TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
Berinteraksi dengan Al Qur'an
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di
dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembaalasan
yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." (Al Kahfi: 1-3)
Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an,
imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an, dan penghias dadanya, cahaya hatinya
juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi Muhammad bin Abdullah, dan
keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman dengannya, mendukung dan
membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadaanya, mereka adalah
orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik
hingga hari kiamat.
Amma ba'du:
Rabb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita --sebagai
kaum Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan
kepada manusia. Rabb kita juga, telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang
terbaik yang pernah diutus kepada manusia. Sesuai firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah
kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu
tiada memahaminya?" (Al Anbiyaa: 10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memiliki
manuskrip langit yang paling autentik, yang mengandung firman-firman Allah SWT
yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia. Dan
anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun makna.
Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas
itu kepada siapapun dari sekalian makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr: 9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: "(Inilah)
suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha
Tahu." (Huud: 1)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang
mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Terpuji." ( Fush-shilat: 41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama
atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur'an.
Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu huruf-pun
darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan,
sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw,
dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya dimulai dengan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim). Kecuali satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia
tidak dimulai dengan basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani untuk
menambahkan basmalah ini pada surah at Taubah, baik dengan tulisan atau bacaan.
Karena, dalam masalah Al Qur'an ini, tidak ada tempat bagi akal untuk campur
tangan.
Perhatian kaum
muslimin terhadap Al Quran sedemikian besarnya, hingga mereka juga menghitung
ayat-ayatnya --bahkan kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka bagaimana
mungkin seseorang dapat menambah atau mengurangi suatu kitab yang dihitung
kata-kata dan hurup-hurupnya itu?!
Tidak ada di
dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam
hati mereka, kecuali Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk
diingat dan dihapal. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik itu
lelaki maupun perempuan, yang menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal
oleh anak-anak kecil kaum Muslimin, dan mereka tidak melewati satu hurup-pun
dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan oleh banyak orang non Arab, namun
mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari
mereka, jika Anda tanya: "siapa namamu?" --dengan bahasa Arab--
niscaya ia tidak akan menjawab! (Karena tidak paham bahasa Arab!, penj.). Ia
menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa yang ia baca dan ia hapal, karena ia
tertulis dengan bukan bahasanya.
Al Qur'an tidak
semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun
juga cara membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang harus madd
(panjang), mana yang harus ghunnah (dengung), izhhar (jelas), idgham
(digabungkan), ikhfa (disamarkan) dan iqlab (dibalik). Atau seperti yang
digarap oleh suatu ilmu khusus yang dikenal dengan "ilmu tajwid Al
Qur'an".
Hingga rasam
(metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat
ini, seperti tertulis pada era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode
dan kaidah penulisan telah berkembang jauh. Hingga saat ini, tidak ada suatu
pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiah pun, yang berani merubah metode
penulisan Al Qur'an itu, dan menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku
bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang ditulis dan dicetak,
bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada
manusia tujuan yang paling mulia, dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus." (Al Israa: 9)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,
dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (
Al Maaidah: 15-16)
Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan
Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal:
"Cahaya di
atas cahaya (berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an
mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At Taghaabun: 8).
Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan
firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Qur'an)." (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri
telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka hal-hal yang samar,
menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan, menolak syubhat
(kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan saat
mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta
menambah jelas dan menambah petunjuk bagi orang yang telah mendapatkan
petunjuk. Dan jika Al Qur'an mendeskripsikan dirinya sebagai "cahaya",
dan dia adalah "cahaya yang istimewa", ia juga mendeskripsikan Taurat
dengan kata yang lain:
"Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi)."
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)". (Al Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti
dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
"Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil
sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) ." (Al
Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan perbedaan
antara Al Qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya. Seperti diungkapkan oleh Al
Bushiry dalam Lamiah-nya:
"Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan
kitab sucinya adalah kitab suci yang paling lurus dan paling teguh Jangan sebut
kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi telah bersinar,
ia akan memadamkan pelita-pelita".
Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan
kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan
pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah
tangan manusia. Al Qur'an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu
dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang
telah disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT
berfirman:
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu."
(Al Maaidah: 48)
Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT--
mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding kitab suci
lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang
memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin
pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi
seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.
Al Qur'an juga mempunyai maksud dan tujuan yang
dibidiknya, di antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan pola pandang
manusia tentang Tuhan, kenabian, dan balasan atas amal perbuatan, serta
meluruskan pola pandangan tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga hak-haknya,
terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak berpunya.
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan
Rabbnya, agar manusia hanya menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada-Nya dalam
seluruh urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa manusia,
yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat.
Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi
pangkal kedirian suatu masyarakat. Juga mengajarkan sikap adil terhadap
kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang
dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi manusia, yang diciptakan untuk
memberikan manfaat bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang
saling kenal mengenal dan tidak saling mengisolasi diri, saling memberi maaf
dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja sama dalam
kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini secara
baik: dengan menghapal dan mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta
mentadabburi dan merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya
dengan memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita
untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT menurunkan
kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta
mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai
dengan kadar kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi
kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh
karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga dari
kekeliruan dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang
ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika
dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama
yang pernah terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan oleh Al Qur'an dalam
firman-Nya:
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya
Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal." (Al Jumu'ah: 5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan
mengikuti petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum dengan syari'atnya
serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi kehidupan
individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam berdakwah
kepada Allah SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab
utamanya, dengan bertumpu --terutama-- pada Al Qur'an itu sendiri, karena ia
adalah objek kita, namun ia juga petunjuk itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan
abad-abad yang paling utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al
Qur'an. Mereka berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya,
berlaku baik dalam mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan
mereka, dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik pula
dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat. Kehidupan
mereka telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al
Qur'an telah merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian
Islam, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka
diikuti oleh murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid
generasi berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula.
Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan
negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka
kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.
Kemudian datang generasi-generasi berikutnya, yang
menjadikan Al Qur'an terlupakan, mereka menghapal hurup-hurupnya, namun tidak
memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar
dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an, tidak
menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an serta tidak menganggap
kecil apa yang dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di antara merek ada yang beriman
dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan
oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka. Mereka tidak mampu
berinteraksi secara baik dengan Al Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah
SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias
dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an, namun mereka lupa
bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya.
Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan
yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat." (Al An'aam: 155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan,
ketertinggalan dan keterpecah-belahan mereka selain dari kembali kepada Al
Qur'an ini. Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan
cukuplah Al Qur'an sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada
Allah?." (An Nisaa: 122)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar