TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG JADALUL QUR’AN
جدل
القرآن
Di dalam beberapa ayat Al-Quran dapat dijumpai beberapa
bentuk perdebatan dan dialog. Tidak dapat dipungkiri bahwa gaya bahasa
perdebatan memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan lainnya seperti:
matsal, qasam dan qashas. Dalam bentuk yang paling sederhana, bentuk perdebatan
bisa memberikan pandangan yang jelas tentang argument yang digunakan oleh
masing-masing pihak yang sedang bertikai atau berselisih. Perdebatan merupakan
pilihan terakhir yang dilakukan oleh seorang Muslim dalam berdakwah setelah hikmah
dan mau’idhah hasanah menemui jalan buntu. Di sinilah pembahasan jadalul
quran menjadi sangat penting bagi wawasan dakwah.
Bagi orang yang hatinya terbuka dan lembut, di antaranya
adalah orang-orang mukmin, Al-Quran cukup menggunakan gaya bahasa matsal
untuk mengajak pada kebenaran dan kebaikan. Sementara bagi orang yang cukup
sulit menerima kebenaran Al-Quran menggunakan gaya bahasa qasam (sumpah)
agar mereka yang masih sangsi atau ragu menjadi yakin akan kebenaran yang
dibawa oleh Al-Quran. Sedangkan bagi mereka yang ingkar dan melawan terhadap
kebenaran Al-Quran, Allah menggunakan bentuk perdebatan.
Tidak sulit menemukan bentuk perdebatan yang ada di dalam
Al-Quran. Ciri utamanya adalah Al-Quran menyajikan argument yang paling
meyakinkan dalam ayat-ayatNya agar para pembaca Al-Quran langsung tunduk
mengakui kebenaran tersebut. Sebuah contoh sederhana bisa dipetik dalam kisah
Nabi Ibrahim yang berdebat dengan Raja Namrud. Ketika Namrud mengagungkan
dirinya sebagai Tuhan yang mampu “menghidupkan” dan “mematikan”, Nabi Ibrahim
mendebatnya dengan memberikan tantangan kalau dirinya benar-benar Tuhan supaya
menerbitkan matahari dari Barat. Dengan cara seperti ini, Namrud, orang yang
ingkar, tidak berkutik dan tidak berdaya dengan argument yang disajikan oleh
Ibrahim.
Definisi Jadal atau Jidal
§
Bahasa : orang Arab biasa menggunakan kata jadal seperti
dalam kalimat جدلت الحبل untuk menunjukkan tali yang telah terjalin
dengan kuat dan rapi. Dengan demikian, secara bahasa jadal bisa
diartikan dengan jalinan yang rapi dan kuat. Senada dengan kata jadal
adalah jidal dan munadharah (مناظرة ).
§
Istilah : Negosiasi yang dilakukan dalam suatu perselisihan (konflik)
dengan cara menyajikan argument yang meyakinkan sehingga mencapai solusi yang
menenangkan hati.
Tujuan Perdebatan
- Menghadirkan
kebenaran secara nyata.
- Menegakkan
bukti secara meyakinkan.
- Memberi
petunjuk pada mereka yang kafir (tidak percaya).
- Menundukkan
logika orang-orang yang ingkar (keras kepala/ngotot/ngeyel).
Gaya Perdebatan Al-Quran
- Menyajikan
bukti-bukti yang dibutuhkan dalam perselisihan tersebut dalam bentuk yang
jelas sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh kaum awam dan ulama.
- Membatalkan
setiap syubhah yang merusak.
- Argumen yang
disajikan Al-Quran tersusun rapi.
- Tidak
membutuhkan proses logika yang rumit.
- Tidak sama
dengan cara Mutakallimun bermain logika (yang menggunakan premis minor dan
premis mayor).
Contoh:
Ketika
terjadi perselisihan tentang kemungkinan adanya Tuhan selain Allah, atau
keberadaan multi tuhan, Al-Quran memberikan argument yang meyakinkan bagi
manusia dengan memberikan bukti tentang keteraturan alam semesta dan seisinya
ini. Jika memang ada tuhan selain Allah, atau adanya keberadaan tuhan-tuhan
lain di setiap penjuru langit dan bumi, tentu alam semesta ini akan kacau
balau.
﴿لَوْ
كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا...﴾ الأنبياء:22
Macam-macam Perdebatan dalam Al-Quran
1.
Kategori tadabur dan tafakur
Termasuk
dalam kategori ini adalah ayat-ayat kauniyah (tentang alam semesta) yang
biasanya terkait dan menjadi bukti bagi dasar-dasar keimanan tauhid.
﴿وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ. إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ
الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ﴾ البقرة:163-164
Ketika
Allah ingin menegaskan tentang ketauhidan, Al-Quran memberikan beberapa catatan
tentang penciptaan langit dan bumi, perbedaan siang dan malam, serta berbagai
macam hal lainnya untuk menjadi renungan bagi manusia yang mau merenung dan
menggunakan pikirannya dengan baik. Siapapun yang mau berfikir jernih akan
menemukan kebenaran tentang tauhid.
2.
Kategori perlawanan bagi mereka yang ingkar terhadap kebenaran, di antaranya
melalui cara istifham (mengajukan pertanyaan) tentang hal-hal yang bisa
diterima oleh akal sehingga mereka mengakui kebenaran yang ada.
Ada
beberapa bentuk yang berbeda dalam masalah ini, di antaranya:
أ - استدلال بالخلق على وجود خالق
Memberikan
keterangan tentang ciptaan untuk menunjukkan keberadaan sang pencipta.
﴿أَمْ
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ. أَمْ خَلَقُوا
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ .... أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ
غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾ الطور:35-43
Dalam
ayat ini jelas menunjukkan bahwa segala sesuatu yang berlangsung di alam
semesta penuh dengan keteraturan yang luar biasa. Tidak mungkin segala sesuatu
yang berlangsung dengan sangat teratur terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin
komputer yang sedang saya gunakan sekarang ini berfungsi dengan baik tanpa ada
pihak yang memproduksinya. Tidak mungkin layar di computer ini menghasilkan
kata-kata bermakna tanpa ada penulisnya. Suatu karya merupakan bukti nyata
tentang adanya pihak yang mewujudkannya. Di sinilah bukti-bukti penciptaan akan
menuntun siapa pun untuk meyakini tentang adanya sang Pencipta, yaitu
Allah.
ب – استدلال بالمبدأ على المعاد
Memberikan
keterangan tentang asal mula penciptaan untuk menunjukkan adanya kebangkitan
kembali.
﴿فَلْيَنْظُرِ
الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ
بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7) إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ﴾ الطارق:
5-8
Bagaimana cara terbaik untuk membuktikan bahwa manusia akan dibangkitkan
kembali? Al-Quran dengan cara yang sangat lugas menunjukkan bahwa awal
penciptaan manusia melalui proses yang cukup rumit, meskipun hal itu sangat
mudah bagi Allah. Lalu, apakah ada kesulitan bagi Allah untuk mengembalikan
sesuatu yang sebelumnya telah ada?
ج – إبطال دعوى الخصم بإثبات
نقيضها
Mematahkan
tuduhan dengan menunjukkan bukti tentang kejadian yang sebaliknya.
﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ
شَيْءٍ قُلْ
مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ
بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلا آبَاؤُكُمْ قُلِ
اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ﴾ الأنعام: 91
Kaum
Yahudi pada saat itu diceritakan dalam ayat di atas mengatakan bahwa Allah
tidak menurunkan apapun kepada manusia. Hal ini langsung dipatahkan dengan
bukti yang berada di tengah-tengah kehidupan mereka sendiri, yaitu keberadaan
kitab Taurat. Al-Quran menanyakan balik, “Lalu siapakah yang menurunkan kitab
Taurat yang dibawa Musa sebagai pedoman manusia? Hal ini langsung mematahkan
tuduhan mereka dengan menegaskan bahwa Taurat itu adalah termasuk bagian
sesuatu yang diturunkan oleh Allah bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar