AL HAROMAIN

DAFTAR

  • pakaian
  • buku

Daftar Blog

TEXT

text

zainimjkbgt

zainimjkbgt
zainimjkbgt

zainimjkbgt.blogspot.com

zainimjkbgt

alharomain

Penayangan bulan lalu

Populer

Entri Populer

6 Februari 2012

PENDETA MENGHUJAT MUAALAF

TOKO ALHAROMAIN MENJUAL PAKAIAN JADI D 54-D55 AND B19-B20 PASAR TANJUNG MOJOKERTO


ISLAM AGAMA BANGSA ARAB, HAJI ADALAH UPACARA



Upacara Ibadah Haji adalah salah satu kewajiban yang ditetapkan dalam rukun Islam yang kelima. Sebab itu sangatlah penting dan berguna untuk diketahui, apa itu rukun Islam.

Untuk mengetahui rukun Islam ada baiknya perlu terlebih dahulu memahami rukun Iman yang merupakan dasar prinsip keimanan dari agama bangsa Arab. (hal. 3)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dalam tiga kalimat tersebut terdapat dua kesalahan istilah yang mendasar dan sengaja dipakai dalam semua uraian dalam buku karangan H. Amos.

Pertama, menyebut Ibadah Haji (rukun Islam yang kelima) dengan istilah 'Upacara Ibadah Haji', ini adalah penghinaan yang nyata kepada umat Islam. Jutaan umat Islam Indonesia dilecehkan H. Amos dengan mengatakan bahwa Ibadah Haji adalah satu bentuk 'upacara'. Jadi, ibadah haji dikonotasikan seolah-olah bukan dari ajaran Allah, melainkan tata cara ritual buatan manusia.

Hanya umat Islam dan jamaah haji yang lemah iman saja yang diam tanpa reaksi terhadap penghinaan murtadin Amos tersebut.

Kedua, mengganti istilah nama 'Agama Islam' dengan 'Agama Bangsa Arab', ini pun penghinaan yang sangat jelas dan menantang iman kepada umat Islam seluruh dunia. Dengan istilah 'Agama Bangsa Arab' ini, murtadin Amos menekankan seolah-olah Islam bukan agama untuk seluruh dunia, melainkan agamanya orang yang ada di Arab saja.

Oleh sebab itu, sangat tidak wajar jika Kedutaan Arab Saudi tidak melaporkan pelecehan agama ini kepada pjhak yang berwajib --dalam hal ini pemerintah Indonesia-- karena hal ini jelas merupakan pelecehan secara terang-terangan terhadap bangsa, agama dan nabi mereka. Dan jika mereka mengadukan hal ini kepada pihak yang berwajib, umat Islam pasti akan mendukung.

Dari dua point tersebut, jelaslah bahwa 'tambahan informasi' yang dimaksudkan H. Amos dalam kata pengantarnya adalah tambahan informasi untuk menyulut api permusuhan antar agama.

Buku Amos yang beredar sejak tanggal 25 Desember 1997 itu, sampai saat ini sudah dua tahun beredar kepada puluhan ribu pembaca. Berarti, sudah dua tahun pula Drs. H. Amos menantang umat Islam secara umum.

RUKUN IMAN KE-1: PERCAYA KEPADA YANG GHAIB


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Dalam agama bangsa Arab, ada enam prinsip keimanan, yaitu: percaya kepada yang ghaib, percaya kepada malaikat, percaya kepada wahyu yang diturunkan Allah, percaya kepada adanya akhirat/kiamat, percaya kepada nabi-nabi dan percaya kepada qadar atau takdir. (hal. 3).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Di sini terlihat jelas betapa picik dan tololnya Drs. H. Amos. Tolol dan piciknya besar sekali.

Tolol besar, karena tidak tahu kalau dirinya masih belum paham Islam dan tak punya iman di dada, tapi sudah nekad mengajarkan Islam dan Iman dalam bukunya.

Picik besar, karena sengaja memilih kata-kata dan kalimat yang negatif untuk menggambarkan Islam. Mengganti kata iman dengan kata percaya, jelas sangat keliru. Kata iman jauh lebih luas dibandingkan kata percaya.

Iman adalah kepercayaan yang ada dalam sanubari, yang diikrarkan secara lisan dan diamalkan dalam bentuk rukun-rukun.

Kemudian H. Amos mengatakan bahwa rukun iman yang pertama dalam Islam adalah "percaya kepada yang ghaib", ini adalah kesalahan besar yang disengaja untuk menimbulkan kesan yang jelek tentang Islam. Seolah-olah, umat Islam harus beriman kepada hal-hal yang bersifat ghaib, misalnya: setan, dhemit, gendruwo, mak lampir, jailangkung, dan lain-lain. Padahal bukan demikian ajaran Islam.

Susunan rukun iman yang benar dalam Islam adalah sesuai dengan ajaran hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim. Suatu hari Jibril bertanya kepada beliau tentang iman. Maka beliau menjawab dengan sabdanya sebagai berikut:

"Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada Hari Kiamat dan beriman kepada Qodar (takdir) yang baik maupun yang buruk" (HR. Muslim dari Umar bin Khatthab).

H. Amos adalah Himar Amos

Dengan terlalu minimnya wawasan Amos tentang Islam, maka kami tidak yakin bahwa nama H. Amos berarti Haji Amos. Sebaliknya, kami yakin bahwa H. Amos adalah kependekan dari Himar Amos.

'Himar' dalam bahasa Arab berarti binatang sejenis keledai tunggangan. Binatang jenis ini termasuk binatang yang paling bodoh. Makna filosofi himar dilukiskan Al Qur'an dalam ayat-ayat di bawah ini: "Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar (keledai)." (Qs. Luqmaan 19).

Dalam ayat lain dikatakan: "Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan Taurat kepadanya, kemudian mereka tidak memikulnya, adalah ibarat keledai (himar) yang mengangkut kitab-kitab yang tebal. Itulah seburuk-buruk perumpamaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim" (Qs. Al Jumu'ah 5).

Contoh yang paling mudah dipahami, seandainya himar itu disuruh menarik gerobak, maka langsung ditariknya tanpa peduli apa isinya. Diisi emas atau berlian dia tarik, diisi pasir dia tarik pula. Bahkan diisi sampah atau kotoran pun dia tarik juga. Dia tidak pemah tahu dan tidak pernah mau tahu apa yang dia tarik. Yang penting narik, dapat makan, yah... sudah, Haleluyah. Itulah himar.

Terhadap orang yang menghina Nabi Muhammad dan ajaran Islam yang mulia, tentu tidak pantas bagi sarjana murtadin memakai titel Haji. Yang paling pantas adalah titel Himar, sebab hanya manusia yang seperti himar itulah yang cocok untuk penghujat dan penjual ayat-ayat Allah.

Iman dalam Kristen

Dalam Kristen, masalah iman tidak dijelaskan secara rinci seperti dalam Islam. Bahkan ayat-ayat tentang iman dalam Bibel, bila dikritisi akan tampak tidak masuk akalnya, tidak mungkin bisa diterapkan pada zaman modern. Semakin dipikir, semakin tak masuk akal. Perhatikan iman dalam Bibel berikut:

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu" (Matius 17:20).

Bila ayat tersebut diterapkan, maka dunia akan kacau. Tanpa alat-alat transportasi modern, gunung-gunung bisa pindah-pindah tempat dengan mudah. Mungkin gunung-gunung, gedung-gedung dan bangunan-bangunan akan pindah sekian ratus kali sehari oleh iman yang dimiliki oleh umat Kristen. Lucu, bukan !?

Tetapi, sampai saat ini tak ada umat Kristen yang mengaku beriman kepada Yesus (baik pendeta, pastur, evangelis atau paus) yang mampu memindahkan gunung dengan imannya yang sebesar biji sawi.

Ajaran iman dalam ayat Bibel yang lain adalah berikut: "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya (beriman, ed.): mereka akan mengusir setan-setan demi namaku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya di atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Markus 16:17-18).

Ayat tersebut, bila diterapkan, maka sepanjang sejarah di dunia modern takkan pernah ada ilmu kedokteran, ilmu bahasa dan sastra.

Sebab cukup dengan percaya kepada Yesus, umat Kristen mampu berbicara dalam segala bahasa apapun tanpa harus belajar terlebih dahulu di Akademi Bahasa Asing. Juga dapat menyembuhkan segala macam penyakit tanpa kuliah dulu di fakultas kedokteran. Cukup dengan menumpangkan tangan di atas pasien, langsung sembuh. Langsung enaak....!!!

Karena ajaran iman dalam Bibel itu tidak benar, maka sampai saat ini tak ada orang Kristen yang bisa membuktikan ayat Bibel tersebut. Sampai saat ini, belum ada seorang pendeta pun yang berani minum racun untuk membuktikan kebenaran imannya sesuai ajaran Injil. Bahkan, Paus tertinggi di Vatikan pun belum pernah minum racun untuk membuktikan kebenaran ayat tersebut.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.


Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (2/22)

RUKUN IMAN KE-2: PERCAYA KEPADA MALAIKAT JAHAT DAN BAIK


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

2.  Percaya kepada Malaikat

Dalam iman Islam, pembantu Allah adalah malaikat-malaikat, yaitu makhluk yang tidak tampak dan masing-masing mempunyai fungsi tertentu, yaitu terdiri dari dua kelompok, yakni malaikat yang baik dan malaikat yang jahat.

a. Malaikat yang baik terdiri dari:

- Malaikat Penghulu, yaitu:
Jibril (malaikat yang menyampaikan wahyu), Mikhael (malaikat pemelihara), Israfil (malaikat malapetaka), Izrail (malaikat kematian), Malik (malaikat penjaga neraka), Ridwan (malaikat penjaga surga).

- Malaikat yang memerintah, yaitu: malaikat pencatat, pemakai-pemakai mahkota dan penanya orang mati (malaikat Munkardan Nakir).

b. Malaikat yang jahat terdiri dari:

Iblis atau setan yaitu malaikat jatuh dan Jin, yang tergolong dua, yakni muslim dan jin Kafir (surat 72 Al Jin ayat 14). Adapun Jin Muslim dianggap baik karena mengakui Muhammad sebagai rasul. Tetapi baik jin Muslim maupun jin kafir kedua-duanya adalah iblis (surat 6 Al Anaam ayat 128, surat 18 Al Kahfi ayat 50). (hal. 5).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dari uraian itu.jelas sekali nampak bahwa Himar Amos sedang atraksi memamerkan ketololannya. Kalau memiliki pengetahuan Islam atau Al Qur'an, tidak mungkin dia menulis uraian yang keliru semacam itu. Sebab pendapat semacam itu hanya bisa dilontarkan oleh orang yang betul-betul awam dan buta datam hal Islam. Maka sungguh pantas bila penulis semacam itu disebut sebagai Sarjana Murtadin Himar Amos.

Dalam Islam tidak ada ajaran yang mengatakan bahwa malaikat itu ada yang jahat. Menurut Islam, malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang terpelihara dari segala kesalahan dan dosa, karena malaikat tidak diberi nafsu. Semua malaikat tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Tidak ada istilah malaikat pembangkang dalam Islam. Tidak ada satu pun keterangan dalam Al Qur'an yang mengatakan bahwa malaikat itu ada yang jahat.

Semua malaikat itu tunduk, patuh dan taat kepada segala perintah Allah tanpa tawar-menawar sedikit pun, sesuai dengan ayat-ayat berikut ini:

- An Nahl 49-50 yang menyatakan bahwa malaikat tidak sombong, melainkan takut kepada Allah serta patuh melaksanakan perintah-Nya.
- Al Anbiyaa 19-20 dan 27 yang menyatakan bahwa malaikat patuh kepada Allah.
- At Tahrim 6 yang menyatakan bahwa malaikat tidak mendurhakai perintah Allah.

Lebih konyol lagi, Drs. Himar Amos menerangkan bahwa jin adalah bagian dari malaikat yang jahat. Ini sama sekali tidak benar. Menurut Islam, jin itu tercipta dari api, sedangkan malaikat dari cahaya (nur). Dari segi penciptaannya saja sudah berbeda. Perhatikan hadits berikut:

"Dari Aisyah r.a. dinyatakan, sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda: "Malaikat itu diciptakan dari cahaya (nuur) dan jin itu diciptakan dari percikan api (naar), sedang Adam diciptakan dari sesuatu yang sudah engkau kenal.” (HR. Muslim).

Malaikat masuk neraka dalam ajaran Kristen

Setelah kami selidiki, ternyata Himar Amos keliru paham terhadap Islam tersebut berangkat dari pemahaman akan keterangan Bibel yang diajarkan oleh para pendeta dan evangelis seniornya.

Sebab dalam Alkitab atau Bibel disebutkan bahwa malaikat itu ada yang baik dan ada yang jahat. Mari perhatikan ayat-ayat berikut ini:

1. Malaikat pembangkang dan tidak taat ?
"Dan bahwa ia (Yesus. ed.) menahan malalkat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kakuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar" (Yudas 1:6).

2. Iblis bisa menyamar jadi malaikat gadungan?
"Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun manyamar sebagai malaikat Terang." (II Korintus 11:14).

3. Malaikat diadili manusia?
"Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan manghakimi malaikat-malaikat? Jadi apa lagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari." (I Korintus 6:3).

4. Malaikat masuk ke neraka berkumpul jadi satu dengan ibils.
"Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang yang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk iblis dan malaikat-malaikatnya." (Matius 25:41).

Ayat-ayat Alkitab di atas mengajarkan bahwa malaikat ada yang tidak taat dan ada iblis yang bisa menyamar jadi malaikat. Bahkan malaikat akan diadili oleh manusia. Lucunya, malaikat akan masuk neraka bersama-sama dengan iblis.

Kalau melihat malaikat saja belum pernah, bagaimana mungkin ada manusia yang akan menilai, kesalahan dan menghakimi malaikat??!! Justru malaikatlah nanti yang akan menghakimi manusia, sebab selama hidupnya manusia senantiasa diawasi oleh malaikat.

Kalau begitu, fungsi malaikat Tuhan dalam kepercayaan Kristen itu macam apa ? Apakah umat Kristen harus mengadakan ujian/testing terhadap malaikat yang diutus Tuhan ?

Apakah kalau malaikat pencabut nyawa yang datang kepada mereka, mesti ditanya, dites dan dibuktikan dulu apakah dia itu benar-benar malaikat yang diutus oleh Tuhan atau iblis yang menyamar jadi malaikat ? Lucu, bukan ??

Demikianlah ajaran Bibel tentang malaikat yang sangat kacau dan meragukan.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.


Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (3/22)

RUKUN IMAN KE-3: PERCAYA KEPADA BIBEL YANG DITERJEMAHKAN DAN DIMASUKKAN KEDALAM ALQUR'AN


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Percaya kepada Wahyu yang diturunkan Allah

Umat Islam mengakui ada 4 kitab yang diwahyukan yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an. Oleh sebab itu penganut agama bangsa Arab harus percaya kepada empat kitab suci tersebut.

Mengapa Taurat, Zabur dan Injil harus diimani oleh penganut agama bangsa Arab? Hal ini disebabkan sebahagian dari ayat-ayat Taurat, Zabur (Mazmur) dan Injil yaitu kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang disebut Alkitab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dimasukkan ke dalam ayat-ayat Al Qur'an. Hal ini dikonfirmasikan pada ayat-ayat Al-Qur'an sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya Al-Qur'an dalam induk Alkitab di sisi Kami adalah tinggidan penuh hikmat." (Az Zukhruf 43:4). (hal. 6-7).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Tuduhan murahan seperti itu sudah sejak lama dan terlalu sering dilontarkan pihak Kristen untuk mengguncang kemuliaan Al-Qur'an. Kuno!! Karena mereka kurang memahami isi kandungan Alkitab/Bibel dan buta akan Al Qur'an, ditambah lagi dengan kebencian dan antipati terhadap Islam dalam hati dan pikiran mereka.

Kalaupun dikatakan bahwa Al-Qur'an mengandung unsur Taurat, Zabur dan Injil, itu bukan masalah. Tetapi itu bukan berarti bahwa Nabi Muhammad saw yang memasukkan unsur-unsur tersebut dalam Al Qur'an, sama sekali bukan. Yang memasukkan unsur-unsur Taurat, Zabur dan Injil kedalam Al Qur'an adalah Allah Swt. sendiri melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

Adanya persamaan ayat antara Al Qur'an dengan ketiga kitab tersebut, tentu saja bukan berarti Al Qur'an menjiplak dari ketiga kitab itu. Tapi karena memang sumbernya sama, yaitu sama-sama dari Allah Swt. Tentu saja yang masuk ke dalam Al Qur'an itu adalah firman-Nya yang benar dan belum diubah oleh umat Yahudi dalam ketiga kitab sebelumnya. Sebab ayat-ayat tersebut merupakan wahyu yang diwahyukan kembali oleh Allah Swt. kepada baginda Muhammad saw.

Oleh sebab itu semua keterangan tentang kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya itu telah tercakup dalam satu kitab saja yaitu Al Qur'an.

Tentu saja yang dimaksud dengan Taurat, Zabur dan Injil di sini bukan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama dalam Bibel milik umat Kristen seperti sekarang ini. Kitab yang ada sekarang ini sudah tidak asli lagi, melainkan sudah dikotori oleh tangan-tangan jahil manusia.

Tertiadap kitab Taurat, Zaburdan Injil yang ada sekarang ini, Rasulullah berpesan agar jangan percaya keseluruhannya dan jangan pula ditolak keseluruhannya. Itu berarti di dalamnya masih mengandung kebenaran, walau sedikit.

Ayat-ayat yang masih benar dan asli itu misalnya dalam Kitab Ulangan 6:4 tentang keesaan Tuhan, ini tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan bisa diterima. Sedangkan kitab Roma 10: 9 yang menyatakan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus sebagai Tuhan, ini jelas ditolak umat Islam karena bertentangan dengan Al Qur'an.

Tentang mana ayat yang benar, mana ayat yang tidak benar, mana yang ditambah, dikurangi, dirobah dan lain-lain, itulah tugasnya para Kristolog dalam rangka membuktikan kebenaran Al Qur'an. Sebab dengan banyak menemukan kesalahan, pertentangan, kekeliruan, penambahan, pengurangan dan lain-lain dalam Alkitab/Bibel, hal ini justru menambah keyakinan akan kebenaran Al Qur'an sebagai wahyu Allah.

Korelasi Al Qur'an dengan Taurat, Zabur dan Injil

Antara Al Qur'an dengan kitab-kitab wahyu sebelumnya (Taurat, Zabur dan Injil), masih ada korelasi, antara lain:

1. Kitab-kitab terdahulu sudah tidak orsinil karena dirobah oleh tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab.

"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, "Ini dari Allah", karena mereka hendak memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu" (Qs. Al Baqarah 79).

Maka Al Qur'an sebagai kitab penggantinya, dijamin keotentikannya sepanjang zaman oleh Allah Swt.

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya." (Qs. Al Hijr 9).

Dalam hal ini, Al Qur'an berfungsi sebagai kitab pengganti untuk menguji ayat-ayat yang telah dirubah tersebut.

"Sesungguhnya Al Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya." (Qs. An Naml 76).

Maka tak heran apabila terdapat persamaan antara Al Qur'an dengan Taurat dan Injil. Sebab sisa-sisa kebenaran dalam Taurat, Zabur dan Injil, diwahyukan kembali oleh Allah Swt. ke dalam Al Qur'an melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

2. Kitab-kitab suci sebelumnya banyak yang disembunyikan kebenarannya.

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya tatkala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia". Katakanlah, "Siapa yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya. Padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui?" (Qs. Al An'aam 91)

Maka Nabi Muhammad diutus Allah untuk menjelaskan isi Alkitab yang disembunyikan tersebut.

"Hai Ahli Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan kepada kamu banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyikan dan (pula yang) dibiarkannya. Sungguh telah datang kepada kamu cahaya dari Allah dan Kitab yang terang.” (Qs. Al Maa-idah 15).

3. Nabi Musa as. dengan Tauratnya dan Nabi Isa as. dengan Injilnya adalah khusus untuk Bani Israel saja.

"Dan Kami jadikan Al Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil." (Qs. As Sajdah 23).

"Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Qs. Az Zukhruf 59).

Maka Al Qur'an sebagai kitab suci pamungkas diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, untuk seluruh alam semesta, termasuk orang-orang sebelumnya (pengikut Nabi Isa as).

"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya ? Katakanlah. "Datangkanlah keterangan-keterangan kamu. Al Qur'an ini adalah pengajaran bagi orang-orang yang bersamaku dan pengajaran bagi orang-orang sebelumku". Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui kebenaran, karena itu mereka berpaling." (Al Anbiyaa' 24).

"Dan tiadalah ia (Al Qur'an) melainkan pengajaran untuk semesta alam." (Al Qalam 52 dan At Takwiir 27).

"Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku (Muhammad), supaya dengannya (Al Qur'an itu) aku memberi peringatan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sampai (Al Qur'an) kepadanya." (Al An'aam 19).

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (4/22)

RUKUN IMAN KE-4: PERCAYA KEPADA HARI KIAMAT YANG AKAN DIADILI OLEH YESUS KRISTUS


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Percaya kepada adanya akhirat/kiamat.

Menurut agama bangsa Arab kehidupan akhirat adalah kelanjutan dari kehidupan dunia ini. Semua orang yang berbuat baik dan mengikuti ajaran agama bangsa Arab dijanjikan mendapat pahala untuk masuk surga pada hari penghakiman. Sedangkan yang berbuat jahat akan disiksa dalam neraka.

Oleh karena penghakiman adalah awal dari kehidupan sebenarnya, maka perlu untuk diketahui, siapakah sesungguhnya yang menjadi hakim yang adil pada waktu hari penghakiman ini ?

Menurut Hadits Shahih Bukhari, Hadits Shahih Muslim dan Al Qur'an maka yang menjadi hakim yang adil pada waktu hari penghakiman ialah Isa Almasih sebagaimana tertera berikut ini:

1. Hadits Shahih Muslim 127 dan Shahih Bukhari 1090

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw. Bersabda: "Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya telah dekat masanya Isa anak Maryam akan turun di tengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang adil, akan dihancurkannya salib, dibunuhnya babi, dihapuskannya pajak, dan kekayaan akan melimpah ruah, sehingga tidak seorang pun lagi bersedia menerima pemberian." (HR. Muslim No. 127).

"Dari Abu Hurairah r.a, katanya Rasulullah saw. bersabda: "Demi Allah yang diriku dalam genggaman-Nya. Sesungguhnya akan turun kepadamu Ibnu Maryam (Isa Almasih) menjadi hakim yang adil. Maka dipecahnya salib, dibunuhnya babi, dihapuskannya pajak, dan harta kekayaan akan melimpah ruah, sehingga tidak seorang jua pun yang menerima." (HR. Bukhari No. 1090).

2. Surat 43 Az-Zukruf ayat 61:

'Dan sesungguhnya dia (Isa Almasih) adalah suatu tanda bagi kiamat, maka janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutlah Aku, inilah jalan yang lurus".

3. Surat 4 An Nisaa ayat 159:

"Dan tidak ada seorang pun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Isa Almasih sebelum matinya, dan pada hari kiamat dia menjadi saksi terhadap mereka".

Dengan demikian menurut ayat-ayat tersebut di atas, Isa Almasih adalah hakim yang adil pada waktu hari penghakiman karena dialah yang berkuasa dan yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi di dunia dan akhirat. (hal. 7-10).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dengan uraian yang sangat ngawur, Himar Amos ingin membuktikan bahwa keselamatan semua manusia di akhirat nanti hanya ada di tangan Yesus. Sebab dialah satu-satunya Hakim Akhir Zaman Yang Maha Adil.

Dengan kengawuran itu, Himar Amos merasa bahwa dirinya adalah pahlawan besar pembela ajaran Yesus. Padahal, kalau dia menyadari, dia akan malu besar dengan tulisannya itu. Sebab tulisan itu justru menunjukkan bahwa Himar Amos tidak punya agama dan dasar pijak berpikir yang jelas.

Islam bukan, Kristen pun tidak! Sebab dia tidak mengikuti ajaran Al Qur’an maupun Bibel yang sama-sama mengatakan bahwa Hakim AkhiratYang Maha Adil itu hanyalah Allah Swt. saja, sesuai dengan ayat Al Qur'an berikut:

"Maka patutkah aku mencari hakim selaln Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci?" (Qs. Al An'aam 114).

"Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya" (Qs. Yunus 109).

"Sesungguhnya janji-Mu itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya" (Huud 45).

"Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya ?" (Qs. At Tiin 8).

Ayat-ayat Bibelnya sebagai berikut:

"Tetapi Allah adalah Hakim, direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain" (Mazmur 75:8).

"Sebab Engkau (Allah, ed.) membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta." (Mazmur 9:5).

"Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat" (Mazmur 7:12).

"Tetapi, TUHAN samesta alam, yang menghakimi dangan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku" (Yeremia 11:20).

"Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim" (Mazmur 50:6).

Dari keterangan Al Qur'an maupun Bibel, ternyata hanya Allah saja satu-satunya Hakim Yang Adil yang akan menghakimi semua manusia, tidak ada yang lain.

Kalau Himar Amos masih tegar tengkuk mempertahankan keyakinan bahwaYesus adalah Hakim Yang Adil pada hari Kiamat, maka dia tidak bisa disebut sebagai umat pengikut Yesus, apalagi sebagai umat Islam. Sebab dia sudah berani melawan aturan Al Qur'an dan Bibel.

Lebih tegas lagi, Yesus berkata dengan sejujur-jujurnya bahwa dia bukan datang untuk menghakimi dunia seperti ayat di bawah ini:

"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." (Yohanes 3:17).

Yang dimaksud menyalamatkan dalam konteks ayat ini adalah mengajarkan petunjuk dan ajaran yang benar kepada Bani Israel untuk memperoleh keselamatan sorgawi. Jadi bukan untuk menyelamatkan dalam arti menebus dosa semua manusia di bumi ini, tidak !!

Jelaslah bahwa yang benar-benar menjadi hakim dan penyelamat di akhirat nanti hanya Allah Swt., tidak ada yang lain. Bahkan Nabi Isa as. (Yesus) itu sendiri diselamatkan oleh Allah.

Tentang penyelewengan Himar Amos terhadap Hadits Shahih Muslim 127, Shahih Bukhari 1090, Az Zukhruf 61 dan An Nisaa 159, pembaca dapat membandingkan jawaban kami dalam tiga buku kami terdahulu yaitu:
1. Pembelaan Seorang Muallaf
2. Muallaf Meluruskan Pendeta
3. Muallaf Membimbing Pendeta Ke Surga

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (5/22)

RUKUN IMAN KE-5: PERCAYA BAHWA YESUS ADALAH NABI YANG PALING DITONJOLKAN DAN DITINGGIKAN ALQUR'AN


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Rukun Iman yang kelima: Percaya kepada nabi-nabi

Agama bangsa Arab mengakui adanya 25 nabi yaitu nabi-nabi 1) Adam, 2) Idris, 3) Nuh, 4) Hud, 5) Shaleh, 6) Ibrahim, 7) Luth, 8) Ismail, 9) Isak, 10) Yakub, 11) Yusuf, 12) Ayub, 13) Zulkifli, 14) Syuaib, 15) Musa, 16) Harun, 17) Daud, 18) Suleiman, 19) Ilyas, 20) Ilyasa, 21) Yunus, 22) Zakaria, 23) Yahya, 24) Isa Almasih, 25) Muhammad, (hal. 11).

Sudah tentu dari 25 orang nabi tersebut di atas maka yang paling ditonjolkan dan ditinggikan oleh Al Qur'an hanyalah nabi Isa Almasih, sedangkan ke 24 nabi lainnya diceriterakan hanya secara sepintas saja. Bukan hanya dalam Al Qur'an Isa Almasih ditonjolkan dan ditinggikan, tetapi juga dalam Hadits Shahib Bukhari dan Hadits Shahih Muslim.

Simaklah bukti-bukti di bawah ini untuk mendukung kebenaran pernyataan di atas:

- Isa Almasih dilahirkan dari seorang perawan suci Maryam (surat 3 Aali Imraan ayat 42).
- Isa Almasih dilahirkan dari Roh Allah (surat 4 An Nisaa ayat 171).
- Isa Almasih diperkuat dengan Roh Kudus (surat 2 Al Baqarah ayat 253).
- Isa Almasih menciptakan burung yang identik dengan Allah menciptakan manusia (surat 5 Al Maidah 110, surat 3 Aali Imraan ayat 49).
- Isa Almasih adalah manusia suci oleh sebab itu tidak berdosa (surat 19 Maryam ayat 19).
- Isa Almasih yang tertinggi kedudukannya didunia dan akhirat (surat 3 Aali Imraan ayat 45).
- Isa Almasih langsung berbicara firman Allah sejak bayi (Maryam 19:30-32).
- Isa Almasih dilahirkan, diwafatkan dan dibangkitkan hidup kembali (Maryam 19:33).
- Isa Almasih disamakan kejadiannya seperti kejadian Adam (Aali Imraan 3:159).
- Isa Almasih menyembuhkan orang sakit dan menghidupkan orang mati (Aali Imraan 3:49).
- Isa Almasih adalah orang yang paling kudus oleh sebab itu tidak bisa disentuh setan (Hadits Shahih Bukhari 1493).
- Isa Almasih lahir firman Allah oleh Roh Allah dan firman kalimahNya (Hadits Shahih Bukhari nomor 1496).
- Isa Almasih adalah hakim yang adil pada akhir zaman (Hadits Shahih Bukhari nomor 1090 dan Hadits Shahih Muslim nomor 127). (hal. 12-14).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Apa yang dipaparkan Himar Amos tersebut sebenarnya bukan pemikirannya sendiri, melainkan murni menjiplak tulisan penginjil seniornya, Dr. Ev. Suradi Ben Abraham. Sebelumnya, Suradi telah menulis ayat-ayat tersebut dalam brosur Kristen yang berwajah Islam "Dakwah Ukhuwah” dua seri. Pembaca bisa membaca jawaban tuntas kami dalam dua buku kami sebelumnya, yaitu: “Muallaf Meluruskan Pendeta” dan “Muallaf Mambimbing Pendata Ke Sorga”.

Memang, ada kecenderungan baru dalam dunia penginjilan. Para pendeta, evangelis dan missionaris lebih suka mengutip ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits Nabi yang dianggap mendukung doktrin Kristen tentang ketuhanan Yesus. Dengan demikian, mereka berharap agar kaum muslimin akan dapat ditarik ke Kristen dengan mudah.

Tetapi, usaha ini akan sia-sia saja. Buang-buang energi percuma saja. Sebab umat Islam sudah memiliki dasar tauhid yang pasti dan mantap. Dalam hal iman kepada para nabi Allah, umat Islam tidak membeda-bedakan semua nabi Allah (Qs. Al Baqarah 285). Sebab semua nabi sama-sama mengajarkan tauhid dan menentang syirik (Qs. 21:35).

Apapun gelar dan titel yang dipikul oleh Yesus (Nabi Isa as), semua bisa diterima umat Islam, kecuali gelar bahwa Yesus Tuhan, Yesus Anak Tuhan, Yesus Penjelmaan Tuhan, Yesus Juru Selamat Penebus dosa, dll.

Jadi, usaha Himar Amos dan Ev. S. Ben Abraham untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, sernuanya akan sia-sia tak bermakna dengan alasan:

Pertama, banyaknya mukjizat Yesus sama sekali tidak menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan atau penjelmaan Tuhan. Sebab semua mukjizat yang ditunjukkan itu terjadi atas izin Allah (bi idznillah), bukan atas kehendak Isa as. sendiri. Tanpa izin Allah, tidak ada satu pun mukjizat yang bisa dia lakukan. Jadi yang hebat itu bukannya Isa as. tapi Allah Swt.

Tentang mukjizat yang aneh-aneh dan ajaib tersebut, tidak usah terlalu diistimewakan. Sebab Allah memberikan berbagai mukjizat kepada para nabi yang diutusnya sesuai dengan kebutuhan zaman masing-masing nabi.

Jadi, mukjizat yang dimiliki Yesus tidak menunjukkan bahwa dia memiliki unsur ketuhanan. Lagi pula, setelah Yesus tidak ada di dunia, semua mukjizatnya punah tanpa ada seorang pun yang mewarisinya.

Semua kehebatan Yesus hanya tinggal kisah saja, tak ada pengikut beliau yang mewarisi. Sampai detik ini, tak ada pendeta ataupun pastur yang bisa berjalan di atas air, mendatangkan makanan dari langit, menghidupkan mayat, serta menyembuhkan orang buta sejak lahir, dll. seperti yang dilakukan Yesus.

Inilah yang membedakan antara Nabi Isa (Yesus) dengan Nabi Muhammad saw. Yesus pergi menjnggalkan dunia tanpa meninggalkan kitab suci, sedangkan Nabi Muhammad wafat dengan mewasiatkan pusaka peninggalan Al Qur'an wahyu Allah.

Hebatnya, mukjizat Nabi Muhammad yaitu Al Qur'an, sampai saat ini masih dapat disaksikan dan diwarisi oleh umat Islam. Sampai kapanpun Al Qur'an tidak akan pernah mengalami perubahan. Hebat, bukan ?

Kedua, semakin banyak dan semakin hebat bin aneh mukjizat Yesus, justru semakin membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Dalam hal ini, yang hebat bukanlah Yesus selaku penerima/diberi mukjizat, melainkan Allah yang mencipta dan memberi mukjjzat.

Tanpa karunia hadiah dari Allah, mustahil Yesus dapat menunjukkan mukjizat. Jangankan membuat mukjizat, menguap saja, Yesus tidak bisa bila tanpa karunia Allah. Yesus tidak dapat berbuat apa-apa.

"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku." (Yohanes 5:30).

Usaha Himar Amos untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan dengan mencari-cari ayat Al Qur'an dan Hadits Nabi tidak akan membuahkan hasil, sia-sia belaka. Bahkan merugikan Kristen sendiri.

Sebab hal itu berarti Himar Amos tetah mengkebiri kitab sucinya sendiri. Dalam Bibel tidak terdapat satu pun ayat yang menyatakan bahwaYesus bersabda: "Akulah Allah, sembahlah aku". Tidak ada! Justru banyak sekali bukti dalam Bibel bahwa Yesus adalah manusia, bukan Tuhan. Buktinya:

a. Segala kehendak Yesus disetir Tuhan
"Aku tidak dapat beruat apa-apa dari diriku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan panghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehandakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku" (Yohanes 5:30).

b. Yesus bersyukur kepada Tuhan
"Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang barkenan kepada-Mu." (Matius 11:25).

c. Yesus leblh kecil dari Tuhan
"Kamu telah mendangar, bahwa aku tetah berkata  kepadamu: Aku pergi, tetapi aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi aku, kamu tentu akan bersukacita karena aku pergi kepada Bapaku, sebab Bapa lebih besar dari pada aku." (Yohanes 14:28).

d. Yesus pergi menghadap Tuhan
"Sekarang aku pergi kapada Dia yang telah mengutus aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepadaku: Ke mana engkau pergi?" (Yohanes 16:5).

Segala kehendak Yesus disetir Tuhan, Yesus bersyukur kepada Tuhan, Yesus lebih kecil daripada Tuhan dan Yesus pergi menghadap Tuhan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, Yesus tidak sama dengan Tuhan dan bukan satu pribadi dengan Tuhan.

Jadi, sekali lagi, usaha Himar Amos untuk mengelabuhi dan membujuk halus kaum muslimin agar mau mempertuhankan manusia Yesus tidak akan pernah berhasil. Sebab umat Islam tidak akan mempertuhankan Yesus karena takut dikatakan sebagai 'orang kafir' dan diancam dengan hukuman neraka oleh Al Qur'an surat Al Maa-idah 72.

"Sungguh kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih sendiri telah berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya Allah haramkan surga atasnya, dan tempatnya di neraka, dan tidaklah ada penolong bagi orang-orang yang zalim."

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (6/22)

Dialog 2:
Hujat dan Ralat tentang “Rukun Islam”
Murtadin vs Muhtadin

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (6/22)

RUKUN ISLAM VS RUKUN KRISTEN


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Rukun Islam

Rukun Iman harus diamalkan dan untuk mengamalkan rukun Iman ini ditetapkan kewajiban-kewajiban yang disebut rukun Islam.

Rukun Islam terdiri dari 5 Kewajiban: mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa dalam bulan Ramadhan dan melakukan upacara ibadah haji. (hal. 15).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Kelima rukun Islam yang disebutkan oleh Amos tersebut, diatur secara rinci dalam Hadits shahih berikut:

"Islam itu didirikan atas lima dasar, yaitu: (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah; (2) Mendirikan shalat; (3) Mengeluarkan zakat; (4) Puasa Ramadhan; dan (5) Beribadah Haji.” (HR. Muslim dari Umar bin Khatthab).

Adanya rukun Islam itu adalah satu bukti nyata bahwa Islam lebih unggul dibanding Kristen. Rukun Islam memberikan kemudahan bagi umat Islam sejagat untuk mengabdi dan beribadah kepada Tuhan dengan tata cara dan pedoman yang sama, seragam.

Sedangkan Kristen, tidak memiliki rukun agama yang jelas dan pasti dari Bibelnya, sehingga kesulitan untuk mengabdi kepada Tuhan. Bahkan rasul palsu Paulus dalam Bibel mengatakan bahwa untuk mengabdi kepada Tuhan supaya selamat dunia dan akhirat, manusia cukup dengan beriman saja, tanpa perbuatan. Perhatikan ucapan Paulus berikut:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9).

RUKUN ISLAM KE-1: SYAHADAT, BERSAKSI BAHWA ALLAH ADALAH SEBUAH ZAT ATAU BENDA


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

1. Mengucapkan dua kalimat Syahadat

Syarat untuk menjadi pengikut agama bangsa Arab ialah diwajibkan membaca dua kalimat Syahadat sebagai berikut:
“Asy hadu allaa ilaaha illalaah, wa asy hadu anna Muhammadar rasuulullaah", yang artinya: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Kalimat yang pertama ialah suatu pernyataan yang hanya mengakui dan mempercayai kepada Allah yang Esa.

Adapun mengenai definisi daripada Allah itu, Al Qur'an mempunyai penafsiran tersendiri. Siapa yang dimaksud dengan Allah dalam hal ini?

Menurut surat 1 Al Faatihah ayat 1 dalam foot note-nya kitab Al Qur'an terjemah Indonesia terbitan PT Sari Agung berbunyi demikian:

"Ayat ini dinamakan 'Basmalah' diutamakan membacanya pada tiap-tiap akan memulai perkerjaan yang baik. 'Allah' ialah zat yang maha suci yang disembah dengan sebenarnya".

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia karangan Audi C, maka zat berarti asal sesuatu benda.

Dengan demikian yang dimaksud dengan 'Allah' di sini ialah zat atau asal sesuatu benda atau sebuah benda. (hal. 15-17)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dalam Islam, Allah itu tidak boleh diterjemahkan apalagi disamakan dengan benda apapun. Maka mengatakan Allah itu sama dengan suatu zat berupa benda, apalagi sebagai benda padat, itu sangat keliru.

Allah adalah nama pribadi dari Tuhan itu sendiri. Kita mengetahui nama-Nya sebab Dia sendiri yang memperkenalkan bahwa nama-Nya adalah Allah.

"Sesungguhnva Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (Thaahaa 14).

Jadi, Allah itu adalah suatu ZatYang Maha Suci, Yang Maha Mulia, Maha Tinggi, yang lebih besar dari apa yang dikuasai oleh akal manusia, unik tidak terjangkau oleh pikiran-pikiran manusia.

Allah Swt. menguasai segala batas yang membatasi akal pikiran manusia. Karena itu akal pikiran manusia tidak akan pernah mampu mengetahui Zat Allah.

Allah Swt. mempunyai nama-nama yang baik, yang tidak ada celanya yang disebut 'Al Asmaa-ul Husna'. Allah dalam Islam mempunyai sifat Maha atas segala sesuatu. Dan kemahaan-Nya tidak ada batasnya, meliputi atas segala-galanya.

Adapun kata zat dalam sebutan "Allah adalah Zat Yang Maha Suci", ini tidak dapat disamakan dengan zat cair, zat padat, zat gas, zat arang, zat lemas, zat pembawa warna, dan zat lain-lainnya yang semuanya adalah ciptaan Allah.

Sebutan 'zat' yang dirangkai dengan sifat kemahaan Allah, dipaka! untuk menyebut kepada Allah, pencipta jagad raya. Sedangkan hakikat daripada Allah, tidak dapat ditangkap dengan indera makhluk-Nya. Allah tidak sama, berbeda dengan zat-zat apapun yang diciptakan-Nya. Sebab Allah memiliki sifat mukhalafatu lil hawaditsi (berbeda dengan makhluk).

"Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Qs. As Syuuraa 11).

"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)." (Qs. Al Ikhlash 4).

Allah versi Bibel

Jika dia menganggap bahwa Allah itu Tuhannya orang Arab, atau Tuhannya Muhammad, mengapa dalam Alkitab (Bibel) memakai nama Allah? Mestinya kalau mau konsekwen, dalam Alkitab/injil jangan memakai nama Allah, tapi Elohim atau Eloah atau Yahweh atau Kuryos atau Yehovah.

Kalau Himar Amos mau teliti dan jujur, seharusnya dia malu menghujat keberadaan Allah dalam Islam. Sebab konsep Alkitab (Bibel) tentang Allah sangat kacau balau. Disebutkan di dalamnya bahwa Allah itu milik suku Bangsa Israel, sebagaimana ayat-ayat sebagai berikut:

"Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan; tetapi Aku, TUHAN, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan meninggalkan mereka." (Yesaya 41:17).

"Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah orang Israel.” (Yeremia 31:23).

"Ia mendirikan maezbah disitu dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah." (Kejadian 33:20).

"Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagiKu di padang gurun." (Keluaran 5:1).

"Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya seperti langit yang cerah." (Keluaran 24:10)

"Pada waktu itulah Yosua mendirikan mezbah di gunung Ebal bagi TUHAN, Allah Israel" (Yosua 8:30).

"Sekarang aku bermaksud mengikat perjanjian dengan TUHAN, Allah Israel, supaya murka-Nya yang menyala-nyala itu undur daripada kita" (II Tawarikh 29:10).

Karena Tuhan dalam Bibel itu milik orang Israel, maka sangat pantas jika Tuhan umat Kristen punya banyak kelemahan yang menunjukkan kurang Maha atas segala sesuatu. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a. Tuhan mikir-mikir
"Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?" (Kejadian 18:17)

b.  Tuhan mengerang kesakitan seperti perempuan hamil
"Aku membisu dari sejak dahulu kala, Aku berdiam diri, Aku menahan hati-Ku; sekarang Aku mau mengerang seperti perempuan yang melahirkan, Aku mau mengah-mengah dan megap-megap." (Yesaya 42:14).

c. Tuhan pikun, lupa alas kaki-Nya ketika marah
“Ah, betapa Tuhan menyelubungi puteri Sion denga awan dalam murka-Nya! Keagungan Israel dilemparkan-Nya dari langit ke bumi. Tak diingat-Nya akan tumpuan kaki-Nya tatkala Ia murka" (Ratapan/Nudub Yeremia 2:1 ).

Itulah sebagian ayat-ayat Bibel mengenai Allah yang diimani oleh Drs. H. Amos. Masih terlampau banyak ayat-ayat aneh tentang Tuhan dalam Bibel. Namun tidak kami muat seluruhnya, kasihan nanti Bapak Amos jadi pusing.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (7/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD NABI KHUSUS UNTUK BANGSA ARAB


Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Selanjutnya, kalimat yang kedua dari syahadat ialah suatu pernyataan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Sesuai surat 3 Aali lmraan ayat 164 dan surat 62 Al Jumu'ah ayat 2, maka Muhammad diutus sebagai nabi untuk bangsa Arab. Renungkanlah ayat-ayat berikut ini:

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin, ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari kalangan meraka sendiri (Arab), dia membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, sesungguhnya keadaan mereka sebelum itu adalah dalam kesesatan yang nyata" (Surat 3 Aali Imraan ayat 164).

"Dia (Allah) yang membangkitkan di antara orang-orang ummi seorang rasul dari kalangan meraka (Arab) yang membacakan kepada mereka ayat-ayatnya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya adalah dalam kesesatan yang nyata." (Surat 62 Al Jumu'ah ayat 2). (hal. 19).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Permainan istilah dalam tulisan itu amat lihai meski licik. Mungkin roh jahat sedang berdiam, bekerja dan melakukan pekerjaannya dalam diri Himar Amos. Sehingga dia tidak bisa mernfungsikan akal sehatnya.

Sebaiknya, kalau sedang kerasukan roh jahat, jangan coba-coba menulis buku, supaya tidak memalukan diri sendiri. Bahkan menjatuhkan titel sarjananya dari doktorandes menjadi doktorambles.

Al Qur'an surat Aali lmraan ayat 164 dan Al Jumu'ah ayat 2 yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. semasa hjdupnya diutus Allah untuk mengajarkan Islam kepada kaumnya (bangsa Arab). Ayat ini, oleh Himar Amos dipahamkan bahwa kalau begitu, Nabi Muhammad itu diutus khusus hanya untuk bangsa Arab saja, bukan kepada yang lain.

Itulah penafsiran modern sarjana primitif Himar Amos.

Jika karena Nabi Muhammad itu dari bangsa Arab dan memakai bahasa Arab, lalu diambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad adalah rasul untuk bangsa Arab dan Islam juga hanya untuk bangsa Arab, ini jelas sangat keliru. Picik sekali alam pikiran Drs. Himar Amos.

Dua ayat yang dianggap menyudutkan Islam dikutip terjemahannya lalu dikomentari secara negatif. Sementara ayat-ayat lain yang jumlahnya sangat banyak yang mendukung kebenaran Islam, sengaja ditutup-tutupi. Kelihatan dengan sangat mencolok kebencian dan sentimen Himar Amos terhadap Islam.

Sebagai contohnya, ayat-ayat yang mendukung kerasulan Nabi Muhammad saw. Dan Al Qur'an untuk segenap alam, itu sengaja tidak dikutip, seperti:

“Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiyaa 107).

"Dan tiadalah Kami mengutus angkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Qs. Saba' 28).

"Al Qur'an adalah suatu peringatan untuk semesta alam" (Qs. At Takwiir 27 dan Al Qalam 52).

"Dan Kami turunkan Al Qur'an kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan kapada umat manusia, apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir." (Qs. An Nahl 44).

"Muhammad bukanlah bapak salah seorang dari laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Qs. AlAhzaab 40).

Lima ayat tersebut, menyatakan bahwa Nabi Muhammad beserta Al Qur'an bukan hanya untuk Bangsa Arab saja, melainkan untuk semua manusia dan seluruh makhluk di alam semesta ini. Ayat-ayat tersebut sengaja tidak dikutip oleh Drs. Himar Amos.

Dan kalau mau teliti dalam membaca Alkitab (Bibel) milik umat Kristen, justru Nabi Isa (Yesus) beserta Injilnya itulah yang hanya dikhususkan bagi suatu bangsa tertentu, yaitu untuk Bani Israel saja.

Sebab kedatangan Yesus ke dunia ini untuk meneruskan risalah Nabi Musa as. kepada Bani Israel.

Jadi, kitab Injil dan Taurat merupakan kitab suci yang berisi petunjuk dan pengajaran, tapi hanya ditujukan bagi Bani Israel saja, sebagaimana kesaksian Yesus sendiri bahwa dia diutus untuk Bani Israel. Simak sabda Yesus berikut:

"Jawab Yesus: 'Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15:24).

"Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 10:5-6).

Dua ayat tersebut membuktikan bahwa yang dimaksud dengan surat Al Maa-idah 46 isinya meginformasikan bahwa kitab Taurat dan Injil memang merupakan pengajaran dan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dari Ahli Kitab, yaitu Yahudi dan Nashara saja. Penjelasan ini diperkuat dengan sabda Yesus di bawah ini:

"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia aku berdoa, tetapi untuk mereka (Bani Israel) yang telah Engkau berikan kepadaku, sebab mereka adalah milik-Mu" (Yohanes 17:9).

Jelaslah bahwa misi Yesus itu bukan untuk seluruh dunia, tapi khusus untuk Bani Israel saja.

Sebaiknya, Himar Amos lebih rajin lagi membaca buku-buku kaliber dunia internasional, supaya tidak ketinggalan zaman. Sebab jauh sebelum Amos menulis buku picisan, para tokoh ilmuwan dunia yang non muslim sudah mengakui dengan jujur dan ilmiah tentang kemuliaan nabi Muhammad saw kelas dunia:

a. Muhammad adalah Pahlawan kebaikan sepanjang masa
"Mohammed was the soul of kindness and his influence was left and never forgotten by those around him"
"Muhammad adalah jiwa bagi seluruh kebaikan dan pengaruhnya terasa serta tidak pernah terlupakan oleh orang yang berada di sekelilingnya".
(Diwan Chans Sharma, The Propets of the East, Calcutta 1935, hal. 122.)

b. Muhammad adalah tokoh dunia pelopor anti rasialis
"FourYears after the death or Justinian, A.D. 569, was born at Mecca, in Arabia the man who, of all men exercised the greatest influence upon the human race, Mohammed"
"Empat tahun setelah kematian Justinian, 569 M, lahirlah di Makkah, jazirah Arabia, seorang yang kemudian mempunyai pengaruh sangat besar terhadap ras manusia, yaitu Muhammad".
(John William Drapper, M.D. LL.D.A., History of Intelectual Development of Europe, London 1875, vol. I, hal. 329).

c. Muhammad adalah pejuang harkat dan emansipasi untuk wanita sejagad
"That his (Mohammed's) reforms enhanced the status of women in general is universally admitted" (Dobrakan "Muhammad yang telah mengangkat kedudukan wanita dalam skala yang luas diakui secara universal")
(H.A.R. Gibb, Mohammedanism, London, 1953, hal. 33).

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (8/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD MENGAJARKAN AL QUR'AN KHUSUS UNTUK BANGSA ARAB

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Oleh karena ayat-ayat di atas tadi menyatakan bahwa Muhammad adalah nabi untuk bangsa Arab maka kitab Al Qur'an hanya ditulis dalam bahasa Arab. (hal. 20).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Memang Al Qur'an itu berbahasa Arab dan diturunkan di negara Arab. Tapi tidaklah berarti bahwa Al Qur'an itu hanya untuk Bangsa Arab saja. Ini pemahaman yang keliru.

Setiap menurunkan wahyu kepada suatu kaum, Allah menggunakan bahasa kaum itu juga. Sebab kalau memakai bahasa lain, tentu tidak mungkin dimengerti oleh mereka. Bagaimana Rasul itu akan menerangkan kepada umatnya, bila bahasa yang dipakai tidak dimengerti oleh bangsa itu, tentu mustahil. Anak kecil juga paham akan hal ini.

Karena Al Qur'an itu diwahyukan di negara Arab dan nabi yang menerima wahyu itu juga orang Arab, jelas dong... bahasa yang digunakan tentunya Bahasa Arab ! Lha, mana mungkin wahyu Allah diturunkan di Arab, lalu bahasa yang dipakai adalah bahasa Jepang ? Tentu harus Bahasa Arab juga agar dapat dimengerti dan dipahami oleh mereka, bukan?

Demikian juga dengan Nabi Isa ketika menerima wahyu. Apakah beliau menerima wahyu dalam bahasa Indonesia ? Mustahil ! Wahyu yang beliau terima ketika itu pasti menggunakan bahasa yang berlaku menurut suku bangsanya, yaitu Bahasa Ibrani.

Maka seharusnya Injil yang tertua pun ditulis dalam bahasa Ibrani. Tapi sayangnya bahasa Injil yang asli ketika Nabi Isa as. menerimanya sudah tidak ada lagi. Naskah Injil yang tertua dan dianggap asli saat ini justru ditulis dalam Bahasa Yunani. Padahal Yesus tidak pernah tour ke Yunani.

Sebenarnya, kalau Himar Amos mau sedikit lebih teliti dan kritis, justru Alkitab/Injil itulah yang dikhususkan bagi golongan tertentu saja, yaitu Bani Israel, bukan untuk seluruh dunia. Hal ini tidak diketahui oleh penulis kitab tersebut, disebabkan minimnya ilmu tentang agama Kristen itu sendiri, apalagi ilmu tentang Islam.

Bukti lain bahwa Al Qur'an adalah kitab suci untuk seluruh manusia sejagad adalah adanya seruan dan peringatan yang memakai kata 'wahai manusia', misalnya:

"Wahai manusia, makanlah olah kamu apa-apa yang ada di bumi, segala yang halal lagi baik." (Qs. Al Baqarah 168).

"Wahai manusia, sudah datang kepada kamu seorang Rasul (Muhammad saw) dengan membawa kebenaran dari Tuhan kamu"(Qs. An Nisaa 170).

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya (Al Qur’an) yang terang benderang" (Qs. An Nisaa 174).

"Wahai manusia, sesungguhnya aku ini adalah Rasul untuk kamu semua (manusia sejagad)" (Qs. Al A'raaf 158).

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (9/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD CELAKA DI AKHIRAT

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Karena tidak tampak adanya penjelasan yang menyatakan bahwa Muhammad akan diselamatkan setelah dia meninggal dunia, maka Allah dan setiap pengikut agama bangsa Arab harus bershalawat yaitu memohon kepada Allah semoga Allah melimpahkan berkah dan kesejahteraan kepada Muhammad sebagaimana yang disebut dalam Surat 33 Al Ahzaab ayat 56 yang berbunyi:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas nabi: Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan berilah salam dengan sungguh-sungguh.”

Dengan demikian bukan pengikut agama bangsa Arab saja yang harus bershalawat atas nabi Muhammad, tetapi juga Allah harus bersalawat yaitu memohon kepada Allah semoga Allah melimpahkan berkah dan kesejahteraan bagi Muhammad.

Sudah pasti hal ini sangatlah aneh, sebab itu tentu menjadi pertanyaan bagi para pembaca mengapa Allah harus memohon kepada Allah untuk berkat dan kesejahteraan bagi Muhammad?

Juga menjadi suatu keanehan jikalau Allah harus memohon kepada Allah, yang berarti hal itu menyatakan bahwa Allah lebih dari pada satu.

Apakah memang demikian? Menurut logika Allah adalah yang paling tinggi kedudukannya. Oleh sebab itu mungkin ada alasan lain mengapa Allah harus memohon berkat kesejahteraan bagi Muhammad, kepada Allah, (hal. 23-24).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Jika ada orang berpendapat seperti itu, meskipun dia seorang sarjana, jelas menunjukkan betapa minim pengetahuannya tentang Islam. Penafsiran demikian itu amat kacau, hanya berdasarkah harfiah saja.

Tapi anehnya, dengan modal pengawuran seperti itu, sarjana murtadin Himar Amos malah dikagumi oleh umat Kristen. Mestinya umat Kristen menolak tulisan yang sepenuhnya tidak berbobot, tidak ilmiah, tidak rasional dan tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Bahkan hanya memalukan umat Kristen saja.

Apabila terjadi tuntutan dari umat Islam kepada pihak yang berwajib, maka yang repot dan rugi adalah umat Kristen, bukan? Apalagi jika ada kelompok Islam yang terpancing emosinya. Gawat lagi, bukan?

Supaya situasi tidak semakin keruh, kami tetap menjawab sekaligus meluruskan hujatannya, dengan harapan agar Himar Amos dan umat Kristen lainnya dapat mengetahui makna dan filosofi shalawat nabi.

Shalawat artinya kemuliaan atau kesejahteraan. Shalawat Allah kepada Nabi Muhammad bukan berarti bahwa Allah memohonkan kemuliaan atau kesejahteraan kepada Allah yang lainnya untuk Muhammad, melainkan Allah memberikan rahmat, kesejahteraan dan kemuliaan atas beliau.

Maksud malaikat bershalawat kepada Nabi yaitu malaikat turut memohon ampunan kepada Allah. Sedangkan shalawat orang-orang beriman kepada Nabi maksudnya mendoakan agar diberi rahmat dan kesejahteraan atas Nabi Muhammad saw. Dan kesemuanya itu bukan berarti karena Nabi Muhammad saw. belum selamat atau tidak mendapat keselamatan dari Allah Swt.

Tujuan Allah bershalawat kepada Nabi Muhammad ialah agar umat Islam seluruhnya menaruh rasa hormat kepada beliau. Sebab beliau adalah pilihan-Nya untuk menjadi nabi terakhir dan penutup para nabi, yang membebaskan manusia dari kehidupan jahiliyah yang bagaikan binatang. Atas perjuangan beliau, umat manusia bisa dihantarkan ke alam yang terang benderang. Beliaulah yang mengantarkan umat manusia dari kehidupan hewani menjadi kehidupan yang manusiawi. Jika tidak ada beliau, entah kebejatan moral apa yang dilakukan oleh umat manusia.

Oleh sebab itu, sebagai orang yang tahu diri, umat manusia sangat wajib untuk mensyukuri jasa beliau. Untuk mengabadikan rasa syukur dan jasa beliau inilah maka 'shalawat serta salam' dijadikan sebagai salah satu rukun dzikri, yaitu suatu bacaan rukun bagi umatnya setiap mengerjakan shalat.

Tetapi harus diingat bahwa pembacaan shalawat terhadap Nabi Muhammad tersebut bukan berarti bahwa beliau tidak selamat di akhirat. Tanpa ada satupun umat Islam yang bershalawat, beliau tetap mendapatkan keselamatan dari Allah Swt. Sebab beliau telah dijamin masuk sorga oleh Allah Swt.

Meskipun Rasulullah sudah pasti masuk sorga, umat Islam masih saja mengirim bacaan shalawat kepada beliau, sebab pahala doa shalawat itu kembali lagi kepada umat yang bershalawat. Dengan bershalawat kepada Nabi berarti telah tunduk dan patuh kepada perintah Allah Swt. pada ujung surat Al Ahzaab 56 tersebut:

"Wahai orang-orang yang beriman, barshalawatlah kepadanya (Muhammad) dan berilah salam dengan sungguh-sungguh".

Kalau diperhatikan, perintah pada ayat tersebut dimulai dengan perintah atau suruhan 'Wahai'. Ditujukan kepada siapa perintah 'Wahai' ini? Jelas ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Apa perintah dan suruhan Allah tersebut ? Tiada lain untuk 'bershalawat dan mengucapkan salam'. Kepada siapa ? Jelas kepada 'Nabi Muhammad saw'. Caranya bagaimana ? Yaitu dengan 'bersungguh-sungguh mengikuti perintah dan aturan Allah.

Seandainya Allah tidak memberikan contoh dan petunjuk tentang tata cara mensyukuri karunia-Nya yang telah diberikan melalui baginda Nabi, tentu akan terjadi bermacam-macam cara dalam mensyukuri nikmat tersebut. Misalnya, dengan memberikan sesajian, tumbal, korban hewan dan lain-lain menurut selera dan keinginan masing-masing.

Oleh karena Allah memberikan petunjuk Al Qur'an dalam hal etika menghormati manusia pilihan-Nya itu, maka umat Islam mematuhi perintah tersebut agar tidak terjadi kekacauan dalam beribadah kepada-Nya.

Kemudian dalam satu hadits disebutkan sebagai berikut:

"Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali saja, niscaya Allah akan memberikan sepuluh kesejahteraan kepadanya dan dihapuskan darinya sepuluh kesalahan dan diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. Bukhari, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim).

Atas dasar hadits di atas, maka umat Islam di manapun berada selalu membacakan shalawat kepada Rasulullah setiap waktu shalat maupun setiap kali mendengar namanya disebut. Sebab dengan membacakan satu kali shalawat kepada Rasulullah, maka balasannya adalah mendapat sepuluh kebaikan dan dihapuskan sepuluh keburukan. Nah, siapa yang tidak mau mendapat pahala sebanyak itu?

Dengan demikian, keberadaan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah sungguh membawa berkah dan rahmat bagi umatnya. Sebab dengan bershalawat kepadanya satu kali saja, akan memperoleh pahala sepuluh kebaikan dan menghilangkan sepuluh keburukan. Subhanallah, sungguh beruntung menjadi pengikut beliau.

Analogi yang mudah dipahami, bayi yang meninggal dunia sebelum berbuat dosa, dia pasti akan langsung masuk sorga. Apakah karena dia pasti akan masuk sorga lantas orangtuanya langsung menguburkannya tanpa harus mendoakannya? Tidak !! Bahkan lebih dari itu, sebagai manusia yang berakhlak mulia umat Islam juga memohon kepada Allah agar bayi tersebut diberi tempat yang layak di sisi-Nya. Pahala dalam mendoakan dan memohon kepada Allah untuk anak bayi yang tersayang itu, kembali lagi kepada orang yang mendoakan.

Kalau terhadap anak bayi yang belum memberikan jasa saja, perlu mendoakan kepada Allah tempat yang layak di sisi-Nya, mengapa terhadap seseorang yang telah begitu besar jasanya bagi umat manusia sejagad raya ini, tidak kita doakan dan mohonkan kepada Allah tempat yang layak di sisi-Nya? Tentu lebih pantas, bukan?

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Lebih lengkap lagi pertanyaan menjadi: "Mengapa Allah dan pengikut agama bangsa Arab harus bersalawat atas nabi Muhammad?"

Hal ini disebabkan karena Muhammad memang belum memperoleh keselamatan karena dia tidak diberi kuasa apapun oleh Allah.

Setiap pengikut agama bangsa Arab harus terus-menerus bershalawat untuk Muhammad dengan pengharapan agar Muhammad memperoleh keselamatan. Kenyataan ini dapat dilihat dari ayat-ayat Al Qur'an berikut:

Katakanlah, "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat dan tidak pula kuasa menolak mudarat untuk diriku, kecuali dikehendaki Allah … " (Surat 7 Al Araaf ayat 188).

"Katakantah, "Aku tidak kuasa menolak mudarat dari diriku dan tidak mendatangkan manfaat kecuali dikehendaki Allah. ................." (Surat 10 Yuunus ayat 49). (hal. 25-26)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Surat Al A'raaf 188 dan Yunus 49 itu justru menunjukkan kejujuran Muhammad saw. Beliau mengatakan apa adanya tanpa menyombongkan diri dan menyadari bahwa beliau hanyalah seorang rasul, bukan Tuhan. Beliau mengakui tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak kuasa menolak mudharat baik untuk dirinya maupun orang lain, kecuali atas kehendak Allah Swt. semata.

Beliau menyampaikan apa adanya sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah swt., agar umatnya tidak tersesat. Sebab jika tidak demikian, maka dikhawatirkan umatnya akan selalu meminta dan memohon lewat beliau, atau paling tidak menjadikan beliau sebagai perantara. Inilah yang tidak dikehendaki oleh Allah. Jika memohon sesuatu hendaklah langsung kepada Allah tanpa perantara.

Kalau mau pakai pikiran yang jernih, justru itulah bukti bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang manusia yang super tinggi kejujurannya. Beliau tidak mau disamakan dengan Tuhan, disembah dan dipuja-puja melampaui batas.

Di sinilah letak perbedaan antara Nabi Muhammad dalam pandangan Islam dengan Nabi Isa as. (Yesus) menurut pandangan Kristen. Menurut Kristen, Yesus bukan manusia biasa seperti Nabi Muhammad. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pusat meminta dan beribadah. Padahal Yesus tidak pernah mengajarkan demikian. Ajaran Yesus adalah ajaran Tauhid, sama seperti ajaran Nabi Muhammad saw. Perhatikan sabda Yesus pada ayat-ayat berikut ini:

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." (Yohanes 17:3).

Pada ayat tersebut Yesus mengajarkan Tauhid kepada umatnya, yaitu mengenal Allah Yang Esa dan dirinya sebagai seorang utusan-Nya.

Ayat di bawah ini menunjukkan bahwa hanya kepada Allah sajalah tempat menyembah dan berbakti, bukan kepada manusia dan juga bukan terhadap Yesus sendiri. Perhatikan sabda Yesus di bawah ini:

"Berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti’ …” (Matius 4:10).

Karena umat Kristen menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang menjelma jadi manusia, maka jelas menurut mereka Yesus itu adalah Allah itu sendiri. Keyakinan ini justru menjadikan mereka tersesat, karena mereka menganggap dia itu Tuhan, maka di mana-mana mereka memohon dan meminta serta berbakti tertuju kepada Yesus. Padahal Yesus sendiri ternyata tidak bisa juga mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat yang menimpa pada dirinya sendiri. Yesus juga tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena dia hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan.

Buktinya, ketika Yesus ditangkap oleh pasukan yang disuruh oleh tua-tuaYahudi yang bekerja sama dengan salah seorang muridnya sendiri sebagai penghianat, Yesus tidak bisa menghindar (Matius 26:47-48). Juga ketika orang-orang memperlakukan seenaknya, Yesus tidak bisa menghindar. Perhatikan ayat berikut ini:

"Lalu mereka meludahi mukanya dan meninjunya, orang-orang lain memukul dia" (Matius 26:67).

Bahkan lebih parah lagi -menurut cerita Bibel- ketika Yesus disalibkan, dia benar-benar tidak berdaya, tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, sehingga dia berteriak histeris minta pertolongan kepada Allah. Perhatikan ayat di bawah ini:

"Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani ?"Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" (Matius 27:46).

Sampai soal musim saja Yesus tidak tahu, perhatikan ayat di bawah ini:

"Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas muridnya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka katanya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" (Markus 11:12-14).

Hal-hal yang ghaib pun Yesus tidak tahu, buktinya Yesus tidak tahu kapan hari kiamat. Perhatikan ayat di bawah ini:

"Tetapi tentang hari atau saat itu (kiamat, ed.) tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja" (Markus 13:32).

Itulah beberapa kelemahan Yesus sebagai bukti bahwa dia manusia biasa dan sama sekali bukan Tuhan. Maka pantas sekali jika dia tidak bisa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat yang menimpa dirinya maupun orang lain. Yesus juga tidak tahu hal yang ghaib, sebab dia bukan Tuhan.

Jadi bukan hanya Nabi Muhammad saja yang tidak bisa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat, tapi demikian juga dengan Nabi Isa as. serta nabi-nabi lainnya, kecuali atas izin Allah atau hanya Allah Swt.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (10/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD KONSULTASI KEPADA ORANG YAHUDI DAN KRISTEN

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Lain dari itu ada satu hal yang penting dan patut disimak, yaitu di mana Muhammad diperintahkan oleh Allah agar selalu belajar dan bertanya kepada orang-orang Kristen ataupun orang-orang yang beragama Yahudi, terutama pada waktu nabi Muhammad berada dalam keadaan ragu-ragu.

Hal itu membuat orang Kristen mengambil kesimpulan, bahwa Nabi Muhammad harus percaya kepada orang-orang Kristen dan orang yang beragamaYahudi, karena merekalah yang membaca dan menguasai Taurat dan Injil yang benar, original dan sempurna serta relevan walaupun Al Qur'an telah diturunkan dan Muhammad diutus sebagai nabi yang terakhir menurut umat Muslim, (hal. 26)

Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat Al Qur'an sebagai berikut:

"Maka jika engkau (Muhammad) dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum engkau (Orang Kristen dan Orang Yahudi). Sungguh telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu" (Surat 10 Yuunus ayat 94). (hal. 27).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada Nabi Muhammad, apabila beliau ragu terhadap wahyu yang diterimanya, agar bertanya kepada orang-orang yang membaca kitab sebelumnya. Yang dimaksud dengan "orang-orangyang membaca Kitab sebelumnya" yaitu orang-orang jujur yang mengerti dan memahami kebenaran dalam kitab-kitab suci sebelum Al Qur'an. Orang seperti ini tidak banyak, di antaranya adalah rahib Waraqah bin Naufal.

Perlu dicatat bahwa Waraqah bin Naufal ini bukan beragama Kristen pengikut Paulus. Beliau adalah rahib Nasrani yang yang setia dan jujur mengikuti Nabi Isa as. Rahib saleh seperti Waraqah inilah yang menjelaskan kepada Rasulullah tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kenasranian yang asli sesuai dengan ajaran Nabi Isa as. Misalnya, mengenai nubuat Nabi Musa dan Isa as. tentang tanda kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. dalam Taurat dan Injil.

Ketika Siti Khadijah menceritakan kepada Waraqah tentang peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira, maka spontanitas dia berkata: "Quddus, quddus! Demi Tuhan yang jiwa Waraqah ada dalam tangan-Nya. Jika engkau membenarkan aku, ya Khadijah, sesungguhnya telah datang kepada Muhammad namus akbar (petunjuk yang maha besar), sebagaimana yang pernah datang kepada Musa as. Sesungguhnya dia akan menjadi Nabi bagi umat kita ini".

Orang Nasrani yang seperti Waraqah bin Naufal yang benar, jujur dan terpercaya itu sekarang sudah tidak ada lagi.

Yang ada saat ini adalah umat Kristen yang tidak taat kepada Nabi Isa, melainkan taat kepada Paulus, pendiri Kristen.

Kemudian yang dimaksud dengan kata 'Al Kitab' pada ayat tersebut adalah kitab Taurat dan Injil yang masih asli sebelum dikotori oleh tangan-tangan jahil manusia.

Salah besar jika yang dimaksud kata 'Al Kitab' oleh Himar Amos itu adatah Alkitab (Bibel), kitab agama Kristen yang berjumlah 66 kitab, antara lain:

a. Taurat = 5 kitab
b. Kitab Para Nabi besar/kecil = 34 kitab
c. Injil = 4 kitab
d. Kisah Para Rasul = 1 kitab
e. Surat-Surat Paulus = 13 kitab
f. Surat kepada jemaat Ibrani = 1 kitab
g. Surat Yakobus =1 kitab
h. Surat Petrus = 2 kitab
i. Surat Yohanes = 3 kitab
j. Surat Yudas = 1kitab, dan
k. Mimpi Yohanes = 1 surat.

Dari keterangan tersebut, jelas sekali bahwa Al Kitab yang dimaksud dalam surat Yunus 94 bukanlah Alkitab (Bibel) milik orang Kristen seperti sekarang ini. Dan Nabi Muhammad saw. tidak pernah bertanya kepada orang Kristen, tapi kepada orang Nasrani yang terpercaya. Sebab agama Nasrani tidak identik dengan agama Kristen seperti sekarang ini.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (11/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD MEMPERKOSA GADIS DI BAWAH UMUR

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Menurut Hadits Shahih Bukhari nomor 1557 Muhammad kawin dengan Aisyah sewaktu Aisyah masih jauh di bawah umur yaitu berusia 6 tahun dan tinggal serumah pada waktu Aisyah berumur 9 tahun. (hal. 30)

"Dari Hisyam r.a. katanya: Siti Khadijah wafat tiga tahun sebelum nabi s.a.w. pindah ke Medinah. Beliau tidak kawin selama dua tahun kurang. Dan beliau mengawini Siti Aisyah ketika ia berusia enam tahun. Kemudian beliau serumah dengan dia setelah Aisyah berusia sembilan tahun " (Hadits Shahih Bukhari nomor 1557).

Pada zaman modern sekarang ini jika seorang laki-laki mengawini anak perempuan di bawah umur maka laki-laki tersebut dianggap memperkosa anak perempuan dan dapat dikenakan sanksi hukuman.

Oleh sebab itu di banyak negeri termasuk negara Republik Indonesia, orang yang dinyatakan dewasa ialah yang berumur 17 tahun ke atas, sehingga orang yang telah dinyatakan dewasa dianggap layak dan syah melaksanakan perkawinan (hal.31).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Memang sebagian besar negara memberlakukan batas umur perkawinan pada umur sekitar 17 tahun ke atas. Tetapi itu bukan berarti bahwa wanita baru bisa menikah pada urnur 17 tahun ke atas. Buktinya banyak juga wanita yang kawin jauh di bawah urnur, bahkan sebelum umur 17 tahun ada yang sudah jadi janda. Kenyataan ini banyak dijumpai di negara kita sendiri, Indonesia. Tapi masalah seperti itu merupakan kasus, bukan keharusan.

Dan perlu digarisbawahi, bahwa undang-undang perkawinan yang menetapkan batas minimal nikah umur 17 tahun itu adalah buatan manusia dengan pertimbangan kondisi fisik dan kedewasaan berpikir wanita sesuai suatu daerah tertentu. Soal kawin harus 17 tahun ke atas tidak ada dalilnya sama sekali baik dalam kitab suci.

Oleh sebab itu tidak boleh dijadikan suatu keharusan yang mutlak harus dipatuhi. Dalam Islam, wanita dianggap sudah cukup dewasa apabila telah baligh, yang ditandai dengan haid/menstruasi. Terhadap orang yang telah baligh inilah dianggap telah dewasa dan wajib melaksanakan ajaran agama, dan berdosa bila mengabaikan ajaran agama.

Pada umur sembilan tahun, umumnya wanita Indonesia belum haid, sebab kondisi atau postur tubuhnya kecil. Sehingga wanita di Indonesia kebanyakan baru haid pada umur 12 tahun atau lebih .Tapi wanita keturunan Arab, mereka memiliki postur tubuh yang besar, sehingga pada usia 9 tahun sebagian besar sudah haid. Maka wanita Arab tempo dulu sudah layak nikah pada umur 9 tahun, karena sudah dewasa.

Memang Rasulullah menikah dengan Siti Aisyah ketika berusia 6 tahun. Tetapi beliau baru bercampur dengan Siti Aisyah pada usia 9 tahun. Pernikahan seperti ini disebut 'Nikah Gantung'.

Oleh sebab itu jika dikatakan Nabi Muhammad saw. memperkosa Aisyah, itu hanyalah tuduhan atas kebencian yang luar biasa terhadap Nabi Muhammad saw. untuk menjatuhkan nama beliau, agar misi Kristen dapat diterima. Cara-cara mereka memang licik, curang, dan tak terpuji menghalakan segala cara.

Jadi tuduhan seperti itu tidak punya alasan yang pasti, sebab umat Kristen tidak bisa menujukkan satu dalil pun dalam kitab suci mereka tentang batasan umur perkawinan.

Seharusnya Himar Amos tahu diri jika benar bahwa dia itu sarjana. Jangan selalu mencari-cari dan mengada-ada dalam melecehkan agama lain, sementara ajaran agama sendiri yang memang sudah leceh dianggap baik.

Orang type seperti itu oleh Yesus dicap sebagai orang munafik yang ceroboh dan tidak tahu diri. Kesalahan orang saleh dicari-cari, sedangkan kesalahan besar pada diri-sendiri dipiara subur.

"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3).

Seharusnya, Himar Amos malu menuduh Rasulullah pernah melakukan perzinahan, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Justru dalam Bibel, kitab suci Kristen, bertebaran ayat-ayat panas yang mengekspos skandal seksual:

a. Yesus tidak menghukum WTS yang ketangkap basah sedang melakukan hubungan zinah, bahkan membebaskannya tanpa syarat (Yohanes 8:1-11).
Padahal, pada zaman modern ini, seseorang yang terbukti melakukan perbuatan zinah, pasti dijatuhi hukuman berat. Dan orang yang melindungi pezinah pun bisa dijatuhi hukuman yang sangat berat, karena berarti dia telah mendukung tindak perzinahan. Apakah dengan demikian Himar Amos berani mengatakan bahwa Yesus telah berkomptot dengan pezinah, sehingga perlu dipecat dari jabatannya, disidang, didenda dan dipenjara sesuai dengan hukum modem ??

b. Tuhan berkata-kata porno dalam Bibel
"Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal (pelacur) dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN" (Hosea 1:2).

c. Tuhan menyukai pelacur
"Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis" (Hosea 3:1).

Langsung enaaaakkk...... seorang nabi disuruh bermain cinta dengan pelacur dan pezinah oleh Tuhan.

d. Tuhan yang romantis
"Engkau bersundal juga dengan orang Asyur, oleh karena engkau belum merasa puas; ya,  engkau bersundal dengan mereka, tetapi masih belum merasa puas. Engkau memperbanyak lagi persundalanmu dengan negeri perdagangan Kasdim, tetapi dengan itu juga engkau belum merasa puas. Betapa besar hawa nafsumu itu, demikianlah firman Tuhan ALLAH" (Yehezkiel 16:28-30).

Wahai Himar Amos, siapakah sesungguhnya yang pro zinah, dan siapa pula yang anti zinah? Jangan sekali-sekali menuduh Islam mengajarkan perzinahan. Sebab dengan tegas Islam melarang segala tindak perzinahan.

"Dan janganlah kamu mendekati zinah. Sesungguhnya zinah itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" (Qs. Al Israa 32).

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (12/22)

BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD HOBY KAWIN-CERAI

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Mengapa Muhammad begitu mudah dapat kawin lagi atau menceraikan isteri-isterinya ?

Muhammad dapat dengan mudah menceraikan isteri-isterinya karena jika Muhammad menceraikan isterinya maka menurut surat 66 At Tahrim ayat 5, Tuhan akan memberi Muhammad pengganti isteri yang lebih cantik dan lebih baik budi pekertinya baik pengganti isteri itu seorang janda maupun seorang perawan.

"Jika dia menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, (yaitu) yang muslimat, yang mukminat, yang taat, yang bertaubat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan" (Surat 66 At Tahrim ayat 5)

Oleh sebab itu para isteri Muhammad tidak boleh menyusahkannya, karena jika isteri-isterinya menyusahkan Muhammad maka Muhammad dapat langsung menceraikan isteri-isteri yang tidak lagi dia ingini atau sukai. (hal. 32)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Menurut Himar Amos, sang murtadin, surat At Tahrim ayat 5 di atas berarti bahwa Tuhan telah menjamin Rasulullah dengan istri-istri baru yang lebih cantik, apabila beliau mau menceraikan istri lamanya. Sehingga, dengan jaminan itu maka Rasulullah menjadi hoby kawin-cerai berulang-ulang.

Itu menunjukkan bahwa Amos yang Himar itu tidak mengerti gaya bahasa.

Ketahuilah, bahwa ayat tersebut berkaitan sangat erat dengan tugas dan risalah yang diemban oleh Rasulullah. Mengingat beratnya tugas dan amanat beliau, yaitu memimpin umat manusia keluar dari gelap gulitanya alam yang penuh dengan syirik dan budaya jahiliyah menuju alam tauhid yang terang benderang di bawah naungan cahaya ilahi.

Sehubungan dengan itu, maka Allah memberikan peringatan kepada para istri Nabi agar tidak sombong dan merasa dirinya paling penting, seolah-olah Nabi tidak bisa berjuang di jalan Allah tanpa adanya mereka.

Maka Allah memberikan ancaman kepada para istri Nabi dengan At Tahrim ayat 5 yang mengatakan bahwa dengan sangat mudah Allah dapat mengganti posisi mereka dengan istri lain yang jauh lebih baik, lebih salehah dan lebih taat.

Dengan peringatan tersebut, maka para istri Nabi saling berlomba-lomba untuk memiliki sifat-sifat utama, menjadi mar'atus salehah, ummahatul muslimin.

Jadi, sama sekali tidak benar tuduhan Himar Amos bahwa Rasulullah hoby kawin cerai, begitu mudah menceraikan dan menikah lagi terus-terusan. Tuduhan ini, selain tidak ilmiah, juga tidak sesuai dengan fakta dan data. Sepanjang sejarah, tidak ada bukti bahwa beliau kawin-cerai dengan istrinya.

Sumber: “Pendeta Menghujat Muallaf Maralat”, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (13/22)

RUKUN ISLAM KE-2: SHALAT

SHALAT MENYEMBAH ALLAH YANG BERTEMPAT TINGGAL DI DALAM KA'BAH

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Mendirikan Shalat

Shalat adalah cara sembahyang agama bangsa Arab yang pada waktu melakukannya yaitu ruku' dan sujud harus menghadap ke Ka'bah di Mekkah. (hal. 33)

Orang-orang yang bodoh di antara manusia akan berkata: "Apakah gerangan (sebabnya) mereka (orang Islam) beralih dan kiblat mereka semula (dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram?) Katakanlah Timur dan Barat kepunyaan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (Surat 2 Al Baqarah ayat 142). (hal. 34).

Mengapa shalat agama bangsa Arab harus mengahadap ke arah Ka'bah di Mekkah? Karena Ka'bah adalah tempat tinggal Allah yaitu rumah Allah sebagaimana yang disebut dalam Surat 22 Al Hajj ayat 26.

"Dan (ingatlah) ketika Kami tempatkan Ibrahim pada tempat Baitullah (dengan firman): janganlah engkau menyekutukan Aku dengan sesuatu, dan sucikanlah rumahKu (Ka'bah) untuk orang-orang yang tinggal (itikaf) dan orang-orang yang ruku dan sujud (shalat)". (Surat 22 Al Hajj ayat 26). (hal. 35).
                                                                                                                                                                                                    
Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Dengan mengatakan bahwa shalat adalah ruku' dan sujud menghadap Ka'bah, membuktikan bahwa Himar Amos belum pernah belajar Islam dengan baik. Mungkin pengakuannya bahwa dia adalah mantan muslim yang pernah menunaikan ibadah haji tahun 1983 adalah kebohongan yang besar, untuk mengelabuhi umat Islam. Tujuannya, agar kaum muslimin mudah dipengaruhinya sehingga mengikuti jejaknya murtad ke Kristen.

Ibadah shalat itu bukan hanya ruku' dan sujud saja, seperti anggapan Himar Amos. Shalat adalah ibadah umat Islam kepada Allah yang terdiri dari bacaan-bacaan dan amalan-amatan tertentu sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadits, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Inilah definisi shalat yang benar. Sekali lagi, shalat bukan hanya ruku' dan sujud saja.

Selanjutnya, dengan disebutkannya kata 'Ka'bah Baitullah (rumah Allah)', Himar Amos menuding bahwa umat Islam shalat menghadap Ka'bah karena Ka'bah adalah rumah tinggal Allah. Ini membuktikan bahwa dia tidak mengerti 'gaya bahasa'.

Kata Baitullah (bait Allah/rumah Allah) dipahami oleh Amos bahwa kalau begitu, Allah itu punya rumah tempat tinggal. Karena disebutkan dalam Al Qur'an bahwa Ka'bah adalah Baitullah, maka Amos memahamkan bahwa kalau begitu, Allah itu bertempat tinggal, makan, minum dan tidur dalam Ka'bah di Mekkah. Inilah pemahaman orang yang sangat tidak cerdas. Mungkin Legion (roh-roh jahat) sedang merasuki Himar Amos.

Dalam Al Qur'an ada istilah abdullah (hamba Allah), aduwwullah (musuh Allah), ansharullah (penolong Allah), dan tain-lain. Kalau sistem berpikir Himar Amos dipakai untuk memahami Istilah-istllah tersebut, pastilah akan negatif jadinya.

a. Abdullah (hamba Allah)

Adanya istilah hamba, berarti ada pula istilah tuan atau juragan. Tapi, adanya Istilah hamba Allah bukan berarti bahwa Allah itu juragan/boss yang memperkerjakan makhluk-Nya karena tenaga dan kemampuan Allah sangat terbatas. Hamba Allah berarti para nabi dan orang-orang saleh yang berbuat kebajikan dengan ikhlas (Qs. 4:172, 19:30, 37:40,74,128 dan 72:19).

b. Aduwwullah (musuh Allah)

Adanya istilah 'musuh Allah' bukan berarti bahwa Allah itu sumber keonaran yang selalu membuat permusuhan, bukan! Sebab istilah 'musuh Allah' berarti orang-orang musrik, kafir dan pengkhianat yang mempersekutukan Allah dengan yang lain (Qs. 8:60 dan 9:114).

c. Ansharullah (penolong Allah)

Istilah ini juga bukan bearti bahwa Allah itu serba kekurangan sehingga perlu bantuan dari regu penolong dari manusia. Sebab Istilah 'penolong Allah' berarti orang-orang beriman yang memperjuangkan agama Allah (jihad fii sabiilillah) (Qs. 3:10 dan 61:14).


Kembali kepada istilah Baitullah (rumah Allah). Istilah ini terbatas kepada satu pengertian 'rumah ibadah kepunyaan Allah' saja, bukan rumah tempat tinggal Allah.

Istilah Baitullah (rumah Allah) dipakai untuk membedakan rumah ibadah dengan rumah-rumah lain milik manusia, seperti: rumah sakit, rumah bersalin, rumah makan, rumah kontrakan dan lain-lain.

Baitullah (rumah Allah) adalah rumah suci untuk beribadah kepada Allah. Karena rumah yang suci ini digunakan untuk beribadah kepada Allah, maka tidak boleh dikontrakkan, diperjual-belikan dan dibisniskan.

Beda Islam dan Kristen

Dalam Islam, ditegaskan ajaran Tauhid kepada Allah, bahwa Allah itu Maha Esa, tidak dipengaruhi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ajaran tauhid inilah yang membedakan Islam dengan Kristen.

Dalam Bibel, Tuhan masih dibatasi oleh ruang dan waktu, bisa dilihat, diajak ngobrol, makan-makan, bisa disiksa dan dibunuh sampai mati teler di tiang salib.

Dijelaskan dalam Bibel (Alkitab), kilab suci Kristen, bahwa Tuhan adalah Roh (Yohanes 4:24) yang menjelma menjadi Yesus (Yohanes 1: 14). Dalam penjelmaan (inkarnasi) ini, Tuhan berubah ujud menjadi janin yang dikandung oleh Maria (Siti Maryam), lalu dilahirkan melalui liang kemaluan Maria.

Kemudian Tuhan Yesus dilahirkan, lalu dibesarkan oleh lingkungannya. Setelah dewasa, Tuhan (Yesus) dicobai oleh iblis (Matius 4:1 dan Lukas 4:2). Setelah lulus dari permainan iblis, Tuhan Yesus ditangkap oleh penguasa Romawi lalu dianiaya tiada berdaya. Akhirnya, Tuhan Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir di atas gantungan tiang salib dengan memakai secarik kain yang menutupi auratnya dengan ditonton oleh massa yang sangat banyak.Tragis sekali!!

Itulah konsep Bibel tentang ketuhanan.TuhanYesus Juru Selamat mereka masih dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga mati disalib.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (14/22)

WAKTU SHALAT SANGAT KACAU

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Shalat Fardhu (shalat wajib).

Menurut Surat 17 Al Israa ayat 78 maka shalat wajib ditentukan 2 kali sehari, tetapi menurut Surat 11 Huud ayat 114, maka shalat wajib ditetapkan sebanyak 3 kali sehari.

Dan dirikan shalat pada kedua tepi siang dan sebahagian dari malam (3 kali sehari). (Surat 11 Huud ayat 114).

Dirikanlah shalat diwaktu tergelincir matahari sampai gelap malam, dan (dirikanlah) shalat subuh, sesungguhnya shalat subuh disaksikan (2 kali sehari). (Surat 17 Al Israa ayat 78). (hal. 38)

Menurut Hadits Shahih Bukhari nomor 211, maka Allah menetapkan bahwa shalat dilakukan sebanyak 50 kali sehari.

Kemudian atas perintah Musa kepada Muhammad maka terjadilah tawar menawar antara Allah dan Muhammad mengenai banyaknya jumlah shalat per hari yang harus dilaksanakan.

Adapun proses tawar menawar antara Allah dan Muhammad adalah sebagai berikut:
- Dari jumlah shalat sebanyak 50 kali sehari, menjadi 25 kali sehari.
- Dari jumlah shalat sebanyak 25 kali sehari, menjadi 12 kali sehari.
- Dari jumlah shalat sebanyak 12 kali sehari, menjadi 5 kali sehari. (hal. 39)

Dengan demikian jumlah kewajiban shalat yang ditentukan dalam Al Qur'an terdapat tiga versi, yaitu menurut surat 17 Al Israa ayat 78 ditentukan 2 kali sehari. Menurut Surat 11 Huud ayat 114 ditentukan 3 kali sehari, sedangkan yang ditentukan dalam Hadits Shahih Bukhari nomor 211, adalah 5 kali sehari yang terdiri dari:
1. Shalat Subuh; dimulai fajar sebelum matahari terbit.
2. Shalat Zhuhur; setelah matahari mulai turun.
3. Shalat Azhar; setelah matahari turun sebelum terbenam.
4. Shalat Maghrib; pada saat matahari terbenam.
5. Shalat Isya; pada saat warna merah di langit lenyap. (hal. 40)

Ternyata dalam hubungan ini kedudukan Hadits Shahih Bukhari lebih tinggi dari pada kedudukan Al Qur'an, karena pelaksanaan shalat yang diikuti adalah apa yang disebut dalam Hadits Shahih Bukhari dan bukan dari apa yang disebut dalam Al Qur'an. (hal. 41).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Memang, kalau dibaca atau diterjemahkan secara harfiah sesuai dengan yang tertulis dalam terjemahan dua ayat Al Qur'an tersebut, maka akan terkesan bahwa sebenarnya shalat itu hanya dua atau tiga kali sehari.

Itulah sistem berpikir orang awam setingkat anak TK.

 Nah, kalau shalatnya umat Islam dituduh kacau, justru otaknya Himar Amos itulah yang kacau. Maklum saja, namanya saja Himar. Berarti otak dan pikirannya baru sebatas seekor himar.

Oleh sebab itu kalau ada umat Kristen yang mau percaya dengan bualan si Himar Amos tersebut, maka mereka akan jadi lebih himar daripada Himar Amos.

Hanya umat Kristen yang punya akal sehat dan hati yang bersih saja yang tidak mau ikut-ikutan dibodohi oleh penjelasan tersebut.

Pengertian dua ayat yang diselewengkan Himar Amos itu adalah sebagai berikut:

1. Al Israa' 78

"Dirikanlah shalat di waktu tergelincir matahari sampai gelap malam, dan (dirikanlah) shalat subuh, sesungguhnya shalat subuh disaksikan".

Jumlah waktu shalat yang dimaksud ayat ini adalah lima waktu, bukan dua waktu seperti penafsiran Himar Amos. Lima waktu tersebut adalah:

a. Waktu tergelincir matahari yaitu waktu untuk dua shalat, antara lain:

- Shalat Zhuhur, ketika matahari baru mulai tergelincir, kurang lebih jam dua belas siang.
-  Shalat Ashar, ketika matahari sudah lebih tergelincir kearah barat sebelum terbenam.

b. Waktu 'sampai gelap malam', yaitu dua waktu shalat:

- Shalat Maghrib, ketika mulai gelap
- Shalat Isya', ketika sudah gelap malam.

c. Kemudian bunyi ayat terakhir sudah jelas dikatakan shalat Subuh.

Kalau dihitung, jelas sekali yang dimaksud ayat tersebut yaitu untuk shalat lima waktu (2 + 2 +1 = 5). Kepada Drs. Himar Amos kami sarankan agar belajar matematika lagi di SD supaya tidak mengatakan 2+2+1=2.

2. Huud 114

"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan sebagian dari malam" (Huud 114).

Yang dimaksud dengan shalat pada 'dua tepi siang' tersebut adalah:

a. Tepi yang pertama, yaitu shalat di waktu pagi (Shubuh) dan lepas tengah hari (Zuhur) dan setelah tergelincir matahari (Ashar).

b. Tepi yang kedua, yaitu bagian terdekat dari malam: .

- Shalat Maghrib, ketika matahari terbenam.
- Shalat Isya', yaitu waktu terdekat dengan malam.

Dengan demikian jelas bahwa maksud ayat tersebut adalah juga untuk shatat lima waktu, bukan tiga waktu seperti tuduhan Himar Amos.

Dia lupa atau memang tidak tahu bahwa waktu siang itu memang ada dua tepi atau ada dua waktu pembagian. Dunia internasional pun mengakui bahwa waktu atau hari itu dibagi dalam dua tepi juga. Pertama sebelum pagi disebut dengan istilah a.m. = ante meridiem (before noon). Dan setelah lewat zhuhur yaitu ketika matahari mulai tergelincir, mereka sebut dengan istilah p.m. = post meridiem (between noon and midnight; afternoon).

Dengan keterangan di atas, maka jelas bahwa surat Al Israa' 78 dan Huud 114 tidak bertentangan, keduanya sama-sama menunjukkan adanya shalat lima waktu, bukan dua atau tiga. Oleh sebab itu Al Qur'an tidak bertentangan dengan Hadits Shahih Bukhari nomor 211 yang mengatakan bahwa perintah shalat kepada Nabi Muhammad saw. adalah lima kali. Jadi, keterangan hadits maupun Al Qur'an tidak bertentangan atau tidaklah kacau, yang kacau adalah cara berpikir Drs. Himar Amos sendiri.

Mudah-mudahan saja kekeliruan Bapak Amos itu bukan kesengajaan, tapi karena ketololan dan kepicikan serta minimnya ilmu Al Qur'an. Maka pantas sekali dia memakai nama Himar Amos.

3. Hadits Shahih Bukhari nomor 211

Kemudian tentang permohonan Rasul kepada Allah agar perintah shalat 50 waktu diringankan menjadi 5 waktu, ini bukan tawar-menawar antara Allah dan nabi-Nya.

Permohonan Nabi tersebut tidak sama dengan tawar menawar, melainkan perjuangan beliau bagi umatnya, sebab beliau tahu bahwa sangat sulit bagi umatnya untuk melaksanakan shalat lima puluh kali sehari.

Itu pun hanya ujian Allah bagi Nabi, apakah beliau punya kepedulian dalam membela umatnya atau tidak. Ternyata beliau orang yang cerdas dan penuh tanggungjawab. Beliau bisa membayangkan kalau sehari saja harus shalat lima puluh kali, lantas kapan umatnya bisa mencari nafkah? Bukankah masih banyak hal-hal lain yang penting dalam mengisi waktu dalam kehidupan demi untuk beribadah kepada Allah? Yang namanya ibadah itu bukan hanya shalat saja.

Terjadinya permohonan Nabi Muhammad kepada Allah itu bukan main-main, tapi dilakukan Nabi Muhammad saw. dengan penuh pengharapan dan sungguh-sungguh sebagai manusia biasa dan untuk umatnya yang juga manusia biasa yang sudah barang tentu punya banyak kelemahan. Alhamdulillah, ternyata permohonan beliau dikabulkan oleh Allah Swt. yattu kewajiban shalat lima kali dalam sehari.

Sebenarnya permohonan Nabi Muhammad kepada Allah Swt. tidaklah aneh, sebab manusia yang sifatnya serba lemah, wajar saja jika dia memohon keringanan kepada Allah. Setiap manusia, siapapun dia, pasti selalu menginginkan keringanan dari Allah Swt. Umur yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. batasannya, tetap saja setiap kita berdoa kepada Allah, selalu memohon umur panjang.

Seandainya Himar Amos diberi tahu oleh Allah Swt. bahwa dia akan mati tepat pada usia 64 tahun, dia pasti terus berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk diberikan umur yang lebih panjang lagi, malah kalau bisa hidup 1000 tahun lagi. Apalagi umur bapak saat ini sudah 63 tahun lebih beberapa bulan, tentu tinggal beberapa tahun atau beberapa bulan lagi waktu yang tersisa untuk hidup di dunia.

Apakah Himar Amos diam seribu bahasa dan masa bodoh saja tanpa memohon kepada Tuhan supaya jangan dimatikan dulu pada usia 64 ? Barangkali setiap hari bisa 100 kali dia mohon keringanan kepada Tuhan agar umurnya diperpanjang.

Apakah lucu jika Amos memohon keringanan kepada Tuhan untuk diberikan umur panjang, walaupun Tuhan sudah katakan bahwa Amos akan mati tepat umur 64 tahun ? Tentu tidak, bukan ? Walaupun Amos yakin bahwa Yesus akan menebus segala dosa, tapi kami yakin Amos tetap saja akan memohon keringanan kepada Tuhan untuk diberikan umur panjang bukan ?

Oleh sebab itu tuduhan Himar Amos kepada Islam tidak beralasan, selain hanya karena kebencian kepada Islam serta karena kebodohan dan ketololan tentang ajaran Islam saja.

Yang jelas hikmahnya Allah menginginkan agar manusia selalu mempergunakan akal sehat dan ilmu dalam mengkaji segala sesuatu. Dan setiap kali mendengar sesuatu informasi, hendaklah dipikir dahulu sebelum memutuskan baik-buruk dan untung-ruginya.

Lucu: Tawar-menawar Tuhan dalam Bibel

Kalau mau membaca kitab Bibel milik Himar Amos, tawar menawar seperti itu justru lebih tidak masuk akal sehat. Karena dalam Bibel, Tuhan justru dinasihati oleh manusia. Tawar menawar versi Bibel milik Himar Amos itu terkesan main-main antara Allah dan Abraham. Coba simak tawar-menawar dan nasehat-menasehati antara Tuhan dan manusia dalam kitab Kejadian 18:22-33 berikut:

"Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN. Abraham datang mendekat dan berkata:

Abraham: Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar di dalam kota itu ? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu ? Jauhlah kiranya daripada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian daripada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?

Tuhan: Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.

Abraham: Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada-Mu, Tuhan, walaupun aku debu dan abu. Sekiranya kurang lima orang dari lima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?

Tuhan: Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana.

Abraham: Sekiranya empat puluh didapati di sana ?

Tuhan: Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat puluh itu.

Abraham: Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana ?

Tuhan: Aku tidak akan berbuat demikian, jika Aku dapati tiga puluh di sana.

Abraham: Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapati di sana ?

Tuhan: Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.

Abraham: Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana.

Tuhan: Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.

Lalu pergilah TUHAN, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham. Dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya".

Ayat-ayat Bibel di atas jelas menunjukkan keganjilan yang mencolok. Janggal dan mustahil untuk diimani oleh manusia yang berakal waras. Namun, demikian itulah kenyataan yang ada dalam Bibel yang diimani oleh Himar Amos, murtadin penghujat agama Islam.

Setelah membandingkan ayat Al Qur'an dan Bibel tersebut, pembaca pasti bisa membedakan mana ajaran yang rasional dan mana ajaran yang tidak masuk akal.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (15/22)

KUMANDANG AZAN MELANGGAR AL-QUR?AN

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Dalam banyak hal memang apa yang disebut dalam Al Qur'an diabaikan oleh pengikut agama bangsa Arab, bahkan dianggap tidak berlaku.

Tidak memperdulikan ayat-ayat Al Qur'an atau mengabaikan ayat-ayat Al Qur'an oleh pengikut agama bangsa Arab dapat dijumpal di mana-mana terutama di Indonesia, misalnya menurut Surat 7 Al A'raaf ayat 205 yang berbunyi:

"Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kerendahan dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai".

Itulah bunyi ayat dalam Al Qur'an, akan tetapi dalam kenyataannya sebahagian besar pengikut agama bangsa Arab melalui mesjid-mesjid dengan sengaja mengeraskan suara sekuat-kuatnya dengan pengeras suara pada waktu menyebut nama Tuhan justru di pagi hari dan petang menjetang malam tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya dan sama sekali mengabaikan apa yang diperintahkan dalam Al Qur'an. (hal. 41-42)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Surat Al A'raaf ayat 205 tersebut mengatakan bahwa apabila menyebut nama Tuhan, hendaklah dilakukan dengan kerendahan hati, penuh rasa takut dan tanpa mengeraskan suara. Tapi maksudnya dalam konteks berdoa atau berzikir kepada Allah.

Dalam ayat tersebut Allah memberikan tuntunan tentang etika zikir atau mengingat akan Allah, di antaranya adalah:

1. Senantiasa mengingat Allah dalam hati serta merenungkannya. Sebab bila selalu kita renungkan yang mendalam, maka akan memperkuat rasa ikhlas dalam beramal.

2. Senantiasa merendahkan diri dan tidak sombong, sebab di hadapan Allah yang Maha Mulia, Maha Kaya dan Maha Kuasa, manusia tidak lebih hanyalah seorang hamba yang berasal dari air yang hina dina saja.

3. Senantiasa merasa takut akan Allah, sebab apabila pertolongan dan nikmat-Nya dicabut, niscaya manusia tidak kuasa menggantikan-Nya.

4. Tidak boleh bersorak-sorak atau berteriak-teriak (mengeraskan suara) dalam menyebut nama Allah, sebab Allah itu tidak tuli dan dekat dengan manusia.

5. Setiap saat senantiasa mengingat Allah di waktu pagi dan petang, agar jangan termasuk orang-orang yang lalai.

Jadi, surat Al A'raaf ayat 205 tersebut jelas melarang berzikir dengan suara yang keras. Hal ini sesuai pula dengan penjelasan Hadits Nabi:

Diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asy'ari ra. berkata: "Seseorang mengangkat suaranya tinggi-tinggi ketika berdoa dalam suatu perjalanan. Maka Rasulullah menegur mereka: "Hai sekalian manusia! Tahanlah diri kalian, karena kalian tidak menyeru orang tuli dan tidak pula Dia Ghaib. Yang kamu seru itu Maha Mendengar lagi sangat dekat, bahkan lebih dekat dari tempat dudukmu sendiri!"

Hadits tersebut melarang bersuara keras-keras dalam berzikir kepada Allah, sebab suara yang keras dan gaduh bisa merubah keadaan menjadi tidak khusyu'. Oleh sebab itu Al Qur'an dan Hadits Nabi tidak bertentangan, sama-sama melarang bersuara keras-keras apabila berzikir dalam mengingat Allah.

Rupanya yang dimaksud oleh Himar Amos dengan suara yang keras pakai pengeras suara di masjid-masjid adalah suara Azan saat masuk waktu shalat. Sebab dalam azan memang menyebut nama Tuhan beberapa kali dengan keras bahkan pakai pengeras suara. Sehingga menurut dia, hal itu bertentangan dengan surat Al A'raaf ayat 205. Akhirnya disimpulkan bahwa umat Islam Indonesia suka mengabaikan
Al Qur'an.

Maka kami berkesimpulan bahwa Himar Amos, penulis buku 'Upacara Ibadah Haji' benar-benar tidak bisa membedakan mana yang boleh dikeraskan dan mana yang tidak boleh dikeraskan suaranya.

Dari sini dapat dilihat sejauh mana ilmu dan wawasan Ors. Himar Amos. Selama 58 tahun beragama Islam, dia tidak bisa menbedakan antara zikir dan azan. Padahal bedanya sangat mencolok. Yang namanya zikir, pasti dengan suara pelan dan yang namanya Azan, pasti dengan suara keras. Lucu sekali kalau ada azan yang menyeru kaum muslimin, mengingatkan masuknya waktu shalat dan mengajak orang shalat jamaah, lalu harus berbisik-bisik ?

Jangan-jangan selama beragama Islam Himar Amos ini tidak pernah berzikir kepada Allah, sehingga tidak tahu bagaimana berzikir itu. Pantas saja kalau dia sampai pindah agama menjadi murtadin, membedakan antara zikir dan azan saja tidak becus!!

Oleh sebab itu untuk menjawab tulisan dia yang sangat tidak bermutu, tidak perlu harus dari seorang ustadz, kiyai atau sarjana muslim, dengan kami yang muallaf mantan Kristen dan baru punya sedikit ilmu Islam saja sudah lebih dari cukup.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (16/22)

RUKUN ISLAM KE-3: ZAKAT
SYARIAT ZAKAT MENIRU AJARAN BIBEL

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Mengeluarkan Zakat

Menurut Surat 9 At Taubah ayat 60 setiap orang muslim harus memberikan zakat atau sedekah kepada fakir miskin  pengurus zakat, muallaf (orang yang condong menjadi muslim) musafir, fie sabilillah (keperluan agama, pesantren dll). Besarnya zakat atau sedekah yang dikeluarkan ialah 2,5% dari kekayaan yang tertimbun dalam satu tahun.

Memberikan zakat atau sedekah sebagaimana yang diwajibkan dalam Taurat dan Injil berupa perpuluhan dan persembahan, juga diterapkan dalam rukun Islam yang ketiga ini. Dengan demikian rukun Islam yang ketiga pun mengandung unsur-unsur Taurat dan Injil. (hal. 42-43)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Seperti yang pernah kami jelaskan terdahulu, bahwa kalaupun dalam Al Qur'an terdapat persamaan dengan apa yang ada dalam Taurat dan Injil, itu tidak berarti bahwa Al Qur'an menjiplak dari Alkitab (Bibel) milik Himar Amos. Persamaan itu karena sumbernya satu, yaitu sama-sama berasal dari Allah Swt. Barangkali di sinilah letak kekeliruan pemikiran Himar Amos yang buta akan Al Qur'an maupun Bibel, kitab sucinya sendiri.

Mengingat kondisi Alkitab (Bibel) belum sempurna, bahkan telah dirobah, ditambah dan banyaknya kebenaran yang disembunyikan di dalamnya, maka diturunkantah Al Qur'an untuk menyempurnakan sekaligus mengganti kitab tersebut.

Zakat dalam ajaran Al Qur'an, berbeda dengan persepuluhan dalam Bibel. Jika berbeda, tentu salah satu dari dua pasti lebih baik, lebih unggul dan lebih sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk itu, mari kita uji.

1. Zakat dalam Al Qur'an

Dalam Al Qur'an, zakat diwajibkan hanya setahun sekali atas barang-barang yang telah dimiliki selama satu tahun penuh, yang nilainya telah mencapai batas-batas ukuran yang disebut nisab.

Jenis yang harus dizakati antara lain, emas dan perak (At Taubah 34), hasil pertanian (Al An'aam 141), laba perniagaan (Al Baqarah 267), tambang (Al Baqarah 267) dan ternak.

Besarnya zakat, hampir semuanya berlaku 2,5 % saja, itupun jika sudah sampai nisab dan haulnya. Jadi segala sesuatu sudah ada aturan mainnya. Yang diberlakukan zakat 10% hanya dari hasil pertanian saja, itupun masih bersyarat.

2. Persepuluhan dalam Bibel

Persepuluhan yaitu mengeluarkan 10 % (sepuluh persen) dari hasil pertanian dan peternakan sebagaimana ayat berikut:

"Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN" (Imamat 27:30-32).

Dari bunyi ayat di atas, jelas bahwa persepuluhan itu hanya untuk jenis pertanian dan peternakan saja. Apabila kesulitan dalam menyalurkan persepuluhan tersebut karena tempatnya jauh, maka boleh diberikan berupa uang senilai barang yang dihitung menurut persepuluhan, sesuai dengan ayat berikut:

?Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN. Allahmu" (Ulangan 14:22-25).

Jadi dalam Bibel tidak ada yang mengatur soal persepuluhan dari uang tunai baik berupa gaji, deposito, emas, perak serta barang dagangan lainnya selain daripada hasil pertanian dan peternakan. Selama ini, persepuluhan itu diberlakukan pada segala penghasilan berupa apapun, sehingga gaji pegawai juga dipotong 10 % sebelum diterima oleh yang berhak. Bagi pedagang, diwajibkan menyetor sepersepuluh dari penghasilan mereka kepada pimpinan mereka.

Akibatnya, dewasa ini di negara Amerika dan Eropa yang mayoritas beragama Kristen menyatakan keluar dari agama Kristen supaya gaji mereka tidak dipotong 10% lagi. Oleh sebab itu jangan heran jika di negara-negara Eropa seperti Belanda dan Amerika, ternyata 51 % warganya tidak punya agama. Sebab persepuluhan itu ternyata memberatkan mereka, padahal mereka tidak aktif ke gereja. Itulah yang terjadi di negara Eropa dan Amerika.

Setelah memperbandingkan ajaran zakat dalam Islam dengan persepuluhan dalam Kristen, terbukti bahwa umat Islam jauh lebih patuh dari umat Kristen dalam hal zakat dan persepuluhan.

Apakah Himar Amos pernah mendengar ada orang Islam yang berhenti jadi orang Islam atau keluar dari Islam hanya karena takut bayar zakat? Tidak ada, bukan? Bahkan umat Islam sendiri yang menghitung besar zakatnya untuk dikeluarkan demi membersihkan hartanya. Umat Islam tidak merasa terpaksa dalam hal mengeluarkan zakatnya.

Rasanya sangat jarang ada orang Kristen yang punya penghasilan besar, lalu mau mengeluarkan sepersepuluh dari penghasilannya. Sangat disayangkan, hanya sekedar menghindar dari perpuluhan, sebagian umat Kristen di Eropa dan Amerika keluar dari agama Kristen. Ini tentu sangat tragis sekali, padahal mestinya mereka harus patuh, jika ajaran persepuluhan itu benar-benar wahyu Allah.

Jika tidak percaya silahkan Himar Amos cek ke Eropa, apakah benar atau tidak bahwa persepuluhan itu sudah ditinggalkan oleh mereka sendiri. Bahkan banyak yang sudah beralih pindah ke Islam, sebab menurut mereka Islam agama yang rasional.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (17/22)

RUKUN ISLAM KE-4: PUASA RAMADHAN

SYARIAT PUASA DIGALI DARI AJARAN BIBEL

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Puasa dalam bulan Ramadhan

Puasa yang dianjurkan dalam Taurat dan Injil juga diterapkan dalam rukun Islam yang keempat. Menurut Surat 2 Al Baqarah ayat 183 setiap orang muslim harus berpuasa dalam bulan Ramadhan selama 29 hari atau 30 hari.

?Hai sekalian orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang yang terdahulu dari kamu supaya kamu bertaqwa.? (Surat 2 Al Baqarah ayat 183).

Dengan demikian rukun Islam yang keempat ini, juga mengandung unsur-unsur Taurat dan Injil. (hal. 43-44).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Antara Al Qur'an, Injil, Zabur dan Taurat memang terdapat persamaan, disamping perbedaan-perbedaan yang jumlahnya tidak sedikit.

Persamaan tersebut terjadi bukan karena Muhammad saw. menjiplak kitab-kitab sebelumnya. Melainkan karena Allah yang pernah mewahyukan Taurat dan Injil, mewahyukan kembali kepada beliau dalam Al Qur'an.

Jadi, dalam hal ini tidak perlu dipersoalkan. Umat Kristen tidak perlu memandang rendah Al Qur'an gara-gara ada persamaan dengan Taurat dan Injil. Sebab umat Islam pun tidak pernah menuduh Yesus sebagai orang yang menjiplak Taurat, meskipun banyak terdapat persamaan antara Taurat dan Injil.

Dalam surat Al Ahzaab 40 dijelaskan bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir (khataman nabiyyin) di antara seluruh nabi yang ada terdahulu. Sebagai nabi yang terakhir, beliau telah berhasil menyempurnakan bangunan dienullah yang telah mulai dikerjakan oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Sehingga sekarang bangunan agama yang indah dan sempurna itu telah selesai.

Perumpamaan itu diberikan sendiri oleh Rasulullah saw

"Perumpamaan antara aku dan seluruh nabi-nabi lainnya adalah seperti seorang yang mendirikan sebuah bangunan. Dia telah manyempurnakan dan memperindah bangunan-Ku kecuali hanya sebuah batu bata yang belum dipasang di salah satu sudut bangunan itu. Orang-orang mengelilingi dan mengagumi bangunan itu berkomentar: "Alangkah bagusnya kalau batu bata itu diletakkan di tempat yang kosong itu". Ketahuilah, akulah batu bata itu. Dan akulah penutup para nabi (Muttafaqun 'alaih).

Sebagai nabi yang terakhir dengan 'bangunan dinullah' yang indah dan sempurna, Muhammad diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai hari kiamat.

Puasa dalam Al Qur'an dan Bibel

Jika memang ada anjuran puasa menurut Taurat dan Injil, justru kami yang bertanya kepada Himar Amos, mengapa anda tidak menjalankan puasa seperti yang diajarkan oleh Taurat dan Injil itu? Apakah puasa yang dianjurkan tersebut juga dijalankan oleh umat Kristen dewasa ini? Kalau ya, bagaimana caranya, berapa lamakah puasa dan sejak kapan memulainya?

Bapak Himar Amos yang terkasih, coba simak apa kata kitab suci Bapak tentang puasa berikut ini:

Menurut Perjanjian Lama, Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam:

"Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman" (Keluaran 34:28).

Menurut Perjanjian Baru, Yesus juga berpuasa selama 40 hari 40 malam:

"Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus" (Matius 4:2).

Menurut Injil Lukas, Yesus disunahkan berpuasa setiap minggu dua kali, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Perhatikan ayat di bawah ini: "Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku" (Lukas 18:12).

Yang menjadi pertanyaan adalah, Kenapa Himar Amos beserta umat Kristen lainnya tidak berpuasa seperti teladan Nabi Musa dan Isa (Yesus) ? Jawaban yang pasti, karena mereka tidak sanggup, sebab kalau Himar Amos melakukannya, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari 40 malam, pasti akan mati, bukan ?

Tapi pernahkah Himar Amos dengar kalau ada umat Islam yang mati karena berpuasa selama 30 hari (bukan 30 hari 30 malam)? Tidak ada, bukan ? Nah, inilah yang namanya ajaran puasa yang rasional, disempumakan dalam kitab suci Al Qur'an oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw.

Kenapa Himar Amos dan umat Kristen lainnya tidak berpuasa seminggu dua kali seperti dalam Injil Lukas 18:12? Bukankah justru umat Islam yang memelihara puasa seminggu dua kali tersebut? Dalam Bibel sekarang ini, hari Senin dan kamis sudah dihilangkan yang ada hanya seminggu dua kali. Tapi dalam Ensikiopedi Alkitab, ternyata yang dimaksud dengan puasa seminggu dua kali tersebut, jatuh pada hari Senin dan Kamis.

Nah, karena dalam Bibel sudah dirobah dan dihilangkan, maka Allah wahyukan kembali kepada Muhammad dalam Al Qur'an segala yang benar yang pernah diwahyukan-Nya itu, termasuk puasa pada bulan Ramadhan.

RUKUN ISLAM KE-5: HAJI

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

5. Melakukan Upacara Ibadah Haji

Upacara Ibadah Haji ini diuraikan di dalam bab tersendiri yaitu Bab III, karena Upacara Ibadah Haji merupakan puncak daripada penyempurnaan pernyataan agama bangsa Arab yang menentukan tingginya derajat seorang dalam kehidupan masyarakat muslim. (hal.44).


Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Kami pun menjawab secara tuntas dalam Dialog ke-3 dengan judul 'Hujat dan Ralat tentang Ibadah Haji'. Tekad perjuangan kami sudah bulat. Gayung bersambut, kata berjawab. Pendeta menghujat Islam, muallaf datang meralat dengan kasih dan buku jawaban balik. Selamat membaca.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (18/22)

Dialog 3:
Hujat dan Ralat tentang ?Haji dan Ka?bah?
Murtadin vs Muhtadin

DIHALALKAN MENCURI DAN KORUPSI UNTUK HAJI

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Maka tidak heranlah jika orang-orang miskin yang tidak mampu pun berlomba-lomba mencari uang untuk biaya metaksanakan upacara ibadah haji ini.

Untuk mencari dana atau uang untuk biaya ibadah haji ini orang tidak segan-segan menjual seluruh harta bendanya yang jumlahnya sudah terbatas.

Bahkan ada orang yang sampai melakukan penipuan demi memperoleh uang untuk biaya melakukan upacara ibadah haji tersebut. Ada sementara orang bahkan mencuri atau berkorupsi agar memperoleh uang untuk biaya upacara ibadah haji. (hal. 52)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Tuduhan itu sama sekali tidak benar, hanya mengada-ada saja. Fitnah!! Tidak mungkin ada orang Islam yang mau menipu, mencuri dan korupsi demi untuk bisa menunaikan ibadah haji. Sebab ibadah haji hanya diwajibkan bagi orang yang mampu saja.

Kalau konsekwen dengan ajaran Islam, tidak mungkin ada orang yang menjadi penipu, maling dan koruptor, dengan alasan apapun. Sebab Al Qur'an melarang dengan tegas segala tindak kriminal tersebut, lengkap dengan sangsi yang cukup berat dunia dan akhirat.

a. Allah mewajibkan umat manusia untuk berlaku adil dan amanat (Qs. An Nisaa 58 dan Al Anfaal 27).
b. Allah melarang keras perbuatan curang dan korupsi (Qs. Al Muthaffifiin 1).
c. Allah melarang keras tindakan dusta dan tipuan (Qs. Al Muthaffifiin 10).
d. Seorang yang terbukti melakukan pencurian dihukum potong tangan/qishash (Qs. Al Maa-idah 38).
e.  Dan lain-lain.

Jangan-jangan Himar Amos pernah melakukan korupsi dan penipuan untuk biaya hajinya tahun 1983, kalau benar bahwa dia itu sudah haji.

Dengan memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al Qur'an tersebut, mustahil ada umat Islam yang menjadi penipu, pencuri dan koruptor seperti yang dituduhkan oleh Himar Amos.

Justru, orang akan menjadi penipu super kawakan apabila mau mengamalkan ajaran Bibel. Sebab masalah tipu menipu, dusta dan kebohongan sudah menjadi tradisi yang diyakini dapat mendatangkan berkat dan rahmat Tuhan. Perhatikan ayat-ayat berikut:

a. Rasul Paulus mengajarkan bahwa semakin dosa berlimpah, maka karunia Tuhan semakin melimpah ruah.

"Dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah" (Roma 5:20).

"Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7).

b. Yakub diberkati Tuhan setelah menipu ayahnya dan merampas hak milik kakak kandungnya sendiri.

Dalam Bibel kitab Kejadian 27: 1-40 diceritakan bahwa Ishak, putra Ibrahim yang kedua mempunyai seorang Istri (Ribkah) dan dua orang putra yaitu Esau dan Yakub.

Ribkah yang adalah menantu Ibrahim itu pilih kasih kepada anaknya. Dia lebih mengasihi Yakub daripada Esau, anak sulungnya.

Karena Ishak sudah tua dan sudah tidak bisa melihat, maka sesuai dengan tradisi turun-temurun, dia harus memberkati anaknya yang sulung, yaitu Esau. Tetapi, dengan sangat liciknya Ribkah dan Yakub menyusun rekayasa jahat agar yang diberkati oleh Ishak adalah Yakub itu.

Maka dengan satu tipuan ulung, Yakub dapat mengelabuhi Ishak yang sudah buta, sehingga dia dianggap sebagai Esau, akhirnya Yakublah yang diberkati oleh Ishak sebagai anak sulung yang istimewa, leluhur bangsa Yahudi, nenek moyang Yesus.

Penipuan anak kepada bapaknya dan pengkianatan ibu terhadap anak kandungnya dan sentimen adik kepada kakak kandungnya itu diceritakan dengan jelas tanpa malu-malu dalam Bibel (ingat, bukan datam Al Qur'an).

Yang lebih tidak tahu malu lagi adalah para ahli tafsir Bibel LAI yang dengan bangganya menyebut perikop ayat tersebut dengan judul 'Yakub diberkati Ishak sebagai Anak Sulung". Padahal, judul yang lebih tepat adalah:

- Ishak ditipu oleh anak dan istrinya,
- Esau dikhianati oleh adik dan ibu kandungnya,
- Anak dan ibu yang durhaka kepada ayah dan adiknya,
- Pemberkatan yang salah alamat kepada penipu, pengkianat dan durhaka.

Demikianlah sekilas info teladan perbuatan tipu-tipu dalam Bibel. Supaya Himar Amos menyadari bahwa ajaran tipuan tidak ada dalam Al Qur'an, justru yang ada adalah dalam Bibel.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (19/22)

ISLAM AGAMA TAUHID YANG MENYEMBAH SATU BUAH BERHALA

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Jika kita perhatikan dalam Al Qur'an surat 1 Al Faatihah ayat 1 yaitu ayat Basmalah yang menyatakan bahwa Allah ialah zat atau asal mula benda yang maha suci yang disembah dengan sebenarnya, maka benda yang dimaksud adalah benda batu hitam Hajar Aswad yang oleh bangsa Arab disembah dan dipuja sejak jaman dahulu sebelum Islam disiarkan oleh Muhammad.

Hanya pada waktu itu Hajar Aswad disembah dan dipuja bersama-sama dengan 359 berhala lainnya termasuk berhala-berhala perempuan Laata, Manaata dan Uzza.

Pada waktu itu agama bangsa Arab sifatnya polytheisme yaitu menyembah banyak Tuhan sampai jumlahnya 360 patung berhala yang didewakan sebagai Tuhan-Tuhan.

Tetapi setelah agama bangsa Arab disiarkan oleh Muhammad maka 359 patung-patung berhala disingkirkan dari Ka'bah (Hadits Shahih Bukhari nomor 832) kecuali Hajar Aswad yang tetap tinggal, karena agama bangsa Arab yang baru mengajarkan hanya menyembah satu Tuhan sehingga agama bangsa Arab yang bersifat polytheisme dirubah menjadi monotheisme yaitu hanya menyembah satu Tuhan yang didalam hal ini menyembah satu berhala batu hitam yang bernama Hajar Aswad. (hal. 60-61).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

"Manis serasa madu, pahit serasa empedu", kata-kata yang manis tetapi menyakitkan hati. Itulah pepatah yang tepat bagi perkataan orang munafik.

Demi tercapainya misi pemurtadan, tidak tanggung-tanggung Himar Amos bersikap mendua. Di satu tempat dilecehkannya Islam, sementara di tempat lain dipujinya Islam. Sambil merangkul, Amos memukul Islam. Liciknya Amos setelah sering diundang ke gereja-gereja untuk ceramah.

Himar Amos memuji keberhasilan Nabi Muhammad yang sukses merubah agama bertuhan banyak (politheisme) menjadi bertuhan satu (monotheisme).

Tapi sayangnya, dikatakan lagi bahwa Rasulullah melenyapkan sebanyak 359 berhala dengan menyisakan sebuah berhala. Dan berhala yang disisakan satu itu, adalah batu hitam 'HajarAswad' yang dikatakan sebagai Tuhannya orang Islam atau Allah-nya Agama Bangsa Arab. Dan ini tentunya sangat menghina umat Islam Indonesia, bahkan dunia.

Hadits Shahih Bukhari nomor 832 yang tidak dilampirkan teksnya, setelah kami cek, ternyata tidak benar. Dalam hadits tersebut tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Hajar Aswad bagian dari 360 berhala dalam Ka'bah. Selengkapnya, Hadits tersebut sebagai berjkut:

Dari Ibnu Abbas ra., katanya: "Ketika Rasulullah saw. mula-mula tiba di Mekkah, beliau enggan hendak masuk Ka'bah karena di dalamnya banyak patung. Beliau memerintahkan supaya mengeluarkan patung-patung itu di dalamnya, maka dikeluarkan mereka semuanya termasuk patung Nabi Ibrahim dan Ismail yang sedang memegang azlam (alat untuk mengundi). Melihat itu Rasulullah saw. bersabda: "Terkutuklah yang membuat patung itu! Demi Allah! Sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya tidak pernah melakukan undian dengan azlam, sekali-kali tidak". Kemudian beliau masuk ke dalam Ka'bah, lalu takbir di setiap pojok dan beliau tidak shalat ketika itu di dalamnya" (Shahih Bukhari nomor 832).

Dari teks lengkap hadits tersebut, jelas bahwa Hajar Aswad bukanlah salah satu dari berhala yang disisakan oleh Nabi Muhammad. Ini membuktikan bahwa berhala yang ada di dalam Ka'bah semuanya dikeluarkan atas perintah Nabi Muhammad tanpa terkecuali, termasuk patung Nabi Ibrahim dan Ismail as.

Jadi, refrensi Hadits Bukhari nomor 832 yang disebutkan tanpa memuat teksnya oleh Murtadin Himar Amos tersebut, jelas tujuannya untuk mengelabui umat Islam yang awam. Inilah kelicikan dan kebohongan yang sengaja dilakukan untuk misi Kristen, walaupun dengan cara-cara yang tidak halal.

Yang benar yaitu semua berhala disingkirkan oleh Nabi Muhammad tanpa menyisakan satu pun. Dan Islam tidak menyembah berhala apapun. Islam tidak menyembah tuhan apapun, selain kepada Allah Swt. Inilah yang disebut ajaran Tauhid, Laa llaaha illallaah (tiada Tuhan yang disembah selain Allah).

Sebaliknya, kalau mau jujur, justru sangat banyak berhala di dalam gereja. Buktinya, dalam gereja banyak terdapat patung-patung maupun gambar-gambar Yesus, Maria, dua belas rasul (murid Yesus) dan lain-lain.

Nah, ini ibarat pepatah "Gajah dipelupuk mata tiada tampak, kuman di seberang lautan tampak".

"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu. sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu" (Matius 7:3-5).

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (20/22)

AL QUR'AN SUDAH TIDAK RELEVAN DAN KETINGGALAN ZAMAN

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Adapun tempat-tempat yang menjadi lokasi dari upacara ibadah haji ialah kota Mekkah dan sekitarnya yaitu Muzdalifah, Mina, padang pasir Arafah.

Menurut Surat 2 Al Baqarah ayat 125 maka tempat-tempat tersebut di atas adalah tempat yang aman untuk manusia berkumpul.

"Dan (ingatlah) ketika kami menjadikan rumah ini (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang thawaf, yang itikaf yang ruku dan yang sujud" (Surat 2 Al Baqarah ayat 125).

Pada masa kini apakah tempat-tempat yang harus dikunjungi dalam rangka melaksanakan upacara ibadah haji masih aman untuk manusia berkumpul? Dalam kenyataannya keamanan sudah tidak lagi bisa dijamin.

Karena banyaknya terjadi malapetaka di sekitar Mekkah, misalnya sering terjadi kebakaran, demikian pula stampede, yaitu banyak jemaah haji yang mati terinjak-injak oleh jemaah haji lainnya.

Dengan demikian Surat 2 Al Baqarah ayat 125 pada saat ini sudah tidak tepat lagi karena tidak sesuai dengan kenyataannya. (hal. 64-66).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Tudingan Himar Amos itu, sepintas kelihatan benar bagi anak TK. Dia mengaitkan antara Al Qur'an dan peristiwa yang terjadi di Mekkah dan sekitarnya yang setiap tahun banyak jemaah haji yang meninggal dunia, baik karena sakit, atau karena musibah seperti terinjak-injak, kebakaran dan lain-lain. Sehingga terkesan seolah-olah ayat Al Qur'an surat Al Baqarah 125 tersebut sudah tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga tidak tepat dan tidak relevan.

Dasar pemikirannya hanya terletak pada potongan ayat yang berbunyi ?tempat yang aman'.

Itulah penafsiran yang sesat dan menyesatkan, disebabkan karena rasa sentimen terhadap Islam ditambah dengan wawasan Islamnya yang baru setingkat anak TK. Dengan modal yang tidak cukup, tidak mungkin bisa menafsirkan Al Qur'an dengan baik dan benar.

Agar Himar Amos paham dan umat Kristen lainnya mengerti, baiklah kami jelaskan di sini makna kalimat ?tempat yang aman' pada surat Al Baqarah 125, paling tidak ada dua makna, antara lain:

Pertama, aman dalam arti sebagai tempat berlindung. Siapa saja yang masuk atau berada di kawasan Baitullah di Masjidil Haram, maka terjaminlah keamanannya. Hal ini dijelaskan dalam surat Ali Imraan ayat 97. Bukan hanya manusia saja, bahkan binatang buruan pun tidak boleh disakiti apalagi dibunuh di dalamnya. Namanya saja Tanah Suci, berarti daerah itu adalah daerah yang dihormati. Musuh sekalipun, tidak boleh ditangkap dan dianiaya dalam Masjidil Haram, kecuali bila berada di luar areal Baitullah tersebut.


Kedua, aman dalam arti bebas dari segala macam penyembahan berhala dan bersih dari segala bentuk syirik.

Ayat ini sangat erat kaitannya dengan sejarah perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan ajaran Tauhid. Ketika ayat ini turun, pada waktu itu ka'bah memang tidak aman, karena pada waktu itu di sana tetah ditegakkan penyembahan terhadap 360 berhala. Kaum musyrikin mengerjakan thawaf dengan kotor. Ada yang bersorak-sorak, ada yang bertepuk-tepuk tangan dan bahkan ada laki-laki perempuan yang telanjang ketika thawaf.

Untuk membangkitkan dan menegakkan kembali kesucian Baitullah itu, maka Rasulullah memerintahkan menghancurkan dan meruntuhkan semua berhala tanpa menyisakan satupun. Kemudian beliau juga melarang, tidak boleh ada lagi yang thawaf telanjang mengelilingi Ka'bah.

Jadi jelaslah bahwa makna potongan ayat ?tempat yang aman? adalah aman dalam segala bentuk peribadatan syirik. Keliru besar jika ayat tersebut ditafsirkan oleh Himar Amos bahwa di kawasan Baitullah bebas dari kematian, musibah dan stampede.

Secara utuh, ayat ini merupakan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail untuk mendirikan Baitullah sebagai tempat berkumpul semua umat manusia, menjadikannya sebagai tempat yang aman untuk beribadah dan membersihkannya dari berbagai macam bentuk penyembahan berhala dan amalan syirik, sehingga menimbulkan ketentraman bagi yang thawaf, itikaf, ruku maupun yang sujud menyembah kepada Allah Swt.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (21/22)

MISSI MUHAMMAD MEMBENARKAN BIBEL

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Perubahan agama bangsa Arab dengan landasan Alkitab

Muhammad telah berhasil mengubah agama bangsa Arab yang bersifat polytheisme yaitu agama yang berketuhanan banyak sampai sejumlah 360 Tuhan yang berbentuk patung-patung berhala menjadi agama yang bersifat monotheisme yaitu agama yang berketuhanan satu.

Dalam proses perubahaan agama bangsa Arab ini, Muhammad melalui isterinya Khadijah dan pamannya Waraqah bin Naufal yang adalah seorang pendeta Kristen dan menguasai bahasa Ibrani, telah berhasil memasukkan sebagian dari ayat-ayat Taurat, Zabur dan Injil ke dalam Al Qur'an. Oleh sebab itulah dapat kita lihat pernyataan dari Al Qur'an yang membenarkan berlakunya Taurat dan Injil sebagalmana yang disebut dalam Surat 2 Al Baqarah ayat 41, 89, 91 dan 97. Surat 3 Ali Imraan ayat 3, Surat 12Yuusuf ayat 111, Surat 35 Faathir ayat 31, Surat 46 Al Ahqaaf ayat 30, Surat 10 Yuunus ayat 37, Surat 4 An Nisaa ayat 47, 136. Surat 6 Al Anaam ayat 92. (hal. 67).

Untuk jelasnya kami kutipkan beberapa ayat-ayat tersebut di atas yang membenarkan berlakunya Taurat dan Injil sebagai berikut:

"Dia menurunkan Kitab (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) dangan sebenarnya; membenarkan kitab yang diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil" (Surat 3 Aali Imraan ayat 3).

"Dan inilah Kitab (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan lagi berkahi membenarkan kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Injil)" (Surat 6 Al An'aam ayat 92).

Dan sebelum Al Qur'an, telah ada kitab Musa sebagai ikutan dan rahmat. (Surat 46 Al Ahqaaf ayat 12). (hal. 68).

Tidaklah Al Qur'an ini diadakan oleh siapapun selain Allah, bahkan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya (Taurat, Injil) dan menerangkan kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam. (Surat 10 Yuunus ayat 37). (hal. 69).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Ayat-ayat tersebut memang menceritakan tentang keberadaan kitab yang turun sebelum Al Qur'an. Dinyatakan bahwa Al Qur'an mambanarkan adanya kitab yang turun sebelumnya yaitu Taurat, Zabur dan Injil, bukan seperti tulisan Himar Amos bahwa Al Qur'an membenarkan berlakunya kitab tersebut.

Tetapi tidak benar bila dikatakan bahwa Al Qur'an membenarkan berlakunya Taurat dan Injil, apalagi untuk selamanya. Di sinilah letak kesalahan H. Amos. Dia menekankan kata 'membenarkan berlakunya' untuk mencari legalitas Al Qur'an guna menjunjung derajat Taurat dan Injil. Padahal Al Qur'an tidak mengatakan demikian.

Sebelum Al Qur'an diturunkan oleh Allah, Islam tidak mengingkari berlakunya Taurat dan Injil yang masih orisinil untuk Bani Israel pada zaman Nabi Musa dan Isa as. pada waktu itu. Tetapi setelah Al Qur'an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, maka Taurat dan Injil yang sudah dirobah-robah sudah tidak berlaku lagi. Sebab Al Qur'anlah sebagai penggantinya sudah diturunkan Allah.

Salah satu bukti bahwa Taurat dan Injil yang asli --bukan seperti milik Kristen saat ini-- hanya berlaku selagi Al Qur'an belum diturunkan, adalah firman Allah berikut:

"Dan sesungguhnya di antara orang-orang Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah dan apa yang di turunkan kepadamu, dan apa yang telah diturunkan kepada mereka, sedang mereka merendahkan diri kepada Allah dan mereka tidak menjual ayat-ayat Allah, dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya" (Ali Imraan: 199).

Penjelasan:

1. Yang dimaksud dengan Ahli Kitab di sini adalah Yahudi dan Nasrani (bukan Kristen).

2. Maksud apa yang di turunkan kepadamu yaitu Al Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad saw.

3. Apa yang telah diturunkan kepada mereka, maksudnya: Taurat yang diturunkan kepada Musa untuk kaum Yahudi dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa untuk kaum Nasrani, bukan kepada pengikut Paulus.

4. Tidak menjual ayat-ayat Allah, maksudnya: istiqomah di jalan Allah dengan mengikuti petunjuk yang benar dari kitab mereka saat itu.

5. Beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada mereka, maksudnya, beriman kepada satu-satunya Allah yang benar, beriman kepada apa yang sedang diturunkan kepada Muhammad (Al Qur'an) dan beriman kepada kitab suci mereka (Taurat dan Injil) yang masih asli pada saat itu.

6. Mereka memperoleh pahala, maksudnya, mereka yang diperhitungkan oleh Allah Swt. karena telah mengenal satu-satunya Allah yang benar untuk disembah, mengimani kitab Taurat dan Injil yang sebenarnya, dan percaya kepada Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dan setelah Al Qur'an genap diturunkan, mereka semua mengimani Al Qur'an sebagai pengganti kitab yang sudah dirusak oleh tangan-tangan jahil manusia. Itulah yang disebut golongan yang selamat.

Jelasiah bahwa Al Qur'an hanya membenarkan adanya kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil yang asli. Al Qur'an tidak membenarkan berlakunya Taurat dan Injil milik umat Kristen yang sudah tidak orsinil, justru Al Qur'anlah yang menjadi kitab pengganti atas kitab-kitab suci yang turun sebelumnya.

MUHAMMAD MENGAJARKAN PENYEMBAHAN SETAN DALAM UPACARA HAJI

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Oleh sebab itu pada waktu Umar bin Khaththab mengucapkan doa talbiyah yaitu "Aku penuhi panggilan-Mu ya, Allah" sambil berjalan menuju batu hitam Hajar Aswad, kemudian setelah sampai di hadapan batu hitam tersebut, dia harus membungkuk menyembah dan mencium batu tersebut, timbulah dalam hatinya suatu pertentangan yang tidak ingin menyembah dan mencium batu tersebut sebagai tanda selamat datang sebelum melakukan thawaf qudum.

Tetapi karena Nabi Muhammad telah memberi contoh sebelumnya bahwa batu hitam itu harus disembah dan dicium, maka Umar bin Khatthab pun taat melaksanakannya sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad, walaupun dalam hatinya sangat menentangnya. Oleh sebab itu beliau terpaksa mencium dan menyembah batu hitam tersebut disertai dengan bersungut-sungut dan bersumpah. (hal. 71).

Sesungguhnya pada saat itu Umar bin Khaththab sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan syirik, karena dia telah percaya kepada Allah yang benar sesuai yang disebutkan dalam Alkitab tetapi sekarang harus menyembah berhala pula.

Dia pun mengetahui bahwa Muhammad telah menurunkan Surat 4 An Nisaa ayat 117 dalam Al Qur'an yang menyatakan bahwa penyembahan berhala adalah sama dengan menyembah setan. Oleh sebab itu Umar bin Khaththab sadar bahwa apa yang dia lakukan yaitu menyembah dan mencium batu hitam Hajar Aswad dan mendewa-dewakannya sebenarnya dilarang, karena menimbulkan murka Allah.

Yang mereka sembah selain dari Allah tidak lain hanyalah berhala perempuan dan tiadalah yang mereka sembah kecuali setan yang durhaka. (Surat 4 An Nisaa ayat 117). (hal. 72)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Himar Amos menuduh Nabi Muhammad telah mengajarkan dan memberi contoh untuk menyembah berhala batu hitam (Hajar Aswad). Karena itu, menurut Himar Amos, umat Islam adalah penyembah setan, sebab menyembah berhala sama artinya dengan menyembah setan. Jadi, berarti Nabi Muhammad saw. telah mengajarkan penyembahan setan kepada umat Islam, itulah tantangan iman dari Himar Amos.

Hujatan itu sangat tajam.Tapi sayang, tidak berdasarkan fakta dan ilmiah sama sekali. Hanya didasari oleh semangat anti Islam yang meledak-ledak. Emosional tidak obyektif.

Sebaliknya, secara ilmiah terbukti bahwa orang yang menghujat itulah yang pantas disebut sebagai manusia setan. Tubuhnya berujud manusia, tapi perilaku dan otaknya seperti setan yang selalu berbuat jahat, munkar dan berani melecehkan Allah. Orang seperti itu sudah dilukiskan Al Qur'an:

"Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu untuk berbuat jahat dan keji. Dan setan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui" (Qs. Al Baqarah 169).

Karena senantiasa menebarkan bibit-bibit kejahatan dan kesesatan, maka setan dan orang-orang yang berjiwa setan itu dilaknat Allah dan akan dicemplungkan ke dalam neraka jahannam.

"Setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya di Neraka Jahannam. Dan mereka tidak akan mendapatkan tempat pelarian daripadanya" (Qs. An Nisaa 120-121).

Menuduh umat Islam telah menyembah setan dengan mendewa-dewakan berhala, itu adalah kekeliruan yang sangat salah. Sebab satu-satunya agama yang paling berani memproklamirkan diri sebagai musuh utama setan hanyalah Islam. Perhatikan tuangan ayat-ayat berikut:

"Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Qs. Al Baqarah 168,208 dan Al An'aam 142).

"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Qs. Yuusuf 5).

"Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu. Maka anggaplah setan itu sebagai musuh" (Qs. Faathir 6).

"Janganlah kamu menyembah setan, sebab setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Qs. Yaasiin 60).

"Dan janganlah sekali-sekali kamu dipalingkan oleh setan. Sebab setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Qs. Az Zukhruf 62).

Tentang tuduhan Himar Amos bahwa Nabi mengajarkan dan memberi contoh menyembah Hajar Aswad dengan menciumnya, jelasnya, itu tidak benar. Ini adalah fitnah yang sangat memojokkan dan menghina Nabi Muhammad saw. Seolah-olah beliau telah memberikan contoh untuk menyembah batu itu. Dan seolah-olah Umar bin Khatthab pun tidak setuju dengan perbuatan yang dicontohkan Nabi.

Kalau kita perhatikan, dengan sengaja Amos menekankan kata 'menyembah' sebagai perbuatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Konotasi kata 'menyembah' tersebut sangat tidak etis, sebab Nabi Muhammad tidak pernah menyembah atau menyuruh, apalagi mewajibkan umatnya untuk menyembah pada batu hitam Hajar Aswad tersebut, kecuali menciumnya. Beliau tidak pernah menyembah kepada suatu apapun kecuali kepada Allah swt.

Jadi, tambahan kata 'menyembah' tersebut sengaja dilakukan untuk mendiskreditkan Nabi Muhammad.

Kemudian perbuatan Umar bin Khaththab untuk menyembah dan mencium Hajar Aswad itupun tidak benar. Yang benar Umar bin Khaththab hanya mencium batu tersebut, tidak menyembahnya. Hal ini sesuai dengan Hadits Bukhari nomor 830 yang bunyinya sebagai berikut:

Dari Umar ra, katanya: "Bahwasanya dia datang mendekati Hajar Aswad (batu hitam) lalu dia manciumnya. Katanya, "Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau ini batu yang tidak memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat. Jikalau tidaklah karena saya melihat Nabi saw. mencium engkau, niscaya aku tidak akan menciummu pula".

Dalam hadits tersebut jelas tidak ada kata 'menyembah'. Yang ada adalah kata 'mencium' saja. Oleh sebab itu kata 'menyembah' merupakan tambahan yang sengaja ditekankan agar terkesan Nabi Muhammad  telah menyuruh melakukan demikian. Ini merupakan fitnah terhadap Nabi Muhammad saw. beserta ajarannya.

Sumber: ?Pendeta Menghujat Muallaf Maralat?, Insan L.S. Mokoginta (Wenseslaus), FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan), Jakarta, 1999.

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (22/22)

YANG TIDAK MENYEMBAH BERHALA BATU HITAM DIKAFIRKAN OLEH MUHAMMAD

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Pada umumnya bangsa Arab yang beragamaYahudi dan yang beragama Kristen yang pada waktu itu sudah ada dan hidup di Mekkah dan Madinah, tidak mau menyembah dan mencium batu hitam Hajar Aswad karena mereka tahu bahwa hal ini bertentangan dengan kententutan yang berada dalam Tauratnya agama Yahudi dan Injilnya agama Kristen.

Tetapi anehnya orang-orang yang tidak mau menyembah dan mencium batu hitam Hajar Aswad tersebut oleh Muhammad dinyatakan sebagai orang musyrik dan orang kafir. (hal. 73-74)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Himar Amos menuduh bahwa Rasulullah memvonis orang yang tidak mau menyembah dan mencium Hajar Aswad sebagai orang kafir dan musyrik. Dengan tuduhan ini, Amos ingin memutarbalikkan fakta kebenaran. Dijunjungnya Kristen sambil menginjak dan merendahkan Nabi Muhammad. Pencuri berteriak maling. Thief cry thief, itulah ciri khas Himar Amos.

Himar Amos tidak tahu dan musti tahu bahwa tak satu pun umat Islam yang menyembah Hajar Aswad. Sekali lagi, tidak ada dan tidak pernah ada dari 14 abad yang lalu sampai kapan pun.

Umat Islam sejak SD sudah diajarkan arti ikhlas lillahi ta'ala. Bahwa ibadah akan diterima Allah dengan syarat dilakukan dengan ikhlas hanya karena dan untuk Allah Ta'ala saja.

Tentang siapa yang kafir serta musyrik, dan siapa yang bukan, perhatikan dan ingat baik-baik:

1. Musyrik, adalah orang yang mempersekutukan Allah dengan menyembah dan beribadah kepada selah Allah (Qs. 2: 165, 10:18,19:81). Dalam Islam, syirik adalah dosa yang besar dan tak berampun (Qs. 4:48). Islam bukanlah agama yang syirik, sebab Islam tak kenal toleransi sedikit pun terhadap hal-hal yang berhubungan dengan syirik.

2. Kafir, adalah orang yang ingkar atau durhaka kepada Allah. Siapapun orangnya, asalkan durhaka dan ingkar serta berpaling dari ayat-ayat Allah, maka dia telah menyimpan sifat kafir (Qs. 6: 12-13).

- Orang Yahudi disebut kafir, karena ingkar kepada ayat-ayat Allah, durhaka melampaui batas, bahkan membunuh nabi Allah (Qs. 2:61).

- Orang Kristen juga disebut kafir karena meyakini ajaran Trinitas (Tritunggal), bahwaYesus adalah oknum Tuhan (Qs. 5:17,72,73).

Jelaslah bahwa orang Kristen disebut kafir karena meyakini Trinitas. Karena Himar Amos meyakini Trinitas, maka dia adalah kafir. Orang kafir semacam ini dicap Allah sebagai binatang yang paling buruk.

"Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman" (Qs. Al Anfaal 55).

Semua amalan orang kafir itu seperti fatamorgana. Mereka mengira akan mendapatkan sorga, tetapi sorga yang ditunggu-tunggu itu tak pernah kunjung tiba. Bahkan sebaliknya, mereka akan dicemplungkan ke dalam neraka.

"Dan orang-orang yang kafir, segala amal mereka itu laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang haus, tetapi bila didatanginya air itu, tidak didapatinya sesuatu pun" (Qs. An Nuur 39).

Baik kafir maupun musyrik, keduanya sama-sama tidak menghendaki kebaikan dari Allah (Qs. 2:105).

Akhirnya, di hari yang kekal nanti orang-orang kafir dari Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) dan orang musyrik akan diazab di neraka Jahannam selama-lamanya.

"Sesungguhnya orang-orang kafir yakni Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) dan orang-orang musyrik akan masuk ke neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk" (Qs. Al Bayyinah 6).

HAJI ADALAH PENYEMBAHAN BERHALA YANG TERTUTUP

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Pengikut agama bangsa Arab selain Umar bin Khatthab, menyadari tentang kekeliruan ini, oleh sebab itu kekeliruan ini mereka tutupi dengan cara bahwa setiap orang yang bukan pengikut agama bangsa Arab dilarang datang ke Ka'bah Mekkah, agar praktek penyembahan berhala ini tidak terlihat keluar dengan harapan kekeliruan ini tidak akan diketahui oleh umum. Larangan ini khususnya ditujukan kepada pengikut-pengikut agama Yahudi dan agama Kristen, karena merekalah yang mengetahui Tuhan yang sebenarnya yang digambarkan dalam Taurat serta Injil dan yang telah diterapkan ke dalam Al Qur'an. (hal. 76)

Oleh sebab itulah Muhammad mengeluarkan ketentuan bagi pengikut agama Yahudi dan pengikut agama Kristen bahwa mereka termasuk orang-orang musyrik yang tidak boleh masuk ke Masjidil Haram di mana Ka'bah berada di dalamnya.

Larangan ini tertuang dalam Al Qur'an sebagai berikut:

?Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. (Surat 9 At Taubah ayat 28).

Segala usaha dilakukan agar pengikut agama yahudi dan pengikut agama Kristen tidak bisa memasuki tempat-tempat di mana upacara ibadah haji dilakukan yaitu Mekkah dan sekitamya agar praktek penyembahan berhala di Ka'bah tidak diketahui oleh orang luar. (hal. 77)

Bahkan jika kita berkendaraan mobil menuju ke kota Mekkah, maka sebelum kita memasuki kota tersebut, akan kita lihat adanya tanda petunjuk jalan yang besar di persimpangan jalan yang membagi jalan menjadi dua jurusan yaitu satu arah untuk orang-orang muslim yang dapat langsung memasuki kota Mekkah dan satu arah lagi bagi orang-orang yang bukan muslim yang tidak diperkenankan masuk ke kota Mekkah dan harus kembali lagi atau pergi ke arah lain. (hal. 78)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Memang benar, ada larangan bagi non muslim untuk memasuki kota-kota suci seperti Madinah dan Mekkah .Tetapi yang dimaksud non muslim di sini bukan hanya Yahudi dan Kristen, melainkan siapa saja yang bukan muslim.

Oleh sebab itu ada jalan khusus yang tidak boleh dimasuki oleh selain umat Islam. Pada perbatasan tertentu ada jalan lain yang dibuat khusus untuk non muslim. Perlu diketahui bahwa yang tidak boleh dimasuki oleh non muslim hanyalah dua kota suci saja yaitu Madinah serta Mekkah, dan sekitarnya.

Selain kota itu, mereka bebas memasukinya. Namanya saja 'kota suci', tentu harus diberlakukan peraturan khusus, agar kesucian kota tersebut benar-benar terpelihara sesuai dengan julukan yang diberikan terhadap kedua kota tersebut.

Kota suci, tentu saja suci dari segala hal, bebas dari segala najis. Bibel juga mengatakan, orang yang tidak disunat adalah najis, berarti tidak suci juga. Perhatikan ayat berikut ini:

"Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak seorang pun dari orang-orang asing yang hatinya dan dagingnya tidak bersunat, boleh masuk dalam tempat kudus-Ku, ya setiap orang asing yang ada di tengah-tengah orang Israel.? (Yehezkiel 44:9).

?Yang membiarkan orang-orang asing, yaitu orang-orang yang tidak bersunat hatinya maupun dagingnya masuk dalam tempat kudus-Ku dan dengan kehadirannya mereka menajiskannya waktu kamu mempersembahkan santapan-Ku, yaitu lemak dan darah. Dengan berbuat begitu kamu lebih mengingkari perjanjian-Ku daripada dengan segala perbuatanmu yang keji yang sudah-sudah.? (Yehezkiel 44:7).

?Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu daripada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan Allah yang hidup.? (I Samuel 17:36).

Adanya larangan bagi non muslim untuk memasuki kedua kota tersebut, bukan untuk menutupi praktek penyembahan berhala dalam ibadah haji, tapi karena memang Allah sendiri yang memberlakukan peraturan dan ketentuan terhadap mereka. Bukan Nabi Muhammad mengeluarkan larangan tersebut, melainkan Allah sendiri.

Mengatakan Nabi Muhammad saw yang mengeluarkan larangan tersebut, merupakan fitnah yang sengaja. Tentu ini tidak bisa kita terima. Padahal larangan itu dari Allah sendiri dalam Al Qur?an surat At Taubah ayat 28 sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.?

Jelas sekali dari teks ayat tersebut, bahwa bukan Nabi Muhammad, melainkan Allah sendiri yang melarang orang-orang musyrik untuk memasuki kota suci. Tidak bolehnya orang musyrik untuk memasuki kedua kota itu bukan untuk menutupi upacara penyembahan berhala agar tidak diketahui orang lain. Di Mekkah sama sekali tidak ada penyembahan berhala, itu benar-benar fitnah terhadap ajaran Islam.

Logikanya, kalau memang upacara ibadah haji itu sengaja ditutup-tutupi agar orang lain yang bukan muslim tidak mengetahuinya, kenapa acara tersebut disiarkan secara langsung ke seluruh dunia melalui televisi? Apakah Himar Amos tidak pernah nonton televisi? Nah, dari sini saja bisa diukur sejauh mana wawasan Islam Himar Amos.

Apakah Amos tidak tahu bahwa orang yang pergi naik haji bukan hanya orang Indonesia, tapi dari segala penjuru dunia? Jangan-jangan pengakuannya bahwa dia sudah naik haji tahun 1983 adalah bohong besar.

Oleh sebab itu, sungguh memalukan sekali kalau orang seperti Himar Amos tersebut dianggap sebagai pembela agama Kristen. Bahkan sangat merugikan umat Kristen umumnya karena baru punya ilmu sederajat tingkat TK sudah berani mengotak-atik kepercayaan orang lain. Padahal dia sendiri sangat buta tentang agama Islam maupun Kristen.

HAJI ADALAH PEKERJAAN SYIRIK KEPADA ALLAH

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)

Pada kenyataannya sebagian besar pengikut agama bangsa Arab tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa yang disembah dan dipuja adalah pada hakekatnya batu hitam Hajar Aswad.

Penyembahan pada batu Hajar Aswad ini baru disadari pada waktu pengikut agama bangsa Arab ini melakukan rukun Islam yang kelima yaitu pergi ke Ka'bah di Makah dan harus menyembah dan mencium batu hitam HajarAswad tersebut.

Pada saat mencium batu hitam Hajar Aswad ini barulah orang tersadar bahwa yang dilakukan tidak lain adalah pekerjaan syirik yaitu mempersekutukan Allah dengan batu hitam tersebut. (hal. 83)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)

Pada kenyataannya, justru umat Kristen yang keliru menilai Islam. Mereka keliru karena dibodoh-bodohi oleh para penginjil dan evangelis macam Himar Amos, dr. Suradi Ben Abraham dan Pdt. M. Matius cs. dengan mengatakan bahwa umat Islam melakukan perbuatan syirik karena menyembah Hajar Aswad. Alasannya, karena umat Islam mencium Hajar Aswad dalam ibadah haji.

Mereka tidak bisa membedakan kata 'menyembah' dengan kata 'mencium'. Karena menyembah disamaartikan dengan mencium, maka mereka menganggap bahwa umat Islam melakukan perbuatan syirik dengan mencium atau menyembah Hajar Aswad.

Padahal mencium Hajar Aswad itu bukan untuk menyembah, melainkan semata-mata sebagai ritual dan karena kepatuhan pada perintah Allah. Karena Allah memerintahkan untuk menciumnya, maka umat Islam mematuhi.

Dan perlu diingat, bahwa mencium Hajar Aswad bukanlah kewajiban atau keharusan, melainkan hanya sunnah saja.

Rahasia dan keistimewaan Hajar Aswad

Yang menarik untuk dikaji adalah pertanyaan mengapa Rasulullah menyuruh meraba/memegang batu Hajar Aswad, bahkan kalau bisa menciumnya?

Sejarahnya, batu hitam Hajar Aswad tersebut sudah ada ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad dan Nabi Isa lahir ke dunia. Bermula ketika NabiYakub dalam suatu perjalanan dari Bersyeba menuju Paran. Karena merasa lelah, dia beristirahat pada suatu tempat sambil mengambil sebuah batu menjadi bantalnya. Saat itu Tuhan memberikan mimpi kepadanya, bahwa dari bumi tempat dia bermalam itu ada didirikan tangga yang ujungnya menjulang sampai ke langit. Dan pada tangga tersebut para malaikat Tuhan naik-turun. Ketika Nabi Yakub terbangun dari tidurnya, ia merasa takut dan berkata: "Sesungguhnya Tuhan berada di tempat ini tanpa aku ketahui, dan sungguh dahsyat tempat ini. Tempat ini pasti rumah dari Allah, dan pasti daerah inilah pintu gerbang menuju sorga".

Ketika Nabi Yakub bangun pagi-pagi, diambilnya batu tersebut, dituangkan minyak wangi pada batu itu, kemudian diambilnya batu tersebut, lalu mendirikannya sebuah tugu tanda peringatan sebagai rumah Allah. Maka tempat itu dinamakannya Bethel (Baitullah) yang artinya rumah Allah.

Apa yang dialami oleh NabiYakub hampir 40 abad yang lalu adalah mukjizat besar, sebab batu hitam yang dituangi minyak tersebut sampai saat ini masih tetap wangi.

Karena tempat NabiYakub bermimpikan tersebut adalah pintu gerbang menuju sorga, maka Nabi Ibrahim as. mewajibkan umatnya untuk berziarah ke sana setiap tahun bagi yang mampu. Sebab dengan berziarah ke tempat tersebut, akan bisa dilihat langsung kebesaran Allah, antara lain:

a. Ka'bah (Baitullah), merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as.

b. Sumur Zam-Zam, bukti kebesaran Allah atas Nabi Ismail.

c. Batu hitam Hajar Aswad yang masih tetap wangi sampai sekarang sebagai bukti kebesaran Allah atas nabiYakub as.

d. Maqam (tanda telapak kaki) Nabi Ibrahim ketika membangun Baitullah.

e. Makam (kuburan) Rasulullah saw. bersama sahabat-sahabatnya yang masih terpelihara sampai sekarang dll.

Haji itu sama artinya dengan ziarah. Maka umat yang melakukan ibadah haji itu sama artinya mereka melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bersejarah dalam rangka melakukan perintah agama, sekaligus melihat langsung kebesaran Allah yang ada di sana.

Khusus terhadap batu hitam Hajar Aswad, Nabi Muhammad saw. menciumnya, karena dengan mencium bau wangi dari batu tersebut, memberikan kesan akan kebesaran Allah swt., karena atas kehendak Allah swt. batu hitam tersebut tetap wangi sampai saat ini. Dengan bisa memegang dan mencium harumnya batu hitam tersebut, yang tadinya hanya 'ilmul yaqin, maka sekarang menjadi 'ainul yaqin, bahkan haqqul yaqin.

Oleh karena itu memegang atau meraba dan mencium batu hitam Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad saw. disunnahkan saja, bukan wajib.


Tidak ada komentar: