalam lapangan
sosial menganjurkan pertentangan kelas dan perjuangan kelas;
- Ideologi atau ajaran komunis dalam lapangan
ekonomi adalah menghilangkan hak perseorangan;
Ideologi atau ajaran demikian itu bukan saja
berlawanan dengan ajaran Islam pada khususnya dan agama-agama lain pada
umumnya, akan tetapi merupakan tantangan dan serangan terhadap hidup keagamaan
pada umumnya.
Memutuskan:
- Ideologi atau ajaran komunis adalah kufur
hukumnya dan haram bagi umat Islam menganutnya;
- Bagi orang Islam yang menganut ideologi atau
ajaran komunis dengan keyakinan dan kesadaran, maka kafirlah ia dan tidak sah
menikah dan menikahkan orang Islam, tidak pusaka mempusakai dan haram
jenazahnya diselenggarakan setara Islam;
- Bagi orang Islam yang memasuki organisasi atau
partai yang berideologi komunis seperti Partai Komunis Indonesia (PKI),
Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Pemuda Rakyat (PR), dan
lain-lainnya, maka sesatlah ia, dan wajib bagi umat Islam menyeru mereka agar
meninggalkan partai dan organisasi tersebut;
- Haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengangkat
atau memilih Kepala Negara atau Pemerintah yang beridiologi komunis;
- Memperingatkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia agar bersikap waspada terhadap gerakan komunis dan atheisme di
lndonesia;
- Mendesak kepada Pemerintah Republik lndonesia
(Soekarno) untuk mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa PKI dan mantel organisasinya
sebagai partai dan organisasi terlarang di indonesia. 25
Keputusan syar'i para
ulama lndonesia ini, menunjukkan betapa besar bahaya yang akan ditimpakan oleh
Marxisme dan Komunisme dalam mengancam eksistensi Islam dan kaum muslimin.
Kewaspadaan para Alim-ulama Indonesia ini membuktikan kecerdasan intelektual
dan mengerti segala strategi dan taktik kaum Marxis-komunis, karena terbukti
pada tahun 1965, delapan tahun sesudah peringatan para Alim-ulama kepada
Pemerintah RI tidak digubris, kaum komunis melakukan coup de'tat yang menewaskan enam orang Jenderal Angkatan Bersenjata
RI dan pembunuhan ratusan ribu rakyat Indonesia, yang diiringi oleh kehancuran
ekonomi dan moral secara total.
Dalam hubungan bahaya
yang akan ditimbulkan oleh Marxisme dan Komunisme atheis terhadap kaum
muslimin, Iqbal telah berpesan dalam syaimya, yang berjudul "Apakah seharusnya Dikerjakan oleh
Bangsa-bangsa Timur", antara lain berbunyi: "Tetapi hendaklah anda jauhi peradaban atheisme yang selalu dalam
pertarungan dengan
pembela-pembela kebenaran. Penyebar firnah itu
akan tetap menyebarkan racun dan mengembalikan Lata dan 'Uzza ke tanah suci,
hingga hati jadi buta disebabkan pengaruh pesonanya, sedang jiwa akan merana
kehausan melihat fatamorgananya. Ia akan mematikan bisikan hati, bahkan akan
mencabut hati itu sendiri dari dalam dada, tak ubahnya ia bagai pencuri yang
telah terlatih, hingga berani merampok secara terang-terangan di waktu siang
bolong, dan akan meninggalkan manusia tiada berjiwa tanpa harga." 26
Jadi, apabila kita
perhatikan dengan seksama tentang dasar keyakinan dan pandangan hidup
Marxisme-Komunisme, maka penamaan "sosialisme ilmiah" atau
"komunisme ilmiah" yang sering dipopulerkan di dalam banyak literatur
dan media massa, ternyata hanya tipuan yang memalukan dan pembodohan umat
manusia. Bukti-bukti tentang kenaifan dan kerancuan berpikir serta kontradiksi-kontradiksi
yang kita ungkapkan di muka lebih dari cukup untuk berkesimpulan demikian.
Demikian pula, apabila
para intelektual muslim masih ada saja yang berpendapat adanya kemiripan antara
Marxisme-Komunisme dengan Islam, pada dasarnya mereka itu telah termasuk
golongan "yang mata-hatinya,
pendengaran dan penglihatannya telah tertutup oleh cahaya kebenaran Ilahi".
Apalagi jika mereka masih mau menerima pandangan Marxisme-Komunisme, padahal
bukti-bukti telah kita ajukan baik secara agamis, filosofis maupun ilmiah, maka
mau tidak mau kita akan menempatkan mereka sama dan segolongan dengan kaum
Marxis-Komunis yang atheis.
Menempatkan orang-orang
yang menganut ideologi Marxis-Komunis --walaupun mereka masih menyatakan
muslim-- pada posisi musuh-musuh Islam, adalah merupakan keharusan; karena hal
itu bertitik tolak pada ajaran Islam dan ditopang oleh data dan fakta
filosofis dan ilmiah sepanjang sejarah yang telah dilalui oleh ideologi
tersebut.
Pada pasal selanjutnya,
kita akan mengungkapkan data dan fakta sejarah tentang sikap dan tindakan
golongan Marxis-Komunis terhadap Islam dan kaum muslimin di berbagai tempat di
muka bumi ini, sejak revolusi komunis meletus di Rusia pada tahun 1917. Data
dan fakta historis hanya sekadar menopang bukti kebenaran tentang ideologi
Marxis-Komunis adalah senantiasa bermusuhan dan bertentangan diametral yang tak
bisa didamaikan dengan Islam, di sepanjang sejarah dan di semua permukaan
planet bumi ini.
Karenanya, kaum muslimin
yang benar-benar masih mau membuka mata-hatinya, kita harapkan agar segera
menyadari tentang bahaya dan ancaman yang ditimbulkan oleh Marxisme-Komunisme.
Sikapnya
Terhadap Islam dan Kaum Muslimin
Diantara
pengikut-pengikut Marx di Rusia, Lenin (1870-1924) adalah teorikus yang
terkemuka di samping juga politikus yang efektif, praktis dan tangkas.
Sumbangan Lenin terhadap teori komunisme, barangkali satu-satunya sumbangan yang
paling berharga yang diberikannya, terdapat di dalam selebarannya yang berjudul
"What Is To Be Done?"
(1902). Sebagaimana Hitler melahirkan secara terang-terangan kepada dunia
segala rencananya dalam "Mein
Kampf", dan baru dipercaya ketika sudah terlambat, Lenin telah
mengeluarkan dalam tulisannya suatu rencana yang seksama tentang tujuan-tujuan
komunis serta strategi dan taktik untuk mencapainya. Sedianya banyak kesusahan
dan kesedihan dapat dielakkan bagi dunia andaikata buah pikiran pokok Lenin lebihluas
diketahui dan ditanggapi dengan seksama.
Satu sumbangan Lenin
yang terpenting terhadap teori Marxisme-Komunisme adalah konsepsinya mengenai
"kaum revolusioner yang profesional". Marx, yang sedikit banyaknya
dipengaruhi oleh rasa hormat abad ke-XIX terhadap kesanggupan manusia untuk
berpikir buat dirinya sendiri; berpendapat bahwa kelas pekerja akan memperkembangkan
kesadaran kelasnya secara spontan, dalam perjuangan sehari-hari untuk
kehidupan ekonomi mereka; dan bahwa pimpinan mereka untuk sebagian besar akan
berasal dari lingkungan mereka sendiri. Lenin kurang mempercayai akan kemampuan
seseorang, walau orang itu termasuk kelas pilihan, yakni proletaris. Kegiatan
komunis, demikian pendapat Lenin, harus dilakukan dengan dua cara:
Pertama; kaum pekerja harus membentuk organisasi-organisasi buruh dengan
tujuan-tujuan ekonomi sebagai pokok, yang bekerja secara terbuka, sah dan
sedapat mungkin secara umum.
Kedua, berdampingan dengan organisasi-organisasi semacam itu, haruslah ada
kumpulan-kumpulan kecil "kaum revolusioner profesional", yang diatur
menurut organisasi tentara dan polisi, yang paling terpilih dan seluruhnya
dirahasiakan.
Lenin tidak ambil pusing
apakah kaum revolusioner profesional ini berasal dari golongan proletar atau
tidak, selama ia melakukan pekerjaannya dengan baik. Organisasi-orgarusasi
kaum revolusioner profesional harus terpusat betul, demikian Lenin selanjutnya,
dan harus senantiasa membimbing dan mengarahkan dan mengawasi
gabungan-gabungan ekonomi yang umum, yang dipimpin oleh kaum komunis,
serikat-serikat buruh, koperasi-koperasi dan lain-lain sebagainya. Lenin
terutama mengajarkan agar kaum revolusioner profesional melakukan infiltrasi,
merembes dan membentuk sel-sel dalam semua badan-badan sosial, politik,
pendidikan dan ekonomi masyarakat, baik badan-badan tersebut berupa sekolahsekolah,
gereja-gereja, serikat-serikat buruh, maupun partai politik. Terutama sekali;
Lenin menganjurkan agar kaum revolusioner profesional merembes ke dalam
angkatan perang, polisi dan pemerintahan.
Lenin juga dengan jelas
sekali menerangkan bahwa kaum komunis hendaknya melakukan kegiatan di bawah
tanah, sekalipun di tempat di mana partai-partai komunis yang sah
diperbolehkan. Kesempatan-kesempatan yang sah harus digunakan sepenuhnya, demikian
Lenin; ia secara khusus menganjurkan kepada aktivis komunis untuk bekerja
melalui organisasi-organisasi front, senantiasa mengubah nama dan
petugas-petugas organisasi, tetapi selalu mengingat tujuan akhir: merebut
kekuasaan secara revolusioner.
Terutama, inti dari
golongan revolusioner profesional yang dirahasiakan harus bertanggung jawab
dalam memilih dan melatih para calon mata-mata, tukang sabot, dan agen-agen
untuk kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan tugas dinas rahasia
(intelijen), di luar dan di dalam negeri. Ketika nama Gerhart Eisler disebut
buat pertama kalinya di Amerika Serikat dalam tahun 1947, namanya yang
sebenamya tidak diketahui; tidak saja oleh umum, tapi juga oleh kaum komunis.
Sungguhpun demikian
Eisler adalah pemimpin rahasia kaum komunis Amerika selama bertahun-tahun dan
ia bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan partai yang sah dan yang tidak sah.
Pemimpin resmi dari partai tersebut Willian Z. Foster, hanya merupakan simbol
yang mempunyai tugas utama mengalihkan perhatian umum dan pemerintah dari
pimpinan yang sebenarnya dan kegiatan-kegiatannya. Ketika sebuah komplotan
mata-mata terbongkar di Kanada pada tahun 1945, dapat diketahui bahwa sejumlah
komplotan rahasia mata-mata komunis, masing-masingnya bergerak terlepas dari
yang lain, beroperasi di Kanada, di bawah pimpinan kaum revolusioner
profesional, yang kebanyakan hanya sedikit hubungannya dengan
kegiatan-kegiatannya dengan partai komunis yang resmi dan sah.
Dari kesaksian yang
diberikan oleh bekas-bekas agen komunis teranglah bahwa satu dari hal yang
pertama-tama harus dilakukan oleh seseorang calon yang hendak memasuki
lingkungan dalam pimpinan komunis yang resmi dan golongan-golongan front,
berhenti membaca surat kabar partai, dan menempuh hidup sebagai seorang borjuis
tulen dan terhormat. Ada jembatan penghubung antara partai-partai komunis yang
sah dan lingkungan dalam, yaitu mata-mata dan agen-agen dari kaum revolusioner
profesional, oleh karena kadang-kadang agen-agen itu dipilih dari lingkungan
partai; akan tetapi yang paling dikehendaki ialah bahwa kedua organisasi itu
harus tetap terpisah. Oleh sebab itu apa yang kelihatan sebagai pernimpin umum
dari partai-partai komunis adalah hanya front bagi tuan~tuan besar seperti
Eisler; orang-orang yang tidak dikenal oleh umum dan kebanyakan malahan juga
tidak dikenal oleh pemimpin-pemimpin komunis yang kelihatan, dan yang
memberikan laporan langsung ke Moskow.27
Teori Lenin ini
sepenuhnya pernah dipraktekkan secara jelas oleh Partai Komunis Indonesia (PKl)
semenjak mereka bangkit kernbali tahun 1950. Kegiatan kaum revolusioner
profesional yang melakukan infiltrasi ke semua aparat sipil dan militer
berhasil secara merata dan baru terbongkar pada coup de'tat kaum komunis (Gerakan
30 September PKI) pada
akhir September 1965 yang gagal. Dari data yang terungkap, semua Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara dan Kepolisian telah kemasukan kader-kader komunis. Dan di kalangan
sipil, Partai Nasional Indonesia (PNI), yang merupakan partai terbesar di
Indonesia, dewan pimpinannya telah dikuasai oleh kader-kader komunis; bahkan
Sekretaris Jenderal PNI, Surachman, turut memimpin pemberontakan PKI di Blitar
Selatan, Jawa Timur.
Apabila kita pelajari
organisasi rahasia (revolusioner
professional) yang ditulis oleh Lenin dalam bukunya ini, dan kita hubungkan
dengan organisasi rahasia Yahudi Freemasonry
seperti yang telah kita kemukakan pada pasal-pasal di muka, maka pola kerjanya
adalah sama. Karenanya kita tambah yakin bahwa komunisme secara ideologis dan
teoritis mempunyai kaitan yang erat sekali dengan gerakan Yahudi Zionisme
internasional.
Selanjutnya, pelarangan
terhadap partai komunis bukanlah jaminan atau merupakan jawaban bagi persoalan
bagaimana menghadapi komunis; karena inti yang sebenamya dari pimpinan dan
kegiatan komunis selalu bergerak di bawah tanah, biarpun undang-undang
mengizinkan partai-partai komunis di atas permukaan. Dan karena sedikit
banyaknya selalu ada hubungan diantara partai yang sah dengan lingkaran-dalam
dari kaum revolusioner professional, dari sudut kontra spionase partai yang
bekerja secara sah adalah satu model, biar kecil sekalipun.
Selain dari tulisan "What Is To Be Done?"
sebagaimana diuraikan di atas, Lenin pada tahun 1904 menulis satu tulisan yang
berjudul "Satu Langkah Maju; Dua
Langkah Mundur"; dalam tulisan ini Lenin untuk pertama kali dalam
sejarah Marxisme-Komunisme mengolah ajaran tentang partai sebagai organisasi
pimpinan daripada proletariat, sebagai senjata terpenting daripada kaum
proletar, tanpa itu kemenangan tidak akan tercapai. Di dalam buku ini Lenin
memaparkan dasar-dasar organisasi partai komunis.
Dalam tahun 1905, Lenin
menulis lagi satu buku yang berjudul "Dua
Taktik Sosial- Demokrasi Dalam Revolusi Demokratis", di mana Lenin
memaparkan garis baru dalam masalah hubungan antara revolusi borjuis demokrasi
dan revolusi sosialis; menguraikan teori baru tentang kekuasaan dan kekuatan di
sekitar proletariat, tentang mengakhiri revolusi borjuis untuk perpindahan
langsung ke revolusi sosialis. Buku ini memperkaya teori-teori tentang revolusi
bagi Marxisme dan meletakkan dasar-dasar untuk taktik-taktik revolusioner
daripada Partai Bolsyewik Rusia.
Pada tahun 1916, Lenin
menulis tentang "Imperialisme
Tingkat Tertinggi Kapitalisme"; di sini Lenin membuat satu analisa
Marxis bahwa imperialisme adalah tingkat terakhir daripada kapitalisme yang
menuju kehancuran dan sedang sekarat; bahwa imperialisme adalah tahap terakhir
menjelang revolusi sosialis. Dalam bukunya ini, ia mengemukakan teorinya
tentang kemungkinan kemenangan sosialisme di satu negara secara sendirian. 1ni
berarti menentang teori komunis sebelumnya yang mengatakan bahwa sosialisme
hanya bisa menang apabila ada revolusi serentak di semua negeri.
Dalam tahun 1917, Lenin
menulis lagi mengenai "Thesis
April"; di mana ia menetapkan bagi Partai Bolsyewik suatu rencana
perjuangan yang berhasil untuk perpindahan dari revolusi borjuis --demokratis
ke revolusi-- sosialis. Dengan rencana ini Partai Bolsyewik berhasil
menggulingkan "diktator" Tsar pada bulan Oktober 1917.
Pada tahun 1917 itu pula
Lenin menulis tentang "Negara dan
Revolusi", di mana ia membentangkan tentang borjuis dari pada
pandangan kaum oportunis dan anarkis mengenai soal negara dan revolusi. Lenin
menghidupkan dan mengembangkan lebih lanjut teori Marxis tentang negara,
tentang revolusi proletar dan tentang diktator proletar, tentang sosialisme dan
komunisme.
Dalam tahun 1918, Lenin
menulis lagi mengenai "Tugas-rugas
Segera dari Pemerintah Sovyet", di dalam tulisan ini ia mengolah
masalah-masalah pokok daripada pembangunan sosialis, perhitungan dan kontrol
dalam ekonomi nasional, hubungan-hubungan produksi sosialis baru, peningkatan
kerja, perkembangan kompetisi sosialis, konsolidasi dan perkembangan kekuasaan
proletar, persekutuan kaum buruh dan kaum tani, dan perkembangan demokrasi
proletar.
Dalam tahun 1920 Lenin
menulis tentang "Komunisme Saya Kiri
Suatu Penyakit Kanak-kanak". Di dalam tulisan ini ia membentangkan
peranan internasional daripada revolusi Komunis Rusia, tentang sentralisasi
yang kuat dan tentang disiplin yang sangat keras sebagai salah satu syarat
pokok untuk memenangkan komunisme atas borjuisme, tentang pentingnya belajar
dari pengalaman revolusioner borjuis kecil. 28
Sejak meninggalnya Lenin
pada tahun 1924, tidak ada tambahan baru atau perubahan terhadap dasar berpikir
Marxis-Leninis. Stalin, yang memerintah Rusia dari tahun 1924 hingga
meninggalnya tahun I953, adalah lebih kuat dalam soal pemerintahan praktis dan
kesanggupan mengorganisir daripada dalam membuat teori-teori. Kebanyakan dari
tulisannya, Stalin tidak lain hanya merupakan ulangan dari
keterangan-keterangan Marx dan Lenin, yang disesuaikan dengan kebutuhan
sewaktu-waktu pemerintahan diktatornya. Inti kesimpulan Stalin mengenai
strategi komunis jangka panjang; yang juga diikuti oleh orang-orang yang
menggantikannya sekarang ini, terdapat di dalam konsep mengenai "Empat Ketegangan Pokok" yang
terdapat di dunia dewasa ini, yaitu:
- Ketegangan diantara
kaum kapitalis dan kaum proletar di mana-mana;
- Ketegangan diantara
negara-negara imperialis dan daerah-daerah jajahan,
- Ketegangan diantara
negara-negara imperialis yang saling bersaing;
- Ketegangan diantara
negara-negara komunis dan negara-negara kapitalis.
Konsep tentang empat
ketegangan pokok ini, yang sama sekali bukanlah sekedar merupakan latihan dalam
penggolongan arti menurut bahasa, sebab pada hakikatnya mengandung suatu
rencana yang jelas bagi strategi dan taktik komunis. Sesungguhnya tidaklah
mungkin untuk membuka surat kabar komunis dengan tidak membaca di dalamnya
beberapa bukti tentang pemakaian konsep-konsep ini oleh kaum komunis untuk
soal-soal politik. 29
Selain dari itu untuk
menghadapi masalah agama; kaum komunis telah membuat satu rencana jangka
panjang untuk menghabiskan keyakinan agama bagi warganegara di tiap-tiap negara
komunis. Sovyet Rusia, sebagai negara raksasa komunis di dunia, telah menetapkan
rencana penghancuran agama di dalam undang-undangnya. Walau di dalam
Undang-Undang Dasar Sovyet Rusia pasal 124 dinyatakan antara lain: "Menjaga kemerdekaan beragama bagi
semua warganegara"; tetapi di dalam undang-undang hukum pidananya,
pasal 122, yang diterbitkan pada tahun 1938 disebutkan sebagai berikut: "…memberikan pelajaran agama di sekolah
negeri atau sekolah swasta atau badan-badan pendidikan yang menyerupainya, maka
orang-orang yang melakukannya dihukum dengan penjara selama-lamanya setahun
dengan kerja paksa".30
Khusus mengenai Islam,
rencana penghancurannya dapat kita lihat dalam Encyclopedia Sovyet Rusia "Bolshaya
Sovjet kaya Encyclopedia", antara lain menulis:
* Agama Islam,
sebagaimana agama-agama lainnya, selalu memainkan peranan yang reaksioner, yang
dilakukan oleh kelas-kelas pemeras, sebagai satu senjata untuk menindas secara
rohani kaum-kaum yang membanting-tulang dan dilakukan oleh penjajah asing untuk
memperbudak bangsa-bangsa Timur.
* Suatu krisis ekonomi
dan sosial sedang tumbuh di kalangan suku-suku bangsa yang akibatnya ialah
perkembangan agama Istam, yang menyebarkan ketidak-adilan sosial dan ekonomi
dan sistem pemerasan yang sedang ditegakkan.
* Peninggalan yang besar
dari Islam yang mula-mula ialah Al-Qur'an, yang tercantum di dalamnya
dasar-dasar dari dogma, kebudayaan dan undang-undang Islam. Dalam mana Allah
(Tuhan orang Islam) meramalkan akan datangnya hari kiamat yang cepat, hukuman
yang mengerikan dan mengancam orang-orang munafiq yang tidak mengakuinya
sebagai Raja Yang Maha Kuasa dengan siksaan-siksaan neraka.
* Al-Qur'an yang dengan
teguh dan tetap mempertahankan perbudakan (menganggap bahwa perbudakan
diciptakan oleh Allah) pemerasan, kemiskinan dan ketidak-samaan orang-orang
dalam masyarakat, menjadi sanggahan yang terbaik dari pemalsu-pemalsu semacam
itu.
* Pengikut-pengikut
Muhammad mengakui Mekah sebagai kota yang suci dan Ka'bah sebagai satu-satunya
tempat suci, yang ditentukan sebagai tempat untuk menunaikan Haji dan bahkan
mereka tetap memelihara penyembahan berhala, penyembahan batu hitam yang
tertetak di Ka'bah.
* F. Engels: "Islam
satu agama yang disesuaikan dengan bangsa-bangsa Timur, terutama dengan bangsa
Arab, yakni pada satu pihak dengan penduduk-penduduk kota yang berdagang dan
berhubungan, dan pihak lainnya dengan suku-suku bangsa Baduwi yang hidup
mengembara.
* Al-Qur'an melukiskan
manusia itu sebagai hamba Allah tanpa kemauan, yang wajib tawakal dan sabar
serta menyerahkan diri kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada manusia yang memegang
kekuasaan:
* Untuk memperlengkap
Al-Qur'an itu, timbullah cerita-cerita orang Islam ialah Sunnah yang terdiri
dari banyak hadits-hadits yaitu cerita-cerita yang berisi tindakan-tindakan dan
putusan yang katanya dibuat oleh Muhammad.
* Juga syari'at-syari'at
yang sangat teliti mengatur semua segi dari kehidupan seorang muslim, telah
dikembangkan atas dasar Al-Qur'an dan Sunnah.
* Di USSR, sebagai
akibat dari kemenangan Sosialisme dan hapusnya golongan-golongan yang memeras,
akar-akar sosial Islam, sebagaimana akar semua agama dibinasakan. Di USSR,
Islam hidup hanya sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk dari masyarakat pemeras".31
Dalam pemilihan umum di
Rusia yang diselenggarakan pada musim rontok tahun 1917, kaum Bolsyewik
(komunis) memperoleh suara kurang-lebih seperempat dari seluruh jumlah suara.
Sungguh pun jumlah ini bukan tidak berarti; tetapi kaum Bolsyewik, disebabkan
kefanatikannya dan keaktifannya yang luar biasa, tidak mau menerima
kenyataan bahwa dalam
suatu pemilihan umum yang bebas mereka tidak dapat mengharapkan akan menang.
Oleh karena itu, dalam bulan Nopember 1917, kaum Bolsyewik merebut
posisi-posisi kunci di dalam kekuasaan di Moskow, dan dari sana revolusi
dijalankan ke seluruh Rusia. Perlawanan terhadap revolusi komunis itu timbul
dengan serta-merta di berbagai bagian negeri tersebut, dalam bentuk perang
saudara yang berlangsung hingga tahun 1921.
Kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh Perang Dunia I, diiringi oleh kehancuran yang dilakukan oleh
Perang Saudara, menyebabkan perubahan sosial tidak bisa dilaksanakan. Lenin
cukup realistis untuk melihat bahwa rakyat Rusia benar-benar akan mati kelaparan,
apabila prinsip-prinsip komunis dipaksakan pada waktu itu. Sebagai akibatnya,
ia meresmikan sebuah Politik Ekonomi Baru dalam tahun 1921 yang membolehkan hak
milik perseorangari secara terbatas. Tujuan politik ekonomi ini yang terutama
adalah mempertahankan dan menaikan tingkat produksi pertanian, bengkel-bengkel
dan pabrik-pabrik dengan jalan mempertahankan faktor-faktor pendorong kapitalis
yang lama berupa efisiensi dan keuntungan.
Pelaksanaan Politik
Ekonomi Baru selama kurang lebih tujuh tahun memberikan kesempatan bernafsu
kepada Rusia, memungkinkan pemimpin-pemimpin komunis yang berkuasa menyusun
kekuatan secara efektif dan memberikan kepada rakyat Rusia bayangan palsu
sementara bahwa komunisme lebih keras gonggongannya daripada gigitannya. Akan
tetapi, dalam tahun 1928 Stalin memutuskan bahwa waktunya telah sampai untuk
mempraktekkan prinsip-prinsip komunis, dan ia menarik kembali
kelonggaran-kelonggaran oleh Lenin.
Rencana Lima Tahun
Pertama, yang dimulai dalam tahun 1928, terutama bertujuan terlaksananya
industrialisasi di Rusia secara cepat, dan kedua menjadikan pertanian satu
usaha kolektif. Dalam tahun 1917, awal Revolusi komunis Rusia; banyak kaum tani
yang bersimpati dengan Bolsyewik, bukan karena teori atau ideologinya, akan
tetapi karena kaum Bosyewik berjanji untuk memberikan kepada mereka tanah yang
mereka dan nenek-moyang mereka kerjakan dan inginkan selama berabad-abad.
Banyak hal yang
menyebabkan Stalin memaksakan kolektifikasi atas kaum tani. Pertama, penguasa-penguasa komunis
merasa bahwa pertanian akan bertambah dengan jalan mekanisasi, dan bahwa
mekanisasi akan dapat lebih mudah dijalankan dengan usaha-usaha pertanian
kolektif dan besar-besaran daripada dengan usaha-usaha pertanian kecil yang
dimiliki perorangan.
Kedua, pemilihan dan pelaksanaan usaha pertanian secara perseorangan berarti
peningkatan pokok terhadap prinsip-prinsip utama komunisme, yakni semua alat-alat
produksi harus dipindahkan menjadi kepunyaan umum. Kolektifikasi akan
menyesuaikan pertanian dengan industri, yang dari semula berkembang atas dasar
pemilikan dan penyelenggaraan oleh negara.
Ketiga, para penguasa komunis menganggap pemilikan perseorangan atas usaha
pertanian, jika diteruskan sebagai suatu rencana langsung, politis dan
psikologis, bagi politik totaliter dari pusat. Petani bebas harus dirubah
menjadi proletar pertanian terikat, si petani harus bekerja dengan orang-orang
lain, berbicara dengan orang-orang, makan bersama dengan orang-orang lain;
sehingga dengan demikian ia dapat lebih mudah diawasi dan diatur.
Sebab lain yang
mendorong kolektifikasi ialah perlunya tenaga buruh untuk industri-industri
yang baru berkembang di kota-kota; buruh yang diperlukan hanya akan dapat
diperoleh dengan jalan mekanisasi di bidang pertanian yang dapat menghemat
tenaga kerja manusia. Akhirnya, kolektifikasi mempunyai tujuan militer penting:
apabila terjadi peperangan, pertanian-pertanian kolektif harus menjadi inti
bagi perlawanan yang teratur di belakang garis-garis pertempuran. Dalam Perang
Dunia II; harapan-harapan militer ini untuk sebagian besar terkabul:
orang-orang Jerman tidak pernah berhasil sepenuhnya menindas kegiatan-kegiatan
gerilya Rusia di belakang garis pertempuran. 32
Pelaksanaan
Kolektifikasi pertanian menimbulkan perlawanan dari kaum tani; para pembangkang
ini dimasukkan ke dalam kamp-kamp kerja paksa. Menurut para ahli saperti Dallin
dan Nicolousky, menaksir bahwa orang-orang yang dimasukkan kamp-kamp kerja
paksa di Rusia, sekitar delapan juta sampai dua belas juta orang. Seorang
anggota dari Pusat
Penyelidikan Rusia dari Harvard
University mengemukakan berdasarkan statistik-statistik Rusia, diperkirakan
bahwa orang-orang yang dimasukkan kamp-kamp kerja-paksa tidak kurang dari
sepuluh juta orang.
Dari sernua bukti-bukti
yang dapat dipergunakan sebagai indikasi, maka jumlah orang-orang yang
dimasukkan kamp-kamp kerja paksa antara sepuluh juta sampai lima belas juta
orang. Para penguasa Rusia menyatakan bahwa para kerja-paksa hanyalah
orang-orang yang melaksanakan kejahatan. Mereka membantah angka-angka yang dikemukakan
oleh negera-negara Barat, tanpa memberikan angka-angka resmi dari pemerintah
Rusia sendiri. Apabila para pelaku kejahatan itu saja yang dimasukkan kamp-kamp
kerja-paksa, maka menurut catatan tidak akan lebih dari 184.000 orang, jadi
tidak akan mencapai lima belas juta orang.
Perangkap-perangkap
kamp-kamp kerja-paksa tersebar di seluruh Rusia. Peta yang disiapkan oleh
Komite Syarikat Pekerja Merdeka dari American
Federation of Labor menunjukkan bahwa lebih dari 170 buah kamp-kamp yang
diketahui. Kamp-kamp kerja-paksa ini berdekatan dan saling berhubungan dengan
proyek-proyek pembangunan yang terkenal, yang memerlukan jumlah kaum pekerja
secara besarbesaran. Dengan menggunakan tenaga-tenaga kerja-paksa, maka
proyek-proyek industri dan pembangunan dipacu dengan kapasitas yang tinggi,
walau harus mengorbankan manusia. Bencana dan malapetaka mengakibatkan
berjuta-juta pekerja-paksa meninggal dunia. Saksi-saksi mata yang.terdiri para
pekerja-paksa yang masih sempat selamat dari bahaya maut, menulis sendiri
pengalaman-pengalaman mereka. 33
Bentuk-bentuk perlawanan
kaum tani terhadap kolektifikasi, yaitu menyembelih sebanyak mungkin ternak
peliharaan, sehingga pada akhir kolektifikasi jumlah ternak menjadi sangat
berkurang. Jika jumlah penduduk bertambah 150 juta menjadi 200 juta diantara
tahun 1928-1953, maka jumlah ternak sapi berkurang dari 33,2 juta ekor
dalam 1928 menjadi 24,3
juta ekor pada tahun 1953; dan jumlah ternak peliharaan pada waktu itu menurun
secara menyolok dari 66,8 juta ekor menjadi 56,6 juta ekor.
Tambahan pula,
harga-harga yang rendah yang dipaksakan oleh pemerintah atas hasil-hasil
pertanian mendorong banyak kaum tani untuk menanam gandum sedikit mungkin dalam
tahun-tahun pertama kolektifikasi, akibatnya kelaparan di mana-mana di Rusia,
terutama di Ukraina, dimana perlawanan kaum tani diperkuat dengan unsur
nasionalisme.
Setelah Perarig Dunia
II, regim Komunis Rusia, ingin maju selangkah lagi dengan menggabungkan
pertanian-pertanian kolektif, sehingga dengan demikian terbentuklah kota-kota
pertanian. Akan tetapi kaum tani kembali mengadakan perlawanan, dan kali ini
mereka lebih berhasil dari, tahun-tahun 1929-1933; walaupun beribu-ribu
pertanian kolektif berhasil dilebur menjadi gabungan-gabungan kolektif yang
sangat besar, rencana tersebut secara keseluruhan dilepaskan.
Setelah Stalin meninggal
pada tahun I953, pemimpin-pemimpin Rusia, mulai dari Kruschov ke bawah,
mengakui di depan umum bahwa politik agraris komunis Rusia telah gagal, dan
bahwa pertanian Rusia tidak sanggup memberi makan dengan cukup penduduknya.
Secara psikologis petani
Rusia tidak berubah menjadi proletar, seperti yang direncanakan oleh
penguasa-penguasa komunis Rusia. Pada tahun-tahun sehabis Perang Dunia II,
beribu-ribu kaum tani Rusia dikirim ke Jerman dari daerah-daerah pendudukan
Jerman sebagai tenaga buruh paksa untuk usaha-usaha perang Nazi, tetap tinggal
di Jerman dan di negara-negara Eropa lainnya, dan menolak untuk kembali pulang
setelah mereka melihat penghidupan di negeri-negeri Barat. 34
Perubahan ekonomi di
Rusia telah gagal dalam menyelesaikan persoalan keadilan sosial, padahal
perubahan itu mula-mula diadakan seakan-akan untuk maksud tersebut. Selama
limabelas tahun pertama berdirinya regim komunis Rusia telah mengadakan
perubahan untuk mengurangi perbedaan hingga tingkat yang sedang, akan tetapi
dari
pertengahan tahun 1930
hingga selanjutnya, dengan dimulainya "zaman baru" berupa
penyingkiran-penyingkiran dari sisa-sisa penguasa sebelumnya, dengan politik
komunisme yang baru, upah lebih didasarkan atas hasil pekerjaan daripada atas
ukuran pembayaran sejam yang ditetapkan sebagai standard suatu politik upah
yang telah ditentang oleh serikat-serikat buruh di negara-negara bebas selama
dua generasi, sebagai suatu regim pengisap yang keluar batas kemanusiaan.
Seruan kapitalis yang
telah ditinggalkan zaman yaitu agar produksi yang lebih tinggi diimbangi dengan
penghasilan-penghasilan yang lebih tinggi, tetap dipakai oleh regim komunis
dengan memberi cap "perlombaan sosial", dan kaum pekerja digerakkan
terus untuk mencapai produk yang maksimal dengan semboyan "politik
Stakhanovisme", yaitu mengambil nama seorang pekerja tambang batu-bara
yang bernama Stakhanov. Sementara perhatian penguasa komunis pada mulanya
ditujukan kepada soal-soal distribusi, politik ekonomi Rusia dalam praktek
memusatkan perhatian pada produksi. Dorongan penghasilan yang lebih tinggi dan
bukan pelayanan terhadap masyarakat, telah menjadi daya tarik yang utama dari
politik sosial dan ekonomi Rusia, dan falsafah mengenai persamaan ditertawakan
dan dianggap sebagai "warisan borjuis kecil".
Menurut propaganda resmi
Rusia, persoalan kelas-kelas sosial telah diselesaikan dalam masyarakat Rusia,
sebab dari sudut pandangan Marxis, tidak mungkin ada kelas kecuali atas dasar
hak-milik perseorangan atas alat-alat produksi.
Teori dan propaganda
komunis yang demikian ternyata salah dan fakta-fakta yang terungkap di Rusia
menjadi bukti. Di Rusia paling kurang ada 4 kelas yang berbeda, yaitu:
1.
Dalam golongan pertama yang berjumlah beberapa ratus ribu keluarga, atau
kira-kira sejuta orang; terdiri atas:
a.
pegawai-pegawai pemerintah tertinggi,
b.
pemimpin-pemimpin partai,
c.
opsir-opsir militer,
d.
pemimpin-pemimpin industri,
e.
ahli-ahli ilmu pengetahuan,
f.
kaum artis dan pengarang;
2.
Golongan kedua terdiri dari:
a.
Pegawai-pegawai sipil dan militer tingkat menengah,
b.
Pemimpin-pemimpin pertanian kolektif
c.
Beberapa golongan pekerja dan tehnisi yang cakap di lapangan industri.
Golongan ini merupakan kelas-kelas dan berjumlah kurang lebih dua sampai
tiga juta keluarga;
3.
Golongan ketiga terdiri dari sebagian terbesar penduduk, massa kaum
pekerja dan petani, yang berjumlah lebih dari 40 juta keluarga;
4.
Golongan keempat meliputi kaum pekerja-paksa yang berjumlah jutaan orang.
Yang istimewa dari
susunan lapisan kehidupan sosial di negara komunis ialah kesenjangan
penghasilan diantara berbagai kelas senantiasa bertambah jauh, sementara hal
ini senantiasa bertambah sempit di negara-negara bebas. Tabel di bawah ini
menunjukkan tentang perbandingan skala gaji tentara Rusia dan Amerika Serikat.
Perbandingan skala gaji dalam Angkatan Darat
Rusia dan Amerika Serikat.
(Gaji pokok = gaji prajurit II = l).
Pangkat
|
Rusia
|
Amerika
|
Prajurit II
|
1
|
1
|
Prajurit I
|
1,5
|
1,2
|
Kopral
|
3
|
1,4
|
Sersan
|
4,3
|
1,8
|
Sersan Mayor
|
9
|
2,4
|
Letnan Dua
|
16
|
2,6
|
Letnan Satu
|
19
|
3,1
|
Kapten
|
24
|
3,8
|
Mayor
|
30
|
4,6
|
Kolonel
|
45
|
6,9
|
Brigadir Jenderal
|
--
|
9,3
|
Mayor Jenderal
|
68
|
11,2
|
Letnan Jenderal
|
81
|
11,2
|
Jenderal
|
96
|
11,2
|
Marsekal
|
114,3
|
15,2
|
Ketidak-samaan yang
senantlasa meningkat diantara dan dalam lingkungan kelas-kelas di negara-negara
komunis, merupakan salah satu sumber dari timbulnya kekacauan dan
pemberontakan, seperti yang terjadi di Polandia dan Jerman Timur pada tahun
1953. 35
Kekejaman yang dilakukan
oleh regim komunis Rusia terhadap berjuta-juta petani dalam kamp-kamp
kerja-paksa, juga dialami oleh berjuta juta kaum muslimin yang dapat
ditaklukannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa bersamaan dengan pemberontakan
kaum Botsyewik (komunis) pada bulan Nopember 1917 untuk menumbangkan regim Tsar
Rusia, maka umat Islam yang selama ini berada di bawah kekuasaan Tsar pun
melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan sendiri. Ketika kaum
Bolsyewik berhasil menumbangkan regim Tsar, penguasa komunis Rusia yang baru
berkuasa itu telah berusaha menipu umat Islam. Lenin sebagai pemimpin regim
komunis yang baru berkuasa telah mengeluarkan seruannya kepada umat Islam, yang
antara lain berisi:
- Kaum muslimin jangan
merasa takut terhadap regim komunis Rusia yang baru berkuasa;
- Regim Komunis Rusia
tidak akan melakukan ekspansi ke negeri-negeri Islam;
- Regim Komunis Rusia
mengharapkan bantuan dari negara-negara Islam;
- Regim Komunis Rusia
mengulurkan tangan untuk menjalani hubungan persahabatan dengan negara-riegara
Islam.
Salah satu bentuk seruan
regim Komunis Rusia yang dikeluarkan pada tanggal 15 Desember 1917 dan
ditanda-tangani bersama Lenin dan Stalin, berbunyi sebagai berikut: "Wahai kaum muslimin! Adat-istiadatmu,
kebiasaanmu, lembagamu, pendidikanmu, sekolah-sekolah kebanggaanmu, adalah
bebas dari segala sifat permusuhan. Kamu telah menyusun kehidupan nasionalmu
dalam suatu pemerintahan yang didasarkan atas kebebasan dan kemerdekaan. Hal
yang demikian itu sesungguhnya hakmu yang penuh. Percayalah, hanya kaum
Bosyewik yang membelamu. Dan berhak mengadakan pembelaan itu adalah semua
rakyat Rusia. Oleh karena itu bantulah revolusi dan tolonglah pemerintah
Bolsyewik. Wahai kawan-kawan, dengan mengibarkan bendera kita, kita hanya
berniat membuktikan kepada rakyat-rakyat yang tertindas, lambang kebebasan dan
kemerdekaan. Wahai kaum muslimin, kami menunggu bantuanmu berupa moral dan
material"
Seruan perdamaian dan
persahabatan ini dijadikan tameng dan perisai untuk menutupi rencana ekspansi
regim komunis Rusia ke negara-negara Islam. Sesuai dengan teorinya, Lenin telah
mengirimkan kader-kader komunis ke negara-negara Islam untuk melakukan gerakan
komunis, baik secara terbuka maupun tertutup di bawah permukaan. Kader-kader
komunis muda melakukan infiltrasi ke dalam organisasi-organisasi pergerakan
Islam, yang saat itu terpecah menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok sekuler model Barat yang dipimpin orang-orang
intelektual dan berpendidikan Barat.
Kedua, kelompok fundamentalis yang dipimpin oleh para ulama. Infiltrasi
kader-kader komunis berhasil menguasai sebagian dari kelompok pertama. Saat itu
kader-kader komunis membentuk organisasi-organisasi buruh dan tani dengan
rnemakai nama Islam atau kedaerahan, dalam usaha menguasai kaum buruh dan kaum
tani. Organisasiorganisasi boneka komunis ini melakukan bentrokan-bentrokan
fisik dengan kaum muslimin, sehingga memperlemah pemerintahan Islam yang baru
berdiri itu.
Dalam kondisi yang
demikian, maka pada bulan April 1918, Lenin mengeluarkan perintah kepada
Angkatan Bersenjata Rusia untuk menyerbu negara-negara Islam. Pesawat-pesawat
tempur, kendaraan lapis baja menghujani bom-bom dan mengepung negara-negara
Islam seperti Republik Islam Idil-Ural di Kaukasus Utara, Republik Islam
Khakan, Krimea dan Turkistan. Pada akhir tahun 1918, pemyerbuan tentara komunis
Rusia ini berhasil menguasai negara-negara Islam tersebut kecuali Krimea.
Kemudian dalam tahun
1919 Republik Islam Alaska Ardo di Orenburg jatuh ke tangan pasukan komunis
Rusia, yang disusul degan takluknya Republik Krimea pada awal tahun 1920. Pada
tanggal 27 April 1920 pasukan komunis Rusia menyerbu dan menguasai Republik
Islam Azerbaijan dan Republik Islam Khiva di Turkistan Timur. Dalam tahun 1921
pasukan tentara komunis Rusia melanjutkan penaklukannya ke negeri Republik
lslam Bukhara, yang daerahnya berbatasan dengan Arghanistan. 36
Setelah penyerbuan dan
penaklukan, penguasa regim komunis Rusia melakukan tindakan pemusnahan umat
lslam dari negeri-negeri Islam. Republik Islam Idil-Ural yang berpenduduk
kurang lebih 4.000.000 jiwa, berdasarkan dekrit regim komunis tertanggal 23
Februari 1944, telah menangkap 1.350.000 orang umat Islam dan membuangnya ke
daerah Siberia dengan melakukan kerja-paksa. Nasib yang sama juga dialami oleh
umat Islam Azerbaijan. Dan yang paling menyedihkan lagi adalah nasib umat Islam
dari Republik Islam Krimea, yang semula berjumlah 5.000.000 jiwa, sekarang
tinggal hanya 400.000 orang saja lagi. Kebanyakan dari mereka yang hilang itu,
disebabkan oleh pembunuhan massal yang dilakukan oleh regim komunis Rusia,
dibuang di kamp-kamp kerja-paksa. Sejumlah 90.000 buah masjid, mushalla dan
madrasah yang dijadikan kandang-kandang hewan, gedung-gedung bioskop, klab-klab
malam, warung-warung kopi dan minuman keras, panggung-panggung sandiwara,
gudang-gudang peluru dan mesiu. Dan ada yang sengaja diruntuhkan dan
dihancurkan, sehingga sulit untuk menemukan bekas-bekasnya. 37
Penyiksaan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa komunis Rusia terhadap umat Islam;
sebagaimana diterangkan oleh Sekretaris Jenderal Turkistan Timur, antara lain
sebagai berikut:
01. Menancapkan paku-paku panjang ke kepala sehingga sampai masuk ke
otak;
02. Menggunakan orang-orang tawanan (tahanan) sebagai sasaran-sasaran
peluru dalam pelajaran menembak bagi pasukan tentara komunis (merah);
03. Memasukkan para tahanan ke dalam sel-sel tahanan tanpa diberi makan,
minum, udara dan lampu sampai mati;
04. Membakar tawanan dan orang-orang hukuman setelah mereka disiram dengan
bensin;
05. Meletakkan topi baja ke kepala para tahanan, kemudian diberi aliran
listrik, sehingga mata tercabut keluar;
06. Mengikat kepala para tahanan di satu kendaraan dan kakinya di
kendaraan yang lain, kemudian kedua kendaraan itu dijalankan ke arah yang
berlawanan, sehingga tubuh orang tahanan tersebut menjadi terpotong-potong;
07. Membakar seluruh tubuh para tahanan dengan menggunakan besi panas
membara;
08. Menuangkan minyak yang sedang mendidih ke tubuh para tahanan;
09. Mencocokkan paku-paku dan jarum jarum ke seluruh tubuh para tahanan;
10. Menyiksa kemaluan para tahanan;
11. Kuku-kuku para tahanan dicabut sampai copot dengan menggunakan
tang-tang besi;
12. Orang-orang tahanan dipaksa tidur dengan telanjang bulat di atas
balok-balok es dengan suhu 40 derajat di bawah nol;
13. Sebuah kunci dililitkan ke dalam rambut kepala para tahanan kemudian
kunci itu diputar sekuat-kuatnya sehingga kulit kepala menjadi terkelupas
seluruhnya;
14. Tubuh para tahanan disikat dengan sikat besi yang tajam, kemudian
disiram spiritus;
15. Setetah tubuh para tahanan diikat kuat-kuat, maka dituangkanlah
kaustik soda ke dalam mulut, hidung dan telinga;
16. Tangan para tahanan diikat ke belakang, kemudian sebuah batu karang
besar dihimpitkan ke punggungnya;
17. Tangan para tahanan diikat dengan tambang, kemudian digantung selama
sehari-semalam atau lebih;
18. Tubuh para tahanan dipukul dengan paku tajam secara terus-menerus
sampai tubuhnya bermandikan darah;
19. Menyayat dengan pisau atau pedang tubuh para tahanan;
20. Jari tangan dan jari kaki para tahanan dijahit menjadi satu. 38
Selanjutnya, invasi yang
dilakukan oleh pasukan tentara komunis Rusia tidak hanya terbatas kepada
negeri-negeri Islam, tetapi juga dilakukan ke negeri-negeri tetangganya yang
beragama Kristen. Sejak pecah Perang Dunia II dalam bulan September 1939, Rusia
telah merampas daerah-daerah beiikut ini:
01. Polandia Timur;
02. Korelian Finlandia;
03. Lithuania;
04. Latvia;
05. Estonia;
06. Bessarabia dan Bukovia (Rumania);
07. Moldavia (Rumania);
08. Petsamo (Finlandia);
09. Daerah Koeningsberg (Jerman Timur);
10. Karphato - Ukraina (Cekoslovakia);
11. Sachalin Selatan (Jepang);
12. Kepulauan Kuril (Jepang); 39
Watak ekspansionis dan
sadisme bukan hanya dimiliki oleh diktator fasis Hitler, ternyata pula dipunyai
oleh diktator proletar Stalin. Fakta-fakta yang terungkap di muka merupakan
bukti-bukti yang tak dapat dipungkiri, Stalin yang menjadi pimpinan diktator
proletar Rusia sejak 1924-1953 telah menjadi diktator seutuhnya, sehingga teman-temannya
terdekat merasa terancam kehidupannya. Pidato rahasia Krushchov, setelah
kematian Stalin merupakan fakta yang dapat berbicara sendiri. Pidato Krushchov
tersebut antara lain berbunyi:
"Kadang-kadang terjadi, demikian kata
Bulganin, bahwa seseorang teman datang kepada Stalin, ia tak tahu kemana ia
akan dikirim setelah itu, ke rumah atau ke penjara. Bukanlah suatu yang tidak
mungkin, bahwa bila Stalin masih agak lama berkuasa, saudara Molotov dan
Mikoyan mungkin tidak dapat hadir di sini dan berpidato dalam Kongres ini.
Dalam keadaan semacam ini para pahlawan yang telah jatuh menjadi korbari karena
kekejaman Stalin jumlahnya sangat banyak. Dengan kode alis yang dinaikkan oleh
Stalin terhadap seseorang tahanan, berarti hukuman mati buat orang tahanan
tersebut. Stalin, kelihatannya mempunyai rencana untuk membunuh semua anggota
lama dari Politbiro"40
Dalam bagian lain dari
pidato Krushchov itu mengatakan: "Stalin
bertindak tidak karena alasan-alasan yang kuat, tidak untuk suatu penjelasan
tertentu, tidak dengan kerjasama rakyat, tetapi bertindak dengan memaksakan
konsepsinya dan semua orang harus tunduk kepada pendapat-pendapatnya… Dari
tahun 1935 sampai tahun 1938
Stalin telah menjalankan penindasan massal
melalui alat-alat negara…, pertama-tama ditujukan kepada orang-orang yang
dianggapnya lawan politik Lenin, seperti Trotsky dan Zinoviev dan juga golongan
Bukharin, yaitu sebelumnya telah tersingkir dari lingkungan elit kekuasaan,
kemudian memburu tokoh-tokoh komunis yang jujur. Apakah perlu mereka dibasmi?
Kami percaya dan yakin, jika Lenin masih hidup, pembantaian terhadap mereka
itu, sebagaimana dilakukan Stalin, tidak perlu terjadi, Stalin yang
mempergunakan kekuasaan tak terbatas, mengizinkan dirinya sendiri untuk
melakukan tindakan-tindakan di luar batas kemanusiaan dengan mengatas-namakan
Komite Pusat Partai Komunis tanpa menanyakan pendapat Komite atau Politbiro
tersebut. Dari 140 anggota dan kandidat Komite Pusat Partai Komunis yang
dipilih dalam Kongres ke-17 pada tahun 1934, sejumlah 98 orang yang berarti 70%
dari jumlah anggota dan kandidat Komite Pusat, telah dibunuh dan dipenjarakan
terhadap dirinya…, ia memperlihatkan kesombongan yang luar biasa. Dalam menulis
auto biograpinya, Stalin senantiasa menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat
yang memuji dirinya sendiri. Bahkan ia secara terang-terangan menyatakan bahwa
ia tidak akan membiarkan usaha-usahanya dihambat atau dihalang-halangi".41
Watak ekspansionis dan
sadisme yang diperankan oleh diktator Stalin, sebenarnya merupakan watak dari
semua diktator proletar komunis di mana-mana di muka bumi ini. Republik Islam
Turkistan Timur yang berpenduduk 13 juta jiwa/orang, pada tahun 1949 telah
dicaplok oleh penguasa komunis Republik Rakyat Cina (RRC) di bawah pimpinan Mao
Tse Tung, dan merubah nama daerah muslim tersebut menjadi
"Singkiang". Komposisi penduduk di Turkistan Timur (Singkiang) secara
radikal berubah semenjak regim komunis Cina menjajah negeri itu dengan jalan
memindahkan orang-orang Hans Cina komunis ke tempat tersebut. Perubahan
komposisi penduduk semenjak tahun 1949 sampai dengan 1983 dapat dilihat di
bawah tabel ini:
Kelompok Etnis
|
1949
|
1983
|
Uighur (Muslim)
|
75%
|
46%
|
Kazaks (Mislim)
|
10%
|
6%
|
Turkis (Mislim)
|
5%
|
1%
|
Hans (Cina non Muslim)
|
5%
|
45%
|
Dugans (Cina Muslim)
|
3%
|
1%
|
Lain-lain
|
2%
|
1%
|
Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa penduduk muslim menurun secara drastis dari 90% pada tahun 1949
menjadi 45% pada tahun 1953, sementara penduduk Cina Hans (non muslim)
bertambah dengan pesat dari 5% pada tahun l949 menjadi 45% pada tahun 1983.
Jumlah ini akan meningkat terus, karena regim komunis Cina terus-menerus memindahkan
penduduk Cina Hans ke daerah ini.
Methoda untuk
melenyapkan umat Islam di Turkistan Timur, meniru metoda yang dilakukan oleh
regim komunis Rusia. Para pemimpin politik dan agama ditangkap, dimasukkan ke
kamp-kamp kerja-paksa atau dibunuh. Seluruh posisi-posisi pemerintahan dikuasai
oleh Cina Han yang komunis. Pada masa kampanye tentang "Commune", tanah-tanah penduduk dirampas, malahan
simpanan persediaan pangan yang ada juga dirampok oleh pemerintah komunis serta
pasar-pasar ditutup. Kaum muslimin dipaksa bekerja untuk "commune" di bawah pengawasan petugas partai komunis
yang kejam dan sadis. Jam kerja rata-rata antara 8-10 jam sehari dengan upah yang
sangat murah. Mereka yang dianggap membangkang ditangkap dan dimasukkan ke
kamp-kamp kerja-paksa.
Usaha-usaha untuk
melenyapkan agama Islam di Turkistan Timur, tetah dilakukan oleh regim komunis
Cina secara sistimatis, dan memuncak pada masa "revolusi keaudayaan"
model Mao Tse Tung yang dilakukan dalam tahun 1966-1967.Tindakan-tindakan
pelenyapan Islam, antara lain:
1. Menutup masjid-masjid
di seluruh desa Turkistan Timur;
2. Masjid-masjid dan
lembaga-lembaga Islam yang ada di kota-kota diambil alih oleh pemerintah
komunis dan dijadikan kantor partai komunis, asrama, rumah-rumah potong hewan
dan lain-lain;
3. Mahkamah Qadhi yang
didirikan sejak tahun 1933-1934 semasa Republik Islam Turkistan Timur berkuasa,
diubah dan digantikan menjadi Pengadilan Rakyat;
4. Semua kitab suci
Al-Qur'an dan Al-Hadits serta semua buku-buku agama dimusnahkan;
5. Pendidikan agama
Islam di sekolah dilarang;
6. Huruf Arab yang
selama ini menjadi huruf resmi kaum Muslimin diganti dengan huruf Cyriclic dan
Latin;
7. Para imam masjid
ditangkap, dimasukkan ke kamp-kamp kerja paksa dan atau dibunuh.
Selama regim komunis
Cina berkuasa di kawasan ini, tercatat tidak kurang 360.000 muslim yang telah
dibunuh; lebih dari 100.000 muslim dipaksa pindah ke Turkistan Barat dan
504.000 muslim yang dikirim ke sepuluh tempat kamp-kamp kerja-paksa. 42
Apabila negara-negara
Kristen Barat seperti Inggeris, Perancis dan Amerika Serikat telah menciptakan
negara boneka Israel di dunia Islam di Timur Tengah, maka regim komunis Rusia
telah pula menciptakan negara boneka komunis di Afghanistan sejak tahun 1972,
dan menjadi pusat pembantaian kaum muslimin di Asia.
Pada tahun 1953, Dhahir
Shah, Raja Afghanistan mengangkat sepupunya, Muhammad Daud memangku jabatan
Perdana Menteri, yang merangkap jabatan Menteri Pertahanan dan Luar Negeri.
Daud adalah kader komunis, yang dibina oleh Rusia bersama-sama Taraki,
Hafidullah dan Babrak Kamal. Daud menjabat Perdana Menteri selama sepuluh tahun
sampai saat ia metakukan coup de'tat
pada butan Juli 1972, menjungkirkan raja Dhahir Shah. Coup de'tat yang sepenuhnya didalangi regim komunis Rusia, bertugas
untuk mendirikan negara boneka komunis Rusia di Afghanistan.
Masa jabatan Daud
sebagai pimpinan tertinggi regim komunis Afghanistan berjalan sejak Juli 1972
sampai 27 April 1978, dianggap oleh Rusia kurang berhasil, walau telah mampu
membantai 600 orang tokoh-tokoh Islam. Sebab perlawanan kaum muslimin, yang
mula-mula dipimpin oleh Prof. Gholam Muhammad Niazi dan kemudian dilanjutkan
oleh tokoh-tokoh muda Islam seperti Burhanuddin Rabbi, Abdu Rabbi Rasuli Sayaf,
Hikmat Yar dan Habibur Rahman, makin meluas dan merakyat, yang digerakkan oleh
satu organisasi yang bernama "Jam'yah
al-Islamiyah", yang kemudian berubah menjadi "Al Hizbul Islam", yaitu gerakan bersenjata.
Dengan alasan itu, Rusia
mendongkel Daud dengan membantainya bersama-sama keluarganya, dan mengangkat
Taraki sebagai pimpinan tertinggi regim komunis Afghanistan pada bulan April
1978. Untuk membuktikan kesetiaannya kepada Rusia, Taraki mengeluarkan undang
undang yang sangat bertentangan dengan hukum Islam, yang telah berlaku
beratus-ratus tahun; membunuh 15.000 kaum muslimin, merampas harta benda kaum
muslimin, menggantikari pendidikari agama di sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi dengan ajaran komunis. Rakyat diwajibkan untuk mengikuti penataran-penataran
mengenai komunisme.
Tindakan dan kekejaman
Taraki mengundang reaksi keras kaum muslimin Afghanistan. Ulama mengeluarkan
fatwa: "Mengutuk dan mengkafirkan
Taraki, serta mewajibkan perarig (jihad) melawan kekuasaannya dan
menggulingkannya".
Fatwa ulama menimbulkan
semangat jihad yang luar biasa sehingga seluruh umat lslam Afghanistan bangkit
untuk melawan regim komunis Taraki dan Rusia. Dengan fatwa ulama ini kaum
muslimin merebut daerah Herat. Daerah ini kemudian dijadikan tempat Muktamar
umat Islam Afghanistan, yang dihadiri tidak kurang dari 100.000 kaum muslimin.
Di saat muktamar berlangsung, regim komunis Taraki menyerbu dengan menggunakan
kekuatan militer maksimal, darat dan udara, dan berhasil membunuh 30.000 umat
lslam.
Tragedi Herat ini tidak
mematahkan semangat dan perlawanan kaum muslimin, malah menambah tingginya
ruhul jihad, sehirigga banyak dari tentara Taraki, seperti Brigade Zabie,.
Brigade Amir, dan Brigade Nahrain membelot dan bergabung dengan para mujahidin.
Dengan bergabungnya
tentara ke dalam pasukan mujahidin bertambah kuatlah perlawanan kaum muslimin
dalam menghadapi regim komunis Taraki.
Taraki berusaha menekan
dan menghancurkan pasukan mujahidin dengan jalan membantai 200.000 kaum
muslimin, tetapi perlawanan malah tambah menjadi-jadi. Akibatnya Rusia
menyingkirkan Taraki yang dianggapnya tak mampu mengendalikan keadaan, dan menggantikannya
dengan Hafidullah Amin.
Amin membuat perjanjian
kepada umat Islam, bahwa pembantaian kepada umat Islam akan dihentikan. Janji
Amin ini untuk sementara dapat meredakan keadaan, tetapi tiga bulan kemudian
pasukan mujahidin bangkit kembali secara intensif menghancurkan regim komunis
Amin. Bersamaan dengan itu tentara komunis Rusia sebanyak 100.000 orang pada
tanggal 27 Desember 1979, melakukan invasi ke Afghanistan menggulingkan regim
Hafidullah Amin dan menggantikannya dengan Babrak Kamal. Walau Rusia telah
mengerahkan 100.000 tentaranya untuk menumpas pasukan mujahidin, ternyata tidak
mampu dan tidak berhasil, malah pasukan mujahidin tambah hari tambah kuat.
Padahal Rusia tiap hari tetah mengeluarkan biaya antara 40-60 juta dollar
Amerika.
Dalam kondisi demikian,
akhirnya Rusia mengajak Amerika Serikat untuk merundingkan masalah Afghanistan,
agar Rusia bisa keluar dari sana dengan selamat dan terhormat, dan mereka tidak
menginginkan pasukan mujahidin memegang tampuk kekuasaan di Afghanistan.
Kerjasama Rusia dan Amerika Serikat menelorkan kesepakatan bahwa Raja Dhahir
Shah, boneka Amerika Serikat, yang pemah digulingkan oleh Daud, yang sekarang
berada di Roma, boleh kembali berkuasa. Keputusan Rusia-Amerika Serikat ini
disampaikan kepada Dhahir Shah di Roma, dan serentak ia mengadakan konferensi
pers, serta berucap: "Mujahidin
Afghanistan mengundang saya untuk bertahta lagi di Afghanistan".
Tetapi keterangan pers Dhahir ini langsung dijawab oleh Sayyaf, pimpinan
pasukan mujahidin Afghanistan, dengan kata-kata: "Kami akan sambut kedatangan Dhahir di lapangan terbang dan
langsung akan kami penggal kepalanya".
Untuk menghadapi
strategi dan taktik Rusia-Amerika Serikat dalam melumpuhkan pasukan mujahidin,
maka pada tanggal 9 Sya'ban 1402/22 Mei 1983, pimpinan-pimpinan dari tujuh
organisasi perlawanan umat Islam, yaitu:
1. Al Ittihad al Islami:
pimpinan Saiyaf;
2. A1 Hizbul Islam:
pimpinan Hikmat Yar;
3. A1 Jam'iyah al
Islami: pimpinan Rabbani;
4. Al Hizbul Islam:
pimpinan Yunus Khalis;
5. Jabhat al Inqilab al
Islami: pimpinan Rafi'ullah;
6. Jabhat al lnqilab al
Islami: pimpinan Nashrullah;
7. Jabhat Najati Mali :
Pimpinan Muhammad Mei,
Mereka memfusikan
organisasi-organisasinya menjadi satu organisasi tunggal yaitu "Persatuan
Mujahidin Islam Afghanistan" dengan pimpinan Abdu Rabbani Rasul Saiyaf
sebagai Ketua Umum dan Komandan Tertinggiriya. 43
Sebagai gambaran
kemajuan pasukan Mujahidin dalam menghadapi regim komunis Afghanistan dan
Rusia, seperti yang dilaporkan Biro Kebudayaan Persatuan Mujahidin Islam
Afghanistan, tercatat bahwa hasil pertempuran antara pasukan Mujahidin melawan
tentara komunis Afghanistan dan Rusia selama satu tahun saja yaitu Oktober
1981 sampai Oktober 1982, adalah sebagai berikut:
1.
Pasukan Mujahidin melancarkan serangan sebanyak 824 kali dengan kerugian
di pihak Mujahidin:
a.
sejumlah 1.856 mujahidin menjadi syuhada;
b.
sejumlah 391 mujahidin menderita tuka-luka.
2.
Pasukan tentara komunis Afghanistan dan Rusia melancarkan serangan
sebanyak 149 kali dengan kerugian di pihaknya:
a.
sejumlah 2.048 buah kendaraan lapis baja hancur;
b.
sejumlah 1.128 buah kendaraan militer hancur;
c.
sejumlah 33.129 tentara Afghanistan dan Rusia mati terbunuh;
d.
sejumlah 1.272 tentara luka-luka;
e.
sejumlah 2.289 tentara tertawan;
f.
sejumlah 772 pucuk senjata hancur;
g.
sejumlah 3.692 pucuk senjata dirampas oleh pasukan Mujahidin;
h.
sejumlah 18 buah kendaraan lapis baja yang masih utuh dan baik dirampas
pasukan Mujahidin;
i.
sejumlah 58 buah kendaraan miiiter dalam keadaan baik dirampas oleh pasukan
Mujahidin. 44
Walaupun kekalahan demi
kekalahan telah dialami oleh pasukan komunis Afghanistan dan Rusia, tetapi
regim komunis Moskow terus mengirimkan pasukannya ke Afghanistan, sehingga
sekarang ditaksir telah mencapai 200.000 orang. Dengan sistem bumi hangus,
mengakibatkan kaum muslimin Afghanistan banyak yang mengungsi ke Pakistan dan
diperkirakan tidak kurang dari sejumlah 3.000.000 orang; sedangkan yang
mengungsi ke Iran lebih dari 1.000.000 orang. Nasib 4.000.000 pengungsi
Afghanistan yang merupakan jumlah pengungsi terbesar di dunia; adalah sangat
menyedihkan dan mengharukan.
Kondisi militansi
pasukan mujahidin Afghanistan terlihat dari ungkapan pasukan tentara komunis
Rusia yang berbunyi: "Bangsa
Afghanistan tidak bisa mati; upaya kami untuk menumpas mereka sulit
sekali". Tetapi sebaliknya pernyataan pasukan Mujahidin berkata dengan
lantang: "Senjata Rusia tak dapat menghabisi
dan tak mampu mengalahkan kami". Dr. Abdullah Azam dalam wawancaranya
dengan para Mujahidin, dari anak yang berumur 11 tahun sampai kakek-kakek
berumur 104 tahun, berkesimpulan bahwa keyakinan dan ruhul jihad begitu tinggi
untuk berjuang menegakkan hukum Allah tegak di bumi Afghanistan dan bersedia
mengorbankan segala-galanya termasuk jiwa dan raga.
Oleh karena itu, tidak
aneh apabila ada seorang pengamat Barat, berkebangsaan Amerika, berucap di TV
Amerika Serikat sebagai berikut: "Bangsa
Afghanistan akan menang melawan Rusia, kemudian pengaruh Islam akan melanda
Rusia, kemudian Eropa dan Amerika. Setelah itu Amerika, Rusia dan Eropa akan
beraliansi menghadapinya".
Barangkali memang sulit
untuk menjumpai suatu bangsa seperti Afghan, yang mempunyai watak sederhana,
kemahiran perang merupakan kepandaiannya, hidup keras dan terhormat menjadi
kebiasaannya. Para ahli perang Barat hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala
melihat banyaknya rakyat muslim Afghanistan yang bersedia menjadi pasukan
mujahidin; karena sekitar l.000.000 orang tanpa gaji dan jaminan hidup, mampu
hidup dengan makan buah-buahan hutan dan daun-daunan selama berbulan-bulan,
sambil memanggul senjata, menyerang musuh, mempertahankan jiwa dan membelinya
dengan mati syahid.
Dalam medan pertempuran
yang dahsyat dan kejam, karena tentara Komunis Rusia mengerahkan semua
persenjataan yang mutakhir, pasukan Mujahidin Afghanistan, hampir tak pemah
meninggalkan shatat malam, bermunajat kepada Allah; luar biasa!
Oleh sebab itu pasukan
Mujahidin senantiasa mendapatkan pertolongan Allah SWT yang apabila dianalisa
secara rasional tidak mungkin terjadi. Mana mungkin pasukan Mujahidin, yang
semula hanya terdiri dari beberapa ratus orang dengan persenjataan yang sangat
sederhana mampu menghadapi tentara regim komunis dari sejak Daud (1972) yang
ditopang sepenuhnya oleh tentara komunis Rusia (negara adidaya) yang
menggunakan senjata yang mutakhir, kalau bukan pertolongan Allah? Pasukan
Mujahidin yang bermula hanya beberapa ratus orang sekarang telah berkembang dan
memiliki anggota sejumlah 1.000.000 (satu juta) orang, dari persenjataan
beberapa pucuk saja, sekarang telah memiliki ratusan kendaraan lapis baja,
senjata-senjata otomatis, meriam-meriam dan roket, yang semuanya hasil rampasan
dari tentara komunis Afghanistan dan Rusia.
Bahkan sekarang, bumi
Afghanistan hampir 80%-nya terbebas dari kedaulatan pemerintah regim komunis
Afghanistan. Charles Down Bar, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Amerika Serikat di
Kabul, pada bulan Mei 1983 diwawancarai oleh wartawan US News and World Report, antara lain menyatakan: "Sesungguhnya pemerintah Kamal cuma
mengurus administrasi saja. Sulit buat saya memperkirakan pemerintahannya dapat
bertahan lama. Kaum Mujahidin di daerah yang dikuasainya mampu menyelenggarakan
sekolah dan menyelenggarakan pemerintahan, dan kontak antar daerah yang
dikuasainya dengan rapi. Persenjataan mereka bertambah baik, mereka dapatkan
itu dengan merampas dari tentara Rusia dan Kamal. Pemerintah
Kamal seperti keranjang bolong, diberi senjata
oleh Moskow, jatuh ke tangan Mujahidin. Sekarang basis-basis Mujahidin jaraknya
tak lebih 5 km dari Kabul…"
Francois Mitterand, Presiden Perancis berkata: "Afghanistan bagaikan penyakit kanker di tubuh Rusia, makin lama
makin melalap tubuhnya".45
Najibullah, penguasa
regim komunis Afghanistan, yang pada awal Mei 1986 berhasil menjungkirkan
Babrak Kamal, telah sesumbar akan melakukan pembersihan terhadap pasukan
Mujahidin secara besar-besaran, ternyata tidak berjalan sebagaimana rencana
semula. Dengan tambahan 56 pesawat jet pembom Rusia jenis MiG 22, 23 dan 25,
Najibullah mengerahkan hampir 3.000 tentara Afghanistan dan Rusia menggempur
pangkalan-pangkalan kaum Afghanistan selama dua minggu, yaitu sejak tanggal
7-12 Mei 1986.
Semula menurut rencana
penggempuran terhadap basis Mujahidin paling tidak akan dilakukan sedama 4
minggu; sehingga tentara komunis Afghanistan dan Rusia telah membangun 6 buah
kamp sementara di sekitar daerah itu. Tetapi secara mendadak penggempuran itu
dihentikan, dan pasukan tentara komunis meninggalkan daerah itu, menuju pos-pos
mereka di sebelah Barat. Pengunduran diri pasukan komunis ini, karena tidak
mampu menghadapi serbuan pasukan Mujahidin yang diperkirakan sekitar 4.000
orang di daerah itu dengan menggunakan roket-roket secara efektif, sehingga
menimbulkan banyak korban yang jatuh di kalangan tentara komunis Afghanistan
maupun Rusia.
Kekalahan yang diderita
tentara komunis selama dua minggu di daerah ini, mengakibatkan Najibullah
merubah taktik dengan bermuka manis terhadap kaum Mujahidin. Dalam pidatonya
pada tanggal 20 Mei 1986 di depan kepala-kepala suku yang berpandangan Marxis,
Najibullah menghimpun kaum Mujahidin untuk mengakhiri peperangan dengan jalan
damai secara terhormat. Kepada para pengungsi Afghanistan, yang dewasa ini
diperkirakan berjumlah hampir 4.000.000 jiwa, diharapkan segera kembali ke
Afghanistan secara damai.
Sikap permusuhan dan
tindakan yang kejam secara sadis terhadap kaum muslimin yang dilakukan oleh
regim komuriis baik Rusia, Cina maupun Afghanistan, sebagaimana terungkap di
muka, adalah merupakan watak setiap regim atheis sepanjang sejarah. Allah SWT
telah menetapkan fakta sejarah ini di dalam Kitab Suci-nya (Al-Qur'an), yang
membentangkan peristiwa regim atheis Fir'aun di dalam menghadapi Nabi Musa a.s.
Watak itu tergambar dengan jelas di dalam Al-Qur'an, antara lain yang tertuang
di dalam Surat Asy-Syu'ara (26) ayat 41-51 yang berbunyi:
Maka tatkala ahli syihir datang dan
bertanya kepada Fir'aun, "Sesungguhnya ganjaran apakah yang dapat kami
terima, seandainya kami menang?"
Ia menjawab: "Betul! kamu akan
menjadi orang-orang kesayanganku."
Musa berkata kepada mereka,
"Lemparkanlah apa-apa yang kamu hendak lemparkan!" Lalu mereka
lemparkan tali-tali tongkat-tongkat milik mereka, sambil berkata: "Demi
kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami, pasti menang."
Kemudian Musa melemparkan
tongkatnya maka tongkat itu menelan semua sihir yang mereka adakan. Lantas
spontan para ahli sihir merendahkan diri dan bersujud, sambil berucap:
"Kami beriman kepada Tuhan Pemilik Alam Semesta. Tuhan Musa dan Harun."
Berkata Fir'aun, "Kamu telah
beriman kepadanya sebelum aku mengizinkannya. Sesungguhnya ia (Musa) adalah
pemimpin kamu yang telah mengajarkan kamu sihir. Kamu akan merasakan segala
resikonya nanti. Sesungguhnya aku akan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki
kamu secara bersilang dan aku akan menyalibkan kamu semua."
(Mereka para ahli sihir) menjawab :
"Tidak soal! Karena sesungguhnya kepada Tuhan kamilah, kami akan kembali.
Sesungguhnya kami sangat mengharap, bahwa Tuhan kami akan mengampuni dosa-dosa
kami, sebab kami termasuk orang-orang yang pertama-tama beriman."
Apabila kita teliti
dengan seksama sejarah Fir'aunisme dan kita cocokkan dengan latar belakang
sejarah, pandangan hidup dan sikap Marxisme terhadap umat Islam (Umat Tauhid),
maka mau tidak mau kita akan berkesimpulan bahwa Fir'aunisme adalah Marxisme-Komunisme
secara hakiki. Persamaan-persamaan asasi antara Fir'aunisme dengan
Marxisme-Komunisme, yaitu atheisme, diktatorial, dan sadisme adalah begitu
mencolok, walau bagi para pengamat yang tidak teliti sekalipun.
Sebagaimana Musa
menghadapi Fir'aun, dimana ia tidak dalam posisi berbahaya, sampai akhirnya
Fir'aun dan regimnya hancur. Demikian pula kaum muslimin tidak akan lemah dan
berhenti menghadapi Marxisme-Komunisme, walaupun keadaannya, sampai Marxisme-Komunisme
lenyap dari permukaan planet bumi ini. Kekuatan politik, ekonomi, militer yang
dimiliki oleh kaum komunis, sehingga mereka menjadi salah satu negara adidaya,
bukan halangan buat umat Islam untuk meraih kemenangan, dan menghancurkan
mereka.
Perang Afghanistan
antara pasukan Mujahidin melawan tentara komunis di Rusia adalah merupakan
indikasi bahwa kekuatan aqidah (iman kepada Allah), yang merupakan kekuatan
spiritual yang paling tinggi ternyata lebih ampuh dan lebih kuat daripada kekuatan
senjata dan ekonomi dan ilmu. Selama hampir 17 tahun pasukan Mujahidin
berperang melawan pasukan Komunis Afghanistan dan Rusia, terbukti kekuatan
pasukan Mujahidin tiap hari bertambah kekuatannya, baik manpower maupun persenjataannya serta daerah yang.dikuasainya.
Perang Afghanistan
adalah merupakan contoh yang dapat diterapkan oleh kaurn muslimin di mana saja
mereka berada di dalam mereka menghadapi Komunisme.
Sekarang marilah kita
lihat sepintas konfrontasi Marxisme dan Komunisme dengan Islam dalam sepintas
sejarah Indonesia. Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada tanggal 16 Oktober
1905 di Solo; kemudian pada tanggal 10 September 1912 dalam rapatnya di
Surabaya, SDI telah mengubah dirinya menjadi Sarikat Islam (SI). Perkembangan
SI pesat sekali, sehingga Muktamar yang pertama pada tanggal 26 Januari 1913
telah mempunyai anggota lebih dari 12.000 orang. Tampilnya HOS Cokroaminoto,
Agus Salim dalam SI mempercepat berkembangnya SI, hampir di seluruh nusantara.
Tetapi kehadiran
organisasi Indische Social Democratisch
Vereeniging (ISDV) yang beraliran Marxis-komunis, yang dipimpin H.J.F.M.
Sneevleit dan A. Bars pada tahun 1914 menjadi malapetaka bagi SI. Sebab ISDV
telah berhasil menyusupkan kader-kader nya seperti Darsono menjadi pengurus SI
Semarang dan Semaun menjadi pengurus SI Surabaya. 46
Kemajuan SI memang luar
biasa, sebab Muktamar pada tanggal 17-2l Juni 1916 di Bandung telah dihadiri
oleh l6.000 orang peserta yang mewakili 800.000 anggotanya dari Jawa, Sumatera,
Bali dan Sulawesi. 47
Kemajuan yang dicapai SI
tidak membawa kekuatan untuk mampu melaksanakan semua program perjuangannya;
karena infiltran Marxis-komunis telah memulai aksinya, seperti Darsono dan
Semaun melakukan intrik memecah belah, dari mulai aksi menfitnah menuduh
pimpinan SI menyelewengkan uang partai oleh Darsono sampai mosi tidak percaya
terhadap pimpinan SI yang dilakukan oleh Semaun. Aksi kader-kader
Marxis-Komunis didalam SI tambah semarak, setelah ISDV pada tanggal 20 Mei 1920
mengganti namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Aksi-aksi kader
Marxis-Komunis yang makin berani, maka pimpinan SI mengadakan Muktamarnya di
Surabaya pada tahun 1921 dan behasil memecat kader-kader Marxis-Komunis. Tapi
akibatnya SI pecah, karena banyak cabang-cabang SI telah kemasukan ideologi
Marxis-Komunis seperti Semarang, Solo, Salatiga, Sukabumi dan Bandung. 48
Dalam menghadapi gerakan
SI ini, maka PKI mengadakan Kongres pada tanggal 24-25 Desember 1921, dan
memutuskan bahwa cabang-cabang SI yang telah dikeluarkan harus membentuk SI
Merah sebagai tandingan SI Putih (SI asli).
Sekembalinya Semaun dan
Darsono dari Moskow, maka pada tanggal 4 Maret 1923 diselenggarakan kongres
gabungan antara PKI dan SI Merah di Bandung, yang dihadiri oleh l6 cabang PKI dan
14 cabang SI Merah. Pada tanggal 6 Maret 1923, kongres luar biasa di Sukabumi
memutuskari SI Merah menjadi "Sarekat Rakyat" yang langsung di bawah
PKI.
Gerakan yang
menggebu-gebu melahirkan berbagai aksi huru-hara oleh PKI dan Sarekat Rakyat
pada akhir tahun 1926; akibatnya PKI dan Sarkat Rakyat dilarang oleh penguasa
kolonial Belanda. 49
Pada tanggai 3 Juli 1947
Amir Syarifuddin (kader Marxis-Sosialis dan Ketua Pemuda Sosialis-Pesindo),
berhasil menyusun Kabinet di bawah pimpinannya. Masyumi tidak turut dalam
Kabinet Syarifuddin ini. Tetapi Syarifuddin berhasil memecah-belah Masyumi,
dengan jalan mengangkat Wondoamiseno (salah seorang pimpinan Masyumi) dari
unsur SI (PSII) menjadi salah seorang Menteri dalam Kabinetnya. Kemudian
diikuti oleh Arudji Kartawinata, juga dari unsur SI yang keluar dari Masyumi.
Kabinet Hatta terbentuk
pada tanggal 29 Januari 1948, menggantikan kabinet Syarifuddin. Kabinet Hatta
ditentang oleh golongan Marxis dan Komunis. Pesindo di bawah pimpinan Amir
Syarifuddin, yang selama ini berkuasa telah dipersenjatai, ditopang oleh
organisasi-organisasi beraliran Marxis-Komunis yang tergabung dalam Front
Demokrasi Rakyat (FDR), melakukan aksi demonstrasi dalam menentang kabinet
Hatta di Solo; akibatnya terjadilah bentrok senjata antara Pesindo dengan
Siliwangi; Pesindo kalah; tetapi FDR melakukan aksi pemogokan di sekitar Solo,
khususnya di perkebunan milik negara seperti perkebunan kapas Delanggu.
Syafruddin Prawiranegara, Menteri Perekonomian dalam Kabinet Hatta :tidak
membiarkan aksi mogok FDR untuk melumpuhkan perekonomian RI, maka ia memerintahkan
Serikat Tani Islam Indonesia (STII) anak organisasi Masyumi untuk mengambil
alih semua tenaga buruh perkebunan di perkebunan-perkebunan milik negara. Akibat
lanjutannya STII bentrok dengan SOBSI, SARBUPRI, LBT milik golongan
Marxis-Komunis.
Tampilnya kekuatan STII
dan Masyumi dalam menentang gerakan buruh tani golongan Marxis-Komunis, bukan
saja berhasil mematahkannya, tetapi berarti Kabinet Hatta disokong sepenuhnya
oleh umat Islam. Hal ini sangat penting karena pada tanggal 18 September 1948,
Muso, Amir Syarifuddin dan Setiadji melakukan pemberontakan di Madiun menentang
pemerintah RI, yang dikenal dengan pemberontakan PKI-Madiun. Karena anggota
STII dan Masyumi yang paling depan menentang golongan Marxis-Komunis ini, maka
para pemberontak PKI-Madiun membunuh secara massal dan sadis semua anggota STII
dan Masyumi yang tertangkap oleh mereka. 50
Lahirnya konsepsi
Soekarno yaitu Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali ke Undang-Undang Dasar
1945, pada dasarnya adalah srategi PKI. Sebab sejak sidang pleno ke-7 Central Committe PKI bulan November 1958
telah mengusulkan masalah tersebut kepada Presiden Soekarno. Bahkan secara
kongkrit PKI mengusulkan agar Soekarno mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945.
Dengan terlaksananya "Konsepsi Soekarno"; maka berarti ia akan
menjadi penguasa tunggal, yang sejak awal lahirnya konsepsi tersebut secara
terbuka telah merangkul PKI dengan penuh semangat. 51
Setelah dekrit berjalan,
Soekarno maju selangkah untuk menerapkan gagasan-gagasannya dalam bentuk
pidato yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita", yang
diucapkan pada tanggal 17 Agustus 1959. Pidato ini diberikan kepada Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) yang dipimpin D.N. Aidit (Ketua Umum PKI) untuk
dijadikan bahan dalam menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam
kesempatan ini PKI (melalui Aidit) memasukkan konsepsinya yang terkenal dengan
nama "Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia" (MIRI) ke dalam
GBHN dengan nama Manifesto Politik RI. Antara MIRI-PKI dengan GBHN-MANIPOL
hampir-hampir tidak ada perbedaan yang berarti. 52
Sekarang benar-benar PKI
telah menjadi tulang punggung kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Soekarno.
Melalui intrik PKI, Soekarno membubarkan partai Islam Masyumi dengan surat
Keputusan Presiden No. 200 tanggal 17 Agustus 1960, dengan dalih Masyumi
terlibat dengan pemberontakan PRRI. 53
Pembubaran Masyumi ini
memang benar-benar konspirasi antara PKI dan Soekarno, terlihat dari
pembicaraan antara Bernhard Dahm dengan Soekarno pada tahun 1966, setelah
terjadinya G30S/PKI. Dahm bertanya: "Mengapa
Anda tidak melarang PKI?" Soekarno menjawab: "Engkau tak dapat menghukum suatu partai secara keseluruhan
berdasarkan kesalahan segelintir orang". Setelah mendengar jawaban itu,
Dahm lantas mengemukakan bahwa ia (Soekarno) pernah berbuat begitu terhadap
Masyumi pada tahun 1960. Soekamo lalu menjelaskan bahwa Masyumi merusak
perjalanan revolusi kami, sedangkan PKI merupakan ujung tombak (avant garde) dari kekuatan-kekuatan
revolusioner.54
Kemudian bubarnya
Masyumi tahun 1960 dan GPII tahun 1963, tidak menyebabkan umat Islam diam dalam
menghadapi kekuatan Marxis-Komunis. Pelajar Islam Indonesia (PII) yang lahir
pada tanggal 4 Mei 1947 tampil ke muka menentang PKI. PII dengan selebaran
gelapnya mencoba menyudutkan PKI dan menyadarkan rakyat bagaimana bahayanya
PKI. Selebaran gelap yang berbunyi antara lain: "Nyono, Aidit dan
Marxisme"; "Bahaya Subversi PKI", "Jiwa para Pemimpin
PKI" bertebaran dalam jumlah puluhan ribu eksemplar.
Oleh karena itu, tidak
heran apabila PII telah menjadi sasaran PKI untuk dihancurkan. Di dalam dokumen
penting PKI yang terungkap pada akhir 1964, menyatakan bahwa PKI adalah musuh
yang harus dihadapi secara khusus. Dan untuk itu, IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar
Indonesia) ormas pelajar PKI diharuskan untuk menghadapinya dengan
sungguh-sungguh. 55
HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam) yang juga merupakan salah satu organisasi pemuda Islam yang anti
komunis, menjadi bulan-bulanan untuk dihancurkan. Aidit (Ketua Umum CC PKI) di
depan Kongres Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) pada awal September
1965, telah menyatakan, apabila CGMI tidak mampu membubarkan HMI lebih baik
pakai sarung saja. 56 Pernyataan Aidit ini disambut dengan
"Demonstrasi perang" oleh PII dan HMI di depan Front Nasional dan
KOTRAR pada tanggal 19 September 1965. Dengan semboyan "Langkahi mayatku
sebelum membubarkan HMI".
Berkat lindungan
Soekarno, akhirnya PKI melakukan kudeta G30S/ PKI dengan jalan membunuh tujuh
orang jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965. Dan akibatnya PKI
dibubarkan!
Sikap
Muslim Terhadap Komunisme
l. Sikap Dasar
Untuk menghadapi
rencana, strategi dan taktik golongan Komunis (kafir), Allah SWT telah
memberikan garis-garis kebijaksanaan yang harus dan wajib dilaksanakan oleh
kaum Muslimin dalam menentukan sikap dan langkah-langkahnya. Landasan utama
yang menjadi pedoman untuk menentukan garis-garis kebijaksanaan itu tertuang di
dalam Firman Allah SWT pada surat Al-Fath (48) ayat 29, yang berbunyi:
"Muhammad itu adalah Rasul Allah dan
orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan
berkasih sayang terhadap sesama mereka."
Muhammad Ali Shabuni
mengomentari ayat ini sebagai berikut: "Yang dimaksud dengan Muhammad Rasul
Allah adalah seorang rasul yang bernama Muhammad dan ia benar-benar seorang
rasul dan tidak sebagaimana yang dikemukakan oleh orang-orang kafir musyrik.
Dan orang-orang yang bersamanya adalah para sahabatnya, yang
merupakan orang-orang
pilihan, yang senantiasa bersikap keras terhadap kaum kafir dan berkasih
sayang di antara sesama mereka. Hal ini konsisten dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah (5) ayat 54, yang berbunyi:
"Yang lemah lembut sesama mukmin, yang
bersikap sombong terhadap orang-orang kafir".
Abu Su'ud menyatakan
pengertian ayat ini sebagai berikut: "Mereka
tampilkan sikap keras dan tegar terhadap orang-orang yang menentang agama
mereka; dan orang-orang yang sepaham dan sependapat di dalam Islam, mereka bersikap
kasih-sayang dan merendahkan diri". Para ahli tafsir berpendapat: "Hal yang demikian itu karena perintah
Allah kepada mereka umat Islam untuk bersikap keras/sombong terhadap mereka
orang-orang kafir".57
Bertitik pangkal dari
pengertian ayat ini, maka kaum Muslimin harus mempunyai sikap dasar yang pasti,
yang berlaku di sepanjang zaman dan di setiap tempat di permukiman bumi ini.
Sikap dasar itu adalah "keras dan tegar" terhadap golongan kafir
(komunis). Manifestasi sikap dasar ini harus tergambar dan tercermin dalam
bidang-bidang sebagai berikut:
2. Bidang Aqidah
Sebagaimana kita ketahui
bahwa semua Nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT ke tengah-tengah umat
manusia, dari sejak Adam As. sampai dengan Muhammad SAW mempunyai risalah pokok
yang sama, yang tidak pernah berubah yaitu permurnian aqidah "tauhid"
dari segala bentuk syirik, yang jelas atau yang sinkritis; baik dalam bidang
tauhid rububiyah maupun tauhid uluhiyah.
Selanjutnya, pengertian
pemurnian aqidah tauhid tidak hanya dilarangnya mempersekutukan Allah dengan
tuhan-tuhan imajiner, yang dianggap memiliki kekuatan dan kekuasaan, yang
berada di luar diri manusia, tetapi juga anggapan adanya kekuatan dan kekuasaan
yang ada pada diri manusia seperti akal, intuisi dan kemauan yang berwatak
sebagai hawa nafsu, yang dijadikan sumber kebenaran dan ajaran yang wajib
ditaati. Produk dari akal, intuisi dan kemauan bisa berbentuk filsafat, mistik
dan ilmu pengetahuan, yang kemudian berkembang menjadi ideologi atau ajaran
seperti Komunisme. Larangan mensyarikatkan Allah dengan hawa nafsu manusia
tertera pada firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan (25) ayat 43 yang berbunyi:
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya."
Maududi memberi
penjelasan ayat ini sebagai berikut: "Pengertian
'ilah' (tuhan) pada ayat ini, bukan kekuatan dan kekuasaan alam, tetapi
kekuatan dan kekuasaan dalam diri manusia sendiri (akal, intuisi dan hawa
nafsu), dimana ia telah dianggap sebagai sesuatu yang menjadi sumber ajaran
(ideologi) sendiri, sehingga semua produknya harus ditaati, sebagaimana
golongan Yahudi dan Kristen yang telah mengangkat pendeta-pendeta dan rahib-rahib
mereka sebagai 'ilah' (tuhan)".
Dalam sebuah hadits
Turmudzi dan Ibnu Jarir dari 'Ady bin Hatim, berbunyi: "Bahwa Ady masuk ke rumah Rasululah SAW sedang di lehernya ada
kalung salib dari emas. Beliau sedang membaca ayat ini. Aku berkata: 'Mereka
tidak menyembah mereka; beliau menjawab: 'Benar, tetapi mereka telah
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, maka kepatuhan mereka
itulah berarti penyembahan (ibadah) terhadap mereka'…"
Kesimpulannya yaitu
bahwa syirik tidak hanya berlaku dalam menyekutukan Tuhan dengan benda-benda
lainnya, tetapi juga termasuk syirik barangsiapa yang mempunyai kepercayaan dan
kepatuhan terhadap ajaran, hukum dan undang-undang buatan manusia, dan bukan
ajaran, hukum dan undang-undang Tuhan, dengan keyakinan bahwa ajaran, hukum dan
undang-undang itu lebih baik.58
Untuk kepentingan
kemurnian tauhid, yang mempunyai pengertian seperti tersebut dimuka, maka umat
Islam harus bersikap keras dan tegas terhadap ajaran dan ideologi kaum Komunis
(kafir). Sikap itu harus lahir dalam bentuk:
a. Tidak boleh
membenarkan ajaran dan ideologi tersebut; dan bahkan kaum Muslimin wajib
menyatakan kekeliruan dan kesalahan ajaran dan ideologi yang demikian itu
secara tegas dan jelas, dalam bentuk lisan maupun tulisan, di hadapan mereka
maupun di hadapan kaum Muslimin.
b. Tidak boleh menerima
dan mempergunakan ajaran dan ideologi yang lahir dari golongan Komunis (kafir).
Karena Islam itu sendiri adalah satu-satunya sistem hidup yang lengkap dan
sempurna, yang tidak memerlukan ajaran atau ideologi lain, baik sebagai sistem
maupun subsistem kehidupan kaum Muslimin.
3. Bidang Sosial
Dalam bentuk kehidupan
sosial dan kemasyarakatan, pergaulan antara seseorang Muslim dengan orang
Komunis (kafir) dibatasi oleh suatu ketentuan-ketentuan yang tegas dan jelas,
yaitu antara lain tidak dibenarkan seseorang kafir dijadikan teman kepercayaan,
orang kesayangan oleh seorang Muslim. Larangan itu antara lain tertuang di
dalam firman Allah SWT pada surat Ali Imran (3) ayat 118-120, yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu jadikan sebagai teman kepercayaan selain dari golongan kamu (mukmin); mereka
tidak putus-putusnya (berusaha) mendatangkan kecelakaan atas kamu; mereka suka
akan hal-hal yang dapat menyusahkan kamu; sesungguhnya kebencian yang keluar
dari mulut mereka telah nyata, tetapi yang disembunyikan dalam hati mereka adalah
lebih besar. Kami terangkan tanda-tanda mereka kepadamu, jika kamu mau berfikir."
Kemudian dalam kerjasama
untuk tolong-menolong, bergotong-royong antara kaum Muslimin dengan golongan
kafir di dalam kehidupan masyarakat, umat Islam harus tunduk pada
kriteria-kriteria Islam dalam menentukan bentuk-bentuk kerjasama itu. Sebab,
tidak semua kegiatan dan aktifitas di dalam masyarakat dapat dilakukan
kerjasama antara kaum Muslimin dengan golongan kafir. Ada kegiatan-kegiatan di
mana umat Islam dapat ikut bersama-sama, ada pula aktifitas-aktifitas di mana
umat Islam tidak boleh melakukannya. Kriteria-kriteria itu terbagi dalam dua
kelompok, yait:
a. Kegiatan yang
bernilai "kebajikan dan ketaatan" kepada Allah ('alal birri wa taqwa); kaum muslimin dibolehkan untuk melakukan
kerjasama dengan golongan kafir.
b. Kegiatan yang
bernilai "dosa dan permusuhan" ('alal
itsmi wal 'udwan) kaum Muslimin dilarang ikut kerjasama untuk melakukannya.
Ketetapan ini tertuang
di dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5) ayat 2, yang berbunyi:
"Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan atas
kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan,
dan takutlah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat keras
siksa-Nya."
4. Bidang Politik
Posisi kunci untuk
melakukan kebijaksanaan dan kegiatan politik terletak pada faktor pimpinan.
Betapapun baiknya konsepsi dan teori-teori politik, baik yang tertera di dalam
undang-undang dasar, undang-undang dan peraturan-peraturannya, apabila pelaksanaannya
yakni para pemimpin politiknya buruk, maka akan sia-sialah konsepsi dan teori-teori
yang baik itu. Karena demikian pentingnya posisi pimpinan ini di dalam
kehidupan politik, maka Islam menyoroti masalah ini dengan sangat tajam dan
jelas, dan tidak boleh sembarang orang bisa jadi pemimpin politik. Pimpinan
politik yang disoroti oleh Islam ini adalah semua pimpinan yang mempunyai
posisi-posisi penting di dalam kehidupan politik baik eksklusif, legislatif
maupun yudikatif.
Salah satu faktor yang
sangat penting dalam pimpinan politik ini yaitu larangan mengangkat orang-orang
kafir menjadi pemimpin kaum Muslimin. Banyak ayat-ayat yang membicarakan
masalah ini, antara lain:
- Surat Ali Imran (3) ayat
28, 149.
- Surat An-Nisa (4) ayat
144.
- Surat Al-Maidah (5) ayat
51, 57.
- Surat At-Taubah (9) ayat
23.
- Surat Al-Mumtahanah
(60) ayat l.
Firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah (5) ayat 57, berbunyi: "Hai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu ambil mereka menjadi pemimpin yang
menjadikan agama kamu sebagai ejekan dan permainan, yaitu dari ahli kitab yang
sebelum kamu dan orang-orang kafir; dan takutlah kepada Allah jika betul kamu
orang-orang yang beriman."
Pengertian ayat ini
menurut Muhammad Ali Syabuni ialah: "Janganlah kamu jadikan musuh-musuh
agama, yaitu mereka yang menghina dan memperolok-olok agama kamu, untuk menjadi
pemimpin atau teman; yakni mereka itu adalah orang-orang Yahudi, Kristen dan
orang-orang kafir seluruhnya. Kamu senang dan mencintai mereka, padahal mereka
musuh kamu. Barangsiapa yang menghina dan merendahkan agama, tidak dapat
dibenarkan menjadikan mereka pemimpin kamu. Malah wajib kamu murka dan memusuhi
mereka." 59
5. Sikap Permusuhan
Selanjutnya, sikap permusuhan
yang ditampilkan dalam bentuk ucapan, tulisan dan perbuatan oleh golongan
Komunis (kafir) terhadap Islam dan kaum Muslimin, mengakibatkan putus rasa
cinta dan kasih sayang umat Islam kepada mereka, walaupun mereka itu mempunyai
hubungan kekeluargaan, bangsa dan tanah air. Cinta dan kasih sayang kaum
Muslimin terputus secara otomatis kepada setiap orang yang memusuhi Islam dan
kaum Muslimin, walaupun mereka itu bapaknya sendiri, anaknya sendiri,
saudaranya sendiri, familinya sendiri atau bangsanya sendiri.
Sikap tegas dan keras
dengan jalan memutuskan hubungan cinta kasih terhadap setiap orang atau
golongan yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, yang juga berarti memusuhi Islam
dan kaum Muslimin, bersumber dari antara lain firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah
(58) ayat 22, yang berbunyi:
"Tidak akan kamu dapati kaum yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir itu akan mencari orang-orang yang memusuhi Allah
dan Rasul-Nya, walaupun mereka itu adalah bapak-bapak mereka sendiri atau
anak-anak mereka sendiri atau saudara-saudara mereka sendiri atau keluarga
mereka sendiri."
Penutup
Dari uraian yang cukup
panjang, tergambar dengan jelas bahwa Komunisme/Marxisme-Leninisme adalah
sistem ideologi yang disusun asal jadi, sehingga unsur-unsurnya saling
bertentangan satu dengan yang lainnya. Akibatnya, penerapan Komunisme di negara-negara
Komunis, bukan saja gagal dalam mewujudkan "syurga di dunia",
"masyarakat sama-rasa sama-rata", tetapi malah membawa malapetaka:
pembunuhan, kerja paksa, ketakutan dan kelaparan.
Selanjutnya, secara
pasti Komunisme/Marxisme-Leninisme di semua dimensi bertentangan diametral
dengan Islam. Karenanya sikap dan rasa permusuhan antara kaum Komunis dengan
umat Islam berjalan di sepanjang sejarah tanpa henti.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Jakarta, 13 Safar 1421
H (17 Mei 2000)
Abdul Qadir Djaelani
Anggota Komisi I DPR RI
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran
Keputusan Kongres Alim Ulama
Seluruh Indonesia Di Palembang
Tanggal 8 s/d 11 September 1957
Setelah mendengar dan
membahas secara mendalam ideologi/ajaran Komunis, mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
l. Ideologi/ajaran
Komunisme dalam lapangan falsafah berisi atheisme, anti Tuhan dan anti agama.
2. Ideologi/ajaran
Komunisme dalam lapangan politik adalah anti demokrasi (diktatur
proletariat/istibdad).
3. Ideologi dan ajaran
Komunisme dalam lapangan sosial menganjurkan pertentangan dan perjuangan klas.
4. Ideologi/ajaran
Komunisme dalam lapangan ekonomi menghilangkan hak perseorangan.
5. Ideologi/ajaran jang
demikian itu bukan saja berlawanan dengan ajaran Islam pada khususnya dan
agama-agama lainnya pada umumnya akan tetapi merupakan tantangan dan serangan
terhadap hidup keagamaan umumnya.
Memutuskan
1. Ideologi/ajaran
Komunisme adalah kufur hukumnya, dan haram bagi ummat Islam menganutnya.
2. Bagi orang yang
menganut ideologi/ajaran Komunisme dengan keyakinan dan kesadaran, kafirlah dia
dan tiada sah menikah dan rnenikahkan orang Islam, tiada pusaka mempusakai dan
haram jenazahnya diselenggarakan secara Islam.
3. Bagi orang yang
memasuki organisasi/partai yang berideologi Komunisme (PKI, Sobsi; Pemuda
Rakyat dll) tidak dengan keyakinan dan kesadaran sesatlah ia dan wajib bagi
ummat Islam menyeru mereka meninggalkan organisasi dan partai tersebut.
4. Walaupun Republik
Indonesia belum menjadi negara Islam, namun haram hukumnya bagi ummat Islam
mengangkat/memiliki kepala negara/pemerintah yang berideologi Komunisme.
5. Memperingatkan kepada
Pemerintah RI agar bersikap waspada terhadap gerakan aksi subversif asing yang
membantu perjuangan kaum Komunis/atheis Indonesia.
6. Mendesak kepada
Presiden RI untuk mengeluarkan dekrit menyatakan PKI dan mantel organisasinya
sebagai partai terlarang di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar