TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG Bila Hati Berbalut Cemas
"Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS at-Taghabun [64]:11)
Sebagian besar manusia
hampir tidak pernah bisa memahami apa arti hidup ini. Tidak tahu tujuan dan
harus bagaimana bersikap dalam hidup yang serba singkat ini.
Ciri khas yang paling standar ialah hidupnya
selalu tenggelam dalam ketidaktenteraman batin, merasa cemas, was-was, serba
takut, rendah diri, merasa gagal, dan hati yang selalu terasa kacau balau.
Persis seperti orang yang masuk ke dalam hutan belantara. Walaupun ia berbekal
ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan nyamuk dan tahan dingin,
dompet penuh dengan uang, serta senjata yang lengkap, tetapi kalau sama sekali
tidak tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya, serta tidak tahu
cara menundukkan binatang buas yang berkeliaran di dalamnya, niscaya dirinya
akan dicekam berbagai perasaan tadi. Akhirnya, tidak bermanfaatlah segala bekal
yang dimilikinya. Uang menjadi tidak berharga karena tidak tahu harus dibelikan
apa dan dimana. Dirinya serta merta berubah menjadi kikir terhadap makanan dan
minuman yang dimilikinya manakala teman seperjalanannya meminta. Karena, ia
tidak tahu stok makanan dan air yang sebenarnya melimpah ruah di dalam hutan.
Pikirannya pun senantiasa tegang dan curiga terhadap segala keadaan karena
kuatir akan serangan binatang buas pada dirinya. Ketika mendapati jurang atau
dinding terjal, muncul rasa cemas, takut, dan was-was karena tidak tahu harus
berpegangan kemana. Ketika tiba di tanjakan yang terjal menjulang, serta merta
mulutnya mengeluh dan putus asa karena tidak tahu ujung perjalanan.
Walhasil, lengkaplah sudah penderitaannya
sepanjang perjalanan. Padahal, semua tantangan, ancaman, dan kesulitan itu sama
sekali tidak ada artinya bagi orang yang telah mengenal persis seluk beluk dan
rahasia hutan tersebut.
Kita ambil contoh Tarzan,
si manusia hutan. Kita
saksikan dalam kisahnya, betapa Tarzan selalu riang gembira menerobos segala
kesulitan, rintangan serta gawatnya hutan belantara. Praktis sang Tarzan
efektif segala tindakannya.
Bekal yang ia bawa pun seadanya, karena toh ia sudah tahu segala yang terkandung
di dalam hutan tersebut. Mulai dari buah-buahan, sumber mata air atau biantang
buruan, alangkah mudah didapat. Pakaiannya pun sangat sederhana karena ia tahu
tempat-tempat yang hangat untuk berlindung dari hujan dan dinginnya malam hari.
Sirnalah segala kecurigaan terhadap aneka bahaya yang mungkin datang dari
sekelilingnya, diganti dengan kewaspadaan. Adapun kemungkinan datangnya
gangguan dan rintangan, sama sekali tidak mencemaskan pikirannya karena ia
sudah tahu cara-cara mengatasinya. Begitupun ketika melewati jurang yang curam;
perasannya tidak tegang karena sudah tahu persis akar-akar yang kuat yang dapat
ia jadikan pegangan. Sementara untuk mendaki tanjakan atau tebing yang terjal
sekalipun ia samasekali tidak mengeluh. Karena, selain mengetahui cara
mendakinya, ia pun sudah mampu mengukur dimana ujung dakiannya.
Walhasil, semua hal yang dapat menyulitkan dan
menyengsarakan ternyata hal itu mudah saja bagi sang Tarzan. Karena, ia
memiliki kunci pokok untuk mengatasi semua permasalahan dan segala kebutuhannya
tersebut. Itulah, ilmu. Ya, Tarzan tahu benar ilmu mengenai seluk-beluk hutan dan
cara-cara mengatasinya. Jadi, jangan sekali-kali bermimpi dapat hidup tenang
dan bahagia sekiranya kita belum memiliki ilmu yang benar untuk mengarungi
belantara dunia yang penuh dengan jebakan, rintangan dan ancaman yang berbahaya
ini. Adapun ilmu untuk mengatasi itu semua hanya satu, yakni ilmu dari Dia,
Dzat yang menciptakan dunia beserta isinya. Itulah al-Islam, dengan pedoman
pokoknya al-Quran dan as-Sunnah.
Semua rahasia kehidupan dunia dan akhirat dibeberkan dengan sempurna dan
cermat di dalamnya, sehingga tidak ada satupun urusan, kecuali mesti ada
rahasia jalan keluarnya. Dengan demikian, kalau toh hidup ini kerap kali dicekam perasaan yang kacau balau dan
menyengsarakan, maka penyebab pokoknya adalah karena kita kurang memahami ilmu
agama dengan benar.
Dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang
kepada Ibnu Mas'ud ra, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Ujarnya,
"Wahai Ibnu Mas'ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku
yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku
merasa tidak tenteram. Jiwaku selalu gelisah dan pikiran pun serasa kusut masai.
Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Mendengar itu, Ibnu Mas'ud pun kemudian
menasihatinya. Ucapnya,
"Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu,
maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang
membaca al-Quran, kau
bacalah al-Quran atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke
majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi,
kemudian ber-khalwat-lah untuk menyembah-Nya.
Misalnya, di tengah malam buta, ketika
orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam,
memohon ketenteraman jiwa, ketenteraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum
juga terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang
lain, karena hati yang kau pakai itu bukan hatimu."
Setelah itu, orang itu
pun kembali ke rumahnya. Diamalkanlah
nasihat Ibnu Ma'ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudlu. Selanjutnya
diambilnya al-Quran dan dibaca dengan hati yang khusyu. Selesai membaca
al-Quran, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tenteram. Pikirannya pun
menjadi tenang, sedang kegelisahannya menghilang samasekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar