AL HAROMAIN

DAFTAR

  • pakaian
  • buku

Daftar Blog

TEXT

text

zainimjkbgt

zainimjkbgt
zainimjkbgt

zainimjkbgt.blogspot.com

zainimjkbgt

alharomain

Penayangan bulan lalu

Populer

Entri Populer

7 Februari 2012

MENCARI KITAB SUCI

TOKO ALHAROMAIN MENJUAL PAKAIAN JADI D 54-D55 AND B19-B20 PASAR TANJUNG MOJOKERTO

Mencari Asal-usul Kitab Suci



Saya akan berbicara langsung mengenai pokok persoalan. Saya yakin bahwa saya telah mendapatkan suatu penemuan penting yang seharusnya akan dapat mengubah pengertian kita tentang Bibel Ibrani, atau apa yang disebut oleh kebanyakan orang sebagai Perjanjian Lama. Penemuan ini berupa dugaan kuat bahwa Kitab Bibel itu berasal dari Arabia Barat, dan bukan dari Palestina, seperti yang sampai kini diduga oleh para ahli, berdasarkan pada perkiraan geografis. Bukti yang saya dapati untuk menentang pernyataan ini akan dibahas pada bab-bab yang berikut. Dugaan saya ini didasarkan pada analisa linguistik dari nama-nama tempat yang tertera di dalam Kitab Bibel, yang menurut pendapat saya sampai sekarang terus menerus telah diterjemahkan secara tidak benar. Prosedur ini secara teknis disebut analisa onomastik, atau barangkali lebih tepat analisa toponimik. Saya terus-terang mengakui bahwa penemuan ini masih bersifat teoritis, sebelum diperkuat oleh penyelidikan-penyelidikan arkeologis. Akan tetapi bukti-bukti yang saya dapati sangatlah besar sehingga hanya akan disangsikan oleh orang-orang kolot saja, dan saya yakin kesangsian itu pun akan lenyap setelah adanya dukungan selanjutnya oleh para ahli.
Tidak mengherankan, dalam membuka jalan baru, jika saya melakukan beberapa kesalahan yang mungkin akan dijadikan kesempatan oleh para kritikus untuk menodai hasil-hasil penemuan saya ini. Tetapi saya yakin bahwa kesalahan itu tidak akan begitu besar sehingga dapat mempengaruhi hasil penemuan ini. Tidak diragukan lagi, banyak orang akan mengeluh bahwa referensi saya terhadap kepustakaan yang luas mengenai geografi Bibel Ibrani itu hanya sepintas saja. Jawaban yang akan saya berikan singkat saja, yaitu bahwa saya samasekali tidak setuju dengan apa yang telah tertulis dan merasa tidak perlu membebani para pembaca dengan sanggahan-sanggahan mengenai penemuan-penemuan yang lalu satu persatu. Sebenarnya saya khawatir juga bahwa daftar nama-nama tempat yang menjadi dasar pokok argumentasi buku ini akan menimbulkan kesulitan kepada pembaca yang tidak begitu biasa dengan transliterasi abjad Ibrani dan Arab. Sementara saya harapkan para spesialis akan ikut bersabar bersama saya, saya sarankan pembaca biasa melewati saja bagian-bagian itu, dan memusatkan perhatian pada kesimpulan yang telah saya usahakan seringkas dan sejelas mungkin, dengan harapan hal ini dapat saya kemukakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk membantu pembaca umum, beberapa pengetahuan dasar baik mengenai bahasa dalam Bibel Ibrani ataupun perbandingannya secara linguistik yang berhubungan dengan bahasa-bahasa Semit, barangkali masih diperlukan. Ringkasnya, Kitab Bibel Ibrani kanonik itu terdiri dari tiga puluh sembilan kitab yang dahulunya disusun dalam dua puluh empat buah gulungan. Lima kitab pertama, yaitu Pentateuch (atau Torah dalam bahasa Ibrani, yang berarti 'pelajaran') terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Selanjutnya, dua puluh satu kitab Kisah para Rasul: empat karya bersejarah Yosua, Hakim-hakim, Samuel (2 kitab), Raja-raja (2 kitab); kitab-kitab Tiga Rasul utama Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel; kemudian dua belas kitab mengenai para nabi-nabi, yaitu: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Dan akhirnya tiga belas kitab puisi-puisi keagamaan dan kesusastraan mengenai kebijaksanaan, Tulisan-tulisan, yang terdiri dari Mazmur, Amsal, Yob, Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra, Nehemia dan Tawarikh (2 kitab). Kecuali bagian-bagian Aramaik dari kitab Daniel (2:4b - 7:28) dan kitab Ezra (4:8 - 6:18), semua karangan orisinalnya yang sampai kepada kita tertulis dalam bahasa Ibrani.
Hal-hal yang bersangkutan dengan penanggalan dan penyusunan kitab-kitab Bibel Ibrani itu terlalu rumit untuk dibahas secara rinci, dan tidaklah penting dalam argumentasi saya ini. Sejumlah kitab-kitab itu, misalnya, sudah dapat dipastikan sebagai karya-karya baru yang disusun berdasarkan naskah-naskah yang lebih tua, sehingga dapat diperkirakan baru tersusun pada sekitar abad ke-4 S.M., setelah runtuhnya kerajaan Israil kuno.
Yang sudah pasti ialah bahwa bahasa Ibrani dalam Bibel secara keseluruhan mempunyai bentuk bahasa sehari-hari, tidak seperti halnya bahasa Ibrani yang dipakai oleh para rabbi (pendeta Yahudi) yang berfungsi khusus sebagai bahasa kesarjanaan. Dengan kata lain, naskah-naskah Bibel Ibrani yang kita kenal telah ada sebelum abad ke-5 S.M., pada waktu Kerajaan Israil kuno mengalami kehancurannya dan sewaktu bahasa Ibrani dan berbagai bentuk bahasa Kanaan sudah tidak dipakai lagi. Ini berarti kita dapat mempergunakan Bibel Ibrani itu, paling tidak dalam penelitian ini, sebagai dokumen yang berhubungan langsung dengan sejarah Israil, lepas dari soal-soal penanggalan, komposisi, atau siapa penulisnya.
Karena hampir seluruh argumentasi ini dititikberatkan pada perkiraan saya bahwa Bibel Ibrani terus-menerus diterjemahkan dengan tidak benar, maka patut diadakan suatu pembetulan. Singkatnya, seperti yang akan saya jelaskan secara lebih mendalam pada Bab 2, bahasa Ibrani itu tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari pada sekitar abad ke-5 atau ke-6 S.M. Oleh sebab itu, jika ingin memahami Bibel Ibrani kita harus memilih satu di antara dua metode. Cara yang pertama ialah menerima saja terjemahan naskah-naskah yang diterjemahkan secara tradisional itu dalam bahasa Ibrani, atau menyelidiki bahasa-bahasa Semit yang masih berhubungan erat dengan bahasa Ibrani, seperti bahasa Arab dan bahasa Suryani. Bahasa Suryani merupakan peninggalan dari suatu bentuk bahasa Aram kuno. Saya tidak menggunakan penterjemahan secara tradisional dalam bahasa Ibrani, karena para ahli Yahudi yang menterjemahkan dan memberi bunyi vokal pada Bibel Ibrani antara abad ke-6 dan ke-10 M. itu tidak dapat berbahasa Ibrani secara lisan dan mungkin mendasarkan rekonstruksi mereka pada dugaan-dugaan saja. Jika memakai metode kedua, untuk menafsirkan bahasa Ibrani yang dipergunakan di dalam Bibel Ibrani, kita harus melakukannya berkenaan dengan fonologi dan morfologi perbandingan dari bahasa-bahasa Semit. Mengingat banyak pembaca yang belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sekali lagi saya akan memberikan informasi dasar mengenai hal ini.
Bahasa Semit pada umumnya dianggap sebagai anggota keluarga besar bahasa-bahasa Afro-Asia yang meliputi bahasa Mesir kuno dan bahasa Berber serta Hausa modern. Dari bahasa-bahasa ini, yang termasuk dalam cabang bahasa Semit ialah bahasa Akkadia (bahasa kuno Babilonia dan Asiria), bahasa Kanaan (bahasa Funisia kuno dan bahasa Ibrani kuno adalah suatu varian dari bahasa ini), bahasa Aram (bahasa Suryani) dan bahasa Arab. Salah satu ciri khas yang dimiliki bahasa-bahasa ini adalah sistem mendapatkan akar suatu kata yang biasanya terdiri dari tiga konsonan. Akar-akar kata ini biasanya dipahami sebagai kata kerja, dan ada seperangkat pola asal mula kata kerja ini yang telah membentuk kata kerja lain, dan juga kata benda dan kata sifat yang beraneka ragam. Ini melibatkan beberapa cara pemberian tanda vokal pada akar kata dengan menambahkan huruf-huruf hidup, dan juga penambahan satu atau lebih konsonan pada akar kata yang asli. Dalam kamus-kamus standar bahasa-bahasa Semit, kita biasanya mencari akar kata tertentu, yang kemudian diikuti oleh serangkaian kata jadian yang berasal dari akar kata itu. Sejumlah akar kata yang sama terdapat di beberapa bahasa Semit, dengan arti yang sama atau dengan arti yang berdekatan. Kalau kita telah menguasai sebuah bahasa Semit, akan lebih mudah mempelajari yang lain.
Terkadang, sebuah akar kata yang ada pada dua atau lebih bahasa Semit tidak mudah dikenali sebagai akar kata yang sama oleh seseorang yang tidak berbahasa Semit sebagai bahasa ibu. Ini disebabkan karena satu atau lebih konsonan dalam akar kata itu dapat berubah dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam bahasa Ibrani, contohnya, akar kata yang berarti 'mendiami' adalah hsr, sedangkan dalam bahasa Arab akar kata itu adalah hdr. Penjelasannya adalah bahwa pemakai bahasa Semit secara naluriah mengenai hubungan fonologis antara pelbagai konsonan, yang dapat ditukar tempatnya di antara berbagai bahasa-bahasa Semit. Misalnya, 'g' di dalam satu bahasa atau dialek (yang dapat diucapkan seperti huruf 'g' atau sebagai huruf 'j') dapat berubah menjadi huruf 'q' (qaf) atau 'g' (ghayn) dalam bahasa atau dialek yang lain. Maka kata Negeb dalam bahasa Ibrani (sebagai sebuah nama tempat) berubah menjadi Naqab atau Nagab dalam bahasa Arab.
Perubahan konsonan di antara bahasa-bahasa Semit ini nampaknya mengikuti peraturan-peraturan tertentu, dan untuk mudahnya saya telah tabulasikan perubahan-perubahan tersebut dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab di bagian tepat sebelum Kata Pengantar buku ini. Ada pula masalah metatesis, atau perubahan dalam penempatan konsonan-konsonan dalam akar kata yang sama antara pelbagai bahasa Semit, misalnya akar kata acb, dapat berubah menjadi cab atau bca. Metatesis bukanlah suatu fenomena linguistik yang hanya ditemui dalam bahasa-bahasa Semit. Kita dapat juga menjumpainya dalam bahasa-bahasa yang lain , walaupun metatesis sangat biasa terjadi di antara bahasa-bahasa Semit yang sama. Dalam sebuah dialek Arab, contohnya, zwg (diucapkan zawj), yang berarti 'sepasang' dapat berubah menjadi gwz (diucapkan jawz), yang terakhir adalah bentuk yang biasa terdapat pada dialek Libanon yang saya pakai.
Sama pentingnya, kalau tidak lebih, untuk mengingat bahwa bahasa-bahasa Semit ditulis dalam bentuk konsonan tanpa huruf hidup. Namun, pada terjemahan-terjemahan Kitab Bibel dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa-bahasa lainnya, nama-nama menurut Bibel itu dikemukakan dalam bentuk yang telah diberi huruf vokal, yang berasal dari penyuaraan kaum 'Masoret' atau dari tradisi Kitab Bibel Ibrani, yang seperti telah saya katakan, mungkin salah, sepanjang ahli-ahli Masoret itu perlu menyusun kembali bahasa Ibrani, yang sudah dipergunakan lagi secara umum. Agar membantu para pembaca, yang telah saya lakukan adalah memberikan baik kata Ibrani yang diberi vokal secara tradisional maupun yang belum diberi vokal, dan saya berusaha untuk menunjukkan bagaimana kata yang sama itu, jika diberi vokal dengan cara yang berbeda, dapat mempunyai arti selain yang telah ditentukan menurut tradisi kaum Masoret. Mengenai kata-kata --terutama nama-nama tempat yang berasal dari catatan-catatan kuno Mesir, mustahil untuk mengetahui bagaimana semua itu disuarakan. Maka dari itu, apa yang telah saya lakukan dalam contoh-contoh yang seperti itu adalah mengemukakannya dalam bentuk konsonan mereka dan juga membuat agar mereka dapat dibandingkan dengan bentuk-bentuk konsonan Ibrani. Seperti itu pula, jika saya mengutip kalimat-kalimat lengkap dari Bibel Ibrani, saya telah menuliskan kata-kata Ibrani yang tidak diberi vokal ke dalam bentuk Latin yang belum diberi tanda vokal pula. Ini agaknya tidak banyak membantu dalam pembacaannya, tetapi berkenaan dengan argumentasi saya, saya tidak melihat adanya alternatif lain yang lebih baik.
Untuk meringkaskan: apa yang sama dalam perbendaharaan kata dari berbagai bahasa Semit adalah sejumlah besar akar kata konsonan dan bentuk-bentuk kata yang berasal dari situ; yang terakhir ini tidak mempunyai perbedaan yang besar antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Guna membandingkan kata-kata dalam berbagai bahasa Semit, kita perlu mengeja kata-kata itu hanya dalam bentuk konsonannya, kalau tidak demikian maka seluruh maknanya akan hilang. Maka dari itu saya harus memohon kepada pembaca agar mereka bersabar jika terdapat perbandingan-perbandingan seperti itu, dan agar mereka percaya bahwa perbandingan-perbandingan ini dibuat menurut peraturan yang pantas bagi ilmu bahasa perbandingan.
Berpaling pada metodologi, karena alasan-alasan yang kini telah jelas, saya mendasarkan studi saya ini pada teks konsonan Bibel Ibrani, membanding-bandingkan sebutan tertentu dengan nama-nama tempat di Arabia Barat guna memberikan alternatif bagi penterjemah tradisional. Kita tidak perlu membahasnya lebih jauh dari itu, karena masalah-masalah yang seperti ini akan saya bahas dalam Bab 2. Namun, saya hanya ingin menambahkan bahwa selain meneliti buku-buku dan peta-peta, saya telah pula melakukan sebuah perjalanan ke Arabia Barat, yang saya yakin adalah tanah asal Kitab Bibel, guna menjadi lebih akrab dengan lokasi-lokasi utama yang disebutkan di dalam studi ini dan secara langsung mengamati bagaimana pelbagai lokasi yang telah saya sebutkan tadi itu berhubungan, baik secara geografis maupun secara topografis.
Di atas dasar-dasar inilah argumentasi buku saya ini berdiri. Apakah saya berhasil atau tidak meyakinkan para ahli Bibel Ibrani itu masih harus disangsikan dahulu. Yang dapat saya katakan adalah bahwa saya yakin sepenuhnya atas hasil-hasil penemuan yang dihasilkan oleh analisa toponimis saya, dan saya menanti-nanti datangnya saat para arkeolog menggali beberapa tempat peninggalan zaman purbakala yang telah saya sebutkan, dan semoga menghasilkan bukti-bukti yang lebih lanjut bahwa tanah asal Kitab Bibel Ibrani adalah Arabia, Barat, bukan Palestina.

1. DUNIA YAHUDI KUNO (1/4)

Asal mula penyelidikan ini datang secara tidak sengaja. Pada suatu hari saya menerima sebuah copy cetakan indeks ilmu bumi Arab Saudi, diterbitkan di Riyad pada tahun 1977, dan ketika saya sedang memeriksanya untuk nama-nama tempat yang tidak berasal dari bahasa Arab yang terletak di Arabia Barat, ketika itulah saya menyadari bahwa nama-nama tempat di Arabia Barat juga merupakan nama-nama tempat yang tertera di dalam Kitab Perjanjian Lama, atau yang saya sebut Bibel Ibrani. Pada mulanya saya meragukan persamaan ini, tetapi setelah bukti-bukti yang memperkuat itu terkumpul, saya merasa yakin bahwa persamaan antara nama-nama itu bukanlah suatu kebetulan belaka. Hampir semua nama tempat kuno yang saya dapati di dalam Bibel berpusat pada daerah dengan panjang sekitar 600 kilometer dan selebar 200 kilometer, yang pada zaman ini meliputi Asir (bahasa Arabnya 'Asir) dan bagian selatan Hijaz (al-Higaz). Semua koordinat tempat-tempat yang disebutkan di dalam Kitab Bibel Ibrani dapat dicocokkan dengan sebuah tempat di wilayah ini, suatu fakta yang sangat penting, sedangkan belum ada bukti-bukti yang mencocokkan koordinat-koordinat tersebut dengan lokasi tempat-tempat di Palestina, tempat yang diduga sebagai tanah asal Kitab Bibel. Saya tidak menemukan sekelompok nama tempat kuno, dalam bentuk Ibraninya yang masih asli di daerah-daerah lain di Timur Dekat. Saya merasa berkewajiban untuk memikirkan adanya sebuah kemungkinan yang sangat menakjubkan: yaitu bahwa Yudaisme bukan berasal dari Palestina, melainkan dari Arabia Barat, dan bahwa seluruh sejarah bangsa Israil kuno berlangsung di daerah ini, bukan di tempat lain.
Sudah tentu, jika menganggap bahwa dugaan saya ini benar, bukan berarti bahwa tidak ada orang Yahudi yang tinggal menetap di Palestina pada zaman Bibel itu atau di negara lain di luar wilayah ini. Yang dimaksud ialah bahwa Kitab Bibel Ibrani itu pada dasarnya ialah suatu catatan mengenai sejarah pengalaman bangsa Yahudi di Arabia Barat. Sayangnya tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan bagaimana Yudaisme dapat didirikan di Palestina pada zaman dahulu itu. Tetapi kita dapat saja memberikan suatu perkiraan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Di antara agama-agama Timur Dekat yang diketahui, agama Yahudi berada dalam golongan tersendiri; belum ada usaha-usaha yang berhasil menjelaskan asal usulnya dalam pengertian agama-agama kuno Mesopotamia, Suria atau Mesir, kecuali dalam tingkat bayangan mitos-mitos. Salah satu contoh yang demikian ini ialah kisah air bah, yang mungkin juga terdapat dalam kitab 'Epik Gilgamesh' dari mesopotamia kuno, dan mitos-mitos kuno lainnya, bahkan salah satu di antaranya berasal dari Cina. Walaupun dengan adanya contoh-contoh ini, kita tidak dapat memastikan asal-mulanya mitos-mitos ini serta apa yang dibawa dan dari siapa. Tetapi, seperti yang akan kita lihat dalam Bab 12, sangat masuk di akal untuk mengandaikan bahwasanya asal mula agama Yahudi mungkin terbentuk karena adanya kecenderungan terhadap monoteisme di Asir kuno tempat sejumlah dewa-dewa gunung seperti Yahweh, El Sabaoth, El Shalom, El Shaddai, El Elyon dan yang lain entah bagaimana yang akhirnya diakui sebagai dewa tertinggi, mungkin dengan adanya pembauran di antara suku-suku setempat. Karena kemudian diadopsi oleh suku Israil, sebuah suku lokal, monoteisme dasar Arabia Barat ini lambat-laun berkembang menjadi sebuah agama dengan jalan pemikiran yang tinggi, yang mempunyai sebuah kitab keagamaan tetap, yang mengandung gagasan yang rumit tentang sifat ketuhanan dan mempunyai tema kemasyarakatan dan etika tersendiri. Agama itu dengan mudah menarik peminat-peminat dari luar daerah asalnya, khususnya dari daerah-daerah yang telah mengenal ketatasusilaan dan yang telah mempunyai tingkat pemikiran yang cukup tinggi. Karena agama itu mempunyai kitab dan dikembangkan oleh orang-orang yang dapat menulis dan membaca, agama itu mudah untuk disebarluaskan.
Bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab Yahudi ini biasanya disebut Ibrani, dan agaknya merupakan dialek sebuah bahasa Semit yang dahulunya merupakan bahasa sehari-hari yang dipakai di pelbagai daerah di Arabia Selatan, Barat dan Suria (termasuk Palestina). [1] Seseorang dapat menyimpulkan hal ini melalui penyelidikan etimologis dan dari nama-nama tempat di wilayah Timur Dekat, mempertimbangkan pula distribusi geografis mereka. Karena memerlukan kata yang lebih tepat, maka bahasa kuno ini kini disebut bahasa Kanaan, menurut nama sebuah bangsa menurut Bibel yang menggunakan bahasa ini. [2]
Di samping bahasa Kanaan, ada satu lagi bahasa yang dipakai di jazirah Arab dan Suria, bahasa ini adalah bahasa Aram, diberi nama ini menurut nama bangsa Aram dari Bibel. Tanpa memperdulikan siapa itu sebenarnya bangsa Kanaan dan Aram, suatu topik yang akan saya bicarakan dalam Bab 4, [3] dapat dipastikan bahwa bahasa Kanaan (atau bahasa Ibrani) dan bahasa Aram pernah dalam waktu yang bersamaan digunakan oleh berbagai masyarakat Arab dari wilayah Barat, seperti halnya di Suria. Sebuah ayat pendek dari Kitab Bibel, jika dilihat kembali dari segi nama-nama tempat di Arabia Barat yang masih ada sejak dari zaman kuno, jelas mengungkapkan hal ini.
Sebutan ini adalah Kejadian 31:47-49. Di sini dapat kita baca mengenai sebuah timbunan tanah yang disebut 'timbunan batu', didirikan untuk menjadi saksi atas persetujuan antara Yakub, seorang Yahudi, dengan paman dari pihak ibunya, seorang bangsa Aram dan ayah mertuanya, yaitu Laban. Laban menyebutnya 'Yegar-sahadutha' (dalam bahasa Aram adalah ygr shdwt'), tetapi Yakub menyebutnya 'Galed' (dalam bahasa Ibraninya gl'd) dan 'Mizpah' (Ibraninya hmsph), yang berarti menara penjagaan. Ketiga nama ini kini masih dipakai oleh tiga buah desa yang tidak begitu terkenal, yang letaknya berdekatan, di daerah maritim Asir, di kawasan Rijal Alma' (Rigal Alma'), di sebelah barat Abha (Abha). Nama-namanya adalah: Far'at Al-Shahda ('l shd'), yang berarti 'Tuhan adalah saksi' atau 'Tuhan dari saksi', dalam bahasa Arabnya pr't atau pr'h, yang berarti bukit atau timbunan, sama artinya dengan kata Aram ygr; al-Ja'd ('l-g'd), yang merupakan sebuah metatesis yang telah diarabkan dari kata gl'd; dan al-Madhaf (mdp; bandingkan dengan msph).
Begitulah persamaan antara pemakai bahasa Kanaan dengan pemakai bahasa Aram di Arabia Barat menurut Bibel, sehingga menurut hemat saya orang-orang Israil itu bingung dari kelompok mana mereka berasal. Walau mereka menganggap sebagai bangsa Ibrani (lihat Bab 13), tetapi menurut Ulangan 26:5 leluhur mereka adalah seorang yang berasal dari suku Aram. Pertentangan ini telah lama membingungkan para ahli, tetapi jika anggapan saya benar, hal itu memang masuk akal.
Kemungkinan besar awal tersebarnya agama Yahudi dari tanah asalnya di Arabia Barat ke Palestina dan ke daerah-daerah lain itu ialah dengan mengikuti jalur (route) kafilah perdagangan antar Arabia. Pada zaman kuno, wilayah Asir di Arabia Barat merupakan tempat pertemuan kafilah-kafilah yang membawa barang-barang dagangan dari berbagai negara di kawasan teluk Samudera Hindia seperti India, Arabia Selatan serta Afrika Timur, dari satu arah, dan dari Persia-Mesopotamia, dan negara-negara di Laut Tengah bagian Timur, terutama Suria, Mesir dan dunia Aegea, dari arah yang lain (lihat Peta 1).
Palestina, yang terletak di sudut Selatan Suria, dekat Mesir, merupakan ujung penghabisan dari jalur perdagangan kuno Arabia Barat pertama yang bertolak menuju arah ini. Penduduk Yahudi yang pertama mestinya adalah pedagang-pedagang dan kafilah-kafilah dari Arabi Barat yang terlibat dalam perdagangan ini. Penduduk baru ini kemudian dengan mudah menarik penduduk lokal untuk memasuki agama mereka, yang dalam hal kecanggihan intelektualnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cara-cara pemujaan setempat dan bahkan agama-agama tinggi kerajaan Mesir dan Mesopotamia. Cara yang persis seperti inilah yang dipergunakan oleh pedagang-pedagang Islam di berbagai tempat di Asia dan Afrika Timur pada waktu-waktu yang kemudian. Mereka menarik umat baru untuk memeluk agama Islam di mana pun mereka singgah di antara penduduk itu yang memandang agama Islam sebagai suatu agama yang lebih baik daripada agama mereka sendiri.
Bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itulah yang merupakan penduduk pertama Arabia Barat di Palestina. Mestinya bangsa Filistin yang menurut Bibel (lihat Bab 14) dari Arabia Barat itulah yang terlebih dahulu menetap di daerah itu sebelum mereka, mengingat bahwa merekalah yang memberi nama kepada negara ini. Begitupun halnya dengan bangsa Kanaan dari Arabia Barat (lihat catatan 3) yang tampaknya telah 'tersebar' (Kejadian 10:18) sejak dahulu, dan memberi nama pada tanah Kanaan (kn'n) yang terletak di sepanjang pantai Suria, di sebelah utara Palestina. Daerah ini disebut Phoenicia oleh bangsa Yunani (mengenai Faniqa atau 'Phoenicia' di Asir, lihat Bab 14 ). Bahwasanya Phoenicia sebenarnya disebut Kanaan oleh penduduknya dapat diketahui dari sekeping uang logam Yunani dari Beirut yang menceritakan dalam bahasa Funisia (Phoenicia), bahwa kota ini terletak 'di Kanaan' (b-kn'n), dan dalam bahasa Yunani bahwa kota ini terletak 'di Phoenicia'. [4] Menulis mengenai 'bangsa Phoenicia' dan 'bangsa Suria dari Palestina' pada abad ke-5 S.M., sejarawan Yunani Herodotus yakin bahwa mereka berasal dari Arabia Barat. Ia menulis tentang kedua bangsa itu: 'Negara ini, menurut cerita mereka sendiri, dahulunya terletak di Laut Merah, tetapi dari sana mereka menyeberang dan menetapkan diri di pesisir Suria, dan di sana mereka masih menetap' (7:89; lihat juga ibid. 1:1). [5]
Berapa pun umurnya perkampungan orang-orang dari Arabia Barat yang tertua di daerah pesisir Suria,[6] migrasi orang-orang Filistin dan Kanaan ke sana mestinya bertambah besar. Menurut kitab-kitab dalam Bibel Ibrani, kerajaan Israil sudah dipastikan berdiri di Arabia Barat, yang dihuni antara lain oleh bangsa Filistin dan Kanaan, antara akhir abad ke-11 dan awal abad ke-10 S.M., yang sebagian besar merugikan bangsa Filistin dan Kanaan. Karena patah semangat dan berturut-turut dikalahkan oleh bangsa Israil, maka orang-orang Filistin dan Kanaan ini kemungkinan memperderas arus migrasi mereka ke daerah pesisir Suria pada waktu yang sama. Di Palestina, nampaknya bangsa Filistin menamakan perkampungan-perkampungan mereka (seperti Gaza dan Askalon) menurut kota-kota di Arabia Barat yang mereka tinggalkan. Dusun Bayt Dajan di Palestina ('kuil' dgn, atau 'dagon') di Palestina, dekat Jaffa, masih memakai nama dewa agama yang mereka anut sewaktu di Arabia Barat (lihat Bab 14). Di sebelah utara Palestina, bangsa Kanaan juga memberi nama-nama yang berasal dari Arabia Barat kepada perkampungan-perkampungan mereka - nama-nama seperti Sur (Tyre), Sidon, Gebal (dalam bahasa Yunani = Byblos), Arwad (dalam bahasa Yunani = Arados), atau Libanon.[7] Pada saat orang-orang Israil dari Arabia Barat (dan mungkin kaum Yahudi dari Arabia Barat lainnya) memulai migrasi mereka ke arah Utara untuk menetap di Palestina, yang tak dapat ditentukan tahunnya, mereka juga memberikan nama-nama yang berasal dari daerah mereka yang dahulu kepada tempat-tempat pemukiman mereka atau kepada tempat-tempat pemujaan penduduk setempat yang diambil alih oleh mereka dan menggabungkannya dengan kuil-kuil Yahudi mereka. Di antara yang paling kentara dan yang paling terkenal adalah: Yerusalem (yrwslm, lihat Bab 9), Bethlehem (byt lhm, lihat Bab 8), Hebron (hbrwn, lihat Bab 13? Carmel (krml),[8] dan kemungkinan Galilee (glyl),[9] Hermon (hrmwn)[10] dan Yordan (h-yrdn, lihat Bab 7), semuanya membenarkan hal ini. Di kebanyakan tempat di dunia, pada suatu waktu, imigran-imigran yang rindu sering menamakan kota-kota, daerah-daerah, pegunungan, sungai-sungai, atau bahkan suatu negara atau pulau-pulau dengan nama-nama yang mereka bawa dari tanah yang mereka tinggalkan. Mengingat pada zaman dahulu bahasa yang dipergunakan di daerah Suria dan Arabia Barat adalah sama, kita tidak dapat meniadakan adanya kemungkinan besar bahwa beberapa tempat di kedua wilayah itu dahulunya mempunyai nama-nama yang sama, terutama jika berkenaan dengan ciri-ciri topografis, hidrologis atau ekologis tertentu, atau berkenaan dengan pemujaan terhadap dewa yang sama. Dalam corak kebudayaan tradisional, seperti dalam halnya bahasa, Suria dan Palestina tidak pernah jauh berbeda.

1. DUNIA YAHUDI KUNO (2/4)

Dalam setiap tahap, emigrasi dari Arabia Barat menuju Suria dan Palestina (dan mungkin juga daerah-daerah lain) didukung oleh faktor-faktor luar. Sebagai daerah yang kaya akan bahan baku alam, dan lagi pula sebagai daerah yang menguasai salah satu bandar perdagangan pada zaman kuno (lihat Bab 3), Arabia Barat sudah semestinya merupakan sebuah target untuk penjajahan ke kerajaan sejak masa lampau. Dalam Bab 11, akan dibuktikan, melalu bukti-bukti toponimik, bahwa ekspedisi yang dilakukan oleh raja Mesir Sheshonk I terhadap Yudah, pada akhir abad ke-10 S.M., seperti yang dikisahkan dalam Bibel Ibrani dan didukung oleh bukti-bukti dari catatan-catatan kuno Mesir, ditujukan kepada Arabia Barat, bukan terhadap Suria dan Palestina seperti yang sampai kini diperkirakan. Sebuah penyelidikan yang dilakukan secara mendalam atas sebuah lagi ekspedisi kerajaan Mesir yang disebut dalam Bibel Ibrani, yaitu ekspedisi Raja Necho II pada akhir abad ke-7 S.M., mengungkapkan bahwa ekspedisi yang melibatkan seorang Raja Yudah dan orang-orang Babilonia, juga diarahkan ke Arabia Barat. Pertempuran Karchemis (krkmys, Tawarikh 2 - 35:20; Yesaya 10:9; Yeremia 46:2), antara pasukan Mesir dan Babilonia, terjadi di dekat Taif, di sebelah Selatan Hijaz, di tempat itu dua buah pedesaan yang berdekatan, Qarr (qr) dan Qamashah (qms), masih berdiri.
Dengan demikian, saya yakin 'Karchemis' yang tertulis dalam Bibel itu bukanlah Kargamesa bangsa Hittit, yang sekarang merupakan Jerablus di tepi sungai Furat (Efrat) seperti yang sampai kini diperkirakan.[11]
Ekspedisi-ekspedisi militer pertama kerajaan Mesir sejak 2000 tahun S.M., yang selama ini diketahui sebagai penyerangan terhadap Suria dan Palestina, jika kita teliti kembali melalui catatan-catatan kuno Mesir dengan bantuan nama-nama tempat dari Arabia Barat yang masih terdapat di sana [12], akan terlihat bahwa tindakan-tindakan militer itu lebih cenderung ditujukan kepada Arabia Barat. Sebagai bangsa kerajaan, orang-orang Mesir kuno benar-benar tertarik untuk menguasai Arabia Barat dan jalur-jalur perdagangannya,[13] seperti halnya bangsa Assyria dan Babilonia pada masa kejayaan mereka. Mestinya, setelah setiap penjajahan kerajaan atas tanah mereka, dari arah mana pun, sebuah gelombang migrasi baru bertolak dari Arabia Barat ke daerah-daerah seperti Palestina.
Persis pada saat kerajaan Mesir menyudahi masa penghematan antara akhir abad ke-11 dan awal abad ke-10 S.M., kerajaan Israil berdiri di bukit-bukit daerah pesisir Asir (lihat Bab 8-10), di bawah pimpinan Saul, kemudian dikembangkan oleh Daud dan mencapai puncak kejayaan dan kemakmurannya di bawah raja Sulaiman (Salomo). Andaikata Daud dan Sulaiman pada masa mereka benar-benar memimpin sebuah kerajaan Suria yang menguasai daerah strategis yang memisahkan Mesir dan Mesopotamia, seperti yang diduga (lihat 1 Raja-raja 4:21 dalam terjemahan standar mana pun), maka catatan-catatan Mesir dan Mesopotamia sudah semestinya paling tidak menyinggung nama-nama mereka, tetapi hal ini tidak terlihat. Sewaktu kerajaan Mesir bangkit kembali pada abad ke-10, intervensi baru yang dilakukannya di Arabia Barat menyebabkan terpecahnya kerajaan Israil menjadi dinasti 'Yudah' dan dinasti 'Israil' yang saling bersaingan (lihat Bab 10). Perang saudara antara Israil ini, yang berkobar pada dasawarsa terakhir abad itu, kemungkinan besar mengakibatkan migrasi secara besar-besaran yang pertama ke negara-negara lain, terutama Palestina. Penjajahan yang dilangsungkan oleh bangsa Mesopotamia atas Arabia Barat antara abad ke-9 dan ke-6 S.M., pertama-tama oleh bangsa Assyria dan kemudian oleh orang-orang Babilonia (yang sudah merupakan bangsa Neo-Babilonia), hanya memperbesar arus migrasi ini.
Pada tahun 721 S.M. kerajaan 'Israil' di Arabia Barat itu dihancurkan oleh Raja Assyria, Sargon II, yang menduduki ibukotanya, yaitu Samaria, (smrwn, yang kini masih berdiri dengan nama Shimran, lihat Bab 10) dan membawa penduduk terkemukanya ke Persia sebagai tawanan.[14] Kemudian, pada tahun 586 S.M., penguasa Babilonia, Nebuchadnezzar, memusnahkan kerajaan 'Yudah' di Arabia Barat dan membawa ribuan penduduknya kembali ke Babilonia sebagai tawanan. Begitu besar hasrat orang-orang Babilonia untuk menjaga kekuasaan mereka atas Arabia Barat dan untuk mempertahankan tanah jajahan mereka itu dari usaha-usaha perebutan kembali kekuasaan atas koloni itu oleh kerajaan Mesir (seperti yang pernah dicoba oleh Necho II, seperempat abad sebelumnya), sampai-sampai pengganti Nebuchadnezzar, yaitu Nabodinus, memindahkan ibukotanya dari Babilonia ke Teima (Tayma') di Hijaz Utara dan seperti yang kita ketahui, ia lebih lama menjalankan pemerintahannya di daerah itu.
Sampai pada waktu itu, kemungkinan kehadiran orang-orang Yahudi di Palestina telah bersifat permanen. Keadaan orang-orang Israil yang menyedihkan di Arabia Barat mungkin mendatangkan harapan kaum Yahudi di sana akan hidup lebih baik di koloni Yahudi yang baru - di 'putri Zion' dan 'putri Yerusalem' (dengan kata lain, Zion dan Yerusalem baru di Arabia Barat, lihat Bab 9) seperti halnya orang-orang Eropa yang pada abad ke-17 dan ke-18 kecewa akan kehidupan mereka di daratan Eropa, dan mengharapkan akan kehidupan yang lebih baik di koloni mereka yang baru, yaitu Amerika. Pengharapan orang-orang Eropa pada waktu itu dikemukakan oleh Goethe dalam kalimat-kalimatnya yang sering dikutip:
Amerika, engkau memiliki yang lebih baik
Daripada yang dimiliki benua kami, yang lama.
Jauh sebelumnya, mungkin orang-orang Yahudi di Arabia Barat menyuarakan pengharapan yang serupa, pada suatu waktu antara abad ke-8 dan ke-5 S.M., membicarakan, barangkali, tentang dunia baru mereka di Palestina, seperti yang berikut ini:
Dan engkau, wahai Menara Kawanan Domba,
Hai Bukit putri Zion,
Kepadamu akan datang
Dan akan kembali pemerintahan
Yang dahulu,
Kerajaan putri Yerusalem.
(Mikha 4:9)[15]
Dan juga dalam kata-kata ini:
Putri gadis Zion
Membencimu,[16] memperolok-olokkan engkau
Dan putri Yerusalem
Menggeleng-gelengkan kepala di belakangmu
Dan orang-orang yang terluput di antara kaum Yudah
Yaitu orang-orang yang tertinggal,
Akan berakar ke bawah,
Dan menghasilkan buah ke atas;
Sebab dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tertinggal,
Dan dari Gunung Zion orang-orang yang terluput;
Semangat Penguasa Sabaoth,[17] akan melakukan hal ini.
(Yesaya 37:22b, 31-32; juga 2 Raja-raja 19:21b, 30-31)
Dan mungkin dalam ini pula:
Bergembiralah, wahai putri Zion;
Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai putri Yerusalem
Lihat, rajamu datang kepadamu;
Ia jaya dan menang,
Ia rendah hati dan mengendarai seekor keledai,
Seekor keledai beban yang muda.[18]
(Zakharia 9:9)
Jika ada harapan yang tertinggal untuk mendirikan kembali sebuah pemerintahan Israil yang mampu bertahan seusainya penjajahan oleh bangsa-bangsa Assyria dan Babilonia, maka harapan ini pudar secara tidak langsung dengan munculnya kerajaan Persia, Achaemenes, pada akhir abad ke-6 S.M. Pada tahun 538 S.M., bangsa Persia menaklukkan Babilonia; dan pada tahun 525, mereka telah mengalahkan Suria dan menduduki Mesir dan untuk pertama kalinya mempersatukan semua negara yang terletak di kawasan Timur Dekat kuno, di bawah sebuah pemerintahan kekerajaan yang efisien. Kekuasaan bangsa Persia ini juga kemudian meliputi hampir seluruh, bahkan mungkin semua, daerah Semenanjung Arabia, tetapi aksi-aksi penjajahan mereka di Utara sangat merugikan perdagangan kafilah antar-Arabia yang merupakan aliran utama komunitas Israil dan komunitas-komunitas kuno lainnya di Arabia Barat. Jalan-jalan besar yang diawasi, dibuat oleh Achaemenes guna menghubungkan Persia dan Mesopotamia dengan Mesir melalui Suria, berakibatkan secara langsung tergesernya jalur-jalur utama perdagangan menjauhi Arabia, hingga menyebabkan kemacetan ekonomi wilayah Jazirah Arab beserta jaringan perdagangannya. Pada awal abad berikutnya, didirikannya sebuah terusan oleh orang-orang Persia guna menghubungkan Laut Merah dengan sungai Nil, membantu perdagangan maritim secara merugikan perdagangan kafilah Arabia yang menuju ke arah sana. Akibat kesemuanya ini, secara menyeluruh, berkenaan dengan Arabia Barat, mestinya sangat merusak.
Agaknya bangsa Persia sama sekali tidak bersifat memusuhi kaum Yahudi; malah kita mengetahui bahwa mereka membela kaum itu. Maka dari itu, dengan mendapatkan izin dari pemerintah Persia, sekitar 40.000 orang keturunan tawanan-tawanan Israil di Persia dan Mesopotamia kembali ke Arabia Barat dengan membawa perabot rumah tangga mereka, dengan tujuan untuk membangun kembali perkampungan mereka di sana. Tetapi malang bagi mereka, orang-orang Israil ini kecewa dengan apa yang mereka temukan di sana, di mana-mana sekeliling mereka terdapat kemiskinan dan kehancuran yang menyedihkan. Yang terjadi selanjutnya hanya dapat menurut perkiraan saja, karena sampai di sini Kitab Bibel Ibrani itu tidak melanjutkan lagi kisah-kisah yang bersejarah. Tetapi ada suatu hal yang dapat dipastikan, yaitu belum ada perkampungan Israil yang berhasil didirikan kembali di tanah asal mereka di Arabia Barat, meskipun agama Yahudi tetap ada di sana dan di Arabia Selatan, bahkan sampai kini. Sebagian besar orang-orang Israil yang kembali pada periode Achaemenid mestinya berhasil kembali ke Mesopotamia dan Suria, atau berpencar. Sejak saat itu sampai dengan dihancurkannya Yerusalem di Palestina oleh bangsa Rumawi pada tahun 70 M., arus utama sejarah kaum Yahudi terpusatkan di sekitar Palestina. Mengenai asal mulanya Yudaisme di Arabia Barat agaknya telah dilupakan.

1. DUNIA YAHUDI KUNO (3/4)

Kemungkinan besar terhapusnya kenangan mengenai sejarah mereka di Arabia Barat dalam jangka waktu yang relatif singkat --mungkin tak lebih dari dua atau tiga abad-- disebabkan oleh adanya suatu perubahan bahasa, yang pada abad ke-6 S.M. telah menguasai Arabia, Suria dan Mesopotamia. Seperti kita ketahui, dialek-dialek bahasa Kanaan sebagai bahasa Bibel Ibrani, telah banyak dipakai di Arabia Barat dan Suria masa itu bersama-sama dengan dialek-dialek bahasa Aram. Kitab-kitab suci Yahudi, kecuali beberapa bagian kitab-kitab karangan nabi-nabi yang kemudian, ditulis dalam bahasa Ibrani, bukan bahasa Aram. Tetapi, setelah kira-kira tahun 500 S.M., bahasa Kanaan telah jarang dipergunakan, bahkan mungkin telah punah di Arabia dan Suria; tergeser oleh ballasa Aram yang telah menyebar sampai ke Mesopotamia. Di bawah Achaemenes bahasa Aram bahasa resmi pemerintahan kerajaan Persia dan menjadi lingua franca wilayah Timur Dekat. Pergantian bahasa di kawasan ini terus berlanjut sampai pada abad-abad berikutnya, yang sebegitu jauh sebagai logat bahasa Semit yang mulai bersaing dengan bahasa Aram di berbagai kawasan di Timur Dekat.[19] Sampai pada abad-abad permulaan zaman penyebaran agama Nasrani, bahasa Arab, yang pada mulanya merupakan bahasa suku-suku penggembala padang pasir Syro-Arabia, telah menggantikan bahasa Aram di sebagian besar Arabia dan Suria serta Mesopotamia, dan pada abad ke-7 atau ke-8 M. hanya tinggal beberapa tempat saja yang masih memakai bahasa di daerah itu. Di Arabia Barat kedua penggeseran bahasa itu dapat dilihat melalui beberapa nama tempat, terutama kota kuno Zeboiim (sbym atau sbyym, bentuk jamak sby, dalam bahasa Ibrani, yang berarti 'gazelle' (semacam kijang), tergantung pada penyuaraannya). Kota Zeboiim, seperti yang akan dibahas pada Bab 4, menandakan dua kota kembar di daerah pesisir Jizan (Gizan) di daerah pantai sebelah Asir selatan. Kedua kota ini kini masih ada dengan nama Sabya (sby) dan Al-Zabyah (zby). Sabya adalah bentuk bahasa Aram yang telah ditambah akhiran. Sedangkan Al-Zabyah adalah bentuk bahasa Arab dari kata yang sama (sby) dengan kata sandang tertentu bahasa Arab yang telah diberi akhiran. Dengan demikian itulah nama-nama tempat itu menghentikan segala proses sejarah.
Suatu hal yang sama pentingnya dengan kesimpulan yang telah saya tarik mengenai identitas nama-nama tempat di Arabia Barat dan di negeri-negeri yang dijangkau Bibel ialah dengan punahnya bahasa Bibel Ibrani sebagai bahasa lisan maka pembacaan kitab-kitab suci Yahudi itu menjadi suatu problema. Bahasa Ibrani, seperti kebanyakan bahasa Semit, ditulis dalam bentuk konsonan dan harus diberi tanda-tanda vokal jika kita hendak memahaminya, seperti sudah saya sebutkan. Suatu kekecualian adalah bahasa Akkadia, yaitu bahasa Mesopotamia kuno, yang tulisan kuneiformnya ditulis menurut suku kata bukan menurut alfabet. Perlu diingatkan bahwa bahasa Ibrani kuno harus dimengerti terlebih dahulu sebelum diberi vokal menggunakan tanda-tanda vokal yang tepat dan dengan menggunakan konsonan-konsonan ganda. Oleh sebab itu, pada permulaan era Achaemenid orang-orang Yahudi Palestina dan Babilonia, karena mereka tidak mengetahui bagaimana tulisan-tulisan Ibrani itu seharusnya dibaca, tampaknya mereka mendasarkan penambahan-penambahan vokal terhadap tulisan-tulisan itu kepada bahasa Aram yang mereka pakai.[20] Di dalam teks-teks yang mereka akui terdapat banyak nama tempat yang berhubungan dengan lokasi-lokasi di Arabia Barat yang asing bagi mereka. Terlebih lagi, di Arabia Barat sendiri, kaum Yahudi pada sekitar tahun 500 S.M. telah mengalami kemunduran, sehingga tidak ada lagi orang-orang yang cukup terpelajar di antara mereka untuk membenarkan sesama kaum Yahudi dari Palestina dan Babilonia dalam tafsiran geografis mereka. Pula, orang-orang Yahudi dari Arabia Barat ini hanya beragama Yahudi saja dan tidak merupakan kelompok etnis ataupun mempunyai pandangan politik orang-orang Israil; dan mereka tidak lagi berbahasa Ibrani kuno, dan dalam waktu yang singkat bahasa mereka berubah menjadi bahasa Arab. Sudah pasti orang-orang Yahudi di Arabia Barat masih mempunyai kenangan mengenai kehidupan mereka yang dahulu sebagai bangsa Israil; [21] akan tetapi menjelang akhir era Achaemenid, hubungan mereka dengan kaum Yahudi lainnya di luar Arabia tidak teratur dan mereka mengalami kesulitan dalam menyampaikan secara efisien apa yang mereka ingat. Pada waktu umat-umat Yahudi Palestina dan Babilonia menetapkan bentuk-bentuk pembacaan Kitab Bibel Ibrani dengan mempergunakan tanda-tanda vokal, yang dimulai pada sekitar abad ke-16 M. (lihat Bab 2), telah lama orang meninggalkan pemakaian bahasa Ibrani atau dialek-dialek bahasa Kanaan lainnya, dan asal mula Yudaisme di Arabia pun telah lama dilupakan.
Faktor lain yang mungkin menyebabkan kaum Yahudi melupakan sejarah mereka di Arabia Barat bersangkutan dengan perkembangan politik di Arabia Barat dan juga di Palestina setelah runtuhnya kerajaan Israil kuno. Di Arabia Barat, kemunduran yang dialami kerajaan Achaemenid yang sudah mulai terlihat pada tahun 400 S.M., mendorong munculnya perkumpulan-perkumpulan politik baru, terutama perkumpulan politik bangsa Minaean (Ma'in), di daerah tempat kerajaan Israil pernah berjaya. Karena tersebar di antara perkumpulan-perkumpulan politik baru ini, yang beberapa di antaranya dibentuk secara politis sebagai kerajaan-kerajaan, kaum-kaum Yahudi Arabia Barat kehilangan sifat nasionalisme mereka. Perkembangan di Palestina agaknya berbeda dengan yang terjadi di Arabia Barat. Sampai pada tahun 330 S.M., penjajahan Alexander Agung telah menghancurkan kerajaan Persia; setelah wafatnya Alexander panglima-panglimanya mendirikan kerajaan-kerajaan baru di daerah yang dahulunya merupakan wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Achaemenid. Salah satu dari kerajaan Hellenis ini adalah kerajaan Ptolemi dengan pusatnya di Mesir yang beribukotakan Alexandria. Satu lagi kerajaan yang terbentuk adalah kerajaan Seleucid, yang akhirnya berpusatkan di daerah Suria dan ibukotanya di Antioch. Penguasaan atas Palestina pada mulanya diperebutkan antara, kerajaan Ptolemi dan Seleucid, dan akhirnya jatuh ke tangan kerajaan Seleucid; akan tetapi kerajaan Ptolemi tidak putus harapan dalam tekadnya untuk menguasai kembali atau mempengaruhi negara itu. Pada abad ke-2 S.M., orang-orang Yahudi Palestina mempergunakan kesempatan yang ada selagi adanya pertikaian atas tanah mereka, dan mereka mengadakan suatu pemberontakan (yang dimulai pada tahun 167 S.M.) dan berhasil memerdekakan negara mereka dari kekuasaan pemerintahan kerajaan Seleucid pada tahun 142 atau 141 S.M. Para pemimpin pemberontakan ini, yang berasal dari perkumpulan kependetaan Hasmonia (Hasmonaean), mengambil alih kekuasaan atas Yerusalem Palestina; di tempat ini terdapat kuil yang pada waktu itu mungkin sudah dianggap kaum Yahudi sedunia sebagai tempat perlindungan yang tersuci. Dengan bergerak melalui serangkaian aksi-aksi militer yang sukses, orang-orang Hasmonia ini juga memperluas wilayah kekuasaan kaum Yahudi di Palestina, sehingga akhirnya tidak hanya seluruh negeri itu saja yang dikuasainya, bahkan juga bagian Selatan Galilee di Utara dan daerah perbukitan sebelah Timur sungai Yordan dan Laut Mati.
Orang-orang Hasmonia ini, pada era mereka, menganggap diri mereka sebagai keturunan sah bangsa Israil kuno, dan kerajaan mereka bertahan sampai pada kedatangan bangsa Rumawi pada tahun 37 S.M., yang menyusun kembali daerah kekuasaan mereka sebagai 'client-kingdomnya' kerajaan Rumawi dengan nama 'Judaea' yang artinya 'tanah kaum Yahudi', dengan Herod Agung (wafat pada tahun 4 S.M.) sebagai raja. Herod ini kemudian memperbaiki kuil Yerusalem Palestina, yang kemudian dihancurkan oleh bangsa Rumawi sewaktu mereka merampok kota itu pada tahun 70 M., dan mengakibatkan tersebarnya penduduk Judaea. Tak lama kemudian, bangsa Rumawi, di bawah pimpinan Hadrian, membangun kembali kota ini dan menamakannya Aelia Capitolina, nama Aelius diambil dari salah satu nama Hadrian. Akan tetapi ada pula kemungkinan bahwa nama ini adalah bentuk Semit dari nama Aelia, yang merupakan nama asli tempat ini sebelum diberi nama Yerusalem, untuk mengingatkan kembali pada kota Yerusalem di Arabia Barat. Aelia, dalam bentuk Semit aslinya dapat berarti 'benteng' (bandingkan dengan kata 'yl dalam bahasa Ibrani, yang berarti kekuatan), walaupun ini belum dapat dipastikan. Namun, yang dapat dipastikan adalah bahwa orang-orang Arab pada zaman dahulu mengenal kota ini bukan dengan nama Yerusalem, melainkan Iliya ('yly') sebelum mereka memanggilnya 'tempat suci', Bayt al-Muqqadas, Bayt al-Maqdis ataupun hanya al-Quds.
Tanpa mempermasalahkan nama asli kota Yerusalem Palestina, kota ini kemudian telah dikenal sebagai kota Yerusalem Daud dan Sulaiman yang asli pada era Hasmonia dan bahkan mungkin jauh sebelumnya. Sama halnya dengan Palestina yang pada waktu yang sama telah dikenal sebagai tanah asal Bibel Ibrani. Dan pada saat itu pun sudah ada anggapan yang kuat bahwa lokasi-lokasi geografis dari cerita-cerita bersejarah dalam Kitab Bibel sebagian besar hanya mencakup bagian Utara dari daerah Timur Dekat, yaitu Mesopotamia Suria dan Mesir, bukan Arabia Barat.
Ada kemungkinan sebuah kerajaan Yahudi di Arabia pada era orang-orang Hasmonia, yaitu kerajaan Himyar di Yaman yang mengalami kemakmuran dari tahun 115 S.M. sampai abad ke-6 M. Dua orang raja Himyar terakhir diketahui sebagai penganut-penganut agama Yahudi, tetapi kesalahan mereka sampai kini belum dapat dijelaskan secara meyakinkan. Tidak ada bukti-bukti bahwa mereka adalah umat Yahudi, seperti apa yang dikatakan oleh tradisi kuno Arab. Sejarawan Flavius Josephus, akan kita bicarakan nanti, sadar akan adanya orang-orang Yahudi kuno di Arabia, tetapi ia tidak memberi penjelasan mengenai hal ini. Orang-orang Hasmonia mungkin sengaja menafsirkan kembali lokasi-lokasi geografis dalam Bibel berkenaan dengan Palestina guna mengesahkan status mereka sebagai orang Yahudi, jika status mereka diragukan oleh para raja Yahudi Arabia di Himyar. Tentu saja ini hanya merupakan sebuah dugaan saja, akan tetapi berkenaan dengan argumentasi saya, hal ini sangat mungkin terjadi.
Apakah adanya sebuah kerajaan Yahudi di Yaman atau tidak, bukanlah hal yang amat penting, tetapi dari kitab Septuaginta, yaitu terjemahan kitab-kitab Yahudi ke dalam bahasa Yunani yang dibuat pada era kerajaan Yunani Kuno dan pada awal era kerajaan Rumawi, jelas terbukli bahwa pada zaman Hasmonia itu Arabia Barat tidak lagi dipandang sebagai tanah asal Kitab Bibel Ibrani. Ini jelas terlihat dalam bagaimana nama-nama topografis Arabia Barat seperti ksdym, nhrym, prt dan msrym, berubah masing-masing menjadi Kaldia (Chaldaean), Mesopotamia, Efrat dan Mesir. [22] Lebih lagi, kita dapat mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk memperkuat dugaan ini melalui gulungan-gulungan kertas dari Laut Mati (Dead Sea scrolls). Di sini kita menemukan suatu karya orang Aram yang mendetil dari sebuah tulisan di dalam Kitab Bibel yang menyebutkan nama-nama tempat di sebelah Utara daerah Timur Dekat.

1. DUNIA YAHUDI KUNO (4/4)

Karena begitu besar kesuksesan politik kaum Yahudi di Palestina, yang berlangsung selama 200 tahun, maka dalam waktu yang singkat saja telah terhapus semua kenangan mengenai tanah Arabia Barat sebagai tanah asal Israil. Josephus, dalam karyanya The Antiquities of the Jews --yang merupakan bangsanya sendiri-- tidak lama setelah tahun 70 M., menganggap Palestina adalah tanah asal mereka, dan sejak waktu itu tidak ada yang menyimpang dari dugaan ini yang agaknya memang masuk akal. Berabad-abad kaum Yahudi dan Kristen yang berziarah mengikuti jejak pengembaraan para nabi dan nenek moyang Israil mereka melintasi tanah bagian Utara Timur Dekat, antara sungai Furat dan sungai Nil, dan mengenali lokasi-lokasi bersejarah menurut Bibel dengan kota-kota atau reruntuhan di Palestina. Saat ini arkeologi Bibel didasarkan pada daerah yang sama, dan para sejarawan masih melanjutkan penelitian mereka terhadap sejarah dunia Bibel pada zaman Bibel --yang bertentangan dengan sejarah kaum Yahudi, di Palestina dan bukan di Arabia Barat.
Sebagai akibat, jika seseorang meneliti kembali kepustakaan yang telah dibuat oleh para sarjana dan ahli-ahli purbakala dalam 100 tahun belakangan ini, kita sadar akan adanya suatu ironi: beberapa teks Bibel Ibrani tetap diperdebatkan, namun geografinya tidak diganggu gugat lagi. Jadi kenyataannya, biarpun daerah Utara wilayah Timur Dekat telah diselidiki dengan seksama oleh serangkaian generasi ahli-ahli purbakala, dan setelah adanya penemuan, penelitian dan penanggalan atas peninggalan-peninggalan dari berbagai peradaban yang telah dilupakan, belum ada bukti yang jelas yang diketemukan yang berhubungan langsung dengan sejarah dunia Bibel.[24] Lagi pula dari ribuan nama tempat yang tertera dalam Kitab Bibel Ibrani, hanya beberapa di antaranya yang secara linguistik dapat diidentifikasikan. Ini sangatlah luar biasa, mengingat nama-nama tempat di sana, seperti di seluruh Suria, selama sebagian besar zaman kuno adalah dalam bentuk bahasa Kanaan dan Aram dan bukan dalam bentuk bahasa Arab. Bahkan dalam beberapa kasus tempat-tempat di Palestina memakai nama-nama menurut Bibel, koordinat tempat-tempat tersebut menurut perhitungan jarak atau letaknya pun tidak cocok dengan lokasi-lokasi di Palestina. Sebuah kejadian yang patut diperhatikan berkenaan dengan Beersheba di Palestina (lihat Bab 4), sebuah kota yang namanya terkemuka di dalam kisah-kisah kitab Kejadian, dan karena itu asal mula kota ini mestinya paling tidak dari akhir Zaman Perunggu, tempat penggalian arkeologis menemukan persis di tempat itu barang-barang kuno yang bertanggal paling tidak dari akhir periode kerajaan Rumawi.
Karena seluruh sejarah Timur Dekat kuno sebagian besar diselidiki berhubungan dengan penelitian atas Bibel Ibrani, maka sejarah ini sampai sekarang masih banyak mengandung ketidakpastian, seperti halnya dengan 'Ilmu Pengetahuan Bibel' modern. Catatan-catatan kuno Mesir dan Mesopotamia, jika dibaca dengan bantuan teks-teks Kitab Bibel yang kiasan-kiasan topografisnya dianggap berhubungan dengan Palestina, Suria, Mesir atau Mesopotamia, telah secara teliti disesuaikan dengan prasangka-prasangka para ahli sejarah Kitab Bibel. Cara yang sama seperti itu juga diterapkan dalam penterjemahan catatan-catatan kuno (seperti catatan-catatan kuno dari Ibla, di sebelah utara Suria), yang oleh para arkeolog masih ditemukan di negara-negara di Timur Dekat. Bangsa-bangsa kuno Timur Dekat seperti bangsa Filistin, bangsa Kanaan, bangsa Aram, bangsa Amorite, bangsa Horite, bangsa Hittit (berbeda dengan bangsa kuno dari Suria Utara dengan nama yang sama) dan bangsa-bangsa lainnya, tanpa adanya bukti-bukti yang kuat telah ditentukan secara geografis pada daerah-daerah yang bukan merupakan wilayah-wilayah mereka. Lebih lagi, sejumlah bangsa ini, yang namanya berasal dari teks-teks Bibel, di tentukan secara tidak benar sebagai pemakai bahasa-bahasa yang sebenarnya tidak mereka pakai, atau sebaliknya. Sarjana-sarjana modern tetap bersikeras, misalnya, bahwa bangsa Filistin dalam Bibel merupakan orang-orang laut 'non-Semit' yang misterius, dan hal ini sangatlah aneh mengingat bahwa nama-nama kepala suku dan bahwa dewa mereka, Dagon, (dgn, yang berarti 'jagung, padi') di dalam teks-teks Bibel adalah nama-nama 'Semit' (yang jelas merupakan nama-nama Ibrani).
Walaupun banyak masalah seperti di atas yang masih kurang jelas dan masih dapat diperdebatkan, namun ada dua hal yang sudah dapat dipastikan. Pertama, belum diketemukan bukti-bukti mengenai asal mulanya orang-orang Iberani di Mesopotamia dan dugaan mengenai adanya migrasi orang-orang ini dari Mesopotamia menuju ke Palestina dengan jalan melewati Suria Utara. Kedua, sampai kini belum ada tanda-tanda yang ditemukan mengenai adanya tawanan orang-orang Israil di Mesir, walaupun pernah adanya dalam sejarah, suatu emigrasi besar-besaran orang-orang Israil dari Mesir. [25] Kita juga dapat mencatat, secara sepintas, bahwa para ahli Bibel itu masih memperdebatkan masalah keluarnya kaum Israil dari Mesir menuju ke Palestina melewati Sinai yang belum terbukti secara memuaskan (mengenai hal ini, lihat observasi terhadap Gunung Horeb, Bab 2).
Dengan penemuan-penemuan yang telah saya dapati, ini bukanlah suatu hal yang mengagetkan. Para ahli Bibel telah mencari bukti-bukti di tempat yang salah. Mereka menganggap geografi Bibel Ibrani benar dan meragukan kebenarannya sebagai kitab sejarah. Menurut hemat saya, cara yang lebih produktif ialah dengan membenarkan isi sejarah Bibel Ibrani dan meragukan isi geografinya, seperti yang telah saya lakukan pada halaman-halaman yang berikut. Di antara golongan-golongan orang Timur Dekat, nampaknya hanya kaum Israil saja yang mempunyai kesadaran tajam akan sejarah, atau setidak-tidaknya merupakan satu-satunya yang memahami dan menceritakan sejarah mereka secara lengkap dan mudah dimengerti. Kitab-kitab suci mereka, pada hakekatnya merupakan potret diri bersejarah yang digambarkan secara jelas dan mendetil. Memang benar bahwa kisah-kisah dalam kitab Kejadian lebih bersifat proto-historikal daripada historikal, dan lebih merupakan catatan-catatan tentang orang Israil dan anggapan mereka sebagai bangsa itu daripada tentang asal mula mereka. Tapi tidaklah mustahil bahwa leluhur Ibrani orang-orang Israil itu pada suatu waktu berasal dari sebuah suku yang terperangkap dan dipaksa kerja di suatu tempat yang bernama msrym --yang mungkin bukan Mesir; kalau mereka mengadakan migrasi besar-besaran dari tempat itu, di bawah seorang pemimpin yang bernama Musa yang mengatur mereka dalam suatu kelompok keagamaan dan memberi mereka hukum-hukum yang harus diperhatikan oleh mereka; kalau mereka melintasi sebuah tempat yang bernama h-yrdn --yang mungkin bukan sungai Yordan-- di bawah pimpinan seseorang yang bernama Yosua, untuk menetap di suatu tempat dan di situ mereka akhirnya mencapai suatu penguasaan politik atas daerah itu; kalau mereka tinggal di sana untuk beberapa waktu sebagai suatu konfederasi yang longgar dari suku-suku di bawah pimpinan kepala-kepala suku yang disebut 'Hakim-hakim', dan terus menerus berperang dengan suku-suku dan kelompok-kelompok lain yang tinggal di antara mereka, kalau mereka pada akhirnya tersusun secara politis menjadi sebuah 'kerajaan' di bawah pimpinan Saul; kalau kerajaan ini dikembangkan dan diberi suatu penyusunan dasar oleh Daud, yang selain seorang prajurit yang ulung juga merupakan seorang penyair, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah Sulaiman anak Daud, seseorang yang terkenal akan kearifan dan kepandaiannya. Memang semestinya jika tidak ada orang yang meragukan bahwa seluruh sejarah Israil, setelah wafatnya Sulaiman, berjalan seperti yang tertulis dalam Kitab Bibel Ibrani. Tetapi jika kita menganggap bahwa segenap kejadian dalam sejarah ini berlangsung di Palestina, dan mempelajari Bibel menurut anggapan ini, maka akan timbul kebingungan dan sejumlah pertanyaan yang tak mampu terjawab akan tak terhitung lagi banyaknya. Kalau saja kita menggeser geografi dalam Bibel dari Palestina ke Arabia Barat, maka tidak banyak kesukaran yang akan tersisa. Kalau kita menimbang kembali catatan-catatan kuno Mesir, Babilonia dan Suria menurut konteks geografi ini, maka semuanya akan cocok pada tempat mereka. Panorama sejarah dalam Bibel Ibrani yang sendirinya menceritakan kisah lengkap sebuah bangsa Timur Dekat, menjadi petunjuk terhadap penyelesaian teka-teki rumit sejarah Timur Dekat kuno,[26] dan bukan panorama sejarah itu sendiri yang merupakan sebuah teka teki yang rumit.
Seluruh argumentasi dalam bab pengenalan ini berpusat pada dalil yang menyatakan bahwa tanah asal Israil dan tanah kelahiran Yudaisme adalah Arabia Barat, bukan Palestina. Dalam buku ini contoh teks-teks dari Kitab Bibel akan diuraikan dengan cara menyelidiki nama-nama tempat secara toponimis guna membuktikan kebenaran dalil ini --suatu fakta yang semoga sewaktu-waktu akan dapat diperkuat oleh penemuan-penemuan arkeologis pada lokasi-lokasi tersebut. Secara ideal, seluruh teks Bibel Ibrani seharusnya diuraikan dengan cara yang sama seperti di atas, akan tetapi ini memerlukan jangka waktu yang sangat lama sekali. Andaikata para pembaca bingung dengan apa yang dikatakan oleh buku ini, perlu dijelaskan bahwa walaupun Bibel Ibrani menceritakan sejarah orang-orang Israil kuno di Arabia Barat, bukan berarti agama Yahudi tidak mempunyai dasarnya di Palestina, karena sebenarnya dasarnya adalah di sana. Kitab Bibel Ibrani yang ditulis di Arabia Barat lebih banyak berkenaan dengan urusan-urusan kaum Israil di daerah itu, dan bukan dengan kaum Yahudi di tempat-tempat lain.
Seperti yang telah dikatakan tadi, ada petunjuk-petunjuk dari Kitab Bibel mengenai tumbuhnya sebuah pemukiman Yahudi yang kuat di Palestina yang dimulai pada sekitar abad ke-10 S.M. Ada pula bukti-bukti yang berupa dokumentasi-dokumentasi yang didapat dari luar Bibel Ibrani yang membuktikan adanya orang-orang Yahudi di negara-negara Timur Dekat --seperti daerah Utara Mesir[27]-- sejak zaman kuno. Teks-teks kanonik Bibel Ibrani, yang mereka membicarakan cukup mendetil tentang orang-orang Yahudi di luar Arabia Barat, hanya melakukannya sehubungan dengan penawanan orang-orang Israil oleh kerajaan Babilonia. Rekonstruksi sejarah Yahudi yang mula-mula di Palestina tidak mungkin didapat melalui teks-teks ini, ataupun melalui catatan-catatan lain yang ada sampai sekarang.

2. MASALAH METODE

Dalam mempelajari sesuatu kita harus belajar melupakan; didalam bidang penyelidikan Kitab Bibel ini sangat mutlak. Karena bahasa yang dipakai dalam Bibel Ibrani telah lama tidak dipergunakan lagi, beberapa waktu setelah abad ke-6 atau ke-5 S.M., maka tidak mungkin kita mengetahui pengucapan serta pemberian tanda vokal aslinya seperti yang dipergunakan orang-orang dahulu itu. Kita pun tidak mengetahui apa-apa tentang orthografi, tatabahasa, sintaksis serta langgam suaranya. Perbendaharaan kata di Kitab Bibel Ibrani yang kita ketahui sangat terbatas pada kata-kata yang tertera dalam teks-teks Kitab Bibel itu.
Memang benar, bahasa Ibrani para rabbi (pendeta Yahudi) telah memperlengkapi kita dengan perbendaharaan kata dari Bibel Ibrani yang sebagian didasarkan pada perbendaharaan kata kuno Kitab Bibel dan sebagian lagi dipinjam dari bahasa Aram dan bahasa-bahasa lain. Akan tetapi kita harus mengingat bahwa bahasa Ibrani para rabbi Yahudi itu bukanlah suatu bahasa lisan; bahasa ini merupakan suatu bahasa kesarjanaan saja. Lagi pula, banyak kata di dalam Kitab Bibel yang hanya timbul sekali atau dua kali saja sehingga arti kata-kata itu masih dapat diperdebatkan.[1] Oleh sebab itu, untuk membaca dan mengerti Bibel Ibrani kita harus melakukannya menurut tradisi para pendeta Yahudi atau dengan cara mempelajari bahasa-bahasa Semit lainnya yang masih dipakai. Saya telah memakai cara yang kedua, mendasarkan penafsiran saya pada bahasa Arab, dan dalam beberapa hal pada bahasa Suryani, yang merupakan bentuk modern bahasa Aram kuno. Pendeknya, saya telah memperlakukan bahasa Ibrani sebagai bahasa yang sebenarnya sudah tak dikenal lagi dan yang perlu diungkapkan kembali, bukan lagi sebagai bahasa yang teka-teki dasarnya telah dipecahkan.
Berkat kejujuran kesarjanaan kaum Masoret atau tradisional Yahudi, teks-teks dalam bentuk konsonan Bibel Ibrani itu telah diturunkan kepada kita dari zaman kuno dalam keadaan yang hampir dalam keadaan utuh. Sayang, sarjana-sarjana modern jarang yang menghargai hal ini. Seringkali, bila mereka gagal dalam memahami sebuah kutipan dari Kitab Bibel, karena prasangka-prasangka terhadap konteks geografisnya, mereka dengan salah menganggap bahwa teks-teks itu telah diubah, seperti halnya seorang pekerja yang tidak terampil menyalahkan alat-alatnya. Memang benar, beberapa kitab dalam Bibel Ibrani itu merupakan kumpulan sumber naskah yang lebih tua dan yang telah disusun kembali. Ini tidak diragukan lagi. Tetapi mungkin saja berbagai kitab teks Bibel kanonik yang ada pada kita, telah dalam bentuknya yang sekarang ini sebelum runtuhnya kerajaan Israil, yaitu paling lambat pada abad ke-5 atau ke-6 S.M. Dugaan ini timbul dengan adanya kenyataan bahwa Bibel Ibrani telah diterjemahkan secara keseluruhan ke dalam bahasa Aram (kitab-kitab Targum) pada zaman Achaemenid, dan ke dalam bahasa Yunani (kitab Septuaginta) pada awal periode Hellenis. Gulungan kertas Laut Mati, yang telah begitu banyak menarik perhatian dalam dasawarsa belakangan ini, jauh lebih muda dibandingkan dengan kedua terjemahan itu. Oleh sebab itu gulungan kertas Laut Mati mungkin dapat berguna dalam studi mengenai agama Yahudi Palestina pada zaman Rumawi; akan tetapi tidak akan dapat banyak menolong dalam pemecahan teka-teki Kitab Bibel Ibrani.
Kita kini mengetahui bahwa Bibel Ibrani yang mula-mula ditulis dalam bentuk konsonan. Kemudian diberi vokal, dengan mempergunakan tanda-tanda vokal khusus, oleh kaum Masoret Palestina dan Babilonia antara abad ke-6 dan ke-9 atau ke-10 tahun Masehi. Dengan kata lain, mereka yang melakukan ini sebenarnya menyusun kembali sebuah bahasa yang telah tidak dipergunakan lagi selama seribu tahun atau lebih. Kaum Masoret ini apakah mereka berbahasa Aram atau tidak, melakukan tugas mereka dengan seluruh pengetahuan yang mereka miliki. Karena mereka menghormati Bibel sebagai kitab suci, maka dapat dipastikan bahwa mereka berhati-hati agar tidak mengubahnya, dan membiarkan teks konsonannya seperti apa adanya, sekalipun mereka menemukan sebuah kutipan yang menurut mereka tidak masuk akal. Mereka hanya mencatat bilamana ada atau sepertinya ada kejanggalan-kejanggalan dalam ejaan atau tata bahasa, dan tampaknya tidak ada usaha-usaha yang disengaja untuk membetulkan kejanggalan-kejanggalan itu. Ironisnya, jika para ahli Bibel modern berhati-hati seperti halnya para leluhur Masoret mereka, maka Ilmu Pengetahuan Bibel modern tidak akan membingungkan seperti sekarang ini, dan proses mempelajari yang sebenarnya bidang ini tidak perlu begitu banyak melupakan apa yang telah diketahui.
Teks-teks suci, pada umumnya, dipelihara dalam bentuk aslinya oleh mereka yang taat dan setia dalam agama apa pun, sehingga hampir tidak berubah. Diturunkan melalui tradisi, seperti halnya teks-teks suci, nama-nama tempat juga jarang berubah, paling tidak dalam struktur dasarnya, beberapa pun lamanya proses penurunan ini berlangsung. Jarang sekali nama-nama itu diubah, akan tetapi jika ini terjadi, nama-nama tua itu tetap dikenang oleh masyarakat, dan lebih sering dipergunakan kembali pada suatu saat.
Bertahannya nama-nama tempat inilah yang memungkinkan saya untuk melakukan suatu analisa toponimis, dan terkadang memberi lebih banyak informasi mengenai geografi Bibel Ibrani daripada yang dapat kita peroleh melalui arkeologi. Dalam hal-hal tertentu, studi mengenai nama-nama tempat dan arkeologi mempunyai tujuan yang sama kecuali dalam satu perbedaan yang penting. Kalau penemuan-penemuan arkeologis itu bisu, jika terdapat inskripsi-inskripsi apa pun adanya, maka nama-nama tempat dapat berbicara dengan jelas. Maksud saya, bukan hanya memberitahu kita apa sebenarnya nama-nama tempat itu, bagaimana diucapkan, apa arti dan dari bahasa atau jenis bahasa mana asalnya. Tanpa adanya inskripsi, penemuan-penemuan arkeologi sangatlah sulit untuk ditafsirkan, begitu sulitnya sampai-sampai pertengkaran di antara para arkeolog, mengenai arti sejarah suatu penemuan tertentu, seringkali memburuk menjadi permusuhan pribadi. Walaupun nama-nama tempat tidak memberikan informasi sebanyak yang dihasilkan oleh penggalian-penggalian arkeologis, namun apa yang diberikan paling tidak merupakan suatu kepastian yang relatif atau mutlak.
Saya akan mengemukakan sebuah contoh. Kalau seseorang menemukan sekelompok nama-nama tempat di Arabia Barat yang berasal dari sebuah bahasa yang bentuk konsonannya sama dengan bahasa Yahudi yang dipakai dalam Bibel atau bahasa Aram yang dipakai dalam Bibel, maka orang itu dapat menyimpulkan bahwa bahasa-bahasa yang sama atau serupa dengan bahasa Aram atau Yahudi Bibel pernah dipergunakan di Arabia Barat, meskipun bahasa Arablah yang merupakan bahasa sehari-hari di sana selama 2000 tahun. Kalau dapat lebih jauh lagi dibuktikan bahwa nama-nama tempat menurut Bibel, apa pun asal linguistiknya, terdapat pula di Arabia Barat yang sampai kini masih ada, sedangkan hanya sedikit yang tertinggal di Palestina, maka dapat dimaklumi jika kita bertanya: apakah Bibel Ibrani lebih merupakan catatan mengenai perkembangan sejarah di Arabia Barat daripada di Palestina?
Dalam suatu usaha untuk menjawab pertanyaan itu, strategi yang saya pergunakan pada halaman-halaman berikutnya adalah dengan membandingkan sekelompok nama-nama tempat Semit kuno, yang dalam Kitab Bibel ditulis dalam ejaan Ibrani, dengan nama-nama tempat yang benar-benar ada di Asir dan selatan Hijaz, yang oleh kamus-kamus geografi Arab Saudi modern ditulis dalam ejaan Arab. Kira-kira sudah 3000 tahun waktu yang memisahkan bentuk Bibel itu dari nama-nama tempat ini dengan persamaannya yang kini masih ada. Ini merupakan jangka waktu yang sangat lama, lebih dari satu pergeseran bahasa yang mestinya terjadi di daerah-daerah di Timur Dekat, apalagi dengan adanya peralihan dialek-dialek pada setiap tahap. Maka dari itu, bagi saya yang mengherankan adalah bukan kenyataan bahwa nama-nama tempat menurut Bibel telah mengalami perubahan; tetapi bahwasanya nama-nama itu tetap ada dalam bentuk Arab yang mudah dikenali.
Adalah wajar jika nama-nama tempat menurut Bibel di Arabia Barat telah mengalami perubahan pada fonologi dan morfologinya, setelah hampir 3000 tahun. Pada awal buku ini, sebuah catatan yang berjudul 'Perubahan bentuk Konsonan, menunjukkan bagaimana konsonan-konsonan tertentu dalam bahasa Ibrani dapat menjadi konsonan-konsonan lain dalam bahasa Arab dan sebaliknya. Catatan yang sama memperlihatkan pula seringnya terjadi metatesis (pindahnya huruf-huruf konsonan dalam suatu kata) antara bahasa-bahasa Semit dan bahkan antara dialek-dialek dalam bahasa yang sama. Sebagai tambahan dari perubahan yang disebabkan oleh peralihan-peralihan bahasa dan dialek-dialek ini, kita perlu memperhatikan pula distorsi yang disebabkan oleh ditulisnya nama-nama tempat tersebut dalam bahasa Ibrani Bibel dan dalam bahasa Arab modern.
Bahasa tulisan (dengan cara menggunakan huruf-huruf abjad atau dengan cara lain) hanya dapat mengira-ngira saja fonetik dari sebuah percakapan saja. Inilah sebabnya mengapa para ahli bahasa berpaling pada penggunaan begitu banyak simbol-simbol yang bukan abjad dalam pekerjaan mereka, karena mereka tahu benar bahwa simbol-simbol yang ruwet ini pun tidak dapat mewakili dengan akurat bunyi-bunyi yang sebenarnya.
Bagaimana nama-nama tempat, yang ada dalam bab ini dan ditempat lain sebenarnya diucapkan pada zaman Bibel, tidak dapat diketahui. Untuk mengetahui persis bagaimana diucapkan sekarang akan memerlukan penelitian lapangan yang sangat luas. Akan tetapi dalam memperbandingkan bentuk-bentuk tertulis nama-nama ini, baik dalam bahasa Ibrani Bibel maupun dalam bahasa Arab modern, kita harus mengingat tabiat abjad Semit itu. Pada mulanya abjad ini mengenal tidak lebih dari 22 konsonan (termasuk glottal stop yang menurut bahasa-bahasa Semit merupakan sebuah konsonan, dan dua buah semi-vokal, yaitu w dan y), walaupun bahasa lisan Semit yang sebenarnya sejak dahulu memakai lebih dari ini. Dalam bahasa Ibrani yang dipakai para rabbi Yahudi, sebuah konsonan tambahan ditambahkan pada abjad aslinya dengan cara memberi titik pada huruf sin, yang dapat disuarakan sebagai s atau s (dengan topi atas). Maka (s) mewakili huruf s, dan v menandakan s (dengan topi atas). Bahasa Arab, yang meminjam tulisannya dari bahasa Semit lainnya, menggunakan 22 abjad dasar mereka, pada awalnya. Tetapi lama kelamaan enam huruf lagi ditambahkan pada huruf-huruf yang telah ada. Maka t (ta') diberi satu lagi titik menjadi huruf t (tsa'); h (ha) diberi titik menjadi huruf h (kho'); d (dal) diberi titik menjadi huruf d (dzal); s (shod) diberi titik menjadi huruf s (dlod); t (tho') diberi titik menjadi huruf z (dho'); dan 'ayn (ain) diberi titik menjadi huruf g (ghoin) (lihat 'Kunci Transliterasi bahasa Ibrani dan Arab' pada awal buku ini). Dalam keenam contoh di atas, huruf-huruf baru yang ditambahkan ini mewakili konsonan-konsonan yang secara fonologis berhubungan dengan konsonan-konsonan yang diwakili oleh huruf-huruf yang lama.
Maka, dalam bahasa Arab, seperti yang tertulis aslinya, tidak semua konsonan yang terdengar dalam percakapan mempunyai huruf tersendiri dalam abjad untuk mewakili mereka. Saya yakin bahwa begitu juga halnya dengan bahasa Ibrani Bibel, yang dalam bahasa lisan dalam berbagai dialeknya mestinya terdapat konsonan-konsonan yang dalam tulisan diwakili oleh huruf-huruf yang mewakili konsonan lain. Contohnya, tidak ada alasan untuk menganggap pemakai bahasa Ibrani di Arabia Barat atau ditempat lain untuk tidak mengucapkan h maupun h yang masih saling berhubungan, sambil menggunakan h untuk mewakili kedua konsonan itu di dalam tulisan. Dalam pengucapan bahasa Ibrani rabbi (yang mencerminkan pengaruh bahasa Aram), b dapat diucapkan sebagai b dan v; g sebagai g dan g (dengan titik di atas); k sebagai k dan h; sebagai p dan p (atau f); t sebagai t dan t. Ada kemungkinan besar para pemakai bahasa Ibrani kuno (paling tidak dalam beberapa dialek) juga mengucapkan konsonan-konsonan seperti d, d dan z yang tidak mempunyai huruf-huruf yang mewakili mereka dalam abjad Ibrani.
Bagaimana pemakai-pemakai bahasa Ibrani kuno dapat membedakan dalam percakapan antara s (s, atau sin) dan s (j, atau samek) adalah suatu pernyataan yang bagus sekali. Kemungkinan, s mewakili sebuah gabungan bunyi s, s dan z.
Mengingat semua ini, persamaan antara pengucapan nama-nama tempat di Arabia Barat dalam bahasa Ibrani kuno dan bentuk Arab modern mungkin lebih dekat daripada yang kita duga. Sebuah studi lapangan secara mendalam mengenai bagaimana nama-nama Arab itu sebenarnya diucapkan sekarang ini pasti akan dapat membantu memecahkan persoalan ini. Namun yang sudah pasti ialah bahwa abjad Arab, dengan enam buah huruf tambahannya, telah diperlengkapi untuk menghasilkan perkiraan yang lebih dekat kepada bentuk asli konsonan nama-nama itu daripada abjad Ibrani.
Sudah tentu, suatu persesuaian yang dapat diperlihatkan antara nama-nama tempat Bibel dengan nama-nama tempat di Arabia sendiri tidak akan cukup untuk membuktikan bahwa Arabia Barat adalah tanah asal Kitab Bibel Ibrani. Pertama-tama kita harus memastikan bahwa persetujuan toponimis yang sama tidak terdapat di daerah-daerah lain di jazirah Arabia atau di bagian-bagian lain di Timur Dekat. Kalau hal ini sudah dapat dipastikan, kita harus mencoba untuk mengetahui benar tidaknya koordinat-koordinat dalam Bibel yang diberikan kepada tempat-tempat yang kini masih ada, atau yang sepertinya masih ada di Arabia, cocok dengan tempat-tempat pasangannya di Arabia Barat. Dengan kata lain, jika kita mengenali sebuah tempat di Arabia Barat yang namanya sepertinya cocok dengan Beer-lahai-roi (b'r lhy r'y) dalam Bibel, kita harus kemudian menentukan apakah tempat ini terletak di sebuah jalan yang menuju ke suatu tempat yang bernama Shur (swr), antara sebuah tempat yang bernama Kadesh (qds) dan sebuah lagi yang bernama Bered (brd) (lihat Kejadian 16:7, 14). [2] Dari sini, kita dapat menyerahkan prosedur selanjutnya pada arkeologi, yang akan mencoba untuk menentukan apakah lokasi di Arabia Barat yang namanya diambil dari Kitab Bibel itu mungkin dihuni pada periode Bibel itu layak, dan dengan kebudayaan materi apa tempat ini diasosiasikan. Karya yang sekarang ini hampir seluruhnya berdasarkan toponimik. Tetapi sebelum tesis ini kemajuan-kemajuannya dapat dipandang sebagai pasti, kita harus dapat menganggap bahwa arkeologi perlu memastikan penemuan-penemuan itu yang telah dijadikan dasar arkeologi itu.
Sebagai tambahan pada arkeologi, ada cara-cara lain untuk memastikan benar tidaknya sejarah Bibel itu berlangsung di Arabia Barat dan bukan di Palestina. Hal-hal yang berhubungan dengan topografi, geologi dan mineral, hidrologi, flora dan fauna perlu diperhatikan. Dengan kata lain, jika seseorang menemukan sebuah sungai atau anak sungai di Arabia Barat yang bernama Pishon, misalnya kemungkinan besar sungai itu bukan sungai Pishon dalam Kitab Bibel kecuali jika mengelilingi suatu daerah tempat emas dapat diketemukan, atau yang pada zaman dahulu terdapat emas (lihat Kejadian 2:11-12). Suatu tanda kepastian bahwa kota-kota dalam Bibel Sodom dan Gomorrah tidak mungkin merupakan kota-kota kuno di kawasan Laut Mati, karena di daerah itu tidak terdapat sebuah gunung berapi yang dahulunya menghancurkan kota-kota tersebut (lihat Kejadian 19:24-28). Jika seseorang menemukan sebuah kota yang bernama Sodom dan Gomorrah di Arabia Barat, orang itu harus mencari sebuah gunung berapi atau mencari puing-puing vulkanis di sekitar daerah itu. Begitu pula, jika istana Sulaiman terbuat dari 'batu-batu mahal' yang 'dipahat menurut ukuran, digergaji dengan menggunakan gergaji, dari depan dan belakang', dan ada pula 'batu-batu besar, batu-batu yang besarnya delapan sampai sepuluh hasta' (1 Raja-raja 7:9-10), bahan bangunan tersebut tidak mungkin batu kapur Palestina biasa. Batu itu kemungkinan adalah batu granit, yang masih dapat ditemukan dan digali di Arabia Barat. Bahan yang sama mestinya dipergunakan untuk mendirikan bangunan di sekeliling tembok-tembok kuil Sulaiman, mengingat bahwa bangunan ini terbuat dari batu 'yang telah disiapkan di penggalian', sehingga 'tak kedengaran palu atau kapak selama masa pembangunannya' (1 Raja-raja 6:7).[3] Walaupun kata 'salju' atau slg dalam Bibel Ibrani kadang-kadang berarti tumbuhan soapwort (bukan tumbuhan Saponaria officinalis, tetapi mungkin tumbuhan Gypsophila arabica, lihat Catatan 1), [4] dan terkadang berarti salju yang sebenarnya. Jika keadaannya begitu, maka kita harus memastikan adanya salju yang turun dan menetap di pegunungan Arabia Barat --dan kenyataannya memang demikian-- sebelum memulai menduga bahwa tanah asal Bibel Ibrani itu terletak di sana.[5] Minyak yang disebutkan dalam Kitab Bibel mungkin saja minyak wijen dan bukan minyak zaitun, mengingat bahwa wijen sampai kini merupakan produk utama daerah Asir. Namun kenyataan bahwa tumbuhan zaitun liar masih tumbuh di Arabia Barat, menunjukkan bahwa buah zaitun yang tertera di dalam Kitab Bibel mungkin saja dibudidayakan di sana pada zaman dahulu, bersamaan dengan tumbuhan tin, buah badam, delima dan anggur, yang semua tertulis dalam Bibel Ibrani dan masih tetap dibudidayakan di sana sampai kini. Pula, buah zaitun masih dapat ditemukan pada dua bagian jazirah Arab, di sebelah Utara Hijaz dan di Oman. Oleh sebab itu, agaknya masih masuk di akal jika kita menganggap bahwa minyak yang disebut-sebut di dalam Kitab Bibel adalah minyak Zaitun, bukan minyak wijen. Dalam Imamat 11:29, 'kadal besar' (sb) termasuk dalam kelompok reptil-reptil yang diharamkan untuk dimakan. 'Kadal monitor' atau bengkarung dari Palestina dan Sinai disebut waral (wrl) atau waran (wrn). Sb yang tertera dalam Kitab Bibel sudah pasti adalah biawak gurun pasir Arabia atau dabb (db).[6] Namun walaupun Bibel Ibrani berbicara mengenai berbagai jenis burung, kitab ini samasekali tidak pernah menyebut-nyebut tentang ayam maupun angsa. Menurut ahli geografi kuno Strabo (16:4:2), daerah-daerah Arabia di seberang Laut Merah dari Etiopia aneh karena di sana terdapat 'burung-burung ... dari semua jenis, kecuali angsa dan keluarga gallinaceous'.
Semua ini membuktikan perlunya untuk mempertimbangkan kembali lokasi geografis tanah asal Kitab Bibel, terlebih lagi karena semuanya mendukung bukti-bukti lain yang relevan.
Kembali pada ilmu toponimik, yang menjadi dasar buku ini, perlu diperhatikan bahwa sebuah pengenalan secara benar atas nama-nama tempat menurut Bibel dapat memperdalam dan terkadang mengubah samasekali pengetahuan yang ada tentang bahasa Ibrani. Bagi bahasa Ibrani Bibel, nama-nama tempat, jika diperlakukan sebagai sebuah bahasa yang hendak dibaca dan dimengerti, sifatnya mirip dengan nama-nama keningratan atau kedewaan pada tulisan-tulisan pajangan pada zaman Mesir kuno, yang memberi petunjuk untuk membaca dan mengerti sebuah bahasa yang telah mati.[7] Kalau kita nmengakui nama-nama tempat menurut Bibel dalam bentuk yang telah ada, maka seluruh sebutan yang membawa nama tersebut akan mengungkapkan misterinya sehingga dapat dimengerti. Kenyataannya adalah bahwa banyak kata biasa (kata-kata kerja, nama-nama benda, kata-kata tambahan dan kata-kata sifat, terkadang dengan kata depan b, l atau m) yang secara tradisional telah dibaca dengan salah dalam konteks Bibel mereka sebagai nama-nama tempat. Sebaliknya, sudah tidak terhitung lagi banyaknya nama-nama tempat menurut Bibel, yang tidak diduga sebagai nama-nama tempat, dianggap sebagai kata-kata kerja, kata-kata benda, kata-kata tambahan atau sebagai kata-kata sifat. Perbedaan yang benar antara sesuatu yang sebenarnya merupakan sebuah nama tempat dan yang bukan dalam teks Bibel dapat membuat banyak pembacaan tradisional (dan tentunya juga penterjemahan-penterjemahan standar) kacau.
Catatan-catatan Mesir dan Mesopotamia kuno, jika pembacaan atas mereka dipertimbangkan kembali (seperti yang seharusnya, lihat Bab 1), dapat banyak membantu dalam mengungkapkan letak geografi Bibel. Dalam catatan-catatan itu, nama-nama tempat lainnya masih ada di Arabia Barat. Yang juga sangat membantu adalah karya-karya para sejarawan dan ahli-ahli geografi dari zaman Klasik. Dalam Bab sebelumnya, bukti-bukti yang didapat dari karya Herodotus disebutkan berhubungan dengan emigrasi orang-orang Filistin dan Kanaan dari Arabia Barat menuju ke pantai Suria; dalam Bab 4, bukti-bukti dari geografi Strabo akan dipergunakan untuk mengenali lokasi persis kota Beersheba di Arabia Barat, yang berbeda dengan kota Beersheba di Palestina. Apa yang terdapat di dalam Qur'an mengenai hal-hal yang berhubungan dengan geografi dan sejarah dalam Bibel, yang ternyata sangat banyak, harus benar-benar diperhatikan pula, tetapi kenyataannya belum begitu sampai sekarang.
Teks Qur'an dikumpulkan pada waktu yang hampir bersamaan dengan saat kaum Masoret memulai memberi vokal dan membanding-bandingkan secara teliti teks-teks Kitab Bibel Ibrani. Menurut tradisi Islam, edisi Qur'an yang terakhir, yang seperti ada pada kita sekarang, dibuat pada zaman kekuasaan Khalifah Usman, atau antara tahun 644 dan 655 M. Bilamana kitab suci ini membicarakan mengenai para leluhur Ibrani, tentang Israil, atau mengenai para nabi kaum Yahudi, Qur'an menyebut beberapa nama tempat yang dapat dipastikan berasal dari Arabia Barat. Persamaan antara nama-nama tempat di dalam Qur'an pada suatu konteks, dengan nama-nama tempat di dalam Bibel dalam konteks yang sama, kadang-kadang sangat menarik. Contohnya, bilamana Bibel menyebut nama sebuah gunung di Arabia Barat, Qur'an sebaliknya tidak, tetapi menurut Qur'an nama itu merupakan nama sebuah lembah, kota atau suatu lokasi lain di daerah yang sama. Maka Nabi Musa, menurut Kitab Injil (Keluaran 3:1f), dipanggil oleh malaikat Yahweh dari sebuah belukar yang bernyala-nyala di Gunung Horeb (hrb). Menurut Qur'an (20:12, 79:16), panggilan terhadap Nabi Musa tersebut terjadi di 'lembah suci' Tuwa (tw). Sampai saat ini Gunung Horeb dalam Bibel ini telah dicari-cari di Sinai, namun namanya belum berhasil ditemukan. 'Belukar yang bernyala-nyala, namun tidak musnah terbakar' telah diperkirakan oleh para ahli sebagai suatu referensi terhadap sebuah gunung berapi, akan tetapi belum ada tanda-tanda kegiatan vulkanis yang dapat dijumpai di Sinai. Hal ini telah membuat sejumlah penyelidik berpaling dari Sinai guna mencari Horeb di daerah-daerah vulkanis di bagian Utara Hijaz (lihat Kraeling pada halaman-halaman 108-110), tetapi sekali lagi tanpa hasil. Namun Qur'an memberitahukan kita letak persis Horeb: sebuah punggung bukit yang terasingkan di daerah pantai Asir, suatu tempat yang bernama Jabal Hadi. Di Jabal Hadi sampai kini masih berdiri sebuah dusun yang bernama Tiwa (tw), yang mestinya memberikan namanya kepada sebuah anak lembah Wadi Baqarah yang berdekatan dengannya - yaitu 'lembah suci' dalam Qur'an tempat Nabi Musa menerima panggilannya. Di Wadi Baqarah sampai kini masih berdiri sebuah desa yang bernama Harib (hrb), di mana punggung bukit Jabal Hadi yang berdekatan mestinya mendapatkan nama Bibelnya. Seluruh daerah tersebut dipenuhi oleh ladang-ladang lahar dan di sana gunung-gunung berapi mungkin pernah aktif.[8]
Yang berkenaan dengan kisah-kisah dalam Bibel, Qur'an tidak sekadar mengulang bahan-bahan Bibel itu dalam bentuk yang berlainan, yang pada saat ini pandangan yang umumnya dipegang oleh para ahli. Isinya, yang sejalan dengan Kitab Bibel Ibrani (di sini tidak termasuk kitab-kitab Injil Perjanjian Baru Kristen) saya yakin merupakan versi yang berdiri sendiri menurut tradisi kuno Arab Barat yang sama, dan memang harus diperlakukan demikian. Kalau Bibel mewakili versi bahasa Ibrani Israil menurut tradisi di atas, yang bertarikh sejak sebelum abad ke-4 Pra-Masehi, maka Qur'an yang juga memperlakukan tradisi serupa, mewakili versi bahasa Arab menurut tradisi itu juga, berasal dari periode ketika bahasa Arab telah menggantikan bahasa Aram dan bahasa Ibrani sebagai bahasa lisan yang dipakai di Arabia Barat. Sepintas lalu, perbedaan-perbedaan antara kedua versi tersebut mungkin kelihatannya membingungkan; tetapi setelah penyelidikan yang lebih mendalam, kitab-kitab itu akan menjadi lebih informatif.
Sampai kini, yang telah kita peroleh adalah sebagai berikut: sebuah teks konsonan Ibrani yang dapat kita anggap akurat, yang harus dibaca kembali dengan teliti tanpa memikirkan tentang pengucapan tradisionalnya; catatan-catatan Mesir kuno, Mesopotamia kuno dan catatan-catatan lainnya yang menyebutkan nama-nama tempat menurut Bibel dan harus dibaca kembali tanpa berkonsultasi dengan penafsiran geografis ataupun topografisnya yang ada; karya-karya para sejarawan dan ahli geografi zaman Klasik yang dapat membantu; teks-teks konsonan Qur'an yang tidak beruhah sejak pertama kalinya dikumpulkan dan disusun; dan akhirnya suatu gambaran tentang Arabia Barat yang penuh dengan nama-nama menurut Bibel yang sebagian besar bentuk Bibelnya belum berubah, atau paling tidak masih dapat dikenali dengan mudah dalam bentuk-bentuk yang ada sekarang. Pada bab berikutnya, bagian dari Arabia Barat tempat nama-nama menurut Bibel berpusat akan digambarkan secara lebih mendetil lagi. Kemudian, saya akan meneliti teks-teks Bibel tertentu untuk memperlihatkan betapa cocoknya geografi teks itu dengan geografi Arabia Barat. Para pembaca akan dapat menilai sendiri adakan argumentasi utama buku ini cukup meyakinkan atau tidak. Tetapi kita perlu mengingat, apa pun kesimpulannya, Bibel tetap Bibel, tanpa peduli di mana letak tanah asalnya.

3. TANAH ASIR

Tanah asal Bibel Ibrani, seperti yang telah saya tegaskan, ialah Asir. Sebenarnya, pemakaian nama itu berlangsung belum lama, yaitu sejak abad ke-19 untuk menandakan tanah dataran tinggi Arabia Barat yang membentang dari utara ke selatan, dari Nimas (al-Nimas, 19° Lintang Utara dan 42° Bujur Timur) sampai Najran (nagran, 17° Lintang Utara dan 44°10'' Bujur Timur) dan juga daerah perbukitan dan gurun pasir pesisir daerah yang disebut Tihamah (Tihamah) antara kota pesisir Qahmah (al-Qahmah, 18° Lintang Utara dan 41° Bujur Timur) dan perbatasan sekarang dengan Yaman (16°25" dan 42°45" Bujur Timur.[1] Kini Asir merupakan sebuah propinsi di Kerajaan Arab Saudi, yang ibukotanya merupakan sebuah kota dataran tinggi, yaitu Abha (18°15" Lintang Utara dan 42°30" Bujur Timur). Dari timur ke barat, Asir membentang dari ujung Gurun Pasir Arabia Tengah sampai ke Laut Merah (lihat Peta 3).
Ciri-ciri nyata Asir ialah bentangan dataran tinggi yang bernama Sarat (al-Sarat, bentuk jamak sari, yang berarti 'gunung' atau 'ketinggian',[2] ketinggiannya berkisar antara 1700 sampai 3200 meter, membentuk ujung barat dataran tinggi Arabia yang bernama Najd (Nagd) antara Taif dan perbatasan Yaman. Di sebelah utara Taif, dataran tinggi Arania berakhir dengan pegunungan rendah dan perbukitan Hijaz, dengan ketinggian antara 1200 sampai dengan 1500 meter. Namun, di sebelah selatan Taif, dataran tinggi ini tiba-tiba berakhir pada apa yang disebut Ngarai Arabia Barat. Ini merupakan jurang curam yang jatuh sedalam 100 meter, 80-120 kilometer dari pantai Laut Merah yang membentang sepanjang 700 kilometer dari Taif di utara, dan bergabung dengan pegunungan tinggi Yaman di selatan. Di atas tebing curam ini dataran tinggi Sarat mencapai puncak ketinggiannya dekat Abha; lebih jauh ke arah selatan, ngarai ini berakhir beberapa kilometer dari kota Dhahran (disebut Dhahran Selatan, Zahran al-Ganub, 17°40'' Lintang Utara dan 43°30" Bujur Timur). Di sebelah utara, dataran tinggi Sarat berakhir di Taif, di sebelah timur kota Mekah, bergabung pada sekitar 21° Lintang Utara dengan punggung Taif.
Maka dari itu, nama Asir itu sendiri dapat dipergunakan dalam pengertian geografi yang luas, untuk menandakan seluruh kawasan bentangan Sarat, dari Taif di utara sampai ke Dhahran dan perbatasan Yaman di selatan, mengingat bahwa bagian-bagian kawasan ini di sebelah utara wilayah Nimas biasanya dianggap sebagai bagian Hijaz. Sepanjang bentangan Sarat, wilayah Nimas membentuk sebuah pelana antara daerah-daerah yang lebih tinggi, wilayah Abha di sebelah selatan, dan wilayah-wilayah Bahah (al-Bahah) yang meliputi daerah-daerah Ghamid (Bilad Gamid) dan Zahran (Bilad Zahran) di sebelah utara. Sebuah daerah yang lebih rendah yang memisahkan ketinggian Zahran dari punggung bukit Taif, di tempat itu Sarat (dan begitupun daerah geografis Asir) dapat dikatakan berakhir.
Sepanjang pesisir Tihamah di Asir menurut geografis terdapat sejumlah kota dan pelabuhan, yang sampai sekarang paling jelas, di utara dan di selatan, ialah Lith (al-Lit), Qunfudhah (al-Qunfudhah); Birk (al-Birk); Qahmah (lihat di atas); Shuqayq (al-Suqayq) dan Jizan. Dataran itu timbul tiba-tiba di tepi padang pasir pesisir Tihamah, di sejumlah jalan bertangga di pegunungan yang terjal, hingga mencapai lereng yang curam dan saluran Sarat yang membelah di depannya. Tepi pantai Asir ini sebenarnya merupakan daratan yang sangat berbukit-bukit dan depresi-depresinya (dalam bahasa Arab wahd atau wahdah, dengan bentuk konsonannya whd atau whdh; bandingkan dengan yhwdh di dalam Bibel untuk 'Yudah'), yang tentunya adalah sebab mengapa nama 'Yudah' diberikan kepada daerah pada zaman Bibel dahulu (lihat Bab 8). Beberapa tempat di sana sampai kini benar-benar bernama Wahdah, memakai nama-nama yang berasal dari akar kata yang sama (kata whd, 'merendah, tertekan'). Sampai kini, lembah-lembah dan jurang-jurang di bagian Asir ini, telah menjadi tempat perkembangbiakan belalang-belalang, yang mungkin merupakan penyebab 'kelaparan di tanah ini' pada zaman Bibel (lihat Bab 13).
Kalau bagian-bagian Asir di sebelah barat tebing curam itu penuh dengan lembah-lembah dan jurang-jurang yang letaknya malang-melintang, sebaliknya, dari atas tebing curam, Sarat tebingnya landai dan menurun menuju ke daerah pedalaman. Di propinsi Asir, di sebelah selatan Nimas, tebing-tebing di sana menuruti zona-zona pecahan alami menuju ke arah selatan, dan tanah di sini didominasi, dari selatan sampai ke utara, oleh dua sistem pengaliran yaitu Wadi Tathlith (tatlit) dan Wadi Bishah, masing-masing dengan cabang-cabangnya tersendiri. Aliran-aliran utama kedua wadi ini akhirnya berubah haluan menuju ke timur untuk menuangkan air bah di Wadi Dawasir (al-Dawasir), yang mengalir menuju ke pedalaman padang pasir. Namun dari dataran tinggi Ghamid dan Zahran, daratannya menurun ke arah timur, didominasi oleh sistem pengaliran Wadi Ranyah. Aliran utama Wadi ini bergabung dengan aliran Wadi Bishah, sebelum aliran Wadi Bishah ini menuju ke timur untuk bergabung dengan Wadi Tathlith di dekat tepian gurun pasir.
Dari semua wilayah jaziran Arabia, Asir menerima curah hujan terbanyak. Bertempat tidak jauh di sebelah selatan garis balik sartan (utara), dataran tinggi Sarat menampung curah hujan dari dua iklim: angin barat daya pada musim hujan Monsoon dari barat daya pada musim panas. Jatuhnya hujan di wilayah itu berkisar antara 300 dan 500 mm per tahun, cukup untuk tetap memenuhi persediaan permukaan air di bawah tanah di daerah-daerah ketinggian yang lebih gersang di sekelilingnya. Di daerah ketinggian yang lebih tinggi, hujan musim dingin terkadang turun, untuk jangka waktu yang singkat sebagai salju. Tidak jarang terdapat air terjun pada bagian-bagian tertentu Sarat dan sungai-sungai kecil yang musiman maupun abadi yang berasal dari ketinggiannya mengalir di wadi-wadi ini pada bagian-bagian pedalaman dan pesisirnya. Hutan-hutan tanaman jenever yang lebat adalah ciri khas Sarat dan bagian-bagian yang lebih tinggi daerah pedalaman pantai Tihamah, sedangkan hutan-hutan pohon butun, tamarisk, akasia, saru dan pohon-pohon hutan lainnya terdapat di banyak tempat di daerah itu. Di mana tidak terdapat hutan, dataram tinggi Asir secara tradisional diteraskan untuk membudidayakan padi dan berbagai kacang-kacangan (terutama buah badam) dan juga buah-buahan, termasuk anggur. Padi dan sayuran dibudidayakan di tanah-tanah yang luas dan dapat ditanami di lembah-lembah dan dataran rendah daerah pesisir; padi dan buah kurma dibudidayakan di daerah-daerah pedalaman, terutama di daerah-daerah oase lembah sungai Wadi Bishah. Gradasi iklim di daerah ini antara daerah pesisir yang panas, dataran tinggi yang sedang dan gurun pasir di pedalaman, tercermin pada kekayaan akan banyaknya macam dan jenis flora; oleh karena itu madu dari Asir berkwalitas tinggi. Di sekitar daerah-daerah yang dibudidayakan, di mana-mana terdapat padang rumput yang luas dan di sana bangsa Badui bertahun-tahun secara tradisional menggembalakan ternak mereka berupa sapi, biri-biri, kambing, keledai, himar dan unta.[3]
Bagian pedalaman Asir sejak dahulu diketahui mempunyai sejumlah kekayaan mincral. Emas, timah hitam dan bcsi pernah ditambang pada zaman dahulu - terutama emas di daerah Wadi Ranyah - dan pencarian mineral-mineral masih tetap dilakukan di sana, begitu juga di bagian utara di Mahd al-Dhahab (yang harfiahnya berarti 'Buaian Emas'), d; sebelah timur laut Taif. Ada sebuah cabang Wadi Bishah yang kenyataannya bernama Wadi Dhahab (harfiahnya berarti 'Lembah Emas'), yang menandakan bahwa daerah itu mungkin salah satu daerah tempat emas pernah diketemukan pada zaman dahulu.[4]
Di sebelah selatan Asir, ketinggian Dhahran terbelah menjadi dua daerah yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Satu di antaranya berisi lembah-lembah subur daerah pesisir Jizan, ke arah barat dan barat daya; dan yang satu lagi merupakan daerah oase Najran, ke arah timur. Dari seluruh wilayah di Asir, daerah Wadi Najran-lah yang terbentang ke arah timur dan berakhir di Bilad Yam (Bilad Yam) di sepanjang pinggiran gurun pasir luas Al-Rub'al Hali, mungkin yang paling subur. Di sana sebuah perkampungan masyarakat Yahudi berkembang sampai kini, sebuah bangsa yang menurut keyakinan saya merupakan sisa-sisa terakhir dari agama Yahudi di tanah asalnya. Membentang sejajar dengan Wadi Najran di utara, adalah cabang-cabang lembah yang kurang subur, yaitu Wadi Habuna (Habuna) dan Wadi Idimah (Idimah)[5] dengan perkampungan oase mereka. Kedua lembah ini seperti halnya Wadi Najran, berakhir di daerah Yam.
Padang pesisir Jizan di seberang ketinggian Dhahran dari Wadi Najran juga sangat subur, karena diairi oleh air dari berbagai lembah seperti Wadi Khulab (Hulab), Wadi Jizan, Wadi Dhamad (Damad), Wadi Sabya (Sabya) dan Wadi Baysh (Bays). Akan tetapi yang menjadi ciri khas wilayah Jizan ialah lingkaran punggung bukit yang indah, yang memisahkan gurun pasir dari daerah tinggi Dhahran. Juga ada tiga kelompok kerucut-kerucut vulkanis (yaitu Umm al-Qumam, Al-Qari'ah dan 'Ukwah) yang mengelilingi padang pesisir dn bagian daratan. Letusan terakhir salah satu gunung berapi ini - yaitu al-Qariah diduga terjadi pada tahun 1820.[6] Di bagian-bagian Asir lainnya juga terdapat daerah-daerah vulkanis, terutama lebih jauh ke arah selatan di Yaman. Di antara punggung bukit yang terpencil yang mengelilingi daerah Jizan ini adalah Jabal Harub (Harub), Jabal Faifa (Fayfa) dan Jabal Bani Malik (Bani Malik).
Sejak zaman lahirnya Islam, Asir secara menyeluruh, walaupun dengan kesuburan dan kekayaan alaminya, bukan merupakan daerah yang penting dalam sejarah tanah Arabia. Akan tetapi, pada zaman kuno, seperti yang telah saya katakan pada Bab 1, mestinya tanah ini sangat penting, karena terletak pada persimpangan jalur-jalur utama perdagangan dunia kuno. Di seberang Laut Merah, kapal-kapal dapat saja pulang-pergi antara bandar-bandar Asir dan bandar-bandar Abisinia, Nubia dan Mesir. Jalan-jalan raya kafilah bertolak ke arah utara dari pesisir dan pedalaman Asir, melalui Hijaz menuju Suria, atau melalui Wilayah Tengah dan utara Arabia menuju Mesopotamia. Jalan-jalan raya kafilah lainnya membentang ke selatan menuju Yaman, dan berakhir di bandar-bandar Arabia bagian selatan; atau ke timur menuju pesisir Arabia di teluk Persi melalui Yamamah (al-Yamamah). Ini merupakan bentangan oase yang panjang, yang meneruskan arah aliran Wadi Al-Dawasir dan berjalan di sebelah utara al-Rub'al Hali, yang bermula dari pinggiran gurun pasir Asir bagian selatan.
Oleh sebab itu sejak bermulanya perdagangan antara negara-negara di Samudera Hindia dan bagian timur lembah Laut Tengah, seperti halnya perdagangan antara negara-negara di Teluk Persi dan lembah-lembah Laut Merah, Asir kuno mestinya berkembang sebagai pusat terpenting untuk perdagangan perantara, dan pelayanan-pelayanan perdagangan dan transaksi. Kota-kota pedalamannya tumbuh dengan subur menjadi stasiun-stasiun kafilah; pedagang-pedagang berdatangan dari berbagai penjuru untuk menjajakan barang-barang mereka. Kota-kota yang terpenting di antara kota-kota pedalaman itu terletak di sepanjang jalan raya kafilah utama yang mengikuti puncak pegunungan Sarat, antara Dhahran al-Janub dan Taif. Di antara kota-kota dan bandar-bandar ini, jalan-jalan yang tidak rata menyeberangi jalan-jalan punggung pegunungan Sarat, menghubungkan perdagangan maritim dengan perdagangan yang menuju ke daerah pedalaman (lihat Peta 5).
Pendeknya, tidak diragukan kalau Asir dahulunya merupakan daerah perdagangan yang makmur yang juga kaya akan produksi pertanian, peternakan dan hasil mineral. Walaupun kota-kota perdagangan besarnya mestinya menonjol sebagai pusat-pusat peradaban kota yang cukup canggih, namun peradaban Asir kuno berpusatkan pada kelompok- kelompok oase, yang terpisah dari oase-oase lain dan juga dari bagian-bagian lain Arabia oleh daerah hutan belantara atau gurun pasir yang sangat luas. Walaupun ada hubungan dengan negara-negara lain melalui perdagangan dara dan maritim, negara ini secara geografis terisolasi. Dalam pemerintahannya tidak terdapat kesatuan, dan bagian-bagiannya memilih jalan yang berbeda-beda, tidak saja dalam hal-hal politis, tetapi juga dalam hal-hal yang lain juga demikian. Di Asir kuno, bangsa-bangsa yang berbeda-beda tinggal di daerah-daerah yang berbeda pula, berbicara menggunakan berbagai dialek yang berlainan, bahkan kadang-kadang memakai bahasa yang berbeda pula, dan menyembah dewa-dewa yang berbeda dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa bangsa ini nanti akan kita kenali melalui nama-nama seperti yang tertera dalam Bibel Ibrani.
Namun perhatian utama saya tertuju pada sebuah bangsa Asir kuno yang dikenal sebagai orang-orang Israil, bangsa yang mengalami sebuah pengalaman sejarah yang kaya di dataran tinggi Sarat dan di lereng bagian baratnya - tanah Yudah - pada suatu waktu antara abad ke-10 dan ke-5 S.M. Kita beruntung mempunyai catatan di dalam Bibel Ibrani yang kaya dan tajam mengenai sejarah mereka yang penuh dengan kejadian-kejadian, sebuah teks yang menggambarkan dengan jelas harapan-harapan dan kekhawatiran mereka, kemenangan dan kesialan mereka, yang terjadi tidak hanya di Palestina tetapi juga di Arabia Barat.

4. MENCARI GERAR (1/2)

Sebelum beranjak pada sebuah penyajian bukti-bukti secara sistematis untuk mendukung argumentasi saya bahwa Kitab Bibel berasal dari Arabia, saya ingin menunjukkan kesesuaian yang sempurna antara geografi Bibel Ibrani dengan geografi Arabia Barat, dan kesesuaian yang meragukan antara geografi Bibel Ibrani dengan Palestina. Yang paling membuka pikiran berkenaan dengan masalah ini ialah pertanyaan mengenai Gerar (grr), sebuah tempat yang menurut kebanyakan ahli Bibel pernah mengalami kemakmuran sebagai sebuah kota di daerah pedalaman Gaza, di pesisir Palestina, tidak jauh dari Bir al-Sab' (atau 'Beersheba'), walaupun di sana namanya tidak bertahan. Dalam mempertimbangkan lokasi Gerar, perhatian kita terpusat pada beberapa pertanyaan, termasuk yang berhubungan dengan tanah Kanaan dan Beersheba menurut Bibel, yang berbeda dengan Beersheba di Palestina (lihat Peta 6).
Ada empat buah bagian yang berbeda dalam Kitab Bibel yang berhubungan dengan Gerar. Dalam penggambarannya mengenai luas daerah kekuasaan orang-orang Kanaan pada mulanya, (h-kn'ny), Kejadian 10:19 menyebut tempat itu sehubungan dengan sydn (biasanya dimengerti sebagai Sidon di Phoenicia) dan 'zh (umumnya dimengerti sebagai Gaza di Palestina). Dalam hal ini teks ini mengatakan bahwa perbatasan tanah orang-orang Kanaan, di satu bagian, membentang dari sydn sampai ke 'zh, dan menambahkan bahwa 'zh terletak searah dengan Gerar, walaupun tidak memperinci lebih lanjut ke arah mana persisnya. Teks ini juga tidak mengatakan apakah Gerar terletak antara sydn dan 'zh, atau apakah tempat ini terletak melewati 'zh dari sydn, dan tidak pula terdapat tanda-tanda yang jelas mengenai jarak antara Gerar dan sydn. Sebaliknya, Kejadian menjelaskan apa bentuk perbatasan tanah Kanaan di bagian yang lain, bermula dari sydn, akan tetapi ini pun tidak menjelaskan ke arah mana (lihat di bawah). Dalam Kejadian 20:1f, Gerar disebut sehubungan dengan 'rs h-ngb; yang dapat diartikan sebagai 'tanah ngb', yang biasanya ditafsirkan sebagai Naqab di Palestina atau gurun pasir 'Negeb', atau 'tanah selatan' (bandingkan dengan kata Arab gnb, disuarakan sebagai ganub), juga ditafsirkan sebagai Palestina bagian selatan, dan di sana terletak gurun pasir Negeb. Di sini, Gerar dilukiskan sebagai terletak di antara qds (ditulis Kadesh) dan swr (ditulis Shur) dan mempunyai seorang 'raja' yang bernama, 'bymlk (by mlk, ditulis sebagai Abimelech). Dalam konteks ini tidak ada referensi terhadap kota 'zh.
Dan lagi, dalam Kejadian 26:1f, Abimelech dari Gerar digambarkan sebagai seorang 'raja' plstym (ditulis sebagai orang-orang Filistin), sebuah deskripsi yang dihilangkan dalam Kejadian 20. Sebuah nhl grr (diterjemahkan sebagai 'lembah Gerar') juga disebutkan dalam Kejadian 26, berhubungan dengan lokasi empat buah sumur yang dikenal sebagai 'sq (ditulis sebagai Esek), stnh (ditulis sebagai Sitnah), rhbwt (ditulis Rehoboth) dan sb'h atau b'r sb' (ditulis Shibah atau Beersheba). Di sini kota 'zh tidak disebut-sebut.
Berpaling pada Tawarikh II (14:8f, atau 14:9f dalam kitab Septuaginta dan terjemahan-terjemahan standar), Gerar disebutkan berhubungan dengan peperangan antara 'Zerah dari Cushite' atau 'Zerah dari Etiopia' (zrh h-kwsy) dan Raja Asa dari Yudah (pada sekitar tahun 908-867 S.M.).[1] Dalam pertempuran tersebut orang-orang 'Cushite' atau 'Etiopia' (h-kwsym) konon menyerbu Yudah dan berhasil maju sampai ke mrsh (ditulis Mareshah), sebelum terkalahkan oleh Raja Asa di gy' spth (lembah Zephathah) di dekat Mareshah. Setelah mendapat kemenangan ini, Raja Asa mengejar para penyerbunya yang telah terpukul mundur ke Gerar, merampoki kota ini dan sekeliling tanah-tanah pertanian beserta ternaknya. Kita kemudian dapat menganggap bahwa Gerar dan daerah sekelilingnya merupakan bagian tanah kekuasaan orang-orang 'Cushite'.
Dalam upaya mereka mencari Gerar, para ahli Bibel dan para arkeolog tidak memiliki petunjuk-petunjuk lain yang dapat diselidiki selain dari referensi-referensi dari Bibel ini; mereka pun hanya memiliki bahan-bahan dari Bibel untuk mengenali daerah kekuasaan bangsa Kanaan atau daerah kekuasaan bangsa Filistin ataupun bangsa Cushite. Nama-nama tempat sydn dan 'zh, yang muncul dalam Kejadian 10, selalu dianggap menunjuk pada Sidon dan Gaza di Suria. Dengan sendirinya ini mengakibatkan timbulnya prasangka bahwa 'tanah bangsa Kanaan' dalam Kitab Bibel tertera pada bagian-bagian lain di dalam Kitab Bibel Ibrani sebagai sebuah kota bangsa Filistin (lihat Bab 14), maka para ahli Bibel juga telah menganggap bahwa tanah bangsa Filistin ini terdiri dari daerah pesisir Gaza. Mereka menerima selaku benar bahwa tanah ini tidak meliputi kawasan lainnya diluar daerah pesisir Palestina, terutama sekali karena daerah ini dengan jelas menyandang nama mereka (mengenai nama Palestina, Suria dan Kanaan lihat Bab 1). Disebutnya Gerar dalam Kejadian 26 berhubungan dengan plstym (yang selalu dianggap berarti 'bangsa Filistin'), ditambah dengan disebutnya Gerar dalam Kejadian 10 berhubungan dengan 'zh atau Gaza bagi mereka nampaknya cukup untuk membuktikan bahwa tempat itu hanya dapat terletak di daerah pesisir Palestina.
Selanjutnya, selain dari kenyataan bahwa sydn dan 'zh dalam Kejadian 10 tampaknya dapat dengan mudah disamakan dengan Sidon Suria dan Gaza, kebanyakan dari para ahli juga menganggap bahwa h-ngb dalam Bibel tidak lain adalah gurun pasir Negeb di Palestina (bahasa Arabnya al-Naqab, atau nqb), walau terkadang mengakui bahwa ungkapan Ibrani 'rs h-nqb mungkin hanya berarti 'negara selatan', yang meskipun demikian, mereka tetap saja menganggapnya sebagai Palestina bagian selatan. Beersheba, atau b'r sb' (alias sb'h, atau 'Shibah') rupa-rupanya hanya menunjuk pada Bir al-Sab', di daerah yang sama. Namun sewaktu para arkeolog Bibel menggali Bir al-Sab' di Paletina - yang sudah jelas merupakan nama Arab - penemuan yang paling kuno yang mereka temukan, seperti yang telah diketahui, berasal dari akhir periode Rumawi atau Bizantin, yang sebagian pedusunannya di Suria telah mulai diarabkan dengan pesat. Benteng-benteng yang dengan lemah diduga sebagai benteng-benteng Israil, dan mungkin berasal dari zaman Bibel baru-baru ini ditemukan di daerah itu beberapa kilometer dari kota itu.
Dalam bahasa Arab, Bir al-Sab' berarti 'Sumur Binatang Buas', walaupun dapat pula diartikan sebagai 'Sumur Tujuh'. Arti yang terakhir dapat diperkirakan sebagai terjemahan bahasa Arab dari kata Ibrani b'r sb', yang dengan janggal berarti 'Tujuh Sumur' (bukan 'Sumur Tujuh' atau b'r h-sb'). Lebih mungkin lagi, nama Ibrani itu berarti 'Sumur Kelimpahan'. Nama alternatif yang diberikan kepada tempat yang sama di Kejadian 26, yaitu sb'h (dalam bentuk feminin) dapat juga berarti 'Kelimpahan, kekenyangan'. Untuk memberi arti 'Sumur Kelimpahan', bentuk Arab dari b'r sb' harus diubah menjadi Bir Shaba' (b'r sb') atau Bir Shaba'ah (b'r sb'h) dan bukan Bir al-Sab' (b'r sb'). Hal ini, ditambah dengan bukti negatif penemuan arkeologi itu, menentang prasangka bahwa Bir al-Sab' Palestina itulah yang merupakan Beersheba yang tertera dalam Bibel Ibrani. Namun untuk lebih adilnya, kebanyakan para ahli Bibel mengakui bahwa menempatkan Gerar antara Gaza Palestina dan Bir al-Sab' merupakan suatu persoalan. Suatu karya standar geografi menurut Bibel (Kraeling, halaman 80) melukiskan keadaannya sebagai berikut:
Di mana persisnya Gerar terletak masih belum dapat dipastikan dan masih tergantung pada bagaimana seseorang menempatkan kota-kota lain di kawasan daerah ini.... Pada akhir zaman Rumawi ada sebuah distrik, yaitu Geraritike, jelas dinamakan demikian karena sebagian besar terdiri dari wilayah lama Gerar, dan pada waktu itu Beersheba termasuk dalam wilayahnya. Tell Jemeh, sebuah bukit penting di sebelah selatan Gaza, yang sebagian besar telah digali oleh Flinders Petrie pada tahun 1927, olehnya dikenali sebagai Gerar. Sejumlah ahli meragukan akan hal ini.... dan lebih suka memilih Tell esh-Sheri'a di barat laut Beersheba sebagai Gerar. Namun menurut sebuah laporan pada tahun 1961, arkeolog-arkeolog Israil telah menemukan sebuah bukit tidak jauh dari tempat itu, di jalan antara Beersheba dan Gaza, Tell Abu Hureira, dengan peninggalan-peninggalan pra-Hyksos, lebih penting dari kedua tell itu, dan mempunyai persamaan dengan Gerar (bandingkan dengan Simons, alinea 369).
Suatu problema dalam pencarian Gerar antara Beersheba dan Gaza timbul dari kenyataan bahwa kota ini digambarkan pada Kejadian 20 sebagai terletak antara Kadesh (qds) dan Shur (swr). Tetapi tidak ada tempat yang menyandang nama-nama seperti itu yang dapat dikenali di daerah Gaza-Beersheba pada masa ini, kalau kita menganggap daerah ini mungkin merupakan Geraritike dari zaman Rumawi. Sebenarnya, pengenalan terhadap kedua tempat yang disamakan dengan lokasi-lokasi di Palestina bagian selatan dan di semenanjung Sinai sangat lemah. Kraeling menyimpulkan:
Titik Kadesh mungkin merupakan sebuah titik tetap (hal. 69)... Kadesh terletak di segitiga el 'Arish - Raphia - Qoseimeh, yang jelas merupakan suatu distrik tunggal di seluruh daerah Sinai. Di sini sebuah kelompok suku pengembara yang besar pun dapat menetap untuk waktu yang tak terbatas. Survei terhadap daerah Negeb di Israil oleh Nelson Glueck... sejak tahun 1951, telah membuktikan kenyataan bahwa tempat ini pernah dihuni oleh orang-orang dalam jumlah yang cukup besar pada pertengahan Zaman Perunggu dan lagi pada Zaman Besi II, dan kemudian pada Zaman Nabataea dan pada akhir zaman Rumawi... Sebuah tempat yang bernama 'Ain Qedeis telah ditemukan pada tempat yang layak pada tahun 1842, oleh J. Rowlands... Tempat itu kemudian ditemukan kembali oleh H.C. Trumbull yang mengumumkannya pada tahun 1884. Di dekatnya, sebuah tempat yang bernama 'Ain el-Qhudeirat, yang merupakan sebuah mata air yang lebih melimpah, terdapat sebuah bukit yang menandakan sebuah perkampungan dengan pecahan-pecahan barang tanah dari Zaman Besi. Menurut Glueck, ini merupakan lokasi utama dari Zaman Besi di seluruh daerah itu (hal. 117)... Shur dianggap sebagai kata Ibrani untuk garis pertahanan Mesir di Genting Tanah Suez, meskipun kata itu, yang berarti 'tembok', tidak menggambarkan pertahanan ini secara tepat. Menurut arkeolog Perancis Cledat, yang menyelidiki daerah itu, tampaknya terdiri dari pos-pos pertahanan yang tidak saling menyambung. Bagaimanapun juga, jalan menuju Shur (drk _wr, Kejadian 16:7) mungkin merupakan jalur transportasi kuno ke Mesir dari Beersheba, dinamakan Darb el Shur oleh Wooley dan Lawrence, dan melewati Khalasa, Ruheibeh, Bir Birein', Muweileh ke arah selatan (hal. 69).
Pendeknya, terletaknya Kadesh dan Shur di selatan Palestina dan Sinai merupakan tidak lebih dari suatu dugaan saja, hanya sebuah dugaan yang mengasal. Perlu pula dicatat bahwa tidak ada Gerar yang dapat ditemukan antara 'Ayn Qudays dan daerah genting Suez. Kalaupun Gerar terletak di sana, bagaimanapun juga letaknya mestinya jauh dari Gaza dan bir al-Sab', yang samasekali tidak menolong kita.
Kesulitan dalam menempatkan Gerar di Palestina dilipatgandakan oleh referensi mengenai tempat ini dalam Tawarikh II 14. Di sini kota ini nampaknya dimiliki oleh bangsa Kusy (h-kwsym), yang biasanya disamakan dengan bangsa 'Etiopia', terutama karena teks-teks Bibel sering menghubungkan Kusy, atau kws dengan msrym, yang selama ini dianggap berarti 'Mesir' (mengingat bahwa Etiopia adalah tetangga Mesir di sebelah selatan). Dalam Septuaginta Yunani kata Ibrani kws terkadang diubah melalui transliterasi, dan terkadang diterjemahkan secara bebas sebagai Aithiopia atau Aithiopes, dan hal ini mendorong para ahli Bibel modern untuk menyamakan tempat ini dengan Etiopia. Andaikata bangsa Kusy benar-benar adalah bangsa Etiopia, adalah lazim bila seseorang bertanya bagaimana mereka dapat menguasai suatu daerah di Palestina yang jauh itu? Mungkinkah bangsa Etiopia tersebut merupakan bangsa Mesir pada abad ke-duapuluhlima atau dinasti 'Etiopia' (716-656 S.M.)? Rasanya ini tak boleh jadi, mengingat bahwa mereka memerangi Asa, yang kekuasaannya sebagai raja telah berakhir sekitar satu setengah abad sebelumnya. Di sini Kraeling lagi (hal. 217) menggambarkan bagaimana kesulitan ini yang sejauh kini telah terpecahkan:
Kisah dalam Tawarikh... menegaskankan pengetahuan (sic) tentang sebuah pendudukan pada zaman pemerintahan Asa oleh Zerah dari Kusy atau Zerah dari Etiopia... Bangsa Etiopia tidak memegang kekuasaan di Mesir sebelum ada berikutnya, maka orang Kusy ini tentunya bukan seorang Fir'aun, namun mungkin ia adalah seorang gubernur Mesir dari kerajaan 'Sungai kecil Mesir'[2] dan daerah dalam kekuasaan Mesir di sebelah utaranya sampai sejauh Gerar. Kita juga mendengar dari tempat lain bahwa 'putra-putri Ham' (dengan kata lain, Kusy) tinggal bersebelahan dengan suku Simeon[3] di daerah selatan. (Tawarikh I 4:3a) dan Gedor (mengenai penyangkalan hal yang belakangan ini, lihat Simons, alinea 322).
Perlu ditambahkan pula di sini bahwa Mareshah (atau mrsh) dan dari sini 'Zerah dari Etiopia' mencapai serangannya terhadap Yudah, telah dikenali dengan sebuah Tall Sandahannah di Palestina bagian selatan, 'yang juga menandakan Maris Greco Rumawi... di sebelah timur hirbet mer'ash, yang nama kunonya masih ada' (Simons, alinea 318). Sebenarnya 'Mer'ash' (mr's) dan 'Mareshah' (mrsh) samasekali tidak merupakan nama yang sama, dan hanya mungkin terlihat sama oleh mereka yang bukan pemakai bahasa Semit, yang mengabaikan desahan tekak yang disuarakan pada nama yang pertama, karena mereka tidak dapat mengucapkannya. 'Lembah Zephathah' (gy' spth) telah membuat pengenalan atasnya begitu sulit sampai-sampai tidak ada yang mencoba untuk menerka lokasinya --betapa pun ngawur terkaan itu. Salah satu penjelasan mengenai hal ini ialah bahwa bentuk Ibrani dari nama yang sama mungkin tidak lebih dari suatu ketidak jelasan teks (Simons, alinea 254), penjelasan yang bukan merupakan pemecahan yang memuaskan bagi problema ini.
Untuk meringkaskan, kita dapat menyimpulkan yang berikut ini:
  1. Pengenalan terhadap Gerar menurut Injil di Palestina belum memberikan hasil yang memuaskan, dan tidak ada tempat-tempat di sana yang masih memakai nama itu.
  2. Telah ada dugaan bahwasanya mestinya Gerar terletak di Palestina bagian selatan, karena Kejadian 10 menyebutkan tempat itu berhubungan dengan sebuah 'zh, yang diperkirakan adalah Gaza di Palestina, sedangkan Kejadian 26 menyebutnya berhubungan dengan sebuah sb'h atau b'r sb', yang diperkirakan adalah Bir al-Sab' di Palestina, yang sekarang biasa disebut Beersheba.
  3. Kalau kita menganggap bahwa Kadesh menurut Bibel adalah oase 'Ayn Qudays di dekat Wadi Al-'Arish, dan bahwa Shur metinya terletak lebih jauh ke arah barat Sinai, di dekat genting tanah Suez, maka Gerar tidak mungkin terletak di antara Beersheba dan Gaza, dan juga antara Kadesh dan Shur, sebagaimana ditegaskan dalam Kejadian 20.
  4. Kalau bangsa Kusy benar-benar adalah orang-orang Etiopia, dan Gerar terletak di selatan Palestina, maka kekuasaan atas Gerar oleh bangsa 'Kusy' sebagaimana dijelaskan dalam Tawarikh II 14, tidak dapat dijelaskan dengan mudah.
Guna membongkar misteri Gerar, mungkin paling baik jika kita memulai dengan bukti-bukti yang diberikan oleh Tawarikh II 14, dengan cara memastikan siapa sebenarnya bangsa Kusy itu. 'Kusy' seperti telah dikatakan tadi dihubungkan dengan msrym, yang jelas berarti Mesir dalam beberapa sebutan menurut Bibel (contohnya Raja-raja I 14:25f; Tawarikh II 12:2f; dan juga Raja-raja II 23:29; Tawarikh II 35:20f; Yeremia 46:2). Di tempat-tempat lain dalam Bibel, seperti yang akan kita lihat (pada Bab 13 dan 14), nama msrym dapat menandakan satu di antara lokasi di Arabia Barat, termasuk dusun Misramah (msrm) di dataran tinggi Asir, antara Abha dan Khamis Mushait, atau dusun Masr (msr) di Wadi Bishah, di pedalaman Asir. Jika mencari kws (atau 'Kusy') di daerah itu, seseorang dapat dengan mudah menemukannya sebagai Kuthah (kwt), dekat Khamis Mushait. Ini merupakan sebuah oase yang terletak di hulu Wadi Bishah, dan oleh karena itu di daerah itu Masr dapat dijumpai. Di daerah Khamis Mushait yang sama terdapat oase Qararah (qrr) dan Ghurayrah (gryr, atau grr) salah satu dari Gerar-gerar dalam Bibel. Di dekatnya terdapat pula oase Shaba'ah (sb'h atau sb'), yang mestinya adalah 'Shibah' atau 'Beersheba' yang tertera dalam Bibel. Kalau pembaca menganggap bahwa hal ini sukar untuk dipercaya, pertimbangkanlah hal yang berikut ini, yang tampaknya membereskan argumentasi saya.

4. MENCARI GERAR (2/2)

Seperti yang telah saya sebutkan, kata Ibrani b'r sb' mungkin berarti 'Sumur Kelimpahan',[4]· tetapi dapat juga dengan salah diartikan sebagai 'Sumur Tujuh'. Dalam laporannya mengenai perjalanan balik jenderal Rumawi, Aelius Gallus, dari ekspedisinya ke Arabia pada tahun 245 S.M., Strabo (16:4:24) secara rinci menggambarkan tahap-tahap yang diambil oleh Gallus sewaktu ia keluar dari 'Negrana' (Najran) untuk mencapai pelabuhan 'Negra' (Nujayrah dekat bandar Umm Lajj masa ini) di Laut Merah. Di sana, pasukan-pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal Y.; g membawa mereka kembali ke Mesir. Strabo melaporkan bahwa sebelas hari setelah meninggalkan Najran, Gallus sampai pada sebuah tempat yang bernama 'Tujuh Sumur,' jelas suatu upaya untuk menterjemahkan b'r sb' atau b'r sb'h. Dalam mempelajari teks-teks Strabo yang berkenaan dengan eksplorasi Arabia yang dilakukannya, H.St.J.B. Philby (Arabian Highlands, Ithaca, N.Y., 1952, hal. 257; selanjutnya disebut Philby) menafsirkan bahwa 'Tujuh Sumur' itu mestinya adalah Khamis Mushait yang terletak sejauh 260 kilometer dari Najran. Philby mengamati adanya desa Shaba'ah di antara pedusunan di hilir Khamis Mushait, di daerah 'yang sebagian mendapat pengairan dari luapan air sungai, dan sebagian lagi dari sumur-sumur yang kebanyakan bermulut lebar...' (hal. 132). Namun, yang luput dari pengamatannya ialah bahwa nama Shaba'ah merupakan sb'h di dalam Bibel, yang dikenali dalam Kejadian 26 sebagai tempat yang sama dengan b'r sb'. Dugaannya ialah bahwa Khamis Mushait itu sendiri pernah bernama 'Bir saba'' (hal. 257).
Menurut Strabo, Gallus memerlukan waktu 40 hari untuk menyelesaikan perjalanan dari 'Tujuh Sumur' ke 'Negra', yang ia lukiskan terletak dengan laut; jalan yang ia ambil melewati 'Chaalla' dan 'Malothas', yang terakhir ini terletak di sebuah 'sungai'. Tanpa mempertimbangkan kenyataan bahwa 'Negra' hanya dapat terletak di sepanjang pesisir Laut Merah, mengingat bahwa pasukan-pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal mereka di sana, Philby sementara mengenalinya dengan daerah pedalaman di Mada'in Salih di sebelah utara Medinah, dan melakukan identifikasi yang tidak tepat terhadap 'Chaalla' dan 'Malothas'. Ia menduga 'Chaalla' adalah Qal'at Bishah, di Wadi Bishah, dan menduga 'Malothas' adalah Turabath atau Khurma, di pedalaman Hijaz (hal. 257). Sebenarnya, jalan dari Khamis Mushait menuju ke pesisir mengikuti aliran 'sungai, Wadi al-Dila', di daerah Rijal Alma', dan dua buah pedesaan bernama Qal'ah (Chaalla) dan Maladah (Malothas) masih terdapat di sana. Jalan ini kemudian menuruni bukit menuju Darb; dan di sana menyambung dengan sebuah jalan lagi yang menuju ke utara melewati gurun pasir pesisir Arabia Barat sejauh Umm Lajj dan Nujayrah (Negra). Inilah yang persis dikatakan oleh Strabo: 'Jalannya (Aelius) dari sini melewati padang pasir, yang hanya terdapat beberapa tempat pengambilan air'. Sepanjang jalan yang disebutkan tadi, jarak total dari wilayah Khamis Mushait sampai pada Umm Lajj atau Nuiayrah kira-kira adalah 1.100 kilometer, yang dapat dengan mudah ditempuh dalam waktu 40 hari berjalan kaki.
Pendeknya, bangsa 'Kusy' (yang pasti mereka dalam Tawarikh II 14) bukanlah orang-orang 'Etiopia,' melainkan orang-orang suku daerah sekitar Kuthah (dengan kata lain, orang-orang dataran tinggi Khamis Mushait), di ketinggian Wadi Bishah, tidak jauh di hulu Shaba'ah, kota dalam Bibel b'r sb' atau Beersheba. 'Yudah' yang mereka jajah, seperti yang akan kita saksikan pada Bab 8, meliputi lereng-lereng sebelah barat Asir. Sewaktu mereka menuju 'Yudah' ini, Zerah dari Kuthah mencapai 'Mareshah' atau mrsh yang kini merupakan satu di antara dua buah desa: Mashar (msr) atau Mashari (msr), di pedalaman Qunfudhah. Di daerah yang sama terdapat lembah Wadi Hali, dan di sana sedikitnya terdapat sebuah desa yang bernama Sifah (dengan akhiran feminin, spt), sebuah kamus ilmu bumi menyebutkan dua buah pedesaan, mungkin secara tidak disengaja. Maka dari itu, 'lembah Zephathah, yang ada dalam Bibel (gy' spth), merupakan referensi kepada aliran utama Wadi Hali, atau kepada anak lembah ini tempat dua buah Sifah kini berada. Zerah harus menyeberangi tebing utama Asir dari Wadi Bishah guna mencapai Mashar (atau Mashari) dan wadi Hali di pedalaman Qunfudhah. Setelah menderita kekalahan di sana, ia mundur menyeberangi tebing curam itu menuju ke Wadi Bishah, dikejar oleh Raja Asa dan pasukannya: mereka melakukan perampokan terhadap kota Gerar dan daerah sekitarnya yang makmur itu.
Menurut Kejadian 20, seperti yang telah diketahui, Gerar terletak antara Kadesh dan Shur. Gerar ini (yang tampaknya sama dengan Gerar yang tertera di dalam Kejadian 26 dan Tawarikh II 14) mestinya dahulu adalah Qararah, bukan Ghurayrah, di daerah sekitar Khamis Mushait, karena Qararah ini sebenarnya terletak di jalan utama antara Kadas (kds, bandingkan dengan kata Ibrani qds), di Rijal Alma', dan Al Abu Thawr (twr, bandingkan dengan kata Ibrani sur), di Wadi Bishah. Di sini tidak ada kebingungan mengenai koordinat, atau setidaknya kesulitan dalam mengenali Kadesh dan Shur dengan nama mereka masing-masing. Tentunya, seseorang tidak harus terpaksa menduga-duga atau memaksakan sebuah penafsiran atas penemuan-penemuan arkeologi yang belum mencukupi dalam usahanya untuk membuktikan sesuatu. Lebih lagi, baik dalam Kejadian 20 maupun 26, seorang 'raja' Gerar disebut sebagai bernama Abimelech ('by mlk), yang dilukiskan dalam Kejadian 26 sebagai seorang raja dari orang-orang 'Filistin' (plstym, tunggal plsty, bentuk genitif dari plst). Di sini ada dua pengamatan yang perlu dilakukan. Pertama, seluruh daerah yang terletak di atas pembagi perairan di sebelah barat laut Khamis Mushait, termasuk daerah Wadi Bishah tempat Qararah terletak, memakai nama kesukuan Bani Malik (mlk). Begitu pula halnya dengan sebuah desa di daerah yang sama. Ini dapat berarti bahwa 'Abimelech' (secara harfiahnya 'Ayah dari Malik') dalam Kejadian 20 dan 26 belum tentu merupakan namanya, tetapi mungkin adalah sebuah referensi terhadap serangkaian kepala-kepala suku Malik di daerah itu, yang juga merupakan 'raja-raja' Qararah. Mengingat akan celah-celah generasi antara kisah-kisah yang diceritakan dalam Kejadian 20 dan 26, 'Abimelech' dalam kedua kisah itu agaknya tidak mungkin orang yang sama. Pengamatan saya yang kedua ialah mengenai Gerar (atau Qararah) dan bangsa Filistin (lihat Bab 14). Di utara Qararah, di lembah sungai Wadi Bishah, masih ada sebuah desa yang bernama Falsah (plst), yang jika memang demikian, penduduknya tentunya disebut plstym dalam bahasa Ibrani. Desa Falsah ini mudah saja merupakan bagian wilayah Qararah pada suatu waktu, yang dapat menjelaskan mengapa nama-nama 'Abimelech' yang tertera dalam Kejadian digambarkan sebagai 'raja-raja' Gerar dan juga sebagai raja-raja bangsa 'Filistin.'
Berpaling pada Kejadian 10, kita dapat melihat bahwa koordinat-koordinat yang diberikan untuk Gerar di sana sama sekali berbeda dengan koordinat-koordinat untuk Gerar dalam Kejadian 20, Kejadian 26 dan Tawarikh II 14. Di sini Gerar disebutkan scarah dengan salah satu perbatasan tanah bangsa Kanaan atau kn'ny, membentang dari sydn sampai pada 'zh, sedangkan sebuah perbatasan lagi yang juga bertolak dari sydn, dan membentang ke arah sdm (Sodom), 'mrh (Gomorrah), 'dmh (Admah) dan sbym (Zeboiim) sampai pada ls' (Lasha).
Sydn yang dimaksud di sini jelas bukan bandar Sidon, Libanon (sekarang Sayda, atau syd' di Libanon). Dari keempat Sidon yang bernama Zaydan atau Al Zaydan (zydn) yang masih ada sampai saat ini di berbagai daerah Asir yang tertera dalam Kejadian 10 mestinya Al Zaydan, di ketinggian Jabal Shahdan - sebuah puncak Jabal Bani Malik, di pedalaman Jizan yang menguasai sebuah jalan gunung yang strategis di sepanjang perbatasan antara daerah Jizan dan Yaman. Dari Al Zaydan ini, perbatasan kedua tanah Kanaan yang disebut dalam Kejadian 10 membentang ke barat ke arah pesisir Laut Merah berakhir di deretan pedesaan terakhir di tepi gurun pasir pesisir, antar Wadi Sabya dan daerah Bahr di sebelah utara Wadi 'Itwad. Seperti yang akan kita lihat pada Bab 7, nama suatu kota yang hilang, yaitu Sodom (sdm), masih ada sampai kini sebagai Wadi Damis (dms), sebuah cabang Wadi Sabya, yang mengalir tepat di sebelah utara gunung berapi kembar Jabal 'Akwah, dan masih terletak di dalam ladang lahar itu. Gomorrah ('mrh) mungkin merupakan sebuah kota yang hilang di Wadi Damis yang terkubur, seperti halnya Sodom, di bawah lahar yang disemburkan oleh gunung berapi setempat, atau mungkin Ghamr (gmr) masa ini, yang terletak di lerengan Jabal Harub, di atas Wadi Damis. Saling berhadapan, masing-masing di tepian yang berbeda dari aliran utama Wadi Sabya, kota kembar Sabya (sby', dalam bahasa Ibrani sby, 'gazelle,' dengan kata sandang tertentu yang berakhiran) dan al-Zabyah (zby, bentuk Arab dari kata yang sama dengan kata sandang tertentu yang berawalan) mestinya kota Zeboiim menurut Bibel (sbym, bentuk ganda atau jamak dari sby) jauh di sebelah utaranya adalah Lasha (ls') di lembah sungai Wadi Bishah, yang namanya telah diubah dalam bentuk Arab masa ini, yaitu al-'Ashshah ('l-'s, dengan l yang diucapkan sebagai kata sandang tertentu Arab). Lebih jauh lagi di utara, Admah ('dmh) terletak di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Bahr, dan namanya masih bertahan sebagai al-Dumah dengan akhiran feminin (dmh, dengan hamzah pertama pada bentuk asli nama itu dibuang, seperti yang biasanya dilakukan).
Kalau perbatasan tanah Kanaan kedua, seperti yang digambarkan dalam Kejadian 10, membentang dari Al Zaydan sampai ke gurun pasir pesisir Laut Merah di sebelah barat, perbatasan yang pertama membentang ke utara, mengikuti garis pembagi perairan, dan sampai pada 'zh -- bukan 'Gaza' tetapi Al 'Azzah ('zh). Ini merupakan sebuah dusun indah yang bertengger terasing di puncak sebuah punggung bukit di daerah Ballahmar di Sarat, di selatan Nimas. Sesungguhnya, di Asir ada sejumlah tempat lain yang memakai nama yang sama, tetapi hanya ada satu di pesisir Palestina, yaitu Gaza, atau gzh.
Ini membawa kita pada permasalahan Gerar (grr) dalam Kejadian 10, yang disebutkan di sana untuk menunjukkan arah terbentangnya perbatasan Kanaan dari sydn ke 'zh. Gerar pertama yang kita jumpai di sana ialah Ghurar (grr), di Jabal Bani Malik. Yang kedua, lebih jauh di utara, ialah al-Jarar (grr), di Jabal Harub. Yang ketiga, masih lebih jauh lagi di utara, ialah Ghirar (grr) di seberang Wadi 'Itwad, di Rijal Alma'. Yang keempat, masih lebih jauh lagi di utara dan lebih dekat pada Al 'Azzah, ialah al Qararah (qrr), yang terletak di sepanjang puncak Sarat di daerah sekitar Tanumah. Meskipun tidak ada Gerar di Libanon ataupun di Palestina, antara Sidon dan Gaza, atau melewati Gaza dari Sidon, terdapat tidak kurang dari empat buah Gerar di dataran tinggi Asir, antara Al Zaydan dengan Al 'Azzah, yang membuat kita bertanya-tanya yang mana di antara mereka adalah Gerar sebenarnya yang dimaksudkan itu, dan Gerar yang mana yang terletak di sepanjang perbatasan Kanaan itu.
Mengingat yang tertera di atas, tanah bangsa Kanaan dalam Bibel di Arabia Barat mestinya meliputi lereng-lereng pesisir Asir dari daerah sekitar wilayah Ballahmar di utara sampai pada sebagian wilayah Jizan di Selatan. Di sini kita menjumpai dua buah pedusunan yang bernama Qina' (qn', bandingkan dengan kn', asal kata kn'n) di Majaridah bagian utara, wilayah Ballahmar, yang terdapat pula sebuah dusun yang bernama 'Azzah. Di samping itu, ada sebuah desa yang bernama Al-Qina'; yang satu disebut Dhi al-Qina', dan satu lagi bernama al-Qana'at (qn't, bentuk jamak feminin dari qnn'). Dua desa yang bernama Qan'ah (qn't, bentuk jamak feminin qn') terletak di wilayah Jizan, belum lagi tiga buah nama tempat dengan akar kata yang sama di bagian-bagian lain Asir dan Hijaz bagian selatan. Yang terakhir adalah sebuah desa yang bernama Al Kun'an ('l kn'n, secara harfiahnya berarti 'dewa Kanaan') di Wadi Bishah, di seberang pembagi perairan dari wilayah Majaridah. Pendeknya, bukti toponimis mengenai penempatan bangsa Kanaan (yang berbeda dengan bangsa Kanaan di Suria) di Arabia Barat menghendaki agar kita mempertimbangkan kembali dengan cermat prasangka-prasangka yang umumnya dipegang mengenai masalah ini (lihat Bab 14 dan 15; mengenai bangsa Kanaan Suria, lihat Bab 1).
Yang jelas terlihat adalah bahwa Gerar dalam Kejadian 10 tidak mungkin sama dengan Gerar yang tertera dalam Kejadian 20, Kejadian 26 ataupun dalam Tawarikh II 14. Inilah sebabnya mengapa hanya Kejadian 10 saja yang menyebutkan grr berhubungan dengan 'zh -- Al 'Azzah di wilayah Ballahmar, dan bukan 'Azzah di wilayah Majaridah ataupun 'Azzah lainnya yang terletak lebih jauh di utara di Wadi Adam (lihat Bab 14). Sedangkan Gedor (gdr) dalam Tawarikh I 4:39f, namanya jelas bukan merupakan suatu kesalahan dalam membaca Gerar (grr). Terletak di wilayah selatan Simeon (lihat Lampiran), mestinya Gedor merupakan apa yang kini adalah desa Ghadr (gdr) di pedalaman Jizan, walaupun masih ada beberapa kemungkinan lain.
Mengingat akan semua ini, lokasi 'rs h-nqb menurut Bibel antara Kadesh dan Shur, yang disebut dalam Kejadian 20 berhubungan dengan Gerar, hanya dapat berarti wilayah sekitar al-Naqb (nqb, dengan kata sandang tertentu Arab), di Rijal Alma', jauh di seberang pembagi perairan dari Qararah.
Seharusnya sampai di sini duduk perkaranya sudah jelas: tidak ada tempat yang bernama Gerar di dekat Gaza, di Palestina. Namun di antara sejumlah tempat yang dijumpai di Asir, sebuah, yaitu al-Qararah ialah Gerar yang disebutkan dalam Kejadian 20, 26 dan Tawarikh II 15, dan yang satu lagi (salah satu dari empat buah tempat yang bernama Ghurar, al-Jarar, Ghirar atau al-Qararah) ialah Gerar dalam Kejadian 10 (lihat Peta 7). Akhirnya, perlu dicatat bahwa pengenalan terhadap Gerar yang pertama dengan menggunakan bukti-bukti toponimis dan Bibel berjalan sejajar dengan pengenalan terhadap Kusy, Filistin, Beersheba, Esek, Sitnah, Rehoboth, Kadesh, Shur, Mareshah, Zepathah dan Nageb di sekitar daerah yang sama, antara wilayah Khamis Mushait dan bagian-bagian Asir di seberang pembagi perairan ke arah barat. Pengenalan terhadap Gerar yang kedua berjalan sejajar dengan pengenalan atas kota-kota dalam Bibel Sodom, Gomorrah, Admah, Zeboiim, dan Lasha di satu arah, dan dua buah tempat yang sampai kini diperkirakan sebagai 'Sidon' dan 'Gaza' di arah yang lain. Di samping itu, perlu dicatat pula mengenai adanya bukti-bukti untuk mengenali Kanaan menurut Bibel di lereng-lereng maritim Asir, antara daerah-daerah Majaridah dan Jizan. Para arkeolog belum menggali daerah-daerah tersebut, ataupun daerah-daerah lain di Asir; jika mereka melakukannya, mereka akan menemukan banyak hal yang menakjubkan. Sebagaimana dikatakan Gerald de Gaury, salah seorang Inggris-Arab yang terakhir (Arabia Phoenix ... London, 1964, halaman 119):
Di lembah-lembah Asir, Yaman, dan Hijaz, terdapat reruntukan-reruntukan yang pada suatu hari akan mengungkapkan kepada para sejarawan dan kepada dunia lebih banyak mengenai negeri-negeri tua ... dan ... kerajaan-kerajaan Arabia yang lebih awal, dan akan menunjukkan dengan jelas arti-arti yang terkandung dalam kitab-kitab Bibel yang lebih awal serta mengenai kiasan-kiasan bersejarah dalam Qur'an. Siapa yang mengetahui akan adanya harta karun yang terpendam di antara kekusutan puing-puing Asir?
Yang akan menyusul adalah sebuah upaya yang sederhana guna menggali beberapa di antaranya.

7. MASALAH YORDAN (1/2)

Dengan menyatakan bahwa Yordan (h-yrdn) dalam Kitab Bibel Ibrani samasekali bukan merupakan sebuah sungai (bahasa Ibrani dan Arabnya nhr) tentu nampaknya seperti perbuatan yang semena-mena bahkan mungkin menghina Tuhan. Tetapi seperti yang diketahui oleh semua ahli Bibel, tidak ada sebutan dalam Bibel yang sebenarnya menyatakan bahwa Yordan adalah sebuah sungai.[1] Bagaimana sungai Palestina yang termasyhur itu mendapatkan nama itu sendiri merupakan suatu pertanyaan, namun bukan pertanyaan tersebut yang akan dibahas di sini.[2] Tujuan saya adalah untuk menentukan apa sebenarnya Yordan dalam Bibel Ibrani itu, kalau bukan sebuah sungai, dan untuk menunjukkan bagaimana kebingungan itu timbul.
Secara etimologis, yrdn menurut Bibel ini merupakan kata benda jadian dari asal kata yrd (kata Arab rdy, disuarakan rada), yang berarti 'turun, jatuh, jatuh ke bawah'. Dari asal kata yang sama ini terbentuk pula kata benda Arab yrd (rayd) dan bentuk femininnya rydh atau rydt (raydah), yang pertama merupakan istilah umum yang menunjukkan 'bayangan sebuah gunung, lereng gunung yang curam', dan yang kedua sebuah istilah khusus yang menunjukkan sebuah 'tonjolan gunung atau punggung bukit'. Pemakaian kedua istilah ini berhubungan dengan daerah pegunungan, meskipun secara teoritis merupakan umum, penggunaannya terbatas pada wilayah barat dan selatan Arabia. Di sini Raydah dan Raydan (rydn, yaitu ryd dengan kata sandang kuno yang berakhiran, yaitu n, bandingkan dengan kata menurut Bibel, yrdn) merupakan nama-nama tempat yang umum, atau istilah-istilah topografis yang masuk dalam pembentukan nama-nama tempat gabungan. Di Asir sendiri, sedikitnya ada lima desa pegunungan di pelbagai wilayah yang bernama Raydah (atau Raydat dengan nama lain sesudahnya); sedikitnya ada dua pedesaan yang bernama Raydan; dan sedikitnya ada satu dengan nama Ridan (rdn, kemungkinan adalah sebuah kependekan yrdn).
Dalam penggunaan Bibel, h-yrdn yang secara tradisional dianggap sebagai nama sebuah sungai tertentu di Palestina, tidak selalu merupakan sebuah nama tetapi (seperti dalam bahasa Arab) sebuah istilah topografis yang berarti 'lereng yang curam' atau 'punggung bukit'. Dalam pembentukan 'br h-yrdn ('di seberang' atau 'melewati' yrdn), sampai kini dianggap berarti 'Trans-jordania' (dengan kata lain, wilayah di sebelah timur Yordan Palestina), h-yrdn selalu menunjukkan pada tebing curam Sarat (lihat Bab 3), yang membentang dari Taif di Hijaz sebelah selatan, sampai pada wilayah Dhahran, dekat perbatasan Yaman. Dalam kebanyakan hal, 'br h-yrdn berkenaan dengan daerah pedalaman Asir yang berbeda dengan daerah pesisir Asir, yang dulu merupakan tanah Yudah bangsa Israil (lihat Bab 8). Namun, tanpa kata 'br, h-yrdn' dapat dikaitkan dengan daerah mana saja di tebing curam Asir; sering pula h-yrdn menunjuk pada salah satu di antara punggung-punggung bukit terpencil yang tidak terhitung jumlahnya di sisi maritim pegunungan curam di tempat lain, (contohnya, seperti di Jabal Abu Hamdan di wilayah Najran; lihat Bab 15). Ini jelas diketahui dari pembentukan kata seperti yrdn yrhw, bukan 'Yordan di Yericho' (RSV), (melainkan) 'punggung bukit di yrhw, yrhw ini kini merupakan desa Warakh (wrh) di dataran tinggi Zahran (lihat di bawah). Kenyataan bahwa ada lebih dari satu yrdn (bukan 'Yordan') yang dibicarakan, ditandai pula oleh ungkapan h-yrdn hzh ('tebing curam ini', bukan 'Yordan ini'), yang timbul tidak kurang dari enam kali pada Hexateuch (Kejadian 32:11; Ulangan 3:27, 32:2; Yosua 1:2, 11, 4:22). Kalau h-yrdn benar-benar merupakan sebuah sungai tertentu atau sebuah tebing curam tertentu, agaknya bagi kita sulit untuk menemukan suatu alasan yang menjelaskan mengapa h-yrdn seringkali dikhususkan sebagai 'yrdn ini', terkecuali kalau ada sungai-sungai dan tebing-tebing curam lainnya dengan nama yang sama.[3] Sebenarnya, ungkapan h-yrdn hzh hanya berarti 'tebing curam ini' atau 'punggung bukit ini', guna membedakannya dari punggung bukit atau punggung-punggung bukit yang lain.
Untuk menunjukkan kenyataun bahwa 'Yordan' menurut Bibel bukan merupakan sebuah sungai dengan nama ini, melainkan hanya sebuah istilah geografis yang berkenaan dengan tebing-tebing curam dan punggung-punggung bukit pegunungan di Hijaz bagian selatan dan Asir, marilah kita saksikan, bagaimana istilah ini timbul bersama pelbagai kelompok nama tempat. Arabia Barat dalam pelbagai sebutan dalam Bibel. Contoh pertama yang saya ambil ialah dari laporan mendetil mengenai penyeberangan 'Yordan' tersebut oleh orang-orang Israil di bawah pimpinan Yosua, dari saat orang-orang Israil berangkat untuk penyeberangan itu dari Shittim sampai pada pengkhitanan masal 'orang-orang Israil' di Gibeath-Haaraloth (Yosua 3:15:3). Pertama-tama, marilah kita tetapkan tempat persis pemberangkatan dan kedatangan mereka. Tempat pemberangkatan mereka yaitu Shittim (ejaan Bibel h-stym), tampaknya merupakan sebuah punggung bukit di sekitar daerah Wadi Wajj (mungkin sekarang Jabal Suwayqah, tepat di sebelah utara Taif), yang namanya diperlihatkan dalam kesusastraan Arab kuno sebagai Jabal Shatan (stn).[4] Lokasi Shittim di sana dapat didukung lebih jauh lagi dengan pengenalan atas daerah itu, tempat orang-orang Israil telah tiba di bawah pimpinan Nabi Musa, yang jelas termasuk bagian-bagian wilayah Taif, di sebelah timur pembagi perairan.[5] Tempat kedatangan mereka, di tempat dilaksanakan sebuah pengkhitanan masal terhadap kaum pria Israil yang belum dikhitankan, sekarang merupakan desa Dhi Ghulf (bahasa Arabnya d glp) secara harfah berarti 'kepunyaan kulit khatan'. Nama menurut Bibel tempat itu, Gibeath Haaraloth (bahasa Ibraninya gb't h-'rlwt), berarti 'bukit kulit khatan'. Kalau Jabal Shatan terletak di sebelah timur pembagi perairan Arabia Barat, Dhi Ghulf terletak di sebelah baratnya, di lembah Wadi Adam yang terletak di daerah-daerah tinggi wiIayah Lith. Untuk mencapai Dhi Ghulf dari Jabal Shatan, seseorang harus menuju ke arah selatan dan kemudian menuju ke arah barat guna menyeberangi pembagi perairan di daerah rendah Wadi Buqran di sebelah selatan Taif.
Dari Jabal Shatan menuju Dhi Ghulf, penyeberangan Yordan, oleh orang-orang Israil ini, seperti yang dilukiskan dalam Kitab Yosua, dapat ditelusuri kembali sampai detil-detil yang terakhir dalam lingkungan Arabia Barat-nya. Kita harus pula mengingat bahwa ini belum pernah berhasil diikuti kembali sehubungan dengan lingkungan yang secara tradisional dianggap sebagai Palestina (lihat Kraeling, halaman 132-134). Orang-orang Israil itu dikabarkan bertolak untuk penyeberangan itu pada musim panen (mestinya akhir musim semi), sewaktu wadi-wadi di kanan kiri yrdn, atau 'tebing curam' mengalir dengan amat deras (3:15).[6] Waktu mereka sampai di tempat mereka dapat menyeberang, air itu menyusut (atau disusutkan dengan cara yang bijaksana, yaitu dengan cara membuat sebuah bendungan) agar orang-orang Israil dapat menyeberanginya (3:16). Dari bahasa Ibrani, kejadian itu dilaporkan dalam terjemahan-terjemahan standar sebagai berikut:
Air yang mengalir dari atas (m-l-m'lh) terdiam dan bangkit membentuk suatu timbunan jauh (nd 'hd h-rhq m'd) di Adam ('dm) kota yang terletak di sebelah Zarethan (srtn), dan yang mengalir menuju lautan Arabah ('l ym 'rbh), Laut Garam (ym h-mlh) sama sekali terputus hubungan; dan orang-orang pun melintas di hadapan Yericho (yryhw) (RSV).
Secara tradisional ungkapan Ibrani ym 'rbh ym h-mlh yang diterjemahkan dengan salah sebagai 'Laut Arabah, Laut Garam' dianggap menunjuk pada Laut Mati Palestina. Tetapi dalam bahasa Ibrani ym dapat berarti baik 'laut' maupun 'barat'. Maka dari itu penterjemahan yang benar atas seluruh ucapan ym 'rbh ym h-mlh seharusnya adalah 'di sebelah barat 'rbh (sebuah tempat), di sebelah barat h-mlh (sebuah tempat pula). Lokasi-lokasi yang bersangkutan adalah Ghurabah (grbh) di Wadi Buqran, sedikit ke timur pembagi perairan dan sebuah desa di dekatnya, yaitu al-Milhah (mlh, dengan kata sandang tertentu Arab). Terjemahan-terjemahan yang salah lainnya dalam sebutan yang baru saja dikutip adalah sebagai berikut:
  1. Ungkapan Ibrani m-l-m 'lh merupakan suatu cara yang sangat janggal untuk mengatakan 'dari atas', karena secara harfiah itu mempunyai arti 'dari atas'. Secara benar seharusnya ia berbunyi m-lm'lh, yang berarti 'dari lm'lh', nama sebuah tempat yang sekarang merupakan al-Ma'lah ('l-m'lh), di wilayah Taif, dekat Ghurabah dan al-Milhah.
  2. Ungkapan Ibrani nd 'hd, menurut konteks seharusnya diterjemahkan sebagai 'satu bendungan' dan bukan 'suatu timbunan'. Sebenarnya di sini ungkapan itu timbul sebagai suatu susunan kata-kata keterangan yang berarti 'dalam satu bendungan'.
  3. Ungkapan Ibrani h-rhq m'd, jika dibaca seperti itu, berarti 'jarak banyak', itulah sebabnya ungkapan tersebut diterjemahkan sebagai 'jauh'. Tetapi kalau dibaca h-rhq m-'d, akan berarti 'yang membentang dari 'd', nama sebuah tempat yang kini merupakan Wadd (wd), di bagian sama pada wilayah Taif seperti halnya Ghurabah, al-Milhah dan al-Ma'lah.
Tempat-tempat yang masih perlu dikenali adalah Adam, Zarethan dan Yericho, mengingat jarak yang dilaporkan antara kedua kota yang pertama itu. Seharusnya Adam sekarang merupakan Adam ('dm, bentuk ubahan dari 'dm dalam Bibel), desa yang terletak di sebelah barat pembagi perairan Taif, yang memberi namanya pada lembah Wadi Adam. Zarethan (srtn) mestinya kini merupakan desa Raznah (rznt), juga di Wadi Adam. Sedangkan Yericho (di sini yryhw bukan yrhw), tidak diragukan lagi kini adalah desa Rakhyah (rhy), di Wadi Adam. Mengingat semua ini, Yosua 3:16 seharusnya diterjemahkan seperti berikut:
Air yang mengalir dari al-Ma'lah terdiam, mereka bangkit dalam satu bendungan yang terbentang dari Wadd, di Adam, kota yang letaknya di sebelah Raznah, dan mereka yang mengalir di sebelah barat Ghurabah di sebelah barat al-Milhah sama sekali terputus hubungan; dan orang-orang pun melintas di hadapan Rakhyah.
Jelas, air yang surut (agaknya karena dibendung) yang memungkinkan orang-orang Israil menyeberangi tebing curam di daerah Buqran itu berasal dari Wadi Adam yang mengalir dari pembagi perairan ke arah barat, dari ketinggian wilayah Taif menuju ke laut. Dengan diterjemahkan secara ini, titik penyeberangan ditetapkan dengan ketepatan yang mengagumkan.
Sewaktu mereka menyeberangi daerah rendah Buqran antara Ghurabah dan Adam, kaum pria Israil (jika teks Ibrani dibaca dengan benar) 'mengambil dua belas buah batu' dari tebing curam itu (h-yrdn), 'sesuai dengan jumlah suku-suku bangsa Israil' (4:18). Ketika mereka sampai di Gilgal (glgl), Yosua mengambil keduabelas batu itu dan mendirikan sebuah tanda peringatan penyeberangan h-yrdn hzh ('tebing curam ini', atau 'punggung bukit ini'). Anekdot ini, seperti yang dilaporkan, pasti merupakan suatu usaha untuk menjelaskan berdirinya bukit kecil Jabal Juljul (glgl) di padang Sahl Juljul (juga glgl), di Wadi Adam. Padang dan bukit kecil itu keduanya sampai kini masih ada di sana, dengan ciri-ciri nama Bibelnya yang serupa tidak berubah.
Agar dapat mencapai padang Juljul, atau 'Gilgal', orang-orang Israil menuruni Wadi Adam 'di hadapan Yericho (yryhw)' (3:16), dengan kata lain di hadapan desa Rakhyah yang secara geografis adalah benar. Juljul (atau 'Gilgal') tempat mereka berkemah terletak di perbatasan timur Yericho, seperti yang ditegaskan oleh terjemahan tetap dari ungkapan Ibrani b-qsh m-zrh yryhw (4:19). Di sini kata Ibrani qsh yang dianggap berarti 'perbatasan' dan zrh yang dianggap berarti 'timur', sebenarnya merupakan dua buah nama desa di Wadi Adam: Qasyah (qsy) dan Sarhah (srh). Desa yang kedua yaitu Sarhah dikenali sehubungan dengan desa Rakhyah (seperti zrh yryhw) di dekatnya, guna membedakannya dari sebuah desa lain yang bernama Sarhah di daerah yang sama. Maka terjemahan ayat tersebut yang benar seharusnya adalah: 'mereka berkemah di Juljul, di Qasyah, dari Sarhah Rakhyah'. Maka luas perkemahan tersebut telah ditandai.
Serupa dengan cerita mengenai keduabelas batu Juljul atau 'Gilgal' itu, kisah mengenai pengkhitanan masal terhadap semua pria Israil yang belum dikhitankan di Gibeath-Haaraloth (sekarang Dhi Ghulf, lihat di atas) haruslah menandakan suatu usaha untuk menjelaskan suatu fenomena yang aneh -- dalam hal ini nama aneh sebuah tempat yang bernama 'bukit kulit khatan'. Mengapa tempat ini sebenarnya diberi nama ini bukanlah hal yang penting di sini.[7] Yang penting adalah kini bahwa desa Dhi Ghulf di Arabia Barat --seperti halnya Rakhyah (atau 'Yericho'), Juljul (atau 'Gilgal'), Qasyah dan Sarhah-- terletak di Wadi Adam, yang cocok sekali dengan tafsiran geografis dari penyeberangan 'Yordan' orang-orang Israil di bawah pimpinan Yosua. Kebetulan, koordinat-koordinat tempat penyeberangan itu di sepanjang daerah rendah Wadi Buqran di sebelah selatan Taif adalah 21° LU dan 40°30" BT.
Kalau 'Yordan'nya Yosua merupakan sebuah daerah rendah pegunungan di Hijaz bagian selatan di sepanjang tebing curam utama Arabia Barat, 'Yordan'nya Lot (Kejadian 13:10-12) merupakan punggung bukit Jabal Harub, kira-kira 450 km ke arah selatan-barat daya di wilayah pesisir Jizan, dan di tempat ini masih terdapat desa Raydan (bandingkan dengan h-yrdn Ibrani). Dari titik tolaknya di 'Negeb' (h-ngb), antara 'Bethel' (byt 'l) dan 'Ai' (h-'y) (Kejadian 13:2), Lut kabarnya berpisah dengan pamannya, yaitu Abram orang Ibrani (lihat Bab 12, 13, dan 15) dan pergi untuk menetap di sebuah daerah yang dilukiskan sebagai kkr h-yrdn, biasanya diartikan dalam terjemahan-terjemahan sebagai 'lingkaran Yordan', atau 'Lembah Yordan'. Kalau kkr berarti 'lingkaran', yang nampaknya memang demikian, maka kkr h-yrdn mestinya menunjuk pada lembah-lembah subur yang diairi dengan cukup menyebar dari punggung bukit Harub yang nama aslinya adalah h-yrdn, nampaknya masih bertahan dalam nama desa Raydan.
Bahwasanya kkr h-yrdn meliputi lembah-lembah di kaki Jabal Harub, di wilayah Jizan di Asir bagian selatan, dan bukan 'lembah Yordan' di Palestina, dibuktikan oleh rencana perjalanan Lut seperti diceritakan dalam Kejadian. 'Negeb' (ngb) tempat Lut bertolak menuju kkr h-yrdn sudah jelas bukan gurun pasir Negeb di Palestina bagian selatan melainkan 'Negeb' itu adalah desa al-Naqb (nqb), yang sampai kini masih berdiri di lerengan Rijal Alma' di sebelah barat kota Abha (lihat Bab 4). Di sini sampai kini masih terdapat pedesaan Batilah (btl); kota dalam Bibel Bethel, dan al-Ghayy (gy), dengan kata sandang Arab, bandingkan dengan h'y-nya Ibrani) yaitu kota dalam Bibel Ai.[8] Untuk sampai pada kkr h-yrdn, Lut pertama-tama harus pergi ke Jabal Harub, dan dari sana menurun menuju ke lembah-lembah. Dalam Kejadian 13:11, sebenarnya disebutkan bahwa Lut melakukan perjalanan 'dari qdm' (Ibraninya m-qdm) guna mencapai tujuannya, qdm kini merupakan tempat pengambilan air yang bernama Ghamad (gmd) dekat Raydan di punggung bukit Harub. Kini Ghamad merupakan tempat Pengambilan air utama suku lokal Raydan (atau 'Yordan'). Para penterjemah Kitab Bibel tidak mungkin mengetahui bahwasanya qdm ialah sebuah nama tempat dan oleh sebab itu beralasan kuat untuk menterjemahkannya secara harfiah sebagai 'timur'. Akan tetapi kalau kita anggap Lut bertolak dari Palestina dan bahwa ia harus menuju ke timur untuk mencapai sebuah kkr h-yrdn, yang kiranya adalah lembah Yordan, para penterjemah ini tampaknya salah menanggapi kata Ibrani m-qdm sebagai 'ke arah timur' atau 'timur' (RSV), waktu mereka mengetahui bahwa 'm-qdm' hanya dapat berarti 'dari timur', kalau memang benar qdm itu berarti 'timur'. Bukan karena ketidakjujuran namun hanya karena ketidaktahuan sajalah mereka menterjemahkan kisah dalam Kejadian 13:10-12 sedikit banyak seperti berikut:
Dan Lut pun mengangkat matanya dan melihat betapa Lembah Yordan (kkr h-yrdn) di mana-mana mendapatkan pengairan yang baik (klh msqh) seperti Taman Tuhan (k-gn yhwh), seperti tanah Mesir ke arah Zoar (k-'rs msrym b-'kh s'r); ini sebelum Tuhan menghancurkan Sodom dan Gomorrah (l-pny sht yhwh 't sdm w-'t 'mrh). Maka Lut memilih untuk dirinya Lembah Yordan, dan Lut pun melakukan perjalanan ke timur (m-qdm) ... Lut tinggal di kota-kota di lembah itu (ry h-kkr) dan memindahkan tendanya sampai sejauh Sodom (w-y'hl 'd sdm) (RSV).

7. MASALAH YORDAN (2/2)

Di samping secara sewenang-wenang menganggap kkr h-yrdn sebagai lembah Yordan, dan menterjemahkan m-qdm dengan salah sebagai 'timur' dan bukan 'dari timur' (m-qdm sebenarnya berarti 'dari Ghamad') para penterjemah ayat ini sebagai bentuk imperfek kuno dari kata kerja 'be' (dalam bahasa Inggris) (lihat Bab 6, Catatan 9), sebagai nama Tuhan Israil (Yahweh, biasanya diterjemahkan sebagai 'Tuhan'). Demikian pula, mereka telah menganggap kata Ibrani sht sebagai sebuah kata kerja dalam bentuk yang menunjukkan bahwa pekerjaan itu sudah dilakukan (perfect tense), yang berarti 'telah dimusnahkan', padahal kata itu sebenarnya timbul dalam konteks sebagai sebuah nama tempat (lihat di bawah). Walaupun orisinalnya yang tertulis dalam bahasa Ibrani masuk di akal dalam bentuk itu, para ahli Bibel yang bekerja di dalam kerangka struktur geografis yang telah dibentuk sebelumnya telah memindahkan ungkapan l-pny sht yhwh 't sdm w-'t 'mrh dari tempatnya yang benar. Dalam ungkapan yang asli ungkapan itu terletak persis sesudah klh msqh atau 'seluruhnya mendapat pengairan', tetapi mereka telah mengubah urutannya dan menempati ungkapan tersebut sesudah k-'rs msrym b-'kh s'r, yang bukan pada tempatnya. Selanjutnya, mereka telah menganggap selaku benar bahwa 'rs msrym berarti 'tanah Mesir'. Pada ayat terakhir, mereka telah selalu menganggap bahwa 'ry h-kkr berarti 'kota-kota di lembah, lingkaran, padang, distrik'. Akan tetapi, orisinalnya dalam bahasa Ibrani menunjukkan pada 'gua-gua' (Arabnya gr, diucapkan gar, 'gua') atau 'lembah-lembah' (dalam bahasa Arab gwr, diucapkan gawr, 'kedalaman, lembah') pada tempat tersebut. 'Gua-gua' agaknya lebih cocok di dalam konteks ini, karena Lut digambarkan bermukim di sebuah gua, dalam hal ini sebuah m'rh,[9] pada Kejadian 19:30. Inilah penterjemahan kembali yang saya buat dari teks yang sama, dengan membiarkan nama-nama tempat yang disebut dalam bentuk Ibrani, aslinya untuk pengenalan selanjutnya.
Dan Lut pun mengangkat matanya dan melihat bahwa kkr h-yrdn diairi dari arah sht (l-pny sht); ia terletak di samping sdm dan mrh (yhwh 't sdm w-'t 'mrh). Tampaknya seperti sebuah taman (k-gn yhwh); seperti tanah msrym ke arah s'r. Maka Lut memilih untuk dirinya seluruh kkr h-yrdn dan Lut melakukan perjalanan dari qdm ... Lut tinggal di gua-gua kkr, dan mendirikan kemahnya sampai sejauh sdm.
Yang dikemukakan oleh terjemahan baru teks konsonan Ibrani ini adalah dua buah kelompok nama tempat, yang sebuah berkenaan dengan tiga buah lokasi dalam 'lingkaran Raydan' (kkr h-yrdn dengan kata lain di lembah-lembah sekitar punggung bukit Jabal Harub) yaitu sht, sdm dan 'mrh, dan yang sebuah lagi berkenaan dengan dua lokasi di tempat lain, msrym dan s'r, lokasi-lokasi yang ada pada kelompok pertama dengan baik dibandingkan dengan msrym dalam hal kesuburannya. Kelima tempat lokasi itu namanya masih bertahan di Asir modern: ketiga tempat pertama terletak di wilayah Jizan, tempat yang memang disangka sebagai lokasinya, dan yang dua lainnya terletak di daerah yang sangat subur di sekitar wilayah Abha yaitu bagian dari Sarat yang diberkahi dengan curah hujan terbesar. Ini adalah kelima nama tempat yang dikenali melalui nama mereka sekarang:
  1. Sht, kini Shakit (sht) di Jabal Bani Malik, di sebelah timur tenggara Jabal Harub, dan persis di sebelah timur tenggara Jabal Harub, dan persis di sebelah timur Wadi Sabya.
  2. Sdm, atau 'Sodom': namanya tetap bertahan dalam bentuk metatesis, yaitu Wadi Damis (dms), cabang Wadi Sabya yang paling jauh di barat (lihat Bab 4)
  3. 'Mrh, atau 'Gomorrah': Ghamr (gmr), di lerengan Jabal Harub di atas Wadi Damis.
  4. Msrym: di sini jelas bukan 'Mesir', melainkan Misramah (msrm) desa yang kini terletak di dekat Abha (lihat Bab 4).
  5. S'r, atau 'Zoar': tidak diragukan lagi adalah al-Sa'ra' (s'r), juga dekat Abha, ada pula 'Zoar' lainnya di Asir.
Guna mendukung pengalihan tempat kejadian cerita Lut dalam Kejadian, saya memberi bukti yang jenisnya berbeda. Sodom dan Gomorrah dalam daftar itu menurut Kejadian 19:24 dimusnahkan pada zaman Lut masih hidup oleh suatu hujan 'batu belerang' sebuah 'api kematian dari surga' (lihat Bab 6, Catatan 9). Ini seperti menunjukkan pada sebuah letusan gunung berapi. Ada beberapa Sodom di Asir yang kemungkinannya merupakan Sodom dalam Bibel. Salah satu diantaranya adalah Sudumah (persis sdm), di wilayah Bani Shahr; namun tidak satu pun yang terletak di dekat sebuah gunung berapi. Tidak begitu halnya dengan Wadi Damis yang aliran rendahnya mengalir di tengah-tengah padang lahar gunung berapi 'Akwah. Para ahli Bibel yang masih mencari-cari peninggalan-peninggalan Sodom (atau peninggalan-peninggalan Gomorrah) di daerah sekitar Laut Mati di Palestina perlu mengingat bahwa belum pernah ditemukan sisa-sisa kegiatan-kegiatan vulkanis kuno di daerah itu. Kedua kota itu mestinya terpendam dibawah lahar Wadi Damis di wilayah Jizan dibawah Jabal Harub, walaupun ada sebuah desa yang bernama Ghamr (gmr) yang mungkin dahulunya merupakan kota menurut Bibel adalah Gomorrah di lerengan Jabal Harub.[10] Yrdn atau 'Yordan', dua tempat yang diasosiasikan dengannya dalam kisah migrasi Lut, tidak mungkin kalau bukan punggung bukit Harub yang nama Bibelnya (yang artinya 'punggung bukit') masih digunakan oleh desa Raydan. 'Lingkaran' (kkr) mestinya merupakan istilah kolektif yang dipakai guna menunjukkan lembah-lembah yang menyebar dari pelbagai sisi punggung bukit Harub, membentuk lembah-lembah (sungai) Wadi Sabya dan Wadi Baysh; juga qdm Lut bukanlah 'timur', melainkan anak sungai Ghamad di dekat Raydan.[11]
Mengenai nama tempat msrym, harus ditegaskan bahwa kota ini jarang digunakan didalam Bibel Ibrani untuk menunjuk pada Mesir, seperti yang biasa diduga.[12] Dimana msrym tidak berkenaan dengan Misramah dekat Abha (lihat Bab 4 dan 13), ia berkenaan dengan Masr di Wadi Bishah atau dengan Madrum (mdrm) di dataran tinggi Ghamid (lihat Bab 14). 'Pharaoh' (pr'h) dalam Bibel, seperti yang akan dikemukakan kemudian, bukanlah Fir'aun Mesir, melainkan seorang dewa orang-orang Arabia Barat yang diasosiasikan dengan Misramah dan Masr disamping beberapa tempat lainnya,[13] dan mungkin juga tanda pangkat kepala-kepala sebuah suku di daerah itu. Kata menurut Bible msr dapat juga merupakan nama sebuah suku di Arabia Barat yang dalam bahasa Arabnya bernama Mudar (mdr, 'susu yang diasamkan'). Kenyataan menunjukkan bahwa sebuah suku 'Pharaoh' yang bernama Far'a (pr'), kini masih ada di Wadi Bishah, memakai nama dewa kuno atau kepala-kepala suku daerah itu.
Kalau sudah dikenali h-yrdn dalam Bibel ini, atau 'Yordan' bukanlah sebuah sungai, melainkan sebuah istilah yang berarti 'punggung bukit, tebing curam', atau sebuah nama tempat seperti Raydan yang mempunyai arti sama, maka mudahlah untuk memahami ungkapan-ungkapan gabungan menurut Bibel lainnya yang menggunakan istilah itu. Telah diamati bahwa yrdn yrhw (Bilangan 26:3, 63; 31:12; 33:48, 50; 35:1; 36:13) bukanlah 'Yordan di Yericho' (RSV), melainkan 'punggung bukit Warakh' di dataran tinggi Dhahran. Disamping yrdn yrhw adapula ungkapan-ungkapan menurut Bibel lainnya yang menonjolkan istilah yrdn yang perlu diperhatikan. M'brwt h-yrdn, misalnya, bukanlah 'benteng-benteng Yordan' (RSV), melainkan 'jurang-jurang tebing curam'.[14] Spt h-yrdn (Raja-raja II 2:13) bukanlah 'tepian sungai Yordan' (RSV), melainkan 'tepi tebing curam' (bandingkan dengan kata Arab sph atau sp', 'tepi jurang'). Bahkan orang-orang Arab yang tinggal di Arabia Barat masih menunjuk pada tebing curam Arabia Barat dengan cara ini. Glylwt h-yrdn (Yosua 22:11) bukanlah 'wilayah sekitar Yordan', melainkan 'sisi yang bertingkat-tingkat (dalam bahasa Arab gl, 'tingkat', dari kata gll) dari tebing curam', kecuali kalau referensinya kepada beberapa pedesaan yang kini bernama al-Jallah (gl) di bagian tebing curam Asir.
Akhirnya, g'wn h-yrdn (Yeremia 12:5, 49:19; 50:44; Zakaria 11:3) jelas bukan 'rimba Yordan'. Kata Ibrani g'wn dibuktikan berarti 'tinggi'. Hanya suatu daya khayal yang tinggi saja yang dapat mengartikannya sebagai 'pohon-pohon tinggi', sehingga ditafsirkan sebagai 'rimba'. Sebagai sebuah istilah, g'wn h-yrdn dapat berarti 'ketinggian, tebing curam'. Tetapi secara kebetulan ada dua buah lembah yang bernama Wadi Ghawwan (gwn) di wilayah Jizan di Asir. Yang pertama adalah sebuah lembah pesisir yang menuju ke laut ke kota pelabuhan Shuqayq. Namun yang kedua, lebih jauh ke selatan, merupakan sebuah di antara hulu Wadi Baysh yang bermula di ujung utara tebing curam Harub atau jaringan yrdn (yrdn atau Raydan-nya Lut) dan bergabung dengan hulu-hulu lainnya di sana. Guna membedakan antara 'Ghawwan tebing curam' ini atau 'Ghawwan Raydan' dengan Wadi Ghawwan di daerah pesisir ke arah utara, teks-teks Bibel tersebut menyebutnya g'wn h-yrdn.
Jika kita mempertimbangkan kembali sebuah teks Bibel yang berkenaan dengan g'wn h-yrdn ini, maka kita akan menemukan suatu alternatif yang menarik dari pembacaan standar. Dalam terjemahan-terjemahan konvensional dari Zakaria 11:1-3 (di sini RSV) kita dapat membaca yang berikut ini:
Bukalah pintu-pintumu, wahai Libanon (lbnwn), agar api itu dapat melahap pohon-pohon arasmu (w-t'kl 's b'rzyk): Merataplah, wahai pohon saru, karena pohon aras ('rz) telah tumbang, karena pohon-pohon agung itu telah rusak (sr drym sddw): Merataplah, pohon-pohon ek (tunggalnya 'lwn) dari Bashan (bsn), karena hutan yang lebat telah ditebangi (ky yrd y'r h-bswr): Dengarlah (qwl) ratapan gembala-gembala itu ('llt h-r'ym) karena keagungan mereka ('drtym) telah dirusak (sddh): Dengarlah qwl auman singa-singa itu (s'gt kpyrym), karena rimba Yordan (g'wn h-yrdn) dirusak (sdd).
Ini jelas indah; namun sayangnya samasekali tidak akurat. Yang terkandung dalam teks Ibrani ini bukanlah dua buah tetapi sedikitnya tujuh buah nama tempat. Lbnwn yang dimaksudkan bukanlah Gunung Libanon, tetapi dataran tinggi dan lembah Lubaynan (lbynn) yang membatasi wilayah Jizan dari arah tenggara dan kini jatuh di wilayah Yaman (lihat Bab 1). Tumbuhan 'rz dari Lubaynan tidak mungkin pohon aras, melainkan tanaman jenever raksasa setempat. Bsn yang diterjemahkan sebagai Bashan bukan al-Bathaniyyah, yaitu wilayah dataran tinggi di sebelah timur Sungai Yordan, seperti yang telah lama diduga, melainkan al-Bathanah (btn) di Jabal Faifa yang memandang ke bawah lembah-lembah wilayah Jizan. Tumbuhan 'lwn di Bathanah bukan pohon ek tetapi tumbuhan lokal, yaitu pohon butun. Terjemahan standar yang telah saya kutip tadi mengenali lbnwn dan bsn dalam Zakaria sebagai nama-nama tempat, namun tidak dapat mengenali nama-nama yang lain. Salah satu di antaranya ialah g'wn (g'wn h-yrdn) yang disebut sebagai Wadi Ghawwan zaman sekarang, di yrdn yang kini merupakan Jabal Harub. Dan inilah keempat nama-nama lainnya:
  1. 'Drym: bukan 'pohon-pohon yang agung', tetapi bentuk jamak kata 'dr, di sini berarti 'puncak' (bandingkan dengan kata Arab drw; dalam dialek daerah pedalaman wilayah Jizan adalah dry, dalam maskulinnya diucapkan sebagai dari). Di sini referensinya adalah kepada kerucut-kerucut vulkanis atau 'puncak-puncak' Jabal Hattab di utara Yaman, di sebelah timur dataran tinggi Lubaynan.[15] Di ujung selatan Jabal Hattab sampai kini berdiri sebuah desa yang bernama Darwan (drwn, bandingkan dengan kata Ibrani 'drym, 'puncak-puncak'). Ini mungkin merupakan nama lama 'puncak-puncak' di daerah tersebut.
  2. Bswr: bukan berarti 'ditebangi' (dari kata bsr, 'mengiris'), namun kini merupakan desa Sabir (sbr) di distrik Bani Ghazi, di pedalaman Jizan, di kaki Jabal Harub.
  3. R'ym: belum tentu berarti 'gembala-gembala' (seperti dalam bentuk jamaknya r'y), namun lebih tepat kalau berkenaan dengan para penghuni Ri' (r'ym, seperti dalam bentuk jamaknya genitif r') di distrik Bani Ghazi wilayah Jizan, di lerengan jabal Masidah. 'Dr ('drtm) atau 'puncak' 'mereka' (bukan 'keagungan mereka') tentunya adalah Jabal Masidah tersebut.
  4. Kpyrym: belum tentu berarti 'singa-singa' (jamak kpyr), namun lebih tepat kalau merupakan sebuah nama tempat dalam bentuk maskulin jamak yang menandakan desa al-Rafaqat (bentuk feminin jamak rpq, bandingkan dengan kpyr-nya bahasa Ibrani) kini terletak di lerengan Jabal Harub; dengan kata lain di sekitar daerah Wadi Ghawwan (atau g'wn h-yrdn) yang sama.
Maka dari itu, dalam mempertimbangkan kembali teks Zakaria sehubungan dengan gagasan-gagasan baru ini, saya mengusulkan
Penterjemahan kembali teks tersebut sebagai berikut:
Bukalah pintu-pintumu, wahai Lubaynan, dan api itu akan memakan pohon-pohon jenever-mu;[16] Merataplah, wahai pohon saru, karena pohon jenewer yang dirusak Darwan telah tumbang; Merataplah, wahai pohon-pohon butun Bathanah, karena hutan Sabir telah tumbang;[17] Dengarlah ratapan orang-orang Ri', karena puncak mereka telah hancur; Dengarlah auman al-Rafaqat, karena Ghawwan Raydan telah hancur.
Para pembaca bersedia atau tidak menerima penterjemahan kembali yang diusulkan di atas, ada satu hal yang sudah dapat dipastikan: Bibel Ibrani tidak mengatakan sesuatu pun mengenai 'rimba Yordan' di daerah tempat kelimpahan pepohonan ini diduga keras berada. Ini merupakan suatu salah penterjemahan yang seharusnya akan membuat ragu para pengunjung yang kurang cermat sekalipun.
Bagaimana dengan Yordan (juga h-yrdn) tempat Naaman dari Aram 'menyelam sebanyak tujuh kali' untuk menyembuhkan dirinya dari penyakit kusta (Raja-raja II 5:14)? Mungkinkah seseorang menyelam tidak ke dalam air, melainkan ke dalam bebatuan tebing curam atau punggung bukit? Jelas tidak. Tempat yang disebut yrdn tempat Naaman 'menyelam sebanyak tujuh kali' tersebut mustahil kalau bukan merupakan sebuah sungai kecil atau kolam air. Jika halnya demikian, maka istilah yrdn berasal dari akar kata Semit yang sama yaitu yrd -- di sini bukan berarti 'turun, jatuh ke bawah', namun dalam pengertian kata Arab wrd yang berarti 'pergi ke air'. Sambil mengingat bahwa Naaman melakukan penyembuhan 'Yordan'-nya di dekat 'Samaria, (swrwn) yang kini adalah desa Shimran (smm) di pedalaman Qunfudhah di pesisir Asir (lihat Bab 10), 'Yordan' yang satu ini sebagai sebuah 'sungai kecil' atau 'kolam air', tentunya merupakan bagian anak sungai Wadi Nu's yang mengalir di daerah ini. Tanah asal Naaman yang bernama Aram 'rm kini mestinya adalah Wadi Waram wrm di daerah-daerah rendah Rijal Alma' di sebelah selatan Shimran atau 'Samaria'. Di tempat itu 'Damaskus'-nya dmsq atau d-msq) jelas tidak mungkin Damaskus yang terletak di Suria, Damaskus ini kini adalah desa lokal yang bernama Dhat Misk (dt msk). Tidak ada sungai-sungai yang bernama Pharphar prpr dan Abana (bn') yang mengalir di daerah sekitar Damaskus Suria. 'Sungai-sungai' di tanah asal Naaman yang ia bandingkan secara yakin dengan 'Yordan' atau yrdn tempat ia melakukan penyembuhannya (Raja-raja II 5:12), memakai nama-nama yang kini dipergunakan pedesaan Rafrafah (rprp) dan al-Bana (bn). Jalan air utama di wilayah tersebut adalah lembah Wadi Hali. Oleh sebab itu kita dapat menganggap bahwa Pharphar dan Abana menurut Bibel merupakan dua di antara sejumlah anak sungai Wadi Hali yang sama ini.

8. YUDAH ARABIA (1/2)

Kalau para pembaca sudi mengakui bahwa Yordan menurut Bibel itu mungkin saja merupakan sebuah tebing curam pegunungan yang penting di Arabia Barat, maka mereka akan mendapatkan sedikit kesulitan dalam menerima pra-anggapan bahwa Yudah menurut Bibel paling-paling adalah daerah perbukitan yang mengapit sisi maritim Asir. Lebih jelasnya saya mempunyai pendapat bahwa Yudah milik orang-orang Israil kuno terletak di sebuah daerah yang terbentang dari pembagi perairan di pegunungan Sarat (yrdn yang utama, atau 'Yordan' dalam Bibel Ibrani) sampai pada gurun pasir Tihamah di daerah pesisir (Tehom dalam Bibel).
Menurut Bibel Ibrani Yudah adalah salah satu nama di antara keduabelas suku Israil. Yudah juga merupakan nama yang dipakai untuk menandakan wilayah yang dihuni oleh suku tersebut dan juga untuk menandakan salah satu di antara dua kerajaan pecahan dari 'Seluruh Israil' yang pecah setelah wafatnya Sulaiman. Pada zaman Achaemenid, nama ini lebih umum dipakai guna menunjukkan seluruh tanah bangsa Israil yang pada saat itu telah tidak merdeka lagi.
Tanah suku Yudah tampaknya terletak di Wadi Adam di Hijaz bagian selatan (lihat Lampiran). Daud, pendiri kerajaan 'Seluruh Israil', berasal dari Yudah, dan kota asalnya adalah 'Bethlehem' (byt lhm), sebuah desa yang kini dikenal sebagai Umm Lahm ('m lhm). Tidak mengherankan apabila dinasti yang ia dirikan dikenal sebagai 'Keluarga Kerajaan Yudah', mencerminkan asal-usulnya, mungkin yang lebih penting lagi adalah apa yang kita kenal sebagai agama atau adat istiadat Yahudi (Yudaisme) kemungkinan besar mengambil namanya dari kerajaan --bukan dari suku atau tanah kesukuan-- Yudah yang bertahan terus di bawah keluarga kerajaan Daud sampai kerajaan itu dihancurkan oleh orang-orang Babilonia pada tahun 586 S.M.
Yang kita kenal sebagai Yudaisme yang dikembangkan oleh para nabi, atau nby'ym yang hidup di bawah perlindungan raja-raja Yudah (lihat Bab 1), dan Kitab Bibel Ibrani yang kita ketahui pada hakekatnya merupakan hasil karya kerajaan Yudah dan bukan kerajaan saingannya, yaitu Israil. Setelah hancurnya kedua kerajaan itu, Yudahlah yang lebih banyak menetap dalam ingatan orang. Paling tidak agar kita dapat menganggap dari kenyataan itu bahwa nama Yudah diberikan kepada seluruh bekas wilayah kekuasaan orang-orang Israil pada zaman Achaemenid. Kaum Yahudi sebagai suatu masyarakat keagamaan mendapatkan namanya dari Yudah (Yehudim dalam Bibel, tunggalnya Yehudi, dari Yehudah), bukan Israil yang masih kita kenal sampai saat ini.
Hampir sudah dapat dipastikan bahwa Yudah merupakan sebuah nama geografis sebelum menjadi nama sebuah suku Israil. Bentuk Ibraninya, yhwdh, adalah kata benda jadian dari yhd --yaitu padanan kata Arab whd yang berarti 'terletak rendah, tertekan', yang tidak berkenaan dengan orang, melainkan dengan tanah. Dalam bahasa Arab, whd menghasilkan kata benda wahd (whd) dan wahdah (whdh, dengan akhiran feminin) yang berarti 'daerah tanah datar, tanah yang berbaring rendah; jurang', sedangkan yhwdh dalam Kitab Bibel, berasal dari kata yhd, yang mestinya merupakan suatu istilah topografis Semit kuno yang kira-kira mempunyai arti yang sama.
Sebenarnya daerah perbukitan yang mengapit sisi maritim Asir ini, yang menurut keyakinan saya adalah Yudah, ialah suatu bentangan daratan yang bukan hanya terdiri dari punggung-punggung bukit yang saling terjalin yang beberapa di antaranya menonjol keluar dari barisan utamanya dan yang lain berdiri terasingkan di sana sini, namun juga terdiri dari tanah wahd atau wahdah yang letaknya rendah. Agaknya Yudah kuno mendapatkan namanya dari kata yang terakhir ini.[1]
Dalam teks-teks Bibel tak terhitung lagi jumlah referensi pada Yudah yang mendukung pernyataan saya bahwa Yudah adalah wilayah kekuasaan Israil sebagai suatu bangsa dan bukan wilayah kekuasaan sebuah suku Israil tertentu (lihat Lampiran). Sebagian besar juga memperkuat pernyataan saya bahwa sebagian besar tanah mereka terdiri dari lerengan maritim Asir geografis, di samping Hijaz bagian selatan sampai sejauh punggung bukit Taif. Sebuah contoh yang baik didapati dari dua buah kisah yang menceritakan kembalinya keturunan-keturunan orang Israil buangan dari Babilonia ke Yudah pada zaman Achaemenid, ditemukan dalam Ezra 2:3-63 dan Nehemia 7:8-65. Kedua teks tersebut, dengan variasi-variasi yang tidak jauh berbeda, menuliskan kelompok atau masyarakat Israil menurut kota-kota dan desa-desa asal mereka, bukan menurut suku-suku atau keluarganya, seperti yang sampai kini diduga.[2] Jika meneliti kedua teks tersebut dengan menggunakan sebuah peta Jazirah Arab yang baik dan sebuah kamus nama-nama tempat di Arabia guna memberi bimbingan yang lebih jauh --serta lebih dari satu kamus tersebut agar memudahkan pekerjaan ini sehingga tak dapat terjadi kesalahan-kesalahan-- seseorang dengan mudah dapat menempatkan hampir semua kota dan pedesaan yang disebutkan dalam Ezra dan Nehemia.
Terkadang itu merupakan daerah-daerah yang masih memakai nama yang sama. Dan terkadang berada dalam bentuk-bentuk yang sama yang dapat dikenali. Semuanya selalu dapat dijumpai di bagian-bagian kira-kira dari wilayah Taif dan daerah pedalaman Luth di sebelah utara, sampai ke daerah pedalaman Jizan di sebelah selatan. Bahkan istilah-istilah yang sampai kini diperkirakan menandakan 'para pendeta', 'para Levit', 'para penyanyi', 'para penjaga gerbang', 'para pelayan kuil', atau 'para pelayan Sulaiman' jika diteliti kembali dengan lebih cermat nampaknya lebih berkenaan dengan kelompok-kelompok yang berasal dari daerah-daerah tertentu di wilayah umum yang sama dan dari lingkungan Arabia yang lebih luas (terutama wilayah Najran; lihat bawah).
Untuk menetapkan fakta-fakta mengenai hal ini, baiklah saya memulainya dengan meneliti kelompok yang terakhir. Mengingat kemustahilan dalam jumlah 'para pendeta' yang sangat besar tersebut, adalah aneh juga penafsiran secara tradisional atas kelompok ini dan juga kelompok-kelompok lainnya tidak diperiksa selama ini. Bagaimanapun juga, pertimbangkanlah yang berikut ini:
a. 'Para pendeta' (h-khnym) konon berjumlah 4.289 orang (kira-kira sepersepuluh dari jumlah orang-orang Israil yang kembali, yang berjumlah sekitar 40.000 orang), dan dibagi seperti berikut ini (Ezra 2:36-39; Nehemia 7:39-42):
1.      'Putra-putra' Yedaiah (yd'yh)
2.      'Putra-putra' Immer ('mr)
3.      'Putra-putra' Pashhur (pshwr)
4.      'Putra-putra' Harim (hrm)
Kata menurut Bibel khnym tidak dapat ditafsirkan sebagai bentuk jamak kata Ibrani khn, atau 'Pendeta' karena itu akan berarti bahwa setiap satu orang di antara sepuluh orang Israil yang kembali merupakan seorang pendeta. Khnym lebih tepat dianggap sebagai bentuk jamak khny, genitif khn sebagai sebuah nama tempat, sehingga berarti 'orang-orang khn'. Tanah asal khnym tampaknya kini berupa oase Qahwan (qhwn, pada hakekatnya qhn, bentuk kata dalam Bibel khn yang telah diarabkan) di Wadi Najran di sekitar oase Salwah. Anggapan ini didukung oleh distribusi geografis khnym yang kota-kota asalnya atau wilayah-wilayah asalnya (bukan keluarga-keluarganya) tertulis dalam Ezra dan Nehemia seperti berikut:
  1. Yedaiah (yd'yh) yang kini jelas merupakan daerah kesukuan Wadi'ah (wd'h) di Wadi Najran. Ezra (2:36) dan Nehemia (7:39) berbicara mengenai bny yd'yh l-byt ysw' biasanya diterjemahkan sebagai 'putra-putra Yedaiah dari Keluarga Kerajaan Yosua', namun sebenarnya berarti 'orang-orang Wadi'ah ke byt ysw' (sebuah nama tempat)', karena l yang berpreposisi dalam bahasa Ibrani berarti 'ke', bukan 'dari'. Masyarakat yang dibicarakan mestinya jelas ialah penghuni-penghuni sebuah daerah yang membentang dari Wadi'ah ditengah-tengah Wadi Najran, sampai (bukan 'dari') oase Wasi' (wsy', bandingkan ysw' dalam Bibel) di selatan Riyadh, dan di ujung timur wilayah Yamamah di Arabia Tengah.
  2. Immer ('mr), kini merupakan oase Al-Amar ('mr) di wilayah Yamamah di Arabia Tengah, di sebelah timur laut daerah Wadi Najran yang lebih luas.
  3. Pashhur (pshwr), kini jelas merupakan oase Wadi Harshaf (hrsp) di Wadi Habuna, di sebelah utara Wadi Najran.
  4. Harim (hrm), kini bentangan oase Wadi Harim (hrm) di ujung barat wilayah Yamamah di Arabia Tengah.
Dari semua ini jelas bahwa khnym tentunya merupakan sebuah masyarakat yang mempunyai tanah asal yang membentang dari Wadi Najran ke arah utara sampai ke Wadi Habuna, dan ke arah timur laut memasuki wilayah Yamamah di Arabia Tengah. Luas wilayah tersebut mungkin dapat menjelaskan mengapa para khnym yang kembali itu, menurut Ezra dan Nehemia, berjumlah sangat besar. Karena terletak di pedalaman, tanah khnym merupakan tambahan tanah Yudah dan bukan suatu bagian integral darinya.
b. 'Para Levit' (h-lwym) dibagi sebagai berikut (Ezra 2:40; Nehemia 7:43):
1.      'Putra-putra' Yeshua (ysw').
2.      'Putra-putra' Kadmiel (qdmy'l atau qdmy 'l).
3.      'Putra-putra' Hodaviah (hwdwyh dalam Ezra; hwdwh, atau 'Hodevah' dalam Nehemia.
Para lwym (jamak lwy, genitif lw atau lwh) bukanlah orang-orang ulama 'Levit', melainkan mereka mestinya merupakan sebuah masyarakat yang berasal dari Lawah (lw atau lwh) di Wadi Adam. Di Wadi Adam yang sama kini masih terdapat sebuah desa yang bernama Hudayyah (hdyh) yang tak lain adalah Hodaviah dalam Ezra dan Hodevah dalam Nehemia. Dalam teks-teks Ezra dan Nehemia orang-orang Hudayyah di Wadi Adam dibedakan dari kedua kelompok lwym lainnya yang secara bersamaan disebut 'putra-putra Yeshua dan Kadmiel'. Ini dikarenakan 'Yeshua' dan 'Kadmiel' merupakan tempat-tempat yang terletak saling berdekatan di pedalaman Lith tak jauh dari daerah yang terletak lebih rendah dari Wadi Adam di sekitar daerah yang kini bernama Ghumayqah. Di sini 'Yeshua' kini ditandakan oleh desa Sha'yah (s'y, bandingkan dengan ysw' dalam Bibel), sedangkan 'Kadmiel' ditandakan oleh desa Al-Qadamah ('l-qdm, tampaknya 'l qdm, 'dewa' qdm, bandingkan dengan qdmy 'l dalam Bibel).
c. 'Para penyanyi' (h-msrrym, termasuk penyanyi-penyanyi 'Asaph' ('sp) (Ezra 2:41; Nehemia 7:44).
Jelas mereka mestinya merupakan sebuah masyarakat yang berasal dari desa Masarrah (msr, atau msrr), di wilayah Bariq (Bariq): di sebelah barat wilayah Majaridah. Di sebelah timur Masarra di wilayah Ballasmar terdapat desa Al-Yusuf (ysp) yang sampai kini memakai nama menurut Bibel 'Asaph'.
d. 'Para penjaga gerbang' (h-s'rym) dibagi sebagai berikut (Ezra 2:42; Nehemia 7:45):
1.      'Putra-Putra' Shallum (slwm).
2.      'Putra-Putra' Ater ('tr).
3.      'Putra-Putra' Talmon (tlmn).
4.      'Putra-Putra' Akkub ('qwb).
5.      'Putra-Putra' Hatita (htyt').
6.      'Putra-Putra' Shobai (sby).
Para s'rym tersebut samasekali bukan 'para penjaga gerbang', melainkan mereka adalah sebuah masyarakat di wilayah Taif yang berasal dari sebuah tempat yang kini merupakan Sha'ariyah (s'ry). Seluruh kampung halaman s'rym, seperti yang tertera dalam Ezra dan Nehemia masih dapat dijumpai di sekitar daerah yang sama. Kampung-kampung halaman tersebut adalah Shumul (smwl, dalam Bibel slwm, 'Shallum'); Watrah (wtr, dalam Bibel 'tr, 'Atter,); Mantalah (mntl, dalam Bibel tlmn, 'Talmon'); 'Uqub ('qwb dalam Bibel 'qwb juga, 'Akkub'); al-Huwayyit (hwyt, tampaknya merupakan bentuk Arab dari htyt' yang ada dalam Bibel, 'Hatita'); dan Thawabiyah (twby, bandingkan dengan sby dalam Bibel).
e. 'Para pelayan kuil' (ntynym) ditulis sebagai 'putra-putra' atau orang-orang dari 35 tempat yang berbeda (bukan keluarga-keluarga; Ezra 2:43-45; Nehemia 7:46-56).
Tentunya mereka bukanlah 'para pelayan kuil'. Saya yakin mereka adalah sebuah masyarakat di wilayah Jizan dan wilayah-wilayah Bahr dan Birk di Rijal Alma' yang saling berdekatan. Tempat asal mereka adalah satu di antara dua buah pedesaan yang kini bernama Tanatin (tntn) di wilayah Jizan. Inilah ketigapuluhlima pedesaan yang merupakan tempat asal mereka:
  1. Ziha (syh' dalam Ezra; sh' dalam Nehemia): Sakhyah (shy) atau Sakhi (shy) di Rijal Alma'.
  2. Hashupa (hswp'): Hashafah (hsp) di wilayah Birk.
  3. Tabbaoth (tb'wt): 'Atiyyah (tbyt) di wilayah Jizan.
  4. Keros (qrs): Kirs (krs) satu di antara sembilan pedesaan yang memakai nama yang sama di wilayah Jizan; kecuali kalau itu adalah Kurus (krs) di wilayah yang sama.
  5. Siaha (sy'h' dalam Ezra; sy', dalam Nehemia; keduanya memakai kata sandang tertentu Arab yang berakhiran dan membiarkan nama itu sebagai sy'h atau sy'): al-Sa'i (s'y, dengan kata sandang tertentu Arab yang berakhiran) di wilayah Jizan.
  6. Padon (pdwn): Fadanah (pdn) di wilayah Jizan.
  7. Lebanah (lbnh): Lubanah (lbnh) di wilayah Jizan.
  8. Hagabah (hgbh): Huqbah (h) di wilayah Jizan.
  9. Akkub ('qwb): Al 'Aqibah ('qb) di wilayah Jizan, (berbeda dengan 'Uqub di wilayah Taif, lihat di atas).
  10. Haqab (hqb): Huqbah (hqb) di wilayah Jizan, kecuali kalau itu Huqbah di Rijal Alma' yang terletak di dekatnya.
  11. Shamlai (smly): Shamula' (sml') satu di antara dua pedesaan dengan nama yang sama di wilayah Jizan.
  12. Hanan (hnn): Haninah (hnn), atau mungkin Hanini (hnn), di wilayah Jizan.
  13. Giddel (gdl): Jadal (gdl) di wilayah Bahr.
  14. Gahar (ghr): Juhr (ghr) atau mungkin Juhrah (ghr) di wilayah Jizan.
  15. Reaiah (r'yh): Rayah (ryh', harus ditulis sebagai r'yh) di wilayah Jizan.
  16. Rezin (rsyn): dari beberapa alternatif, yang paling besar kemungkinannya adalah Radwan (rdwn) di wilayah Jizan; kecuali kalau itu adalah Razinah (rzn) di Rijal Alma'.
  17. Nekoda (nqwd' atau nqwd kalau kata sandang tertentu Arab yang berakhiran diabaikan): Najid (ngd) di wilayah Jizan.
  18. Gazzam (gzm): Jazayim (gzym) di wilayah Jizan, kecuali kalau merupakan nama Jizan itu sendiri.
  19. Uzza ('z'): Ghazawah (gzw) di wilayah Jizan; kecuali kalau itu 'Uzz ('z) di wilayah Jizan.
  20. Pasea (psh): Safah (sph), satu di antara dua pedesaan yang bernama Safah di wilayah Jizan.
  21. Besai (bsy): Baswah (bsw) di wilayah Jizan.
  22. Asnah ('snh): Wasan (wsn) di wilayah Bahr.
  23. Meunim (m'wnym, umumnya diberi vokal sebagai sebuah kata jamak, namun mungkin saja sebagai bentuk ganda m'wn atau m'wny): Ma'ani (m'n) dua pedesaan dengan nama yang sama di Rijal Alma'; kecuali kalau referensinya adalah pada lembah Wadi Ma'ayin (bentuk jamak Arab m'yn, disuarakan ma'yan) di wilayah Jizan yang kemungkinannya lebih kecil.
  24. Nephisim (npysym bentuk jamak genitif npys): Nasifan (nspn, bentuk tunggal Arabnya nsp) di Wadi Adam. Penghuni-penghuni Israil desa ini tentunya dahulu berasal dari sebuah tempat di wilayah Jizan yang kini telah tiada lagi.
  25. Bakbuk (bqbwq): Jubjub (gbgb) di wilayah Jizan

8. YUDAH ARABIA (2/2)

  1. Hakupha (hqpw', dengan kata sandang tertentu Arab berakhiran): al-Hajfah (hgp, dengan kata sandang tertentu Arab berawalan) di wilayah Jizan.[3]
  2. Harhur (hrhwr): tidak dapat dikenali sebagai suatu nama tempat tertentu, namun ada kemungkinan kalau tempat itu adalah Kharr (hr) menurut Bibel yang dikenali sehubumgan dengan Khirah (hr) di dekatnya, di Rijal Alma.
  3. Bazluth (bslwt): mungkin sebuah nama kesukuan dari tipe feminin jamak, sangat umum dipergunakan dalam bahasa Arab, berasal dari nama tempat bsl; bandingkan dengan al-Balas (bls) di Rijal Alma. Ada pula wilayah suku Sulab (slb) di Rijal Alma. Atau ada juga Sulbiyah (slbyt) di wilayah Jizan.
  4. Mehida (mhyd'): Hamidah (hmyd, mungkin asalnya sebagai Hamida, atau hmyd', dengan kata sandang tertentu Arab yang berakhiran, seperti nama menurut Bibel, di wilayah Jizan.
  5. Harsha (hrs dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan); al-Khursh (hrs, dengan kata sandang tertentu Arab yang berakhiran), di wilayah Jizan.
  6. Barkos (brqws): satu di antara Kirbas (krbs) atau Karbus (krbs) di wilayah Jizan.
  7. Sisera (sysr): paling-paling ialah Sirr Zahra (sr zhr', suatu pengubahan dari nama aslinya, namun dengan membiarkan kata sandang tertentu Aram yang berakhiran) di wilayah Jizan.
  8. Tamah (tmh): Tamahah (tmh) di wilayah Jizan.
  9. Neziah (nsyh): Naduh (ndh) di Rijal Alma'.
  10. Hatipha (htyp'): Khatfa (htp', membiarkan kata sandang tertentu bahasa Aram di wilayah Jizan.
Menilai dari pengenalan terhadap kampung halaman para ntynym ini, yang terpusat pada suatu daerah di Asir bagian selatan dan sebagian besar di Jizan, jelaslah bahwa mereka bukanlah 'para pelayan kuil', melainkan mereka adalah suatu masyarakat yang namanya berasal dari suatu lokasi di daerah sekitar itu (lihat di atas). Hal yang sama berlaku pada masyarakat-masyarakat yang berikut ini.
f. 'Para pelayan Sulaiman' ('bdy slmh), ditulis sebagai 'putra-putra', atau orang-orang dari 10 tempat yang berbeda (bukan keluarga-keluarga).
Bny' 'bdy slmh atau 'putra-putra 'bdy(m) slmh bukanlah 'para pelayan Sulaiman' tetapi mereka adalah sebuah masyarakat yang berasal dari sebuah desa yang kini merupakan desa Abdan ('bdn) di wilayah Jizan, dalam Bibel desa ini dikenali berkenaan dengan desa Silamah (slmh) di dekatnya. Yang berikut ini adalah tempat-tempat asal mereka:
  1. Sotai (sty): Al Sut (st) di wilayah Jizan.
  2. Hassophereth (h-sprt): Rasafah (rspt) di wilayah Jizan, yang berkenaan dengan teks, nampaknya dikelirukan dengan Al-Safarah (sprt) di wilayah Ballasmar.
  3. Peruda (prwd', dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran): mungkin adalah al-Fardah (prd dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan) di Rijal Alma; lebih besar kemungkinan kalau itu adalah al-Rafda (rpd, juga membiarkan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran) di wilayah Ballasmar.
  4. Jaalah (y'lh): mungkin 'Aliyah ('lyh) satu di antara dua buah pedesaan dengan nama yang sama di wilayah Jizan; sangat mungkin kalau tempat ini adalah al-Wa'lah (w'lh) di daerah pedalaman Qunfudhah
  5. Darkon (drqwn): paling-paling adalah al-Darq (drq) di wilayah Jizan, yang berkenaan dengan teks, dikelirukan dengan Qardan (qrdn) di wilayah Taif.
  6. Giddel (gdl): Jadal (gdl) di wilayah Bahr (lihat di atas).
  7. Shephatiah (sptyh): Shutayfiah (stypyh) satu di antara tiga buah pedesaan di dekatnya dengan nama yang sama di wilayah Jizan.
  8. Hattil (htyl): tampaknya Sahil Al-Huluti (hlt) ditulis sebagai nama varian dari Sahil Abi 'Allut di wilayah Jizan.
  9. Pocheret-hazebaim (pkrt h-sbym, sbym secara tradisional diberi vokal sebagai bentuk ganda sby, 'gazelle' (semacam rusa), lihat Bab 4): Faqarah (pqrt), dikenali sehubungan dengan kota kembar Sabya (sby', bentuk h-sby yang telah diaramkan dan al-Zabyah (zby, bentuk h-sby yang telah diarabkan), ketiga tempat tersebut berdekatan di wilayah Jizan).
  10. Ami ('my dalam Ezra; 'mwn dalam Nehemia): kekeliruan terjadi antara Yamiyah (ymy) dan Yamani al- Marwa (ymn) keduanya di wilayah Jizan.
Menurut hemat saya pengenalan terhadap kota-kota atau pedesaan asal orang-orang yang sampai kini dianggap sebagai 'putra-putra' 'para pendeta', 'para Levit', 'para penyanyi', 'para penjaga gerbang', 'para pelayan kuil' dan 'para pelayan Sulaiman', namun sebenarnya merupakan enam buah kelompok kesukuan yang dikenali menurut tempat asal masing-masing, sudah cukup untuk menunjukkan di mana sebenarnya terletak Yudah menurut Bibel itu. Meskipun demikian, bukti-bukti yang lebih jauh telah diberikan melalui pengenalan-pengenalan terhadap tempat-tempat yang masih tersisa dalam Ezra 2 dan Nehemia 7 sebagai tempat-tempat asal orang-orang Israil yang kembali dari Babilonia, seluruhnya terletak di Arabia Barat. Untuk mudahnya, tempat-tempat tersebut akan dikenali menurut wilayah, dari selatan ke utara:

a. Wilayah Jizan

  1. Arah ('rh): Rah (rh); kecuali kalau ini adalah Raha (rh) atau Warkhah (wrh) di wilayah Taif.
  2. Zattu (ztw', dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran): mungkin adalah al-Zawiyah (metatesis dari ztw', dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan).
  3. Ater ('tr, hanya terdapat dalam Ezra): watar (wtr); kecuali kalau ini adalah Watrah (wrt) atau Watirah (wtr) di wilayah Taif.
  4. Bezai (bsy): Baswah (bsw), Basah (bs) atau Buzah (bz, satu diantara dua pedesaan dengan nama yang sama); kecuali kalau itu adalah Bada (bd') di wilayah Taif.
  5. Harim (hrm): Khurm (hrm); kecuali kalau itu adalah 'Arabat Harim ('anak sungai' hrm), di distrik Muhayil.
  6. Tel-harsha (tl hrsh, 'bukit'nya hrsh) dan Tel-melah (tl mlh): Jabal al-Hashr ('gunung'nya hsr) dan tanjung (tl) Hamil (hml) yang terakhir ini di daerah perbukitan Hurrath.
  7. Adan ('dn, dalam Ezra) atau Addon ('dwn, dalam Nehemia): kebingungan tampaknya terjadi antara dua buah pedesaan di distrik-distrik yang berdekatan yang bernama Udhn ('dn) dan yang sebuah lagi bernama Wadanah (wdn).
  8. Hariph (hryp, hanya dalam Nehemia): Harf (hrp), satu di antara lima buah pedesaan dengan nama yang sama. Ada pula sebuah Harf di Rijal Alma'; sebuah lagi di wilayah Ballasmar; dan masih ada sebuah lagi di wilayah Qunfudhah. Juga merupakan kemungkinan adalah Kharfa (hrp) di wilayah Taif.
  9. Anathoth ('ntwt): 'Antutah ('ntwt).
  10. Azmaveth ('zmwt, dalam Ezra) atau Beth-azmaveth (byt 'zmwt, 'kuil' 'zmwt, dalam Nehemia): al-'Usaymat ('smt, atau 'smyt) di daerah perbukitan Hurrath.
  11. Adonikam ('dnyqm, tampaknya 'dny qm, 'tuanku' dari qm): satu di antara sejumlah pedesaan di wilayah yang bernama al-Qa'im (q'm) agaknya nama seorang dewa kuno.

b. Wilayah Rijal Alma'

  1. Netophah (ntph): Qa'wat Al Natif ('bukit' 'dewa' ntp).
  2. Bethel (byt 'l): Batilah (btl), telah dikenali dalam Bab 7.
  3. Ai (h-'y): Al-Ghayy (gy), telah dikenali dalam Bab 7.
  4. Barzillai dari Gileadit (brzly h-gl'dy, keduanya dalam bentuk genitif, nama-namanya yang ada dalam nominatif adalah brzl dan gl'd): al-Barsah (nampaknya 'l brs, yaitu metatesis dari brzl), dikenali sehubungan dengan al-Ja'd yang terletak di dekatnya ('l-g'd, yaitu gl'd; lihat Bab 1).

c. Wilayah Bahr dan Birk

  1. Azgad ('zgd, nampaknya 'z gd): kemungkinan besar adalah 'Azz ('z), di wilayah Birk, dikenali sehubungan dengan Habis al-Qad (qd) di dekatnya, yang terletak di wilayah kuno Muhayil, sebuah daerah yang letaknya berdekatan.
  2. Hebaiah (dalam Ezra atau Hobaiah dalam Nehemia, keduanya tertulis sebagai hbyh): Habwah (hbwh) di wilayah Bahry kecuali kalau itu adalah sebuah desa yang memakai nama yang sama di wilayah Bani Shahr, atau Khabyah (hbyh) di wilayah Jizan. Habwa (hbw) dan Khabwa (hbw) di Wadi Adam kemungkinannya kecil sebagai tempat-tempat asal orang-orang tersebut.

d. Wilayah Muhayil

  1. Adin ('dyn): 'Adinah ('dyn).
  2. Elam ('ylm): 'Alamah ('lm); kecuali kalau itu adalah Al 'Alam ('lm) di wilayah Tanumah pegunungan Sarat.

e. Wilayah Ballahmar-Ballasmar

  1. Cherub (krwb): Kharbah (krb); kecuali kalau tempat itu adalah al-Qaribah (qrb) di wilayah Jizan, atau sebuah Qaribah lagi di wilayah Taif.
  2. Bebai (bby): Bab (bb), di punggung bukit Jabal Dirim.
  3. Thummim (tmym): Al Tammam (tmm).

f. Wilayah Bariq

  1. Parosh (pr's), mungkin al-Ja'afir (g'pr, metatesis dari pr's, menyuarakan bunyi desah s menjadi g); kecuali kalau itu adalah al-Ja'afir di wilayah Qunfudhah di dekatnya; 'Ajrafah ('grp) di wilayah Bahr; atau al-'Arafijah (rpg) di dataran tinggi Ghamid.

g. Wilayah Majaridah

  1. Gibeon (gb'wn, hanya dalam Nehemia): Al Jab'an (gb'n).
  2. Nebo (nbw): Nibah (nb); kecuali kalau itu adalah Nabah (nb), yaitu Nebo-nya Nabi Musa (Gunung Nebo) di wilayah Taif (lihat Bab 7, Catatan 5), atau sebuah Nabah lagi di punggung bukit yang terasingkan di Jabal Dirim di wilayah Ballasmar.

h. Wilayah Qunfudhah

  1. Gibbar (gbr, hanya dalam Ezra): Qabar (qbr); kecuali kalau itu adalah Jubar (gbr) di wilayah yanug sama, atau satu di antara beberapa tempat-tempat dengan nama yang sama atau berbagai bentuk dari nama ini di bagian-bagian lain di Arabia Barat.
  2. Hadid (hdyd): Hadhidh (hdd, harus ditulis sebagai hdyd); kecuali itu juga Hadad (hdd), di daerah Taif, atau Wadi Hadid (hdd, harus ditulis sebagai hdyd), di wilayah Jizan.
  3. Urim ('wrym): al-Riyam (rym); kecuali kalau itu adalah Al-Riyamah (rym) di wilayah Bani Shahr.
  4. Kiriath-Jearim (qryt y'rym), Chephirah (kpyrh) dan Beeroth (b'rwt): konteks Yosua 9:17 yang menyebut ketiga nama tempat tersebut secara bersamaan dan berhubungan dengan Gibeon (lihat di atas, di bawah Wilayah Majaridah), jelas menunjuk pada wilayah pedalaman Qunfudhah yang lebih luas. Di sekitar daerah ini terdapat Kiriath-Jearim (Qaryat 'Amir, atau qryt 'mr) dan Chephirah (Qifarah, atau qprh) dan Rabthah (rbt) yang mungkin adalah Beeroth.

i. Wilayah Wadi Adam

  1. Pahath-moab (pht mw'b): Fatih (pth) dikenali sehubungan dengan Umm al-Yab ('m yb) di dekatnya, yaitu Moab yang tertera dalam Bibel (lihat Bab 5).
  2. Yeshua (ysw', ditulis dalam Ezra dan Nehemia sebagai tanah jajahan Pahath-moab): Sha'yah (s'y) (mengenai tanah jajahan yang lain, yaitu 'Joab', lihat di bawah wilayah Taif).
  3. Yorah (ywrh, hanya dalam Ezra): Waryah (wryh).
  4. Bethlehem (byt lhm, atau 'kuil' lhm, secara harfiah berarti 'roti, makanan, perbekalan'; nampaknya nama dewa perbekalan): Umm Lahm ('m lhm) yang berarti 'ibu', dengan kata lain 'dewi' 'roti, makanan, perbekalan').[4]
  5. Ramah (h-rmh, dengan kata sandang tertentu): Dha al-Ramah (yang 'satu' dari rmh, di sini dengan kata sandang tertentu Arab yang berarti 'dewa' 'bukit').[5]
  6. Geba (gb', ditulis dalam Ezra dan Nehemia sehubungan dengan 'Ramah'): Jab' (gb').
  7. Michmas (mkms): Maqmas (mqms).[6]
  8. Magbish (mgbys, hanya terdapat dalam Ezra): Mashajib (msgb).

j. Daerah pedalaman Lith yang lebih luas

  1. Tobiah (twbyh): mungkin Buwayt (bwyt) di Wadi al-Jayizah.
  2. Ono ('wnw): Awan ('wn); kecuali kalau itu adalah Waynah (wyn) di wilayah Bani Shahr.
  3. Joab (yw'b): al-Yab (yb) di wilayah Ghamid, di dekat Baljurshi. Tertulis dalam Ezra dan Nehemia sebagai sebuah tanah jajahan dari Pahath-moab (lihat di bawah Wadi Adam), al-Yab terletak di dataran tinggi di sebelah timur Wadi Adam. Sebuah Joab lagi terletak lebih dekat di Pohath-moab, yaitu Buwa' (bw'), di wilayah Taif. Namun nama-nama Joab (yw'b) dan al-Yab jelas adalah sama.
  4. Elam 'yang lain' (ylm 'hr): referensinya adalah kepada dua buah lembah yang berdekatan di dataran rendah Zahran yang bernama Wadi al-'Alma' ('lm) dan Wadi Yahar (yhr). Tidak ada Elam 'yang lain' yang dipermasalahkan.

k. Wilayah Taif

  1. Zaccai (zky): Qasya (qsy); kecuali kalau itu adalah Wadi Qisi (qsy) di wilayah Jizan.
  2. Bani (bny, dalam Ezra) atau Binnui (bnwy dalam Nehemia): kekeliruannya adalah antara kedua buah tempat di wilayah Taif, yaitu pedesaan Binni (bny) dan Banya' (bny').
  3. Lod (ld): Lidd (ld); kecuali kalau itu adalah Liddah (ld) di Wadi al-Ja'izah di pedalaman Lith.
  4. Yericho (yrhw): Warkhakh (wrh); kecuali kalau itu sama dengan Yericho (yrhw) yang dibahas dalam Bab 7, yang merupakan Warakh (juga wrh) di dataran tinggi Zahran.
Keseluruhannya, dari 130 nama tempat yang dikenali dalam daftar-daftar Ezra dan Nehemia yang telah saya hubungkan dengan kota-kota di Arabia Barat yang disebutkan di atas, hanya pengenalan terhadap beberapa saja yang masih diragukan. Namun yang mungkin lebih penting adalah bahwa hanya sedikit di antara nama-nama yang telah dikenali dengan lokasi-lokasi di Palestina (dalam Simons hanya ada 10); lagi pula hanya dalam beberapa kasus saja (terutama Bethlehem, Lod, Nebo dan Yericho) nama-nama Palestinanya cocok dengan nama-nama menurut Bibel mereka yang asli tanpa menimbulkan pertanyaan-perlanyaan yang belum dapat terjawab (lihat Simons, alinea 1011f). Ini saja seharusnya sudah cukup untuk membawa kita pada suatu kesimpulan bahwa tanah menurut Bibel Yudah, yang berbeda dengan Yudaea di Palestina (atau 'tanah kaum Yahudi') pada zaman Rumawi, dapat ditemui di Arabia Barat dan bukan di tempat-tempat lain. Sebenarnya Yudah menurut Bibel adalah wilayah yang terdiri dari lereng-lereng maritim Hijaz bagian selatan dan Asir, dari pedalaman Lith di utara sampai pada wilayah Jizan di selatan, bersamaan dengan wilayah Taif, di seberang pembagi perairan dari pedalaman Lith. Memang saya dapat memberikan bukti-bukti yang mendukung pendapat saya dengan jalan mengidentifikasikan nama-nama tempat yang tertera sebagai terletak di Yudah dalam teks-teks yang lain, namun saya kira maksud saya telah dimengerti. Lagi pula, saya tidak ingin lebih jauh mengganggu kesabaran para pembaca.
Kalau teks-teks Bibel yang relevan dibaca sebagaimana mestinya, yaitu dalam bentuk konsonan Ibraninya, tanpa memandang pada tradisi-tradisi yang menyesatkan tentang itu, samasekali tidak ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yudah kuno tidak terletak di lokasi lain di luar yang sudah saya simpulkan. Bukti-bukti onomastiknya begitu hebat, sampai-sampai agaknya tidak perlu lagi dukungan-dukungan arkeologis. Meskipun demikian, seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya, persoalan ini tidak mungkin terpecahkan dengan memuaskan semua pihak sehelum adanya bukti-bukti arkeologis untuk mendukung gagasan saya. Dalam pada itu, agaknya patut untuk mengusulkan bahwasanya dengan berdasarkan informasi yang telah saya sebutkan, Yudah paling tidak jauh lebih besar kemungkinannya jika terletak di Arabia Barat daripada di Palestina.

9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD (1/2)

Mengatakan bahwa Yerusalem yang suci bagi umat-umat Yahudi, Kristen dan juga umat Islam sebenarnya bukanlah tempat yang dikira oleh kebanyakan orang, nampaknya seperti sebuah pernyataan yang lancang dan pasti akan membakar hati segenap penganut yang taat dari ketiga agama besar tersebut. Saya tentunya tidak menyangkal bahwa kota Yerusalem seperti yang kita ketahui sekarang ini berhak mempunyai reputasi sebagai Kota Suci. Namun saya ingin mengemukakan bahwa ada sebuah Yerusalem lagi yang terletak di Arabia Barat, yang keberadaannya mendahului Yerusalem yang terdapat di Palestina, dan bahwa sejarah 'Yerusalem' sudah selayaknya bermula dari sini.
Kitab Bibel Ibrani mengatakan pada kita bahwa kerajaan 'Seluruh Israil' pada zaman Raja Sulaiman membentang 'dari Dan, bahkan sampai pada Beersheba' (Raja-raja I 4:25). Sudah nmenjadi anggapan umum bahwa Beersheba kini sebenarnya merupakan kota Bir Sab' di Palestina bagian selatan, dan kota Dan telah dikenali terletak di lokasi yang sama dengan reruntukan Tall al-Qadi, dekat hulu sungai Yordan yang sebagian besar berdasarkan pendapat bahwa kata qadi dalam bahasa Arab berarti 'hakim' (bahasa Ibraninya dn). Namun seperti yang telah saya tunjukkan pada Bab 4, Beersheba kemungkinan besar terletak di lokasi yang sama dengan desa Shaba'ah, kini di dataran tinggi Asir, di dekat kota Khamis Mushait. Mengenai kota Dan yang tertera dalam Bibel, paling-paling namanya bertahan di Arabia Barat dalam bentuk desa Danadinah (bentuk jamak dn dalam bahasa Arab) di dataran rendah Zahran dan di sebelah selatan Wadi Adam, seperti yang akan saya tunjukkan lebih jauh lagi pada Bab 10 dan 14.
Ibukota Sulaiman, yaitu Yerusalem, mestinya terletak antara kedua pemukiman tersebut, kemungkinan besar sebuah desa yang kurang dikenal, dengan nama Al Sharim ('l srym), di dekat kota Nimas, di sepanjang puncak Sarat Arabia Barat. Kemungkinan lain tempat tersebut juga dapat terletak beberapa kilometer lebih jauh ke arah selatan, di sekitar daerah Tanumah. 'Yerusalem' mungkin dapat bertahan terus sebagai nama desa Arwa ('rw) yang dikenali sehubungan dengan desa Al Salam (slm) di dekatnya, yang menghasilkan nama gabungan Arwa-Salam ('rw slm); bandingkan dengan yrwslm dalam Bibel, yang dimaksud sebagai Yerusalem).
Setelah Sulaiman wafat, kerajaan 'Seluruh Israil'-nya. Dibagi-bagikan kepada para keturunannya yang terus berkuasa di Al Sharim sebagai raja-raja 'Yudah'; serangkaian penguasa-penguasa lainnya dengan jelas menyebut diri mereka sebagai raja-raja 'Israil'. Akhirnya raja-raja 'Israil' tersebut mendirikan ibukota mereka di Samaria (dalam Bibel adalah Shomeron, atau smrwn) yang telah saya kenali sebagai desa Shimran (smrn) di dataran rendah wilayah Qunfudhah, dekat kaki Sarat. Dari ibukota mereka raja-raja 'Israil' itu menguasai sebuah wilayah yang mencakup bagian utara wilayah 'Yudah' sampai sejauh Taif.
Tetapi untuk sementara waktu perhatian saya terpusat pada Yerusalem; masalah yang lebih rumit mengenai penempatan 'Yudah' dan 'Israil' akan dibahas dalam bab berikutnya. Kitab Bibel Ibrani mengatakan bahwa Daud merampas Yerusalem dan 'benteng' Zion dari orang-orang Yebusit, dan memindahkan ibukotanya ke sana dari Hebron pada tahun kedelapan kekuasaannya sebagai raja Yudah (Samuel II 5:5-10). Dari kelima Hebron (hbrwn) yang kini masih ada dengan nama Khirban (hbrn, secara metatesis) di lerengan maritim Asir, saya kira ibukota Daud yang pertama kemungkinan besar adalah Khirban di wilayah Majaridah yang sekali waktu pernah merupakan Hebron-nya Abram, atau Abraham (lihat Bab 13). Hebron-nya Daud tak mungkin terletak di Palestina, karena di sana tampaknya tak terdapat tempat semacam itu.
Memang benar umat Yahudi dan Kristen secara tradional telah menempatkan Hebron menurut Bibel pada kota al-Khalil di daerah perbukitan di sebelah selatan Yerusalem Palestina. Apalagi karena tempat tersebut dihubungkan dengan karir Ibrahim (Abraham) yang disebut di dalam Qur'an (4:25) sebagai teman (bahasa Arabnya hlyl, disuarakan halil, atau 'Khalil) Tuhan, kaum Muslimin juga telah menerima penyamaan kalangan Yahudi dan Kristen terhadap al-Khalil dengan Hebron Ibrahim. Bagaimanapun juga, sama sekali tidak mungkin jika nama tempat al-Khalil berarti 'teman'. Kemungkinan besar al-Khalil adalah sebuah bentuk nama tempat Semit yang lebih tua yang telah diarabkan, yaitu hlyl (dari kata Ibrani hll, 'melubangi', bandingkan dengan kata Arab hll, 'menembus, melubangi, masuk ke dalam') yang berarti 'gua'. Dengan demikian kota di Palestina tersebut mestinya mengambil namanya dari sebuah gua yang terkenal di sekitar daerah itu (disebut oleh para ahli geografi Arab) yang ditahbiskan oleh tradisi-tradisi yang mendatang sebagai makam keramat Ibrahim. Namun di Asir kita menjumpai dukungan yang lebih jauh bahwasanya Khirban di wilayah Majaridah, di daerah pedalaman Qunfudhah, merupakan ibukota pertama Daud karena di sana kita menjumpai sejumlah nama tempat yang berhubungan dengannya. Nama-nama itu adalah: Gibeon (gb'wn), kini al-Jib'an (gb'n) dan Helkath-hazzurim (hlqt h-srym), kini al-Halq (hlq) dan al-Siram (srm'), semuanya terletak di sekitar daerah yang sama (lihat Samuel II 2:16).
Semua persamaan di atas dengan tepat mendukung pendapat saya bahwa Yerusalem mestinya adalah Al-Sharim yang terletak cukup jauh dari Khirban menuju puncak bukit ke arah timur di ketinggian Nimas, hanya terletak di seberang tebing curam Asir. Dalam halnya orang-orang Yebusit (h-ybw sy, genitif ybws) yang semula memegang kota tersebut, kemungkinan besar mereka adalah satu di antara sejumlah suku yang menghuni Arabia Barat kuno (lihat Bab 15). Tiga buah tempat di sana, di antara yang lain, jelas terus memakai nama-nama itu: desa Yabasah (ybsh) di Wadi Adam; lembah Wadi Yabs (ybs) atau Yubays (ybs) di sisi maritim wilayah Ghamid; dan desa Yabs (ybs) di wilayah Qunfudhah.
Jika saya telah berhasil membawa para pembaca sampai sejauh ini dalam masalah perubahan tempat menurut Bibel Ibrani dari Palestina ke Arabia Barat, ini sebagian besar karena saya telah dapat mengenali tidak hanya satu tetapi beberapa tempat yang disebutkan dalam sebutan-sebutan tertentu dalam Bibel sebagai terletak saling berdekatan di wilayah yang sama dengan tempat yang menurut keyakinan saya adalah lokasi berlangsungnya sejarah menurut Bibel. Namun mengenai masalah Yerusalem pembaca mungkin akan menuntut lebih banyak bukti-bukti yang lebih meyakinkan daripada yang dapat dihasilkan oleh studi toponimik. Maka dari itu, marilah kita memulai dengan pedudukan oleh Daud atas Yerusalem seperti yang dikisahkan dalam teks Ibrani Samuel II 5:6-10. Sampai kini para ahli Bibel belum puas dengan informasi yang diberikan oleh teks tersebut yang mereka anggap terlalu terbatas, mengingat bahwa teks tersebut membicarakan suatu kejadian sepenting sejarah bangsa Israil (contohnya, lihat Kraeling, hal 195-197). Namun kesalahannya bukan terletak pada cara yang secara tradisional dipergunakan guna membaca dan menafsirkannya. RSV, misalnya, menterjemahkannya sebagai berikut:
Dan raja itu beserta pasukannya pergi ke Yerusalem melawan orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy), penghuni-penghuni tanah itu, yang berkata kepada Daud, 'Engkau tak akan masuk ke dalam, hanya mereka yang buta dan pincang saja yang akan mengusirmu' - sambil berpikir, 'Daud tidak dapat masuk ke dalam' (l' tbw' hnh 'm hsyrk h-'wrym w-h-pshym l-'mr l' ybw' dwd hnh). Walaupun demikian, Daud merebut benteng Zion (w-ylkd dwd 't msdt sywn), yaitu Kota Daud. Dan Daud pun berkata pada hari itu 'Barangsiapa yang akan memukul orang-orang Yebusit, hendaklah ia menaiki terowongan air untuk menyerang mereka yang buta dan yang pincang, yang dibenci oleh jiwa Daud' (w-y'mr dwd b-ywm h-hw' kl mkh ybwsy w-yg b-snwr w-'t h-pshym w-'t h-'wrym sn'w nps dwd). Maka konon, 'mereka yang buta dan yang pincang tidak akan masuk ke dalam rumah' ('l kn y'mrw 'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Dan Daud pun menempati benteng itu (b-msdh), dan menamakannya Kota Daud. Dan Daud pun mendirikan kota itu (sbyb) secara berputar dari Millo menuju ke dalam (mn hmlw' w-byth, secara konvensional dibaca mn h-mlw' w-byth). Dan Daud pun menjadi lebih besar, karena Tuhan, Dewa dari semua tuan rumah berada bersamanya (w-yhwh 'lhy sb'wt 'mw).
Berbeda dengan terjemahannya, versi Ibrani yang orisinal tidak menyebutkan bahwa Daud dan pasukannya pergi ke Yerusalem 'melawan' orang-orang yang ada di sana; versi ini hanya mengatakan bahwa mereka pergi 'ke' orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy). Ini mungkin menunjukkan bahwa Daud belum tentu menaklukkan Yerusalem; karena kota tersebut telah ditundukkan oleh orang-orang Israil sebelumnya, pada zaman 'Hakim-hakim'. Pada waktu penjajahan, orang-orang Yebusit yang tinggal di Yerusalem diperbolehkan menetap di sana, dan mereka masih tetap berada di tempat itu sewaktu kitab Hakim-hakim ditulis, yang terjadi lama sesudah zaman Daud (lihat Hakim-hakim 1:8, 21, 21:25). Maka yang ditaklukkan oleh Daud setelah ia pergi 'ke' (bukan 'melawan') Yerusalem samasekali bukan Yerusalem. Tempat tersebut merupakan tempat lain, sebuah tempat yang dalam bahasa Ibrani bernama msdt sywn, biasanya diterjemahkan sebagai 'benteng' Zion. Kota msdh inilah, dan bukan Yerusalem, yang namanya diganti menjadi Kota Daud. Kini jelaslah bahwa msdh ini merupakan bagian wilayah kekuasaan Yebusit. Setelah ia mendudukinya Daud berkata, 'pada hari ini pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan' (harfiahnya 'pada hari ini semua orang-orang Yebusit kalah'). Ini jelas merupakan arti teks Ibrani yang orisinal: w-ylkd dwd 't msdt sywn w-ymr dwd b-ywm h-hw'kl mkh ybwsy).
Sebenarnya orang-orang Israil sebelum zaman Daud, setelah menduduki Yerusalem, telah mencoba untuk menundukkan daerah 'Selatan' (h-nqb), dan juga 'daerah perbukitan' (h-hr) dan 'dataran rendah' (h-splh) milik orang-orang Kanaan (Hakim-hakim 1:9), namun tanpa hasil. Dalam teks tersebut samasekali tidak dibahas mengenai penaklukkan atas daerah-daerah ini pada waktu itu. Inilah sebabnya mengapa Daud, sewaktu ia menduduki msdh, dapat mengumumkan 'pada hari ini pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan'. Msdh yang dipermasalahkan ini timbul dalam teks-teks Bibel lainnya sebagai hr sywn (Gunung Zion, atau 'bukit' Zion). Menurut pendapat saya tempat tersebut tidak mungkin kalau bukan punggung bukit wilayah Rijal Alma', di sebelah barat Abha dan di sebelah selatan Nimas, yang namanya sampai kini masih dipakai oleh satu di antara sejumlah pedesaannya, yaitu Qa'wat Siyan ('bukit' syn, dieja pada hakekatnya seperti dalam bentuk Bibelnya). Pada punggung bukit yang sama tersebut kini terdapat dua buah pedesaan, sebuah bernama Samad (smd) dan sebuah lagi bernama Umm Samdah ('m smdh, 'm yang pertama adalah kata sandang tertentu yang telah disahkan dari dialek Arab setempat). Msdh-nya sywn yang kemudian menjadi Kota Daud kemungkinan besar adalah desa yang kedua. Pada punggung bukit itu pula terdapat sebuah desa lagi yang kini bernama al-Hamil (hml). Ini tentunya adalah 'Millo' (hmlw') dalam teks yang sedang kita bahas ini, dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran dari nama menurut Bibel tempat tersebut diarabkan menjadi kata sandang tertentu yang berawalan, dari bentuk nama yang sama sekarang.
Dalam terjemahan RSV yang disebutkan di atas, ungkapan Ibrani w-ybn dwd sbyb mn hmlw' w-byth diterjemahkan sebagai 'dan Daud pun mendirikan kota itu secara berputar dari Millo menuju ke dalam'. Millo biasanya dimengerti sebagai 'Akropolis'-nya Yerusalem Palestina, seperti halnya Zion secara umum dimengerti sebagai 'benteng' Yerusalem yang sama tersebut, 'benteng' di sini adalah terjemahan standar msdh. Namun kata Ibrani sbyb sebenarnya berarti 'tembok', bukan 'kota itu secara berputar'. Yang didirikan Daud, setelah menduduki apa yang kini merupakan Umm Samdah di punggung bukit Siyan di Rijal Alma', adalah 'sebuah tembok hmlw'', dengan perkataan lain sebuah tembok yang membentang menuju 'ke dalam' (w-byth) dari desa yang kini adalah al-Hamil. Mungkin juga tembok itu didirikan 'dari al-Hamil dan byth', dan byth merupakan sebuah tempat lain di dekat al-Hamil yang namanya kini tidak ada lagi (bandingkan dengan al-Ba'thah, atau b'th, di wilayah Madinah; al-Batah, atau b'th di Wadi Adam; Bathyah atau btyh di sebelah timur laut Lith); seraya menantikan bukti-bukti yang lebih jauh, mustahil untuk lebih tepat dari ini. Jelaslah bahwa Daud bermaksud menjadikan desa Umm Samdah yang kini terletak di punggung gunung Qa'wat Siyan (atau Gunung Zion), sebagai ibukota kedua yang merupakan cabang Yerusalem --sebuah kompleks pertahanan yang meliputi Umm Samdah dan al-Hamil guna mempertahankan kerajaannya dari selatan. Inilah gambaran mengenai tempat tersebut dalam Mazmur 4S:13-14:
Kelilingilah Zion dan edarilah dia, hitunglah menaranya, perhatikanlah temboknya, jalanilah puri-purinya, supaya kamu dapat menceritakannya kepada angkatan yang kemudian.[1]
Di sini saya perlu menegaskan bahwa berlawanan dengan kesan yang telah ada, Kitab Bibel Ibrani samasekali tidak mengatakan bahwa Zion atau Kota Daud, yang jelas terdapat di sana, merupakan bagian dari Yerusalem.
Disebutkannya Zion secara bersamaan dengan Yerusalem dalam sejumlah sebutan menurut Bibel (contohnya Mazmur 102:21; 125:1, 2; 135:21; 147:12) tidak berarti menunjukkan jarak ataupun persamaan identitas geografis antara mereka.
Dari teks-teks Mazmur yang berbeda-beda (misalnya 65:1; 74:2; 76:2; 132: 13, 135:21) kita dapat menyimpulkan bahwa Zion atau 'Gunung Zion' di samping terletak pada punggung bukit yang sama dengan kota Daud, juga ditetapkan oleh Daud sebagai tempat suci, agaknya untuk menggantikan tempat suci 'Salem' (slm, lihat Bab 12, bukan 'Yerusalem'; lihat Mazmur 76:2). Maka dari itu lokasi tempat suci Zion, berbeda dengan kota Daud, mestinya ada pada ketinggian desa Qa'wat Siyan kini terdapat.
Akhirnya saya ingin mempertimbangkan sebuah alternatif dari pembacaan 'wr dan 'wrym pada Samuel 5:6-10 yang biasanya diartikan sebagai 'buta' dan psh dan pshym sebagai 'pincang'. Menurut terjemahan standar Bibel, orang-orang Yebusit mengejek Daud dengan sesumbar mengatakan bahwa mereka akan menyerahkan pertahanan Yerusalem pada mereka yang buta dan yang pincang di antara mereka; yang memberi kesan seolah-oleh Yerusalem benar-benar dipertahankan oleh orang-orang cacat saja. Kemudian Daud memerintahkan sebuah penyerangan terhadap mereka melalui terowongan air (b-snwr) dan kita diberitahu lebih jauh bahwa Daud menaruh kebencian terhadap orang-orang buta dan pincang, yang merupakan penyebab mengapa mereka dilarang masuk ke dalam 'rumah' (dianggap berarti tempat pemujaan Yerusalem) --sebuah regulasi yang tidak disahkan dalam teks-teks Bibel Ibrani lainnya. Akal pikiran yang sehat sendiri akan membuat kita ragu terhadap pembacaan tersebut, maka tidak mengherankan jika teks Ibrani yang bersangkutan menceritakan hal ini dengan cara yang lain. 'Wrym dan pshym paling tidak di dalam konteks ini bukanlah orang-orang 'buta' dan orang-orang 'pincang', melainkan mereka merupakan penghuni-penghuni suku di dua distrik pegunungan di bagian utara wilayah Jizan di sebelah selatan Rijal Alma' --nampaknya mereka adalah suku-suku yang sama yang gagal ditaklukkan oleh orang-orang Israil setelah pendudukan mereka atas Yerusalem sebelum zaman Daud (lihat di atas). Selanjutnya di wilayah orang-orang 'wrym, yang tentunya bernama 'wr, yang kini merupakan punggung bukit Jabal 'Awara, ('wr), di sebelah utara Jabal Harub, kini terdapat sebuah desa yang bernama Sarran (srn, yaitu metatesis dari kata Bibel snwr) sebuah kata yang dengan salah diartikan sebagai 'terowongan air' oleh para penterjemah. Selanjutnya wilayah orang-orang pshym yang mestinya bernama psh adalah daerah di sekitar desa yang kini bernama Suhayf (shyp) di punggung Jabal al-Hashr, di sebelah selatan Jabal Harub. Dengan demikian kita harus menafsirkan kejadian-kejadian yang berlangsung setelah datangnya Daud ke Yerusalem sebagai berikut:
Sewaktu Daud datang ke Yerusalem, orang-orang Yebusit setempat mengatakan padanya agar ia tidak menetapkan diri di sana sebelum ia menaklukkan suku-suku wilayah 'Awra' dan Suhayf di Rijal Alma'. Yang mereka berikan kepadanya adalah sebuah nasihat yang bijaksana, dan bentuk orisinalnya, yang tertulis dalam bahasa Ibrani tampaknya dituliskan dalam bentuk syair:
Mereka mengatakan pada Daud, 'Jangan datang ke mari; Jika engkau tidak mengenyahkan orang-orang wrym dan pshym, Daud tidak diperbolehkan datang ke mari'.[2]
Ini mendorong Daud untuk bergerak ke arah selatan guna melengkapi pendudukan atas wilayah Yebusit dengan jalan menduduki tempat yang kini bernama Umm Samdah di punggung Siyan di Rijal Alma'. Dari sana ia terus menuju ke selatan 'dan sampai di Sarran (w-yg' b-snwr) berdampingan dengan pshym dan 'wrym (w-'t h-pshym w-'t h-'wrym)'. Dari kedua suku pengacau ini tampaknya ada sebuah ungkapan populer yang bersifat mencela yang mengatakan bahwa mereka 'tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah' (harfiahnya, 'wr dan psh tidak akan memasuki rumah': dalam bahasa Ibraninya 'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Menurut teks Ibrani, agaknya mereka tidak menyenangi Daud:
'Mereka membenci orang yang bernama Daud itu (s'nw nps dwd); Oleh sebab itu itu konon ('l kn y'mrw) 'wr dan psh tidak diperkenankan masuk rumah'.

9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD (2/2)

Sehubungan dengan itu, teks tersebut juga berbicara mengenai pendirian Kota Daud dan pembangunan kubu-kubu pertahanan Kota itu di Gunung Zion tepat setelah menceritakan ekspedisi Daud melawan orang-orang 'wrym dan orang-orang pshym, dengan kata lain melawan suku-suku daerah perbukitan Jabal 'Awra' dan Suhayf di selatan Rijal Alma'. Ini menunjukkan bahwa ekspedisinya ke daerah tersebut merupakan suatu unjuk kekuatan yang tidak langsung berakhir dengan penjajahan atas daerah mereka. Tak disangkal lagi, Daud mendirikan ibukota yang kedua di Rijal Alma' untuk dirinya sendiri guna membuat waspada suku-suku yang keras kepala dari daerah selatan. Kini kekuatan Daud menjadi 'lebih besar'. Tuhannya sb'wt (bukan 'semua tuan rumah', melainkan sebuah desa yang kini bernama Sabayat atau sbyt di wilayah Nimas, lihat Bab 12) 'berada bersamanya' [w-yhwh (di sini 'berada' bukan 'Yahweh' atau 'Tuhan') ... 'mw].
Sehubungan dengan penafsiran ini, kita perlu mencari Yerusalem yang tertera dalam Bibel (Ibraninya yrwslm, diuraikan menjadi yrw slym)[3] di daerah ke arah utara punggung Siyan (Gunung Zion) di Rijal Alma'. Kemungkinan besar Yerusalem ini (berbeda dengan Yerusalem Palestina, lihat Bab I) merupakan suatu pemukiman kira-kira 35 kilometer di utara kota Nimas, di sepanjang puncak pegunungan Asir dan di sebelah utara Abha. Bahkan menurut hemat saya Yerusalem adalah sebuah desa yang kini bernama Al Sharim ('l srym) yang namanya mengalami perubahan kecil ke dalam bahasa Arab dari bentuk aslinya, yaitu yrw slym (pengalihan r dan l antara kedua bagian nama gabungan tersebut).[4] Pada ketinggian kira-kira 2,500 meter, wilayah Nimas sebagai lokasi yang diperkirakan merupakan Yerusalem menurut Bibel, terletak pada posisi yang strategis, baik untuk menguasai lerengan di sisi daratan maupun di sisi laut Asir. Lebih lagi, sebuah jalan raya kuno yang terbentang di atas tebing curam sepanjang pembagi air Sarat menghubungkannya dengan Abha Khamis Mushait di selatan, dan dengan Ghamid, Zahran serta wilayah-wilayah Taif di utara, dengan kata lain sepanjang tanah Israil dan Yudah. Sebagai tambahan, daerah ini sangat kaya akan peninggalan-peninggalan arkeologis yang masih perlu diteliti. Di tempat ini pada zaman Bibel berdiri kuil-kuil pemujaan yang tak terhitung lagi jumlahnya (lihat Bab 12), di antara mereka ada tempat pemujaan yang dikenal sebagai 'Tuhan dari semua tuan rumah' (Tuhannya Sabayat, lihat di atas). Untuk mencapai Yerusalem tersebut di wilayah Nimas dari ibukota aslinya Hebron di wilayah Majaridah (lihat di atas), Daud tidak perlu berjalan jauh mendaki bukit di sepanjang lembah Wadi Khat. Sebagai sebuah ibukota kerajaan yang mencakup sebagian besar Asir, Yerusalem secara strategis merupakan tempat yang jauh lebih baik daripada Hebron.
Walaupun Daud tampaknya menganggap Yerusalem yang terletak dekat tempat pemujaan Sabaoth yang dimuliakan itu (kini Sabayat lihat di atas) sebagai ibukota yang resmi, mungkin ia lebih banyak menetap di ibukotanya yang kedua, yaitu Kota Daud, dan benar-benar menjaga perbatasan-perbatasannya di sebelah selatan dengan teliti. Ia wafat di tempat tersebut, atau paling tidak di sanalah ia dimakamkan (Raja-raja I 2:10). Putranya dan penggantinya, yaitu Sulaiman, yang nampaknya mendampinginya pada saat ia wafat, tetap tinggal di Kota Daud (dengan perkataan lain Umm Samdah di Rijal Alma') 'sampai ia selesai mendirikan rumahnya sendiri dan rumah Tuhan dan tembok-tembok di sekeliling Yerusalem' (Raja-raja I 3:1). Hanya kemudianlah ia pergi untuk memberi pengorbanan-pengorbanan di Gibeon (kini Al Jib'an, atau gb'n di wilayah Majaridah) dan setelah itu dia memasuki Yerusalem (Raja-raja I 3:4, 15). Kebetulan saja perjalanan Sulaiman dari Kota Daud menuju Yerusalem dengan jalan melewati Gibeon secara geografis masuk di akal. Sebuah jalan yang bertolak dari Rijal Alma' menuju ke wilayah Nimas memang melewati wilayah Majaridah yang kini terdapat desa Al Jib'an.
Lagi pula kisah mengenai kenaikan tahta Sulaiman jelas menandakan bahwa Kota Daud dan Yerusalem merupakan dua buah tempat yang berbeda yang berjarak agak jauh antara satu dengan lainnya. Sebenarnya jarak antara Umm Samdah di Rijal Alma' dan Al Sharim di wilayah Nimas dengan pesawat terbang adalah 80 atau 90 km, dan jarak perjalanan melalui pelbagai jalan pegunungan antara kedua kota tersebut sangat lebih-jauh. Berbeda dengan ayahnya, yaitu Daud, Sulaiman menghiasi dan memperkuat pertahanan Yerusalem dan membuat kota itu tempat kediamannya. Berkenaan dengan kenyataan bahwa Kota Daud dan Yerusalem merupakan dua buah tempat yang berbeda, 'tangga-tangga' di Yerusalem yang 'turun dari Kota Daud' (h-m'lwt h-ywrdwt m-'yr dwd) tidak boleh mengacaukan masalah ini karena 'tangga-tangga' tersebut sebenarnya adalah 'altar-altar' atau 'mimbar-mimbar' (m'lwt) yang telah 'diangkut, dipindahkan' (ywrdwt) dari Kota Daud ke Yerusalem (Nehemia 3:15) kemungkinan pada zaman pemerintahan Sulaiman. Maka dari itu jika kita menganggap bahwa Yerusalem menurut Bibel tersebut bukanlah Yerusalem yang terletak di Palestina tetapi kemungkinan besar adalah desa Al Sharim yang kini terletak di wilayah Nimas di Asir atau tempat lain di dekat daerah itu (lihat Catatan 4), maka ini akan memungkinkan kita untuk mengenali dengan kadar kepastian yang berbeda-beda banyak hal-hal yang berhubungan dengan Yerusalem yang ada dalam teks-teks Bibel. 'Gerbang-gerbang' (dalam bahasa Ibrani, tunggalnya adalah s'r) Yerusalem adalah sebuah contoh dari masalah ini; gerbang-gerbang tersebut dapat dikenali melalui tempat-tempat yang memberi namanya pada mereka, yang tentunya menunjukkan arah-arah ke mana gerbang-gerbang tersebut dibuka:
  1. Gerbang 'Benyamin' (bn ymn) (Yeremia 37:13; 38:7; Zakaria 14:10): di antara beberapa kemungkinan yang ada, mungkin ini adalah Dhat Yumn (ymn) di wilayah Ballasmar-Ballahmar.
  2. Gerbang 'Sudut' (h-pnh) (Raja-raja II 14:13, bandingkan dengan Tawarikh II 15:23; 26:9; Yeremia 31:38; Zakaria 14:10): nampaknya ini adalah al-Nayafah (nyph, dengan kata sandang tertentu Arab) di wilayah Banu 'Amr di Sarat.
  3. Gerbang 'Kotoran' (h-'spt) (Nehemia 2:13; 3:13, 14; 13:1): di antara beberapa kemungkinan yang ada, tempat ini mungkin adalah Fatish (pts) di Wadi Adam atau Shatfah (stp) di wilayah Taif.
  4. Gerbang 'Timur' (mzrh, dibaca m-zrh, 'dari tempat kebangkitan') (Nehemia 3:29): Al Muhriz (mhrz), satu di antara dua buah pedesaan yang memakai nama ini di wilayah Bani Shahr dan Ballahmar di sebelah barat Nimas.
  5. Gerbang 'Ephraim' ('prym) (Raja-raja II 14:13, bandingkan dengan Tawarikh II 25:23; Nehemia 8:16; 12:39): Wafrayn (wpryn, seperti 'prym dalam bentuk ganda) di wilayah Bani Shahr.
  6. Gerbang 'Ikan' (h-dgym) (Tawarikh II 33:14; Nehemia 3:3; Zefanya 1:10): diantara beberapa kemungkinan yang ada, kemungkinan besar Al Qadim (qdm) di sisi barat Wadi Bishah tepat di sebelah timur Sarat.
  7. Gerbang 'Air Mancur' (h-'yn) (Nehemia 2:14; 3:15; 12:37): referensi ini mungkin adalah kepada mata air setempat di sana; atau pada desa yang kini adalah al-'Ayn ('yn, dengan kata sandang tertentu) di Sarat, di wilayah Ballasmar yang merupakan desa terdekat dengan Nimas yang memakai nama ini.
  8. Gerbang 'Kuda' (h-swsym) (Nehemia 3:26; Yeremia 31:40): referensi ini mungkin adalah pada desa al-Susiyyah (bentuk jamak Arab sws) kini di wilayah Zahran; lebih cocok dengan al-Masus (mss, metatesis dari swsym, juga dengan kata sandang tertentu) di Rijal Alma'.
  9. Gerbang 'Inspeksi' (h-mpqd) (Nehemia 3:31): kemungkinan besar adalah pelabuhan al-Qunfudhah (qnpd, dengan kata sandang tertentu) yang kini merupakan pelabuhan terdekat di wilayah Nimas dan sekitarnya, yang namanya agaknya merupakan bentuk h-mpqd yang telah diubah ke dalam bahasa Arab.
  10. Gerbang 'Tengah' (h-twk) (Yeremia 39:3): al-Tuq (tq, dengan kata sandang tertentu) di Rijal Alma'.
  11. Gerbang 'Yeshanah' (h-ysnh) (Nehemia 3:6; 12:39): Yasinah (ysnh) di daerah pedalaman Qunfudhah, di sebelah barat wilayah Nimas.
  12. Gerbang 'Penjara' atau 'Penjaga' (h-mtrh) (Nehemia 3:1, 32; 12:39): nampaknya Matir (mtr) di wilayah Muhayil.
  13. Gerbang 'Biri-biri' (h-swn) (Nehemia 3:1, 32; 12:39): Al Zayyan (zyn, secara fonologis sama dengan swn) di wilayah Ballahmar.
  14. Gerbang 'Benyamin Atas' (bn ymn h-'lywn) (Yeremia 20:2): tak diragukan lagi adalah Al Yamani (ymn) di wilayah Balqran, di sebelah utara Nimas yang dikenali sehubungan dengan 'Alyan ('lyn) yang terletak di dekatnya.
  15. Gerbang 'Lembah' (h-qy') (Tawarikh II 26:9; Nehemia 2:13, 15; 3:13): di antara beberapa kemungkinan yang ada, kemungkinan besar al-Jiyah (gy, dengan kata sandang tertentu) di wilayah Nimas; kecuali kalau itu adalah al-Jaww (gy, dengan kata sandang tertentu), di wilayah Ballasmar di sebelah Nimas.
  16. Gerbang 'Air' (h-mym) (Ezra 8:1; Nehemia 3:26; 8:1, 3, 16; 12:37): ada kemungkinan kalau itu merupakan al-Mumiyah (mmy, dengan kata sandang tertentu) di wilayah Bahr, di kaki bukit Rijal Alma'; mungkin juga al-Mayayn (myyn, ganda dari kata Arab my, 'Air') di wilayah Madinah di sepanjang jalan besar kafilah utama Arabia Barat yang menuju ke Suria; kecuali kalau referensinya sebenarnya adalah pada sebuah 'perairan' lokal.
  17. Gerbang 'di belakang para penjaga akan menjaga tempat ini' ('hr h-rsym w-smrm 't msmrt h-byt msh, Raja-raja II 11:6): kalau diterjemahkan dengan lebih tepat sebagai hr-nya h-rsym dan smrtm di sebelah menara penjagaan byt msh, akan diperoleh suatu referensi mengenai empat buah tempat. Mereka adalah sebagai berikut, yang semuanya terletak di pedalaman Qunfudhah: Yuhur (yhr); Sarum (srm, metatesis dari rsym); Samarah 'mereka' (smrt, m yang terakhir dalam smrtm yang tertera dalam Bibel adalah kata ganti kepunyaan orang ketiga jamak); dan Hillat Maswa ('pemukiman', dan karena itu ada kata Ibrani byt, atau 'rumah', msw, bandingkan dengan kata dalam Bibel msh).
  18. Gerbang 'di belakang dua tembok' (byn h-hmtym, Raja-raja II 25:4, bandingkan dengan Yeremia 39:4; 52:7): referensinya adalah pada 'wilayah' (terbukti sebagai arti kuno kata Arab byn, disuarakan btn) Al Hamatan (hmtn), di dataran tinggi Zahran (seperti kata Ibrani hmtym, tunggalnya adalah hmt, bentuk dari nama itu yang telah diarabkan adalah dalam bentuk ganda).[5]
  19. Gerbang 'Shallecheth' (slkt, Tawarikh I 26:16): Shaqlah (sqlt' di pedalaman Qunfudhah.
  20. Gerbang 'Sur' (h-yswr, Raja-raja II 11:6; Tawarikh II 23:5): Al Yasir ('l ysr) di wilayah Tanumah, di sebelah selatan Nimas menuju Abha.
  21. Gerbang 'Yosua gubernur kota' (yhws' sr h-'yr, Raja-raja II 23:8): di sini kini desa Shu'ah (sw') di wilayah Bahr tampaknya dikenali sehubungan dengan pedesaan al-Sirr (sr) dan al-Ghar (gr, secara fonologis sama dengan 'yr) di Rijal Alma' di dekatnya (baca 'Shu'ah dari Sirr 'al-Ghar').
  22. Gerbang 'Pecahan barang tanah' (h-hsrwt, Yeremia 19:2): al-Kharizat (hrzt, metatesis dari hsrwt, juga dalam bentuk feminin jamak) di daerah sekitar Hali di wilayah Qunfudhah.
  23. 'Gerbang baru Yahweh' (s'r yhwh h-hds, Yeremia 26:10) atau 'gerbang baru rumah Yahweh' (s'r byt yhwh h-hds, Yeremia 36:10): referensinya tampaknya adalah kepada sebuah tempat pemujaan Yahweh kuno di desa al-Hadithah (hdt dengan kata sandang tertentu yang merupakan terjemahan bahasa Arab dari kata Ibrani h-hds, 'baru'), kini di wilayah Qunfudhah.
  24. 'Gerbang atas rumah Yahweh, (s'r byt yhwh h-'lwyn, Tawarikh II 27:3, terjemahan yang lebih baik adalah 'gerbang rumah Yahweh h-'lwyn'): tempat pemujaan yang dibicarakan adalah Al 'Alyan ('l 'lyn, 'Tuhan'-nya 'lyn) di wilayah Nimas (lihat Bab 12).
  25. Gerbang 'Lama' (s'r h-r'swn, Zakaria 14:10): kemungkinan besar adalah Rawshan (rwsn) di Wadi Bishah; kemungkinannya kecil kalau itu adalah Rishan (rsn) atau Rusan (rsn) di wilayah Taif.[6]
Kita dapat meneruskan lebih jauh lagi mengenali banyak tempat yang namanya tertera dalam Bibel Ibrani sehubungan dengan Yerusalem (bagian-bagian tembok, menara-menara, sejumlah mata air, ladang-ladang, bangunan-bangunan atau tempat-tempat pemakaman) berkenaan dengan nama-nama lokasi yang masih terdapat di sana yang sebagian terletak dekat Al Sharim di wilayah Nimas di Asir. Namun saya tidak ingin mengganggu para pembaca dengan tambahan-tambahan yang nampaknya adalah informasi yang berlebihan dan tak bermanfaat. Dengan demikian, hanya ada sebuah tempat yang tidak dapat saya tempatkan melalui namanya, dan tempat tersebut adalah 'Gunung Zaitun' (hr h-zytym) yang terletak di sebelah timur Yerusalem (Zakaria 14:4, yang merupakan tafsiran tradisionalnya). Sebaliknya, ada dua buah tempat lain yang namanya diasosiasikan dalam teks Bibel dengan Yerusalem yang letaknya tidak di sekitar ibukota itu, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa teks-teks tersebut yang menyebutkan mereka pun tidak mengatakan bahwa mereka terletak di sekitar kota:
1. Lembah Hinnom atau lembah 'anak' Hinnom (gy'bn hnm). Jika membaca nama itu sebagai h-nm, dengan h yang pertama sebagai kata sandang tertentu, dan nama 'lembah' (dalam bahasa Ibrani gy') ini pun dapat dikenali sebagai al-Namah (nm, dengan kata sandang tertentu Arab), di wilayah Ballahmar antara wilayah Bani Shahr dan Rijal Alma'. Tepat di sinilah teks Yosua 15:8 menempatkan tempat tersebut; 'di puncak sebelah selatan Yebusit (yaitu Yerusalem)' (RSV). Menurut Raja-raja II 23:10, di lembah ini ada sebuah tempat yang bernama Topheth (htpt, dibaca dengan salah menjadi h-tpt). Kini tempat tersebut tidak lain adalah desa al-Hatafah (htpt), di sekitar daerah yang sama (bandingkan dengan Simons, alinea 36).
2. Kali kecil Kidron (nhl qdrwn): ini tentunya adalah lembah Bani al-Asha'ib di lerengan maritim wilayah Zahran yang sampai kini masih berdiri sebuah desa yang bernama Qidran (qdrn). Dalam Raja-raja II 23:4, 6, ungkapan dalam bahasa Ibrani yang berbunyi m-hws l-yrwslym b-sdmwt qdrwn, dan m-hws l-yrwslym 'l nhl qdrwn, secara tradisional diterjemahkan menjadi 'di luar Yerusalem di ladang-ladang Kidron', dan 'di luar Yerusalem sampai pada kali kecil Qidran'. Namun di sini hws adalah nama sebuah tempat yang kini merupakan desa Hawwaz (hwz) di lembah yang sama, di wilayah Zahran letak Qidran dapat dijumpai. Jika dipertimbangkan kembali berkenaan dengan ini, kutipan Ibrani dari Raja-raja II 23 yang tertera di atas akan berbunyi: 'dari Hawwaz sampai ke Yerusalem, di ladang-ladang Qidran', dan 'dari Hawwaz sampai ke Yerusalem, sampai ke kali kecil Qidran'. Terjemahan yang dipertimbangkan kembali ini cocok dengan konteksnya: atas perintah Raja Yosiah, semua jimat-jimat yang musyrik, tidak hanya Yerusalem, tetapi dari seluruh daerah Hawwaz dan Yerusalem dikumpulkan dan dibawa ke ladang-ladang di Qidran, atau ke kali kecil Qidran, di sana semua itu dibakar (untuk pengenalan tradisional atas Kidron di luar Yerusalem Palestina, lihat Simons, alinea 139).
Suatu hari arkeologi akan dapat memperkuat pengenalan yang dikemukakan bahwa Yerusalem menurut Bibel adalah desa Al Sharim yang kini terletak di dataran tinggi Nimas. Namun yang jelas adalah bahwa Kota Daud yang kini adalah Umm Samdah di Rijal Alma' bukanlah Yerusalem yang kita sangka tetapi sebuah tempat lain samasekali. Seperti yang telah saya katakan tadi, Kota Daud didirikan sebagai sebuah kota-kubu guna menjaga perbatasan selatan kerajaan Daud. Di samping sebuah benteng pegunungan, Al Sharim, yaitu Yerusalem-nya Daud menduduki posisi di tengah antara Wadi Adam dan wilayah Taif di utara, dan Rijal Alma' di selatan, karena wilayah kekuasaan kerajaan tersebut membentang di antara kedua daerah ini. Maka dari itu kota tersebut sangat cocok sebagai ibukota Daud. Harus pula dicatat bahwa lokasi kota itu di sepanjang jalan raya pegunungan utama di sebelah timur tebing curam Asir di beberapa tempat menghubungkannya dengan jalur-jalur pedalaman kafilah, baik yang menuju ke timur maupun yang menuju ke jalur pesisir di sebelah barat. Jalan raya ini kini masih ada sebagai saluran perhubungan utama wilayah itu. Setelah ia menetapkan dirinya di 'Yerusalem' tersebut, Daud tidak hanya berkuasa atas Yudah saja namun juga atas 'Seluruh Israil' (Samuel II 5:5 , seperti halnya anaknya, Sulaiman, sesudahnya.

10. ISRAIL DAN SAMARIA

Kalau Yudah atau yhwdh, benar-benar adalah tanah yang mengandung jurang-jurang di sepanjang sisi maritim Hijaz selatan dan Asir, maka Israil (ysr'l) tentu mulanya adalah tanah di dataran yang lebih tinggi pada daerah yang sama. Sudah banyak yang ditulis orang mengenai etimologi ysr'l, atau 'Israil' namun hasilnya lebih banyak membingungkan daripada menjelaskan. Gagasan dalam Kejadian 32:28 bahwa kata itu berarti 'dia bergumul melawan Tuhan', atau 'Tuhan berjuang' (ysrh 'l), adalah etimologi rakyat yang khas. Bahwa nama itu merupakan kependekan ysrh 'l sudah jelas; tetapi di sini ysrh bukanlah bentuk imperfek srh dalam pengertian bahasa Ibrani 'bergumul, berkelahi' yang telah disahkan, tetapi merupakan kata benda kuno dari kata kerja yang sama dalam pengertian kata Arab srw atau sry (disuarakan sara), 'tinggi, ditinggikan, diletakkan tinggi-tinggi,. Maka nama itu, yang berarti 'ketinggian Tuhan', berhubungan langsung dengan Sarat (bentuk jamak gabungan srw atau sry, disuarakan saru atau sari, ('ketinggian gunung'), yang sampai kini masih bertahan sebagai nama daratan tinggi Arabia Barat, terutama di tempat yang kini adalah Asir (lihat Bab 3).
Sebagai ungkapan yang berarti 'ketinggian Tuhan', nama ysr'l atau 'Israil', mestinya merupakan nama geografis sebelum kata tersebut menjadi nama sebuah bangsa, dan akhirnya menjadi nama sebuah kerajaan Arabia Barat yang berbeda dengan kerajaan dengan nama yang sama di Yudah.[1] Sebenarnya ysrh 'l yang sebagian besar ada dalam pelbagai varian dari bentuk 'l ysrh yang terbalik, 'dewa ketinggian', masih bertahan sebagai nama tempat, tidak hanya di Asir tetapi di pelbagai tempat di Hijaz. Inilah daftarnya:
  1. Al-Yasr (l-ysr) di distrik Muhayil.
  2. Al-Yasra ('l-ysr) di wilayah Nimas.
  3. Al-Yasra (juga l-ysr) di wilayah Taif.
  4. Yasrah (ysrh) di daerah sekitar Abha.
  5. Al Yasir ('l ysr) di daerah sekitar Tanumah.
  6. Al-Yasirah ('l-ysrh) di wilayah Madinah (al-Madinah) sebagai nama dua buah pedesaan.
  7. Yasir (ysr) di wilayah Mekah.
  8. Al Yasir ('l ysr) di wilayah Qunfudhah.
  9. Al Sirah ('lsrh, mempertahankan bentuk Ibrani dari asal katanya) di wilayah Abha.
  10. Al-Saryah ('l-sry) di Khamis Mushait, di sebelah timur Abha
  11. Abu Saryah ('b sry) di wilayah Taif.
  12. Al-Sari ('l-sry), lokasinya belum dipastikan/ditentukan.
Nama-nama yang lain yang berasal dari srw sebagai bentuk sry, dapat ditambahkan pada daftar di atas dalam pengertian yang hampir sama persis dengan kata Ibrani ysr'l (dengan 'l-nya yang berakhiran) dapat diwakili oleh Suraywil (srywyl tampaknya sebuah pengubahan dari sry 'l), nama sebuah desa Arab di Najd (Nagd) yang pernah menjadi bagian wilayah Yamamah.[2]
'Bani Israil' menurut Bibel (bny ysr'l) mestinya pada mulanya merupakan sebuah konfederasi suku-suku di dataran tinggi Arabia Barat. Konon, suku-suku ini berjumlah duabelas buah: Reuben (r'bwn), Simeon (sm'wn), Levi (lwy), Yudah (yhwdh), Gad (gd), Asher ('sr), Issachar (ysskr), Zebulun (zblwn, pada hakekatnya adalah zbl), Dan (dn), Naphtali (nptly), Yosef (ywsp) dan Benyamin (bn ymyn, pada hakekatnya ymyn). Dua nama di antaranya terdapat dalam bentuk Arab yang dapat dikenali, menandakan dua buah suku Arabia Barat kuno yang bernama Lu'ayy (l'y, bandingkan dengan lwy, atau Levi) dan Yashkur (yskr, bandingkan dengan ysskr, atau Issachar). Sepuluh suku lainnya masih dapat dikenali sebagai nama-nama suku Arabia bagian selatan yang sampai kini masih bertahan. Mereka adalah: Rawabin (rwbn, atau Reuben); Sama'inah (sm'n, atau Simeon);[3] Wahadin (tunggalnya adalah Wahadi, atau whd, yaitu Yudah); Zabbalah atau Zubalah (keduanya zbl, yaitu Zebulun); Duwaniyah, Danaywi atau Dandan (ketiganya pada hakekatnya dn, yaitu Dan); Falatin (pltn, yaitu Naphtali); Judan (tunggalnya Judi), Judah, Judi atau Jadi (keempatnya gd, yaitu Gad); Dhawi Shari (orang-orang Shari, atau sr; yaitu Asher); Banu Yusuf (ysp, yaitu Yusuf); Yamna, Yamanah atau Yamani (ketiganya ymn, yaitu Benyamin).
Selain itu, di antara keduabelas suku Israil tersebut suku Yusuf (Yoseph) konon mempunyai dua cabang: (Ephraim ('prym) dan Manasseh (mnsh). Anehnya kini suku Arabia Barat Banu Yusuf sebenarnya bernama 'dua cabang (ranting)' (bahasa Arabnya al-Far'ayn). Nama kesukuan Ephraim bertahan di Arabia Barat sebagai Firan (prn) dan Manasseh sebagai Mansi (mns). Bukti onomastik yang lebih mendetil berkenaan dengan asal mula keduabelas suku itu di Arabia Barat disajikan pada lampiran.
Bibel Ibrani mengatakan bahwa keduabelas suku ini akhirnya menetap di Yudah, di sisi maritim Asir geografis, dan pada akhir abad kesebelas dan permulaan abad kesepuluh S.M., mereka telah mendirikan sebuah kerajaan di daerah itu. Situasi politik dan ekonomi pada waktu itu sangat mendukung timbulnya kerajaan semacam itu di Arabia Barat. Setelah sekitar tahun 1200 terjadilah sebuah penurunan pada jumlah pendudukan kerajaan di Arabia dari arah Mesopotamia, Suria utara dan Mesir, yang menyebabkan timbulnya negara-negara bagian di jazirah Arabia itu. Suatu waktu antara tahun 1300 dan 100 S.M., terjadilah pula suatu peningkatan yang drastis atas perdagangan dengan kafilah di Arabia, yang tampak dengan adanya gejala diperkenalkannya secara besar-besaran unta untuk mengganti keledai sebagai binatang beban. Tetapi kerajaan 'seluruh Israil' (lihat Bab 9) tidak sanggup mempertahankan persatuan poliliknya untuk lebih lama lagi. Sampai pada akhir abad ke sepuluh S.M., wilayah kekuasaannya telah berada di bawah pimpinan sederetan raja-raja saingan: yaitu raja-raja 'Yudah', dengan ibukota mereka di Al Sharim (yang dianggap sebagai lokasi 'Yerusalem' menurut Bibel), dan raja-raja (Israil). Usaha-usaha baru untuk memperebutkan kekuasaan atas Arabia Barat, pertama kali oleh Mesir, kemudian oleh Mesopotamia, sudah pasti mengambil peranan penting dalam menimbulkan dan mengabadikan perpecahan ini (lihat Bab 1).
Ahli-ahli Bibel yang berpikir dalam konteks Palestina, secara tradisional mengatakan bahwa mereka kerajaan-kerajaan yang bersaingan yaitu 'Yudah' dan 'Israil', masing-masing terletak di selatan dan utara, dan yang terakhir diperkirakan berpusat di sekitar kota Nablus di Palestina. Sebenarnya, seperti yang akan kita lihat nanti, di Arabia Barat pusat kekuatan 'Israil' memang terletak di sebelah utara 'Judah'. Akan tetapi wilayah-wilayah mereka bukanlah wilayah-wilayah yang mempunyai batas-batas yang jelas di antara keduanya. Melainkan mereka terpisah melalui suatu perbedaan politik dalam wilayah yang sama, berdasarkan kesetiaan-kesetiaan yang bersaingan yang diperdalam oleh perpecahan keagamaan. Raja-raja 'Yudah' dan 'Israil', tampaknya menguasai kota-kota dan pedesaan pada wilayah-wilayah yang sama, terkadang letaknya saling berdekatan. Di wilayah-wilayah tengah Yudah, yaitu di daerah pedalaman Qunfudhah sudah jelas begini keadaannya. Lebih jauh ke utara di wilayah Lith dan Taif begitu pula keadaannya (lihat di bawah).
Orang pertama yang menetapkan dirinya sebagai raja 'Israil' setelah wafatnya Sulaiman, adalah 'Yeroboam putra Nebat' yang digambarkan sebagai seorang 'prty mn h-srdh, yang secara tradisional di anggap berarti 'seorang Ephraim dari Zaredah' (Raja-raja I 11:26). Begitu pula Daud, pendiri dinasti itu, yang terus menguasai 'Yudah', juga digambarkan sebagai putra seorang 'prty dari 'Bethlehem'. Bahwasanya 'prty itu bukan berarti 'orang Ephraim' itu sudah jelas; seorang 'Ephraim' dalam bahasa Ibraninya adalah 'prymy, dari kata 'prym (bentuk ganda 'pr), kini Wafrayn (wpryn, bentuk ganda wpr) di Bani Shahr. Sebenarnya 'prth (yang bentuk genitifnya adalah 'prty) kini masih bertahan sebagai nama desa Firt (prt), di Wadi Adam, di wilayah Lith. Bethlehem, seperti yang telah dikatakan, adalah sebuah desa lain di Wadi Adam itu pula, yang kini adalah Umm Lahm (dihubungkan dengan 'prth, juga dalam Mikha 5:2; Rut 1:2; 4:11). 'Zaredah', kota asal Yeroboam di daerah sekitar Firt, kini adalah al-Sadrah (sdrh, dengan kata sandang tertentu seperti dalam bahasa Ibraninya), juga di wilayah Lith. Pertengkaran antara Yeroboam dan keluarga kerajaan Daud tidak diragukan lagi berasal dari kecemburuan yang telah lama ada antara keluarga-keluarga kepala Firt di Wadi Adam yang bersaingan, yang kemudian dilakukan dalam skala politik yang lebih besar.
Yeroboam memulai karir politiknya dengan bertugas di bawah Salomo dan kemudian memberontak sebelum dipaksa lari ke Mesir, tempat ia mencari perlindungan di bawah Raja Sheshonk I (lihat Bab 11). Setelah wafatnya Sulaiman, ia kembali ke Yudah untuk menantang pengganti Sulaiman, yaitu Rehoboam, anaknya dan menetapkan diri sebagai saingan raja 'Israil' (lihat Raja-raja I 11:26; 12:30). Setelah mengangkat dirinya sebagai raja, Yeroboam mendirikan Schechem (skm) di daerah perbukitan Ephraim ('prym) dan menetap di sana (Raja-raja I 12:25). Mengingat bahwa 'Ephraim' menurut Bibel, seperti yang telah dibahas tadi kini adalah Wafrayn, di distrik Bani Shahr pedalaman Qunfudhah, kota 'sechem' yang ia dirikan dan dijadikan ibukota (Sechem-sechem menurut Bibel) mungkin kini adalah kota Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah di barat daya lerengan wilayah Zahran dan tidak jauh di utara dari Bani Shahr. Tetapi kemungkinan besar 'Shechem' itu adalah al-Qasim (qsm) di pedalaman Qunfudhah.
Tidak lama setelah itu, Yeroboam kemudian 'memperkuat' kota 'Penuel' (pnw'l) seperti yang digambarkan dalam Raja-raja I 12:25, dan kemungkinan besar adalah al-Naflah (npl) di wilayah Taif, atau mungkin al-Nawf ('l-nwp) yang namanya kini diberikan pada sebuah hutan yang terletak di punggung bukit di dataran tinggi Zahran. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya pergi beribadah ke 'Yerusalem', maka ia mendirikan tempat-tempat suci yang baru di 'Bethel' dan di 'Dan' (Raja-raja I 12:29f). 'Bethel' hampir dapat dipastikan tempat yang sekarang dikenal sebagai Butaylah (btyl) di dataran tinggi Zahran (lihat di bawah). 'Dan' tidak diragukan lagi kini adalah Danadinah di dataran rendah maritim wilayah Zahran yang bentuk Arab dari namanya adalah jamak dny genitif dn (lihat Bab 14).
Walaupun ibukotanya terletak di 'Shechem', tampaknya Yeroboam terkadang menetap di 'Tirzah' (Raja-raja I 14:7) yang terletak di atas bukit sebuah tempat yang bernama 'Gibbethon' (Raja-raja I 16:15f). 'Gibbethon' (gbtwn) mestinya adalah salah satu di antara pedesaan yang terletak di tempat yang kini adalah pegunungan al-Naqabat (nqbt), di dataran tinggi Ghamid. Pada ketinggian yang lebih jauh lagi ke arah utara, ada sebuah dusun kecil yang bernama al-Zir (zr) yang mungkin dahulunya adalah Tirzah. Daerah disana sangat kaya akan peninggalan-peninggalan sejarah/arkeologi. Raja-raja 'Israil' yang menggantikan Yeroboam, mendirikan ibukota-ibukota bagi mereka sendiri pertama kali di 'Tirzah', yang kemudian 'Yezreel' ('Esdraelon' dalam bahasa Septuaginta Yunani), kemudian di 'Samaria' (Raja-raja I 15:33f; 18:45f; 20:43f) --yang terakhir, 'Samaria' merupakan sebuah kota yang didirikan oleh mereka sendiri di sebuah bukit dekat 'Yizreel' (kalau diuraikan menjadi yzr' 'l, 'semoga Tuhan menaburkan', atau 'pentaburan Tuhan') kini mestinya adalah Al al-Zar'i ('l zr') di daerah rendah di Wadi al-Ghayl, tidak jauh di sebelah timur tenggara Qunfudhah. Maka 'Padang Esdraelon' yang terkenal itu, yang jelas bukan daerah rendah yang memisahkan Palestina dari Galilee di Suria, tidak mungkin kalau bukan merupakan nama kuno Wadi al-Ghayl. 'Shemer' (smr), pemilik asli bukit di mana 'Samaria' (Ibraninya Shomeron, atau smrwn), didirikan, kemungkinan besar bukanlah nama seseorang melainkan sebuah suku yang namanya hidup terus di Arabia bagian selatan sebagai Shimran (tepatnya smrn). Kini wilayah Shimran meliputi pedalaman Qunfudhah dan membentang menyeberangi tebing curam dan pembagi perairan sampai pada Wadi Bishah. 'Samaria' dahulunya sudah dapat dipastikan adalah desa yang kini bernama Shimran di daerah pedalaman Qunfudhah, agak jauh di atas bukit dari Al al-Zar'i, atau 'Yizreel'. Dan kenyataannya memang Shimran kini dengan jelas terletak di sebuah bukit.
Kita tidak perlu mengamati semua nama tempat-tempat menurut Bibel itu yang disebut sebagai kepunyaan Raja-raja 'Israil'. Untuk menggambarkan bagaimana raja-raja ini dan para saingan mereka dari 'Yudah' menguasai kota-kota dan pedesaan di wilayah yang sama, kiranya cukup kalau menunjukkan saja bagaimana kebanyakan nama-nama kota yang konon diperkuat Rehoboam guna mempertahankan kerajaan 'Yudah'nya, bertahan di daerah pedalaman Qunfudhah sampai ke utara, yang terdapat pusat-pusat utama raja-raja 'Israil' itu (lihat Tawarikh 11:6-9).
Nama-nama tersebut adalah sebagai berikut:
  1. 'Bethlehem', telah dikenali sebagai Umm Lahm di Wadi Adam, wilayah Lith (lihat di atas).
  2. 'Etam' ('ytm), sangat mungkin Ghutmah (gtm) di wilayah Lith. Tetapi ada beberapa 'Etam' lainnya sebagai kemungkinan di Asir geografis.
  3. 'Tekoa' (tqw', bentuk kata benda kuno qw'): Waq'ah (wq't) di Wadi Adam; Yaq'ah (yq't) atau Qa'wah (q'wt) di Rijal Alma'.
  4. 'Beth-zur' (byt swr, 'rumah' atau 'kuil' swr): sangat mungkin Al Zuhayr ('l zhyr)-nya Rijal Alma', atau Al Zuhayr-nya wilayah Ballasmar; mungkin juga al-Sar (sr) atau al-Sur (sr) di wilayah Lith; al-Sur atau al-Sura (keduanya sr) di wilayah Qunfudhah; atau al-Surah (juga sr) di sekitar daerah Bahr.
  5. 'Soco' (swkw): Sikah (sk), di wilayah Taif. Kemungkinan-kemungkinan lain adalah Saq (sq), Shaqah (sq) dan Suqah (sq), di wilayah Lith, yang terakhir terletak di Wadi Adam; juga Shaqah dan Shaqiyah (sqy), di wilayah Jizan.
  6. 'Adullam' ('dlm): Da'alimah (d'lm), di wilayah Taif.
  7. 'Gath' (gt): al-Ghat (gt), di wilayah Jizan.
  8. 'Mareshah' (mrsh): Mashar (msr), di wilayah Bani Shahr; Masharah (msrh) di Rijal Alma'; atau Mashar satu lagi di pedalaman Qunfudhah, tidak jauh dari Shimran.
  9. 'Ziph' (zpy): sangat mungkin Sifa (syp), di wilayah Qunfudhah; kemungkinan adalah Siyafah (juga syp), di wilayah Nimas.
  10. 'Adoraim' ('dwrym, secara tradisional disuarakan sebagai ganda dari 'dwr): al-Darayn (dryn bentuk ganda Arab dr), nama tiga buah pedesaan di wilayah Taif, dan nama sebuah desa di dataran tinggi Zahran.
  11. 'Lachish' (lkys): Jelas bukan Tall al-Duwayr Palestina (lihat Bab 5). Asosiasi tempat ini dengan gb'wn, mqdh, hbrwn, dan 'glwn ('Gibeon', 'Makkedah', 'Hebron', dan 'Eglon', dalam Yosua 10 adalah passim), yang kini adalah Al Jib'an (gb'n), Maqdi (mqd), Khirban (hrbn) dan 'Ajlan ('gln), di pedalaman Qunfudhah (keempatnya adalah penyalinan huruf Ibrani ke dalam huruf abjad Latin yang tepat), menunjuk dengan jelas pada Al Qayas ('l qys) di daerah yang sanma.
  12. 'Azekah' ('zqh): 'Azkah ('zqh), di wilayah Qunfudhah.
  13. 'Zorah' (sr'h): di antara beberapa alternatif, paling besar kemungkinannya adalah Zar'ah (zr'h), di lerengan maritim wilayah Zahran.
  14. 'Aijalon' ('ylwn): Alyan ('lyn), di wilayah Lith, atau Ayla ('yl), di wilayah Qunfudhah.
  15. 'Hebron' (hbrwn): Khirban (hrbn), di wilayah Majaridah (lihat Bab 9 dan 13).
Jelas, kerajaan-kerajaan 'Israil' dan 'Yudah' meliputi sampai tingkat tertentu sebuah wilayah kekuasaan. Mereka juga terdiri dari satu bangsa, terpisah karena kesetiaan mereka yang berbeda terhadap raja-raja keluarga kerajaan Daud di Al Sharim (atau 'Yerusalem') dan serangkaian dinasti yang bersaingan yang terdapat di daerah-daerah lain yang kadang-kadang terletak dekat Al Sharim, ketika pemimpin-pemimpin mereka menentang legitimasi keluarga kerajaan Daud dengan menyebut diri mereka raja-raja 'Israil'. Seiring dengan perpecahan politik ini, seperti yang telah dikatakan, tampaknya terdapat perpecahan keagamaan yang mengadu ortodoksi 'Yudah', yang bertahan sebagai agama Yahudi, dan heterodoksi agama 'Israil' yang diabadikan oleh sektarianisme kaum 'Samaritan'.
Di antara kaum Yahudi 'Yudah', kultus pemujaan atas Tuhan Yahweh dikembangkan menjadi sebuah agama dunia yang canggih oleh serangkaian nabi (nby'ym). Namun, kekuasaan keagamaan nabi-nabi ini umumnya ditentang oleh raja-raja 'Israil' dan para pengikutnya, yang gambarannya terhadap agama Israil tampaknya tetap berpandangan kesukuan. Oleh karena itu mereka kabarnya selalu bersedia untuk menerima kedewaan beberapa dewa suku-suku dan bangsa-bangsa lain yang hidup bersama-sama mereka. Bagaimana heterodoksi kaum 'Israil' dapat berkembang menjadi 'Samaritanisme' di Yaman yang mendatang bukanlah masalah yang akan dibahas di sini. Cukup dikatakan bahwa orang-orang Samaritan, sebagai suatu sekte, terus menyebut diri mereka bn ysr'l, 'orang-orang (bani) Israil' atau h-smrym (disuarakan Shomerim). Ini biasanya dianggap berarti (orang-orang smr), referensinya di sini adalah kepada wilayah kesukuan Arabia Barat kuno (yang kini masih ada), yaitu Shimran. Di antara kaum Yahudi ortodoks, mereka dikenal sebagai h-smrwnym (disuarakan Shomeronim), 'mereka dari Shomeron' atau 'Samaria', yang pernah menjadi ibukota raja-raja 'Israil' yang kini ada sebagai desa Shimran di Arabia Barat.
Sewaktu agama Yahudi menyebar dari Arabia Barat ke Palestina dan tempat-tempat lain, agama tersebut baik dalam bentuk ortodoks maupun bentuk Samaritannya. Di Palestina, kaum Samaritan mendirikan bagi mereka sebuah 'Samaria' yang baru di daerah yang kini bernama Sabastiyah (Sabastiyah, dalam bahasa klasiknya Sebaste) dekat Nablus sekarang; di sana mereka mengakui dua buah bukit di daerah itu sebagai Gunung Gerizim (grzym) menurut Bibel dan Gunung Ebal ('ybl), yang mereka anggap suci. Dari teks-teks Bibel yang membicarakan kedua bukit ini kita mendapat kesan bahwa kedua bukit itu saling berdekatan.
Gunung Gerizim dan Gunung Ebal dibicarakan di dalam Yosua 8:33f setelah kisah pendudukan orang-orang Israil atas yryhw dan h-'y ('Yericho' yang kini adalah Rakhyah, di Wadi Adam (lihat Bab 7); dan 'Ai' yang kini adalah 'Uya' ('y), di dataran tinggi antara wilayah Zahran dan wilayah Taif, bukan al-Ghayy di Rijal Alma' (lihat Bab 7 dan 13). By't 'l atau 'Bethel', yang dengan h'y dalam pertalian ini adalah Butaylah (bytl) di dataran tinggi Zahran dan bukan Batilah yang ada di Rijal Alma'. Butaylah ini menguasai salah satu penyeberangan utama tebing curam (atau yrdn) di daerah itu. Menurut Ulangan 11:30, Gunung Gerizim dan Gunung Ebal terletak 'di luar yrdn, di sebelah barat jalan (kini jalan raya Taif-Abha), menuju terbenamnya matahari'. Turun bukit dari Butaylah di lerengan Barat wilayah Zahran, berdiri punggung bukit kembar Jabal Shada. Punggung yang tertinggi, ke arah utara, mestinya adalah Gerizim menurut Bibel, yang namanya masih dipakai oleh desa Suqran yang terletak tinggi pada lerengannya (sqrn adalah metatesis dari grzym, yang telah mengalami perubahan, dengan akhiran jamak Ibrani yang telah diarabkan di dalam bentuk masa kini nama itu). Punggung bukit yang lebih rendah, ke arah selatan, mestinya adalah Ebal --sebuah nama yang sebenarnya tidak diketemukan di sana, akan tetapi yang hidup terus di sekitar daerah Zahran seperti halnya Wadi 'Ilyab ('lyb); juga pedesaan 'Abalah ('bl), 'Abla ('bl) dan 'Ablah ('bl), dan desa dan punggung bukit berpasir Bil'ala' (bl'l), di mana di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama La'ba' (l'b). Punggung bukit berpasir Bil'ala' (bl'l) tidak mungkin Gunung Ebal menurut Bibel, karena ia terletak lebih ke arah timur daripada ke arah barat dari tebing curam dan jalan itu.
Menurut Ulangan 11:29, Gunung Gerizim adalah gunung yang diberkahi oleh orang-orang Israil, dan Gunung Ebal adalah gunung yang dikutuk oleh mereka. Sebenarnya punggung bukit utara Jabal Shada lebat ditumbuhi pepohonan dan secara tradisional biasanya dibuat bertingkat-tingkat agar dapat ditanami, sedangkan punggung bukit selatannya gersang. Hakim-hakim 9:7 menghubungkan Gunung Gerizim dengan Shechem (skm). Kini adalah desa Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah yang mengalir di kaki sebelah timur punggung utara Jabal Shada. Pada punggung bukit yang sama ini (lihat Bab 7, Catatan 5) kita dapat menjumpai 'sebuah altar yang terbuat dari batu-batu yang masih utuh, yang belum pernah tersentuh perkakas besi manusia' (Yosua 9:31; bandingkan dengan Ulangan 27:2-8). Altar-altar yang seperti ini juga ditemukan di bagian-bagian lain wilayah Zahran, dan paling tidak ada satu di antaranya yang terdapat inskripsi yang belum terpecahkan (bandingkan dengan Yosua 8:32). Orang-orang Asir dan Yaman secara tradisional telah menganggap altar yang terletak di punggung bukit Shada Utara (dengan perkataan lain, punggung bukit Gerizim menurut Bibel) sebagai altar pemujaan yang mempunyai kesucian tersendiri. Dahulu mereka pergi ke sana untuk suatu ziarah khusus dan sengaja tidak berhenti di desa-desa yang ada di sepanjang perjalanan. Akan tetapi pada abad ini kebiasaan tersebut telah berkurang. Apa pun sebenarnya kedua bukit suci kaum Samaritan Palestina dari Nablus tersebut, mereka jelas bukanlah Gunung Gerizim dan Gunung Ebal yang sebenarnya.

11. RENCANA PERJALANAN EKSPEDISI SHESHONK

Begitu pentingnya Bibel Ibrani bagi manusia modern sampai-sampai seluruh Timur Dekat telah diselidiki guna membuktikan kebenaran sejarahnya. Akan tetapi seperti yang telah saya kemukakan, penafsiran tradisional yang salah mengenai geografi menurut Bibel, telah menimbulkan salah pengertian atas sejarah geografi Timur Dekat kuno pada umumnya. Sebuah contoh yang layak dari kebingungan yang timbul akibat kesalahan dalam penempatan yang kritis ini, diberikan oleh sebuah analisa atas catatan-catatan Mesir yang telah banyak diteliti berkenaan dengan ekspedisi Raja Sheshonk I.[1]
Sheshonk I ialah seorang raja Mesir dari dinasti ke-22 yang berkuasa dari sekitar tahun 945 sampai tahun 924 S.M., dan memimpin sebuah kampanye militer melawan kota-kota Yudah yang disebutkan secara singkat dalam Raja-raja I 14:25-26; Tawarikh II 12:2-9. Sampai sejauh ini daftar nama-nama tempat yang telah ia taklukkan atau kunjungi telah dipelajari dengan berdasarkan anggapan bahwa mereka adalah kota-kota Palestina (lihat Peta 9). Secara sepintas lalu ini bukanlah suatu hal yang tidak masuk di akal, karena Sheshonk, seperti halnya para penguasa Mesir kuno lainnya tentunya banyak berurusan dengan Palestina dan Suria. Sebuah pecahan dari sebuah stela (pilar tegak yang biasanya berinskripsi dan bergambar) Mesir yang ditemukan di pesisir Palestina memuat namanya, atau apa yang dianggap para ahli adalah namanya, tetapi bukti seperti ini tidak harus berarti bahwa ia benar-benar berada di sana pada waktu ekspedisinya melawan Yudah, yang tercatat ini, dilakukan. Inskripsi-inskripsi Mesir kuno dan barang-barang hasil kecerdasan manusia yang memuat nama raja-raja Mesir kuno telah ditemukan di pelbagai daerah di Timur Dekat, namun hanya beberapa ahli saja yang memandang bahwa dengan adanya barang-barang tersebut di sana mutlak menunjukkan bahwa raja-raja itu pernah sekali waktu melewati sekitar daerah barang-barang tersebut ditemukan.
Terus-terang saja, pendapat saya adalah bahwa pada ekspedisinya melawan Yudah, Sheshonk tidak pergi ke Palestina. Bertolak untuk ekspedisinya dari satu pelabuhan laut Mesir di sepanjang pantai Laut Merah, Sheshonk mendarat di suatu tempat di sepanjang pantai Hijaz, nampaknya di dekat Lith. Tujuannya di sana agaknya adalah untuk melakukan suatu unjuk kekuatan militer besar-besaran guna mengingatkan raja-raja Yudah dan para penguasa Arabia Barat lainnya bahwasanya wilayah mereka masih terletak dalam jangkauan kerajaan Mesir yang kuat itu. Setelah mendapat tempat berpijak di pedalaman Lith, Fir'aun Mesir ini meneruskan perjalanannya ke arah selatan menuju ke pusat Yudah, mungkin dengan melalui jalan pesisir atau dengan mengambil jalan lain lebih jauh di pedalaman yang menyusuri barisan perbukitan pertama. Dalam perjalanannya menuju tempat itu sekali-kali melakukan serangan-serangan tiba-tiba ke wilayah pegunungan dan sekali waktu ia berhasil menembus tebing curam Sarat sampai sejauh Al Sharim yang menurut hemat saya mungkin adalah lokasi 'Yerusalem'-nya Bibel Ibrani. Mungkin tergejolak dengan keberhasilannya di daerah tersebut, ia memberanikan diri untuk bergerak lebih jauh ke selatan memasuki wilayah Jizan, yang operasi-operasi militernya tampaknya agak terbatas, mungkin disebabkan oleh perlawanan berat yang ia dapatkan dari suku-suku pegunungan di wilayah itu. Dari tempat itu Sheshonk kembali ke daerah sekitar Lith, dan ia menundukkan tidak saja pelbagai tempat di sisi maritim tebing curam, tetapi juga banyak tempat lain di wilayah Taif, dan terus melakukan penaklukan-penaklukannya ke arah pedalaman sampai batas padang pasir.
Begitulah kira-kira dugaan saya, berdasarkan penafsiran kembali ekspedisi Sheshonk seperti yang tertera dalam Kitab Bibel Ibrani dan dalam catatan topografis Sheshonk sendiri. Tak perlu saya katakan lagi bahwa rencana perjalanan ekspedisi yang telah saya selidiki tersebut tidak cocok dengan apa yang telah dikemukakan oleh para ahli Bibel tradisional, yang menurut hemat saya telah melakukan suatu tipu daya yang membingungkan dalam upaya mereka untuk memaksakan suatu logika atas kisah Sheshonk guna menempatkannya di dalam kawasan perbatasan Palestina. Namun versi mereka tidak dapat ditanggapi secara bersungguh-sungguh karena versi tersebut berdasarkan pada dugaan yang aneh, yaitu bahwa ahli-ahli penulis Mesir yang bertanggung jawab dalam merekam kisah-kisah tersebut tidak tahu bagaimana cara menterjemahkan nama-nama tempat dalam kisah-kisah tersebut ke dalam bahasa dan tulisan mereka. Mengingat bahwa bahasa Mesir kuno masih berhubungan dekat dengan bahasa-bahasa Semit lainnya, ini nampaknya tidak mungkin terjadi. Kalaupun kita menerima hipotesa yang begitu meragukan, yaitu menempatkan nama-nama semua tempat yang ada dalam daftar-daftar Sheshonk di Palestina, ini hanya dapat dilakukan dengan sikap acuh tak acuh samasekali terhadap teks-teks Mesir yang orisinal. Maka dari itu tidaklah mengherankan jika ada perselisihan pendapat di antara para ahli Bibel mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam ekspedisi Sheshonk. Namun kalau kita membaca kisah ini sambil memikirkan tetapi geografi Arabia Barat, banyak --atau bahwa mungkin semua-- kesulitan yang ada dapat terpecahkan, sehingga apa yang tertinggal hanyalah rencana perjalanan yang jelas ekspedisi raja Mesir tersebut. Saya menegaskan kalau daftar-daftar topografi Mesir lainnya dan juga daftar-daftar topografi Mesopotamia yang seperti ini diteliti dengan cara yang sama, maka hasilnya akan mengejutkan (lihat, contohnya, komentar saya mengenai Charchemish dan Karkara dalam Bab 1, Catatan 11, dan mengenai penaklukan-penaklukan Sargon II dan Surat-surat Amarna, dalam Bab 5).
Memang benar bahwa kisah-kisah menurut Bibel mengenai ekspedisi Sheshonk (dalam Bibel swsq atau sysq, 'Shishak') melawan Yudah tidak diceritakan secara mendalam. Yang terpanjang di antara keduanya --yaitu dalam Tawarikh II 12:2-9-- hanya mengabarkan bahwa raja Mesir itu datang dengan sebuah pasukan yang besar, 'menduduki kota-kota kubu Yudah dan maju sampai sejauh Yerusalem', tanpa merampasnya. Raja 'Yudah', yaitu Rehoboam, putra Sulaiman, tampaknya berhasil menyuap para penjajah itu dengan 'harta karun dari Rumah Tuhan (dengan kata lain 'kuil') dan harta karun dari rumah raja'. Mungkin inilah sebabnya mengapa 'Yerusalem' tidak terdapat di antara nama-nama yang dapat terbaca di dalam daftar-daftar Sheshonk. Mungkin juga, tentunya, nama kota tersebut ada dalam bagian-bagian yang telah hilang dari daftar tersebut, atau yang ada dalam bentuk pecahan-pecahan yang tak dapat terbaca dan diuraikan.
Seperti yang telah saya katakan, Sheshonk mestinya menyeberangi Laut Merah dan mendarat di pantai Hijaz bagian selatan di dekat Lith. Dari sana ia meneruskan perjalanannya mendaki bukit dan menaklukkan enam tempat di pedalaman Lith (nomor 10-15 dalam daftar besar Sheshonk di kuil Amon di Karnak), empat di antaranya masih dapat terbaca. Tempat-tempat ini adalah, seperti yang diberi nomor pada daftar topografi Sheshonk yang orisinal:
10. mtt': Muti' (mt') di Wadi Adam, atau al-Mat'ah (mt') di Wadi al-Ja'izah lebih jauh di selatan.
13. rbt: Ribat (rbt) di dataran rendah Zahran, atau Ribat yang lain, lebih jauh di selatan di Wadi al-Shaqqah.
14. t'kni',[2] Taanach dalam Bibel, atau t'nk; kini Ka'nah (k'nt) di dataran rendah Zahran.[3]
15. snmi:[4] al-Mashniyyah (msny) di dataran tinggi Zahran.
Dalam serangan pertamanya menuju ke pedalaman, Sheshonk tampaknya berhasil menaklukkan sebuah tempat di Wadi Ranyah, yang hulunya terdapat di wilayah Zahran:
16. snri':[5] Sharyaniyyah (sryny):
Ia kemudian kembali ke pedalaman Lith tempat ia merampas sebuah tempat lagi:
17. rhbi': Wadi Rahabah (rhb), suatu kelompok pedesaan di dataran rendah Zahran; atau Ruhbah (rhb) di Wadi Adam.
Kemudian Sheshonk melanjutkan perjalanannya ke arah selatan menuju ke daerah-daerah tengah Yudah, di pedalaman Qunfudhah dan Birk. Ia dapat saja mengambil jalan pantai atau jalan yang terletak lebih jauh di pedalaman yang menyusuri barisan bukit pertama. Dalam perjalanannya menuju tempat itu ia berhenti di berbagai tempat untuk melakukan serangan-serangan ke dalam wilayah-wilayah pegunungan (lihat Bab 10). Di antara ketujuhbelas tempat yang ia serang nama-nama limabelas tempat dapat dikenali dengan tingkat kepastian yang berbeda:
18. hprmi' (diuraikan sebagai hpr mi'): Hafar (hpr), dikenali sehubungan dengan Muwayh (mwy) yang terletak di dekatnya di sekitar daerah Qunfudhah guna membedakannya dari Hfar yang lain yang terletak di daerah yang sama dan di daerah-daerah yang lain.[6] Hafar kini adalah desa di distrik administratif Muwayh.
19. idrm, juga dibaca 'drm: al-Marda (mrd') di wilayah Majaridah.
21. swd: al Dish (dys) di pedalaman Hali.
22. mhnm: jelas sebuah metatesis kota dalam Bibel 'Mahanaim' (mhnym) yang kini mestinya adalah Umm Manahi (jamak Arab dari mnh, metatesis mhn yang bentuk jamak Ibraninya adalah mhny) di wilayah Qunfudhah.[7]
23. qb'n: Al Jub'an (gb'n), dalam Bibel adalah 'Gibeon' (gb'wn) di wilayah Majaridah.
24. bt h(w)rn: al-Rawhan (rwhn), dalam Bibel adalah 'Beth-horon (byt hwrwn) di wilayah Qunfudhah; kecuali kalau yang terakhir itu adalah Khayran (hyrn) di Wadi Adam.
25. qdtm: mungkin makdah (mkdt) di wilayah Bahr.
26. iyrn: al-Rawn (rwn) di pedalaman Hali.[8]
27. mkdi': Maqdi (mqd) di wilayah Qunfudhah, satu di antara tiga 'Meggido' (mgdw) yang tertera di dalam Bibel, yang dua lainnya adalah Maghdah (mgd) di wilayah Taif (lihat Catatan 3), dan Shu'ayb Maqdah ('lembah mqd) di Wadi Adam.
28. idr: Wadhrah (wdr) di wilayah Bahr.
29. id hmrk (diuraikan sebagai h-mrk): id dalam nama ini (Ibraninya adalah yd) adalah padanan kata dari kata Arab wadi (wd) atau 'lembah'; h-mrk, dengan kata sandang tertentu Arab) di wilayah Qunfudhah. Desa al-Marakah sebenarnya terletak di salah satu wadi atau lembah utama daerah tersebut.
31. hinm, juga dibaca h'y'nm: Hawman (hwmn) di wilayah Qunfudhah; Al-Hawman di wilayah Ballasmar; atau Hawman di wilayah Muhayil.
32. 'rn: 'Arin ('rn), 'Eran' ('rn) yang tertera dalam Bibel di wilayah Qunfudhah; kecuali kalau yang terakhir ini adalah Al Ghurran (grn) wilayah Bani Shahr.
33. brn, juga dibaca brm: Barmah (brm) di wilayah Qunfudhah; kecuali kalau itu adalah Burran (brn) di dataran rendah Zahran.
34. dt ptr, juga dibaca d dptr:[9] mungkin al-Fatrah ('l-ptr) di Rijal Alma', atau al-Dafrah ('l-dprt) di wilayah Bahr; kecuali kalau referensinya adalah kepada al-Dafrah yang lain di distrik Faifa di wilayah Jizan (lihat di bawah).
Mestinya pada tahap ini, dari kampanye militernya, Sheshonk menyeberangi tebing curam dan menggempur Al Sharim, dengan kata lain kota yang dianggap Yerusalem di wilayah Nimas, tanpa memasuki kota itu. Tetapi setibanya ia di dt ptr atau d dptr, Sheshonk telah jalan menuju ke arah selatan untuk melakukan penyerangan-penyerangan yang cepat di pedalaman Jizan atau mungkin ia telah berada di sana pada waktu itu (lihat no. 34). Keempat tempat yang mestinya ditaklukkannya di daerah tersebut adalah yang berikut ini:
35. ihm: Wahm (whm) di distrik Masarihah.
36. bt'rm: 'Umar ('mr), nama lengkapnya Qaryat 'Umar Maqbul (harfiahnya berarti 'desa 'Umar yang kepadanya doa, atau ziarah ditujukan', yang menjelaskan makna kata bt, atau 'kuil' pada nama yang tertera dalam daftar Sheshonk) di distrik Madaya.
37. kgri: Gharqah (grq) di distrik Abu 'Arish; tampaknya merupakan tempat asal orang-orang 'Arki' ('rqy, genitif 'rq atau 'rqh) dalam Kejadian 10:17, yang sampai kini dianggap sebagai 'Arqa di Libanon bagian utara, di pedalaman Tripoli.
38. sik: Kus (kws) di distrik Masarihah atau Kis (kys) di distrik 'Aridah.
Sepulangnya dari wilayah Jizan, Sheshonk singgah di bt tpw(h) ('Beth-Tappuah' atau dalam Bibelnya byt tpwh, Yosua 15:33), kini al-Fatih (pth) di wilayah Bahr. Dari sana ia langsung kembali menuju pedalaman Lith dan melakukan penaklukan-penaklukan baru di sana (terutama di Wadi Adam), ia kemudian melanjutkan serangan-serangannya, kali ini menyeberangi daerah rendah Buqran guna menaklukkan tempat-tempat di wilayah Taif. Di antara tempat-tempat baru yang ia jajah di Wadi Adam adalah yang sebagai berikut:
40. ibri': Wabir (wbr).
55. p'ktt: Qatit (qtt).[10]
56. idmi': Wadmah (wdm).
58. (m)qdr: Maqdhar (mqdr).
67. inmr: Namirah (nmr); kecuali kalau itu adalah Namirah lain, atau Namir (nmr) di luar Wadi Adam, tetapi dekat dengan pedalaman Lith.
69. ftisi': Fatish (pts).
74. (h)bri: Khabirah (hbr).
78. 'dit: Adyah ('dyt).
112 dan 119. irhm: al-Rahm (rhm), nampaknya dua kali diserang.
113. ir (i'): Waryah (wryh), 'Yorah'-nya Bibel (ywrh, lihat Bab 8).
Di luar Wadi Adam tampaknya Sheshonk berhasil menduduki Yarar ('l yrr) di wilayah Banu 'Amr di Sarat. Nama ini ditulis dalam daftar (no. 70) sebagai irhrr atau 'r hrr (diuraikan sebagai h-rr), 'r bahasa Mesir mewakili 'l bahasa Semit (Arabnya Al), karena orang-orang Mesir kuno menulis l sebagai r (dan terkadang sebagai n). Di daerah pedalaman Lith yang lebih luas tempat-tempat berikut ini juga diserang:
45. bt dbi: Umm Zabyah ('m zby).
54. (q)dst: Kadisah (kdst).
57. dmrm (diuraikan sebagai d mrm): Al Maryam ('l mrym, dalam Bibel adalah 'Merom', atau mrwm Yosua 11:5, 7).
59. yrdi': Yaridah (yrd).
89. hq(q) (diuraikan sebagai h-qq): al-Quqa' (qq, dengan kata sandang tertentu Arab).
Di seberang daerah rendah Buqran Sheshonk melakukan penyerangan-penyerangan terhadap 14 buah tempat di wilayah Taif, yang namanya tertulis dalam daftar besar Sheshonk:
60. p' 'mq: lembah Wadi 'Amq ('mq).
72. ibrm: Barmah (brm), sebuah desa di dekat Wadi Turabah dan gurun basal Harrat al Buqum.
76. wrkyt: al-Wiraq (wr'q, bentuk jamak Arab dari wrq; bandingkan dengan wrkyt sebagai bentuk jamak feminin dari wrk).
80. dpki' (diuraikan sebagai d pki'), juga dibaca dpk (d pk): Al Faqih ('l pqh) kecuali kalau itu adalah al-Faqih ('l pqh) di Wadi Adam.
86. tsdn(w): Shadanah (sdnt), kecuali kalau itu adalah Dashnah (dsnt) di pedalaman Lith.
91. wht wrki': Wahat (wht), dikenali sehubungan dengan Dar al-Arakah ('rk) yang terlelak di dekatnya, disebut dalam kesusastraan Arab sebagai terletak di wilayah Taif guna membedakannya dari Wahat di wilayah Ballasmar di Asir.
93. ysht: Shuhut (sht), nama dari sebuah wadi kecil di wilayah Taif.
95 dan 99. hnmi, dan hnni: bukan satu tempat, tetapi dua tempat yang berlainan, Al Human (hmn) dan Hananah (hnn).
107. hqrm: al-Mihraq (mhrq), satu di antara dua pedesaan yang memakai nama ini di sekitar daerah yang sama.
108 dan 110. 'rdi': 'Aradah ('rd).
111. nbt: Nabah (nb, dengan akhiran feminin nbt).[11]
118. (p'?) byy': Buwa' (bw').
150. irdn: al-Darayn (dryn; bukan 'Yordan', lihat Bab 7): satu di antara tiga buah pedesaan dengan nama ini; kecuali kalau itu adalah al-Darayn di dataran tinggi Zahran lebih jauh ke arah selatan.
Kita dapat saja mengenali tempat-tempat lain yang diserang oleh Sheshonk di Asir utara dan Hijaz selatan, tetapi saya kira masalahnya sudah jelas: kampanye militernya dilakukannya di Arabia Barat dan bukan di Palestina. Tepatnya, tampaknya penjajah dari Mesir itu mendesak ke arah pedalaman dalam penyerangan-penyerangannya sampai sejauh gurun basal Harrat al-Buqum, dan ia menyerang oase Barmah (lihat no. 72), dan juga ibr (no. 122) yang kini merupakan oase Wabr (wbr). Ia tampaknya juga melanjutkan perjalanannya ke arah selatan menyeberangi hulu Wadi Ranyah (srnri', no. 104, diuraikan sebagai srnri': Al Siyar (syr), di dataran tinggi Ghamid dan di sini terdapat sumber air Wadi Ranyah (rny) untuk menjajah Wadi Bishah. Di sini rupanya dalam dua peristiwa yang berbeda ia menggempur irqd (no. 97) yang kini mungkin adalah Al Qirad (qrd); idmn (no. 98 dan 128) mungkin adalah Wadi Adamah ('dm); dan inn (no. 140) yang kini adalah Wanan (wnn).
Dalam kata pendahuluan daftar besarnya di Karnak, Sheshonk mengatakan bahwa ia telah menaklukkan 'bala tentara Mitanni' --mungkin kini desa Mathani (mtny), atau lebih mungkin lagi daerah sekitar Wadi Mathan (mtn) di wilayah Taif di mana ia merampas begitu banyak pedesaan, seperti yang telah saya katakan. Jelas Mitanni yang dibicarakan ini bukanlah sebuah kerajaan di Mesopotamia utara; misalkan Mitanni adalah sebuah kerajaan di Mesopotamia utara maka akan melibatkan suatu anakronisme yang menyolok.[12] Dalam daftar Sheshonk yang lebih pendek di kuil Amon di El Hibeh, nhrn (no.4) jelas bukanlah 'Mesopotamia', seperti yang sampai kini diduga, melainkan kini adalah desa Naharin (nhrn), dekat dengan Wadi Mathan atau desa Mathani di wilayah Taif. Tak diragukan lagi tempat ini mestinya adalah 'Naharaim' dalam Kitab Bibel (nhrym) (Kejadian 24:10; Ulangan 23:5; Hakim-hakim 3:8; Mazmur 60:2; Tawarikh I 19:6) yang kemudian oleh Septuaginta (diikuti oleh kesarjanaan Bibel) dikenali sebagai 'Mesopotamia, (lihat Bab 1). Demikian juga, iss(wr) dalam daftar yang sama (no. 9) bukanlah 'Assyria' tetapi di antara pelbagai kemungkinan, yang masuk akal adalah Yasir (ysr) di daerah Mekah, dekat pelabuhan laut Rabigh.
Menghiraukan ketidaktentuan semacam itu, yang tampaknya jelas adalah bahwa tidak hanya sejarah menurut Bibel saja yang harus dinilai kembali, tetapi juga sejarah kuno seluruh wilayah Timur Dekat. Daftar-daftar nama tempat dalam Kitab Perjanjian Lama Ibrani yang sepertinya menarik itu, saya yakin akan sangat bermanfaut bagi suatu generasi ahli-ahli yang, jika mereka dapat membuang gagasan tradisional bahwa nama-nama tersebut terdapat di Palestina, mungkin dapat menjelaskan sebagian besar dari sejarah kuno yang sampai kini masih diselimuti ketidakpastian.

12. MELCHIZEDEK: PETUNJUK-PETUNJUK PADA SEBUAH PANTEON

Dengan adanya referensi yang tegas mengenai seorang pendeta raja yang bernama Melchizedek (Melkisedek) dalam versi Inggris standar Kitab Perjanjian Lama, maka agaknya tidak senonoh jika seseorang menanyakan apa benar ia pernah hidup. Namun kalau memang benar-benar ada orang tersebut, Kitab Bibel Ibrani samasekali tidak mengatakan apa-apa mengenai dirinya. Memang benar, suatu susunan dari konsonan-konsonan yang terbaca sebagai mlky sdq tertera dalam dua buah teks Bibel (Kejadian 14:18 dan Mazmur 110:4) dan telah diterjemahkan sebagai 'Rajaku adalah kebenaran'. Akan tetapi dalam keduanya nampaknya tidak mungkin mlky sdq adalah nama seseorang. Dalam Kejadian 14:18 mlky sdq tampaknya merupakan istilah ungkapan. Dalam Mazmur 110:4 mlky sdq sudah hampir dapat dipastikan sebagai suatu referensi terhadap 'raja-raja' (mlkym, dengan m yang terakhir merupakan jamak yang dibuang dalam struktur genitifnya) suatu tempat tertentu.
Marilah kita pertimbangkan seluruh teks Kejadian 14:18. Dalam bentuk konsonan, ia terbaca sebagai berikut: w-mlky sdq slm hwsy' lhm w-yyn w-hw khn l-'l 'lywn. Secara tradisional ini diberi vokal sehingga menghasilkan pengertian yang berikut ini: 'dan Melchizedek raja Salem (slm) mengeluarkan roti dan anggur dan ia adalah pendeta El 'Elyon atau ("Tuhan Maha Tinggi'', RSV)'. Namun dalam konteksnya mlk dalam kata mlky tidak mungkin merupakan sebuah kata Ibrani untuk 'raja' guna membuat mlky sdq sebuah nama perorangan yang berarti 'Rajaku adalah Kebenaran'. Lebih mungkin kalau kata itu merupakan bentuk jamak mlk sebagai bentuk singkat mlwk yang berarti 'sesuap' --suatu partisip sebuah kata kerja yang diakui dalam bahasa Arab (tetapi dalam bahasa Ibrani tidak) sebagai 'lk, 'kunyah'. Kamus-kamus Arab menyebutkan 'lwk sdq (diucapkan aluk sidq, secara harfiah berarti 'sesuap sajian') sebagai sebuah ungkapan pelembutan untuk 'makanan', terutama makanan yang disuguhkan kepada seorang tamu. Maka pengertian yang sebenarnya Kejadian 14:18 tampaknya adalah: 'dan raja Salem mengeluarkan makanan (secara harfiahnya, 'beberapa suap sajian'), roti dan anggur dan ia adalah pendeta El 'Elyon'. Sintaksis aneh teks Ibrani yang asli dalam halnya Kejadian 14 secara menyeluruh memberi kesan bahwa ini tertulis dalam bentuk sajak sebagai kisah epik mengenai prestasi militer gemilang Abram orang Ibrani (lihat Bab 13). Kata demi kata, ungkapan ini kalau diterjemahkan akan berbunyi: 'dan makanan oleh raja Salem dikeluarkan, roti dan anggur; dan ia adalah pendetanya El 'Elyon'.
Dalam konteks kisah yang diceritakan dalam Kejadian 14 raja Salem menghormati 'Abram orang Ibrani' yang sedang dalam perjalanannya kembali dari sebuah tugas militer yang berbahaya dengan membawa keberhasilan, membawa barang-barang rampasan yang banyak. Setelah mengeluarkan 'roti dan anggur'-nya, raja Salem mempersilakan Abram makan; berkenaan dengan idiom, ia 'memberinya sepotong makanan' (w-ytn lw m'sr mkl, Kejadian 14:20). Ini semakin menjelaskan bahwa mlky sdq dalam Kejadian 14:18, seperti halnya mkl (Arabnya m'kl, disuarakan ma'kal) dalam Kejadian 14:20 berkenaan dengan makanan dan bukanlah sebuah nama perorangan, 'Melchizedek'. Menurut tradisi, ungkapan m'sr mkl dibaca sebagai m'sr mkl, yang berarti 'sepersepuluh dari semuanya', karena m'sr dapat berarti 'sepersepuluh' dan 'sepersepuluh bagian' dan juga 'sebagian'. Lebih lagi, pokok kalimat w-ytn lw, 'dan ia memberinya', secara tradisional dianggap sebagai Abram dan bukan raja Salem, meskipun raja Salem adalah pokok kalimat dua kalimat sebelumnya. Maka dari itu secara menyeluruh ayat itu telah dimengerti bukan bahwa raja Salem mengundang makan Abram, tetapi bahwa Abram memberinya sepersepuluh barang-barang rampasannya yang ia bawa --sebuah anggapan palsu dari pembenaran atas ecclesiastical tithing (pemberian sepersepuluh penghasilan seseorang kepada gereja), mengingat bahwa raja Salem juga merupakan pendeta 'Tuhan Maha Tinggi'. Di sini menurut pendapat saya menunjukkan betapa tidak tepatnya pembacaan terhadap Bibel Ibrani yang telah diperlakukan sampai kini.
Kembali pada teks konsonan Mazmur 110:4, kita menjumpai yang berikut ini: 'th khn l-'wlm 'l dbrty mlky sdq, secara tradisional diberi vokal sehingga dapat diterjemahkan menjadi: 'engkau adalah pendeta untuk selamanya dari golongan Melchizedek', orang yang dibicarakan mestinya adalah raja Daud. Namun pertimbangkanlah yang berikut ini:
  1. Kata Ibrani l-'wlm tentu dapat berarti 'selamanya', tetapi dapat juga berarti 'kepada 'Olam' --dewa atau tempat pemujaan, atau sebuah julukan bagi Yahweh, yaitu Tuhan Israil (lihat di bawah), yang berarti 'abadi' atau 'kekal'. Mengingat bahwa tak ada manusia yang dapat menjadi pendeta atau apa pun untuk selamanya, maka penafsiran yang kedua dari kata Ibrani l-'wlm dilihat dalam hubungannya dengan kalimatnya lebih masuk di akal.
  2. Kata Ibrani dbrty tidak mungkin berarti 'golongan' karena kata ini bukanlah sebuah kata dalam bentuk tunggal. Kata ini hanya mungkin merupakan bentuk ganda kata dbrh (dbrtym, berbeda dengan bentuk feminin jamaknya, yaitu dbrwt) dengan m yang terakhir dalam akhiran ganda ditanggalkan dalam struktur genitifnya dbrty(m) mlky(m) sdq. Kata Ibrani dbrh adalah kata benda feminin yang merupakan kata benda lisan (verbal noun) dari kata dbr, di sini jelas dalam pengertian kata Arab yang telah diberi vokal, yaitu dabara (juga dbr) yang berarti 'mengikuti'. Oleh karena itu kata ini harus diterjemahkan sebagai 'pengikut' (dengan kata lain, 'daerah yurisdiksi', atau lebih tepat lagi 'jemaah') sehingga dbrty(m) berarti 'kedua pengikut' atau 'kedua jemaah'. Kenyataan bahwa ada tempat-tempat yang bernama sdq di dua bagian Arabia Barat yang berlainan juga perlu dipertimbangkan di sini (lihat di bawah).
  3. Kata Ibrani mlky(m) sdq dalam konteks berdiri sebagai sebuah susunan genitif yang berarti 'raja-raja Sedeq'. Tentunya kata ini dapat pula dibaca sebagai nama perorangan, yaitu 'Melchizedek'. Namun dua buah referensi dari Kitab Qur'an mengatakan bahwa sdq (disuarakan sidq, dan ditafsirkan berarti 'kebenaran') sebenarnya merupakan sebuah tempat: di sini orang-orang Israil dipaksa menetap (10:93); juga merupakan pusat kekuasaan seorang 'raja yang sangat kuat' (54:55). Ini dengan kuat mendukung tafsiran yang pertama. Perlu dicatat bahwa 'Salem' atau El 'Elyon samasekali tidak disinggung dalam teks Mazmur.
Berhubungan dengan pengamatan-pengamatan ini pembacaan atas Mazmur 110:4 seharusnya dikoreksi sehingga berbunyi: 'engkau adalah pendeta 'Olam yang memimpin kedua kelompok (atau dua daerah) raja-raja Sedeq'. Di sini seperti halnya dalam Kejadian 14:18 tidak ada persoalan mengenai seseorang yang bernama 'Melchizedek'.
Apa yang sebenarnya dibicarakan dalam kedua sebutan yang telah saya teliti tersebut adalah dua kelompok pendeta raja yang berbeda: para pendeta-raja 'Salem' dan El 'Elyon, serta para pendeta-raja Sedeq (sdq) dan 'Olam ('wlm). Sementara raja-raja 'Salem' (sdq) adalah pendeta-pendeta El 'Elyon ('l 'lwyn), raja-raja Sedeq (sdq) merupakan pendeta-pendeta 'Olam ('wlm). Yang selama ini diduga sebagai sebuah kota di Palestina dan terkadang dikenali sebagai Yerusalem, 'Salem' yang tertera dalam Kejadian 14 tidak mungkin kalau bukan apa yang kini merupakan desa Al Salamah ('l slm, 'dewa slm' atau desa keselamatan, perlindungan, kesejahteraan, kedamaian'), di wilayah Nimas di pedalaman Asir. Di dekatnya, pada wilayah yang sama berdiri desa Al 'Alyan (bandingkan dengan 'l 'lywn dalam Bibel) yang sampai kini masih memakai nama dewa tempat mengabdi raja 'Salem' sebagai pendeta. Juga di wilayah Nimas yang sama dan di dataran tinggi Tanumah tidak jauh di sebelah tenggara berdiri pedesaan Al al-A'lam ('l 'lm) dan Al al-'Alam ('l 'lm), yang sampai kini memakai nama dewa ('wlm yang ada dalam Bibel) tempat raja-raja Sedeq, sebagai pendeta-pendeta, mengabdi. Kedua 'jemaah' atau 'daerah-daerah yurisdiksi' (Ibrani dbrtym) para pendeta-raja yang berlainan tersebut (andaikata benar-benar tidak ada dua tempat dengan nama yang sama) mungkin berpusat di sekitar dataran tinggi Zahran di ujung utara Asir dan wilayah Jizan serta Najran di ujung selatan. Kemungkinan besar pusat kekuasaan raja-raja Sedeq yang mengabdi kepada dewa 'Olam kini adalah desa Bayt al-Sadiq (byt 'l-sdq, 'kuil' dewa sdq) di wilayah Zahran. Di dekatnya berdiri sebuah desa lagi yang bernama Sidaq (sdq). Dua pedesaan lagi yang bernama Sidaqah (sdq) dan Siddiqah (sdq) masih dapat dijumpai di wilayah Jizan, bersamaan dengan sebuah desa yang bernama Sadaqah (sdq) di daerah sekitar Wadi Najran. Kalau benar seperti yang telah saya tegaskan bahwa raja Daud berasal dari Wadi Adam, dekat Bayt al-Sadiq di wilayah Zahran, dan bahwa ia akhirnya berkuasa sebagai raja di 'Zion'-nya (atau Siyan) Rijal Alma' dekat Sidaqah di wilayah Jizan, penjelasan terhadap dbrtym ganda itu mungkin terletak di sana.
Selanjutnya, yang berikut ini perlu dipertimbangkan:
  1. Tuhan orang-orang Israil, Yahweh, dengan jelas dikenali sebagai Shalom (slwm, suatu bentuk slm, atau 'Salem') dalam nama sebuah altar yang konon dibuat oleh Gideon di 'Ophrah' ('prh), suatu tempat yang konon milik seseorang dari 'Ezer' ('by h-'zry, 'Bapak orang Ezrit' seperti yang ditulis dalam Hakim-hakim 6 24). 'Ophrah' yang dipermasalahkan tersebut mestinya kini adalah 'Afra ('pr), sebuah desa di wilayah Nimas, tidak jauh dari 'Adhrah ('dr, bandingkan dengan nama Ibrani 'zr) yang pasti adalah 'Ezer' dalam Bibel, di dekat Bani Shahr. Tentu, altar Yahweh Shalom adalah tidak lain dari Al Salamah di wilayah Nimas - 'Salem'-nya Kejadian 14.
  2. Messiah yang kelahirannya diramalkan dalam Yesaya 9:6 bernama 'l gbwr 'by 'd slwm, biasanya diterjemahkan menjadi 'Tuhan Maha Besar, Bapak yang kekal, Pangeran Kedamaian' (RSV). Sr slwm-nya bahasa Ibrani di sini tentunya berarti 'pangeran dari Shalom', dengan kata lain, dari kota penyembahan 'Salem' atau Al Salamah. Jelas bahwa 'by 'd merupakan nama dewa yang kini masih bertahan dalam nama desa Abu al-'Id ('b 'd, atau 'b 'l-'d) di wilayah Jizan. Jelas pula bahwa 'l gbwr adalah nama dewa yang bertahan terus dalam nama-nama dari tiga buah pedesaan yang bernama Al Jabbar ('l gbr): sebuah di wilayah Tanumah; sebuah di wilayah 'Abidah; sebuah lagi di distrik Majaridah; ketiganya terletak di Asir. Dalam Yesaya, nama-nama ketiga dewa Arabia Barat diberikan kepada Messiah orang Israil yang akan duduk di singgasana Daud.
  3. Pembacaan secara tradisional atas Kejadian 14:22 telah lama menganggap bahwa Abram orang Ibrani, dalam suatu sumpahnya, mengenali tuhannya sendiri, Yahweh, dengan El 'Elyon-nya raja 'Salem'. Teks Ibrani dari sumpah Abram, hrmty ydy 'l 'lywn, biasanya diterjemahkan 'Saya telah bersumpah (secara harfiahnya, telah mengangkat tangan saya) kepada Yahweh El 'Elyon' (dalam RSV, 'kepada Tuhan Maha Tinggi'). Sebenarnya kata Ibrani Yahweh di sini (seperti dalam contoh-contoh sebelumnya) harus dibaca sebagai imperfek kuno dari kata kerja hyh - 'adalah'. Sehingga sumpahnya akan berbunyi: 'Saya telah bersumpah, El 'Elyon adalah dewa', atau 'saya telah bersumpah, (karena) El 'Elyon adalah dewa ('l yhw 'l 'lywn)', pengakuan terhadap kedewaan El 'Elyon dipersembahkan sebagai kesaksian dari kebenaran sumpah itu. Namun dalam Mazmur 7:18 'Elyon dengan tegas disebut sebagai Yahweh (sm yhwh 'lywn, 'nama Yahweh adalah 'Elyon'). Yahweh juga disebut 'Elyon dalam Mazmur 47:3. Lebih lagi, 'Elyon dan bukan Yahweh tertulis sebagai nama Tuhan Israil dalam lebih dari duapuluh sebutan lama dalam teks-teks Bibel yang umumnya diterjemahkan sebagai 'Maha Tinggi.'
  4. Yahweh dikenali sebagai El 'Olam ('l 'wlm) dalam Kejadian 21:33, dan sebagai 'lhy(m) 'wlm (harfiahnya 'dewa-dewa 'Olam') dalam Yesaya 40:28. Ia juga disebut raja 'Olam (mlk 'wlm) dalam Yeremia 10:10.
  5. Dalam Mazmur 7:18 kalimat dalam bahasa Ibrani yang berbunyi 'wdh yhwh b-sdqw sampai kini dianggap berarti 'Saya akan menyatakan terima kasih kepada Yahweh (atau 'Tuhan') atau Kebenarannya'. Namun b dalam b-sdqw berarti 'di' atau 'pada', dan mustahil dapat berarti 'atas' atau 'karena'. Pembacaan yang terakhir seharusnya memerlukan preposisi Ibrani, yaitu l, dalam hal ini sebagai l-sdqw. Maka penterjemahan yang benar teks Ibraninya adalah: 'Saya akan menyatakan terima kasih kepada Yahweh di Sedeq-nya' yaitu di kuilnya di sebuah tempat yang bernama sdq, yang mungkin adalah Sidaqah atau Siddiqah-nya Jizan.[1] Tentu kita dapat saja meneliti segenap sebutan-sebutan Keinjilan dimana kata sdq timbul dan menentukan, menurut konteksnya, sebab sdq membuat suatu referensi pada sebuah tempat pemujaan yang bernama Sedeq dan kata itu hanya berarti 'kebenaran'.
Kini mestinya sudah jelas: kemungkinan tidak pernah ada seorang pendeta-raja 'Salem' yang diakui kebenarannya menurut Bibel, dengan nama 'Melchizedek' yang mengepalai sebuah 'golongan'. Kesimpulan semacam ini sangatlah menarik, tetapi apa yang lebih penting ialah bahwa penyelidikan terhadap masalah Melchizedek menyuguhkan petunjuk-petunjuk yang membantu membongkar suatu misteri sejarah yang besar: asal mula monoteisme di Arabia Barat kuno yang telah terlupakan.
Pertama-tama kita harus mengingat bahwa kata untuk 'Tuhan' yang Esa, dalam bahasa Ibrani adalah Elohim ('lhym) yang merupakan bentuk jamak maskulin dari eloh ('lh) atau 'Tuhan'.
Tak ada salahnya jika kita mengatakan bahwa apa yang nantinya dikenal di Arabia Barat, pada suatu waktu, sebagai Tuhan yang Esa yang pada mulanya adalah sebuah panteon (dunia dewata) yang terdiri dari dewa-dewa setempat atau dewa-dewa kesukuan. Sebuah penghitungan atas nama-nama tempat di Arabia Barat dimulai dengan Al ('l, bandingkan dengan 'l-nya bahasa Ibrani, 'Tuhan/Dewa'), mengesampingkan nama-nama tempat yang tak terhitung lagi yang memakai kata sandang tertentu Arab al yang mungkin adalah 'l-nya bahasa Ibrani yang masih bertahan sampai kini, dapat langsung menunjukkan bahwa dunia dewata Arabia Barat kuno pada mulanya terdiri dari ratusan dewa, mungkin termasuk dewa-dewa yang mempunyai beberapa nama yang berbeda. Di antara dewa-dewa tersebut adalah Al Salamah (yaitu slm atau slwn di dalam Bibel), Al 'Alyan ('l 'lywn dalam Bibel), Al al-A'lam atau Al al-'Alam (yaitu 'wlm dalam Bibel), dan Sidq (dalam Bibel adalah sdq, juga diakui sebagai sdq dan sdyq dalam inskripsi-inskripsi Arab). Di dalam Bibel Ibrani, Al Salamah, Al 'Alyan, dan Al al-A'lam (atau al-'Alam) dengan jelas disamakan dengan Tuhan orang-orang Israil, yaitu Yahweh (yhwh, lihat di bawah), dan sebuah sdq dituliskan sebagai sebuah tempat pemujaan Yahweh. Juga disamakan dengan Yahweh adalah beberapa dewa Arabia Barat lainnya, yang namanya bertahan di tanah asal mereka dalam bentuk nama-nama tempat. Di antara mereka adalah Al Sadi ('l sdy, dalam Bibel 'l sdy, atau El Shaddai, sering diterjemahkan sebagai 'Tuhan yang Maha Kuasa'); Al Rahwah (rhw, 'lubang air, sumur', dalam Bibel 'l r's diucapkan El Ro'i, ditafsirkan dengan salah sebagai 'Dewa penglihatan'); al-Sabayat (sbyt, 'gazelle', sejenis rusa), nama tempat dari sebuah kuil; dalam bibel sb'wt atau 'Sabaoth', juga berarti 'gazelle-gazelle', namun secara tradisional ditafsirkan dalam pengertian 'pasukan-pasukan, tuan rumah-tuan rumah' --sehingga penterjemahan atas yhwh sb'wt, sebagai 'Tuhan para tuan rumah' yang sebenarnya berarti 'Yahweh-nya Sabayat'). Seperti yang telah dicatat, nama-nama dua dewa Arabia Barat lainnya, yaitu Al Jabbar (dalam Bibel 'l gbwr) dan Abu al-'Id (dalam Bibel adalah 'b 'd), dikenali dalam Yesaya 9:6 sebagai nama-nama Messiah orang-orang Israil; kedua dewa tersebut mungkin juga disamakan dengan Tuhan orang-orang Israil.[2]
Mengenai nama Yahweh sendiri, namanya juga hidup terus di Arabia Barat, tidak hanya sebagai yh atau yhw dalam inskripsi Thamud dan Lihyan dari Hijaz bagian utara (yang telah menjadi suatu fakta yang telah diakui), tetapi juga dalam sejumlah nama tempat. Satu di antaranya adalah nama sebuah punggung gunung, Jabal Tahwa (thw) di pesisir Asir. Lainnya adalah nama-nama pedesaan seperti al-Haw ('l hw) di dekat Mekah; al-Hawa, ('l-hw), Abu Hiya' dan Hiyah (hyh) di dekat Taif; Al Hiyah ('l hyh) di wilayah Nimas (kemungkinan nama kuil utama Yahweh, mengingat letaknya yang berdekatan dengan Al 'Alyan dan Al al-A'lam, lihat di atas), dan Hiyah (hyy) dekat Dhahran, di ujung selatan ketinggian Asir yang terletak paling jauh di selatan (mungkin dt zhrn yang tertera dalam inskripsi-inskripsi Arab). Lebih mungkin dari tidak, Yahweh, seperti El 'Elyon, pada mulanya adalah dewa ketinggian pegunungan. Namanya telah menjadi pokok bahasan dari kontroversi yang telah banyak dipelajari, namun nama tersebut dapat dengan mudah dijelaskan sebagai sebuah kata benda kuno dari kata kerja hwh (bukan apa yang biasanya diduga berarti 'adalah'), bukan dalam pengertian Ibrani dan bahasa Arab 'jatuh', melainkan dalam pengertian bahasa Arab (belum diakui kebenarannya dalam bahasa Ibrani), yaitu 'naik, diangkat'. Namanya sendiri, dalam pengertian tersebut, mestinya mengakibatkan ia diakui sebagai dewa yang tertinggi.
Kita tak dapat menyebutkan kapan Yahweh disamakan dengan dewa-dewa lain dalam panteon Arabia Barat sebagai Elohim ('lhym, 'Tuhan', berbeda dengan h-'lhym, 'dewa-dewa') Israil. Yang dapat kita katakan adalah bahwa identifikasi ini dilakukan secara selektif. Kalau nama-nama beberapa dewa Arabia Barat, seperti halnya dewa-dewa yang telah disebutkan di atas nantinya disamakan dengan Yahweh, lainnya tidak demikian. Begitulah dengan nama dewa 'Succoth' (skwt, Amos 5:26) yang bertahan di daerah sekitar Abha di dataran tinggi Asir sebagai nama desa Al Skut ('l skwt). Begitu pula halnya dengan pelbagai dewa lainnya yang bernama 'Baal' (b'l mungkin kependekan dari 'l 'l, 'bapak panen', atau 'yang satu panen', seperti 'Baal-Zebub' (b'l zbwb, Raja-raja II 1:2) yang namanya bertahan terus sebagai nama pelbagai dewa di Asir seperti Dhabub (dbwb) dan Dhubabah (dbb) di wilayah Jizan, dan Al Dhubabah ('l dbb) dekat Khamis Mushait. Kita dapat langsung mengerti mengapa Baal-Zebub tersebut (nama ini biasanya dianggap berarti 'Majikan lalat-lalat') tidak pernah disamakan dengan Yahweh. Menilai arti zbb yang bertahan dalam bahasa Arab, namanya menunjukkan bahwa ia merupakan 'bapak panen-panen dengan zakar yang sangat besar'.
Akan tetapi sebuah inventaris yang lengkap mengenai dewa-dewa Arabia Barat yang nantinya disamakan dengan Yahweh dan yang tidak, adalah di luar jangkauan penelilian ini. Yang tampaknya lebih penting ialah bahwa sebuah penafsiran kembali dari sebutan-sebutan tertentu dalam Bibel Ibrani dapat memberi kita bukti-bukti yang mungkin dapat berguna dalam membantu para ahli merumuskan sebuah teori baru yang dapat menjelaskan bagaimana monoteisme berkembang di Arabia Barat. Sekali lagi ilmu onomastik menunjukkan jalan yang terlalu berbelit-belit bagi saya, dan hanya berguna bagi mereka yang berpengetahuan sangat luas dalam hal ini .
Perkenankan saya hanya menambah ini saja, sambil menyimpulkan: ada sebuah cerita yang menarik dalam Kejadian 22:1-4 yang kalau dibaca dengan teliti nampaknya membantu dalam transisi di Arabia Barat antara politeisme dan monoteisme (atau paling tidak pemujaan terhadap Yahweh sebagai tuhan yang tertinggi). Dalam sebutan tersebut kita diberitahu bahwa Ibrahim diperintahkan oleh 'tuhan- tuhan' (h-'lhym yang dibedakan dari 'lhym) untuk membawa anaknya, yaitu Ishak, ke tanah 'Moriah' (h-mryh, kini al-Marwah, atau mrwhm juga dengan kata sandang tertentu, di Rijal Alma'; lihat geografi cerita Ibrahim dalam Bab 13). Di sana ia harus menjadikan anaknya kurban di sebuah gunung, yang kemudian dikenal dengan nama yhwh yr'h, atau 'Yahweh Yireh' (kini Yara', atau yr', juga di Rijal Alma'). Ibrahim dengan teliti mengikuti perintah 'tuhan-tuhan' itu (h-'lhym diulang dalam 22:1, 3, 9),[3] namun sewaktu ia mempersiapkan altar bagi pengorbanan anaknya, Ishak bertanya dimana anak kambing yang akan dikurbankan, Ibrahim menjawab bahwa 'Tuhan' dalam bentuk tunggal ('lhym bukan h-'lhym), akan menyediakan anak kambing itu (22:8). Mendengar ini Yahweh mengalangi mereka dengan cara menyediakan sebuah kambing jantan yang akan menggantinya sebagai kurban, setelah puas bahwa Ibrahim takut terhadap 'Tuhan' (lagi 'lhym bukan h-'lhym), seperti yang disebutkan dalam Kejadian 22:11f. Apakah terlalu fantastis untuk menganggap bahwa kisah ini pada mulanya diceritakan guna menjelaskan asal mulanya monoteisme?

13. ORANG-ORANG IBRANI HUTAN ASIR

Istilah 'Ibrani' ('bry, jamaknya adalah 'brym, 'bryym, bentuk femininnya adalah 'bryt) muncul tujuh kali dalam Kitab Bibel Ibrani dan tiga kali dalam kitab-kitab Nasrani (Perbuatan-perbuatan 6:1; Orang-orang Korintia II 11:22; Orang-orang Philipi 3:5). Dalam teks-teks Nasrani tersebut kata ini digunakan untuk membedakan umat Kristen yang secara kesukuan adalah Yahudi dengan yang lain, terutama umat 'Hellenis' (Perbuatan-perbuatan 6:1). Dalam teks-teks Ibrani penggunaannya agak kurang jelas; namun pembacaan teks-teks tersebut memberi kesan bahwa orang-orang Israil dahulu kala mulanya dipandang sebagai suku-suku 'Ibrani'.
Apa yang dapat dikatakan mengenai orang-orang 'Ibrani'? Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan guna menyamakan 'brym menurut Bibel dengan ha-pi-ru dalam teks-teks kuniform, dengan 'prm-nya Ugarit, 'pr-nya orang Mesir dan habiru yang tertulis dalam Surat-surat Amarna (mengenai Surat-surat Amarna tersebut, lihat Bab 5). Orang-orang seperti ini pada umumnya dipercaya lebih merupakan suatu golongan sosial daripada suatu kelompok etnis yang tidak mematuhi pihak yang berwajib dan hidup di luar hukum dan peraturan yang ada seperti halnya bandit-bandit, prajurit-prajurit bayaran, orang-orang gelandangan atau penjual keliling. Kalau memang kaum ha-pi-ru ini benar-benar bangsa 'brym menurut Bibel di dalam teks-teks kuniform, yang ditulis dalam bahasa yang masih serumpun dengan bahasa Ibrani Bibel, mestinya mengeja nama mereka dengan benar tanpa membuat satu atau lebih perubahan-perubahan yang mendasar. Dari hasil penyelidikan terhadap daftar-daftar topografis Mesir kuno juga menyalin susunan konsonan dari nama-nama tempat Semit dengan benar, jelas mereka tidak pernah menyalin b sebagai p. Maka dari itu, 'pr-nya Mesir tidak mungkin merupakan suatu salah penterjemahan dari 'br-nya bahasa Ibrani --akar kata asal kata 'brym.
Untuk mengetahui secara lebih mendalam siapa sebenarnya orang-orang 'Ibrani' pada mulanya, kita dapat melihat pada kisah tentang Ibrahim (Abraham) dalam Kejadian, yang dikenal dengan dua nama, Abram ('brm) sampai Kejadian 17, dan Abraham ('brhm) mulai dari Kejadian 18. Tanpa menghiraukan apakah Abram dan Abraham (Ibrahim) adalah orang yang sama atau bukan, kisah Kejadian ini memperlakukannya dengan demikian. Dalam Kejadian 14:13, Abraham, yang dipandang sebagai leluhur orang Israil dan bangsa-bangsa serumpun lainnya, diberi nama 'Abram orang Ibrani' ('brm h-'bry). Ia juga dikatakan menetap 'di samping pohon-pohon ek (lebih tepat lagi, hutan) Mamre' (b-'lny mmr', secara harfiah 'di dalam' bukan 'di samping' hutan Mamre). Abram yang sama ini dikatakan bertempat tinggal 'di dalam hutan' Mamre (sama dengan di atas) dalam 13:8. Hutan Mamre muncul lagi sebagai tempat tinggal Abraham (Ibrahim) dalam Kejadian 18:1, tepat pada waktu pergantian namanya terjadi.
Jelas orang yang dianggap sebagai leluhur orang-orang Israil ini, seperti digambarkan dalam Kejadian, ialah orang 'Ibrani', atau 'bry, seseorang yang menetap di dalam hutan. Istilah 'bry itu sendiri mungkin menunjukkan akan hal tersebut. Sampai kini dianggap sebagai padanan kata dari kata kerja Arab 'br (diucapkan 'abara) yang berarti 'menyeberangi, melintasi',[1] kata Ibrani 'br dalam 'bry, atau bentuk jamaknya 'brym, mungkin pula padanan kata dari kata benda jamak gabungan Arab gbr (diucapkan gabar, tunggalnya gabarah, atau gbrhn) yang berarti 'hutan'. Bangsa 'Ibrani' pada mulanya mungkin merupakan sebuah masyarakat Arabia Barat yang tinggal di dalam hutan. Di wilayah Dhahran, di ujung selatan ketinggian Asir, sampai kini masih berdiri sebuah desa yang bernama Al al-Ghabaran ('l gbrn 'Dewa Kehutanan'). Mungkinkah dewa dengan nama ini adalah 'lhy h-'brym (Tuhan orang-orang Ibrani, RSV) yang disamakan dengan Yahweh, Tuhan Israil di dalam enam buah sebutan Keluaran (3:18; 5:3; 7:16; 9:1 13; 10:3)?[2]
Untuk mengetahui di mana masyarakat hutan 'Ibrani, Arabia Barat diperkirakan berasal, kita dapat dapat mengikuti perjalanan 'Abram orang Ibrani' itu, seperti yang dituturkan dalam Kejadian 11:31; 13:18. Konon Abram dan rekan-rekan sebangsanya pada mulanya berasal dari Ur Kasdim, atau 'wr ksdym. Penterjemahan Ur Kasdim yang tradisional sebagai 'Ur orang Chaldea' yang diperkirakan terletak di Mesopotamia, terdapat dalam Septuaginta Yunani, dan yang demikian ini menunjukkan suatu salah penafsiran geografis pada zaman Hellenis. Sebenarnya kampung halaman Abram pada mulanya mestinya kini adalah Waryah (wry, bandingkan dengan 'wr) di Wadi Adam, yang secara Bibel dikenali berhubungan dengan Maqsud (mqsd, bandingkan dengan ksdym), sebuah tempat yang masih ada di sana di wilayah yang sama. Dari sana Abram dan rekan-rekan sebangsanya pindah ke 'Haran' (hrn) - agaknya kini adalah Khayran (hyrn), juga di Wadi Adam. Di sini Abram berpisah dengan para rekannya dan melakukan perjalanan ke arah selatan menuju daerah sekitar 'Shechem' (skm) kini al-Kashmah (ksm) di Rijal Alma', dan di sini ia menetapkan diri di hutan 'Moreh' --agaknya kini Marwah (mrwh, satu di antara dua buah pedesaan dengan nama yang sama di Asir, yang satu lagi adalah 'Moriah', dalam Bibel, lihat Bab 12). Kemudian Abram pindah ke 'gunung' (dengan kata lain, punggung bukit) di sebelah timur 'Bethel' (byt 'l), kini Batilah (btl) di Rijal Alma' (lihat Bab 4) dan berkemah di sebelah baratnya dan 'Ai' (h-y, kini al-Ghayy, di wilayah yang sama, lihat Bab 7) terletak di sebelah timurnya.[3] Memang ada sebuah Bethel yang bernama Bayt Ula (byt'l) di Palestina, di wilayah al-Khalil (atau 'Hebron'). Agak jauh ke arah timur, melewati Laut Mati, ada sebuah Ai yang bernama Khirbat 'Ayy ('y) di wilayah al-Karak. Namun kedua wilayah tersebut saling terpisah bukan oleh sebuah gunung, tetapi oleh sebuah lembah Laut Mati yang sangat dalam. Mungkin karena alasan inilah para ahli Bibel belum mengenali tempat-tempat tersebut sebagai Bethel dan Ai-nya Abram, dan memang sepantasaya demikian. Namun perkiraan mereka bahwa Bethel yang dibicarakan ini adalah Baytin di Palestina, dan bahwa Ai adalah al-Tall yang terletak di dekatnya (lihat Bab 7, Catatan 8) samasekali tak dapat dipertahankan.
Langkah Abram selanjutnya ditujukan ke arah 'Negeb' (h-ngb, kini al-Naqab, atau nqb, juga di Rijal Alma'). Dari sini ia pergi ke msyrm - bukan 'Mesir', seperti yang dikatakan oleh identifikasi tradisional tetapi Misramah (msrm) kini di dekat Abha, dan di sini ia konon mendapat kesulitan dengan 'Pharaoh' - pr'h yang nampaknya adalah dewa lokal di sana.[4] Setelah menetap di daerah itu, yang konon memberinya kekayaan yang melimpah, mungkin melalui perdagangan ternak, Abram kembali ke Rijal Alma' --pertama-tama ke 'Negeb' atau al-Naqab; kemudian ke tempat ia berkemah dahulu antara 'Bethel', atau Batilah, dan 'Ai', atau al-Ghayy. Dari sinilah dia akhirnya pergi untuk menetap di hutan 'Mamre' (mmr'), di dekat 'Hebron' (hbrwn) - kini Namirah (mzmr) dekat Khirban (hrbn) di daerah perbukitan pedalaman Qunfudhah. Di daerah sekitar Namirah dan di wilayah Qunfudhah yang sama itu di sana sampai kini masih terdapat empat buah pedesaan yang berdekatan yang bernama Qaryat Al Silan, Qaryat al-Shiyan, Qaryat 'Asiyah, dan Qaryat 'Amir --yang tak diragukan lagi adalah 'Kiriath-arba (qryt 'rb', 'desa empat' atau 'pedesaan empat', mungkin empat dewa) dan di sini istri Abram wafat yang dikenali dalam konteks yang sama dengan 'Hebron'. Di sekitar daerah yang sama juga berdiri desa Maqfalah (mqplh), yang sampai kini memakai nama gua Machpelah (mkplh) yang ia peroleh di luar 'Hebron' sebagai makam keluarganya (Kejadian 23:9f). Begitulah ketelitian geografis kisah Kejadian tersebut. Secara lebih umum kita dapat menambahkan bahwa nama Abram ('brm) bertahan sebagai nama dua buah lokasi di daerah-daerah tempat ia menetap selama sebagian besar hidupnya: desa Sha'b Baram ('lembah' brm) di Rijal Alma'; dan Barmah (brm) di wilayah Qunfudhah.
Jelas karir Abram berpusat di sekitar wilayah Rijal Alma' dan daerah perbukitan di sebelah utara, di pedalaman Qunfudhah --daerah-daerah yang terdapat hutan-hutan tanaman jenever dan pohon saru di ketinggian yang lebih tinggi, dan padang-padang pohon butun, akasia serta pohon-pohon hutan lainnya pada ketinggian yang lebih rendah, diselang-selingi oleh padang-padang rumput dan tanah-tanah subur. Secara kebetulan, 'hutan' 'Mamre'-nya Ibrahim kini ditandai oleh sekelompok pohon akasia dan tumbuhan tamarisk di sekitar daerah Namirah dan Khirban, di pedalaman Qunfudhah. Yang dibicarakan bukanlah 'pohon-pohon ek' (seperti dalam terjemahan-terjemahan Bibel lama) maupun 'pohon-pohon butun' (seperti dalam terjemahan-terjemahan yang lebih baru). Akan tetapi Misramah, tempat Ibrahim menetap untuk beberapa waktu, tak diragukan lagi adalah sebuah kota pasar yang penting, seperti kota-kota tetangganya, yaitu Abha dan Khamis Mushait yang mestinya merupakan kota-kota pasar yang penting pula sesudah zaman Abraham. Dataran tinggi di sana ditanami secara intensif dan terletak di sebuah persimpangan jalur niaga yang penting. Konon Abram pergi ke sana sewaktu 'terjadi kelaparan di tanah itu', yang mungkin disebabkan oleh belalang-belalang, karena sampai baru-baru ini wadi-wadi di sisi maritim Asir penuh dengan hama yang rakus tersebut.
Apakah semua orang Israil pada mulanya merupakan orang-orang 'Ibrani', atau masyarakat kesukuan dari hutan-hutan Asir? Kemungkinan besar tidak. Di antara keduabelas 'putra-putra' Israil yang dianggap sebagai leluhur keduabelas suku Israil (kalau memang benar ada duabelas), hanya Yusuf yang dengan jelas dibicarakan dalam Kejadian sebagai orang 'Ibrani'- seorang 'ys 'bry, atau 'pria Ibrani'; seorang 'bd 'bry, atau 'pelayan Ibrani, budak'; seorang n'r 'bry, atau 'anak Ibrani' (Kejadian 39:14, 17: 4l:12). Di antara saudara-saudara laki-lakinya tidak ada yang dikhususkan sebagai orang Ibrani, walaupun secara bersama mereka disebut sebagai orang-orang Ibrani (contohnya 43:32). Yusuf konon dijual sebagai budak di 'Mesir' (msrym) --mungkin Misramah dekat Abha, atau Masr (msr, tunggal dari msrym), di Wadi Bishah. Sebelum itu ia tinggal di 'Hebron' yang telah dikenali sebagai Khirban di wilayah Qunfudhah, sedangkan 'saudara-saudara laki-laki'nya menggembala ternak mereka dekat 'Shechem', atau al-Kashmah (lihat di atas), di Rijal Alma' (Kejadian 37:13-14). Diperintahkan untuk memanggil saudara-saudaranya di 'Shechem' dan gagal mengejar mereka, Yusuf mengikuti mereka ke 'Dothan' (dieja dtyn dan dtn, Kejadian 37:17) --mungkin Dathanah (dtn) di sekitar daerah Jabal Faifa, di daerah pedalaman Jizan yang bergunung-gunung.[5] Di kaki Jabal Faifa terbentang barisan pegunungan yang menghubungkan wilayah pantai Jizan dengan pedalaman Asir. Ini menjelaskan mengapa orang-orang kafilah lewat dekat 'Dothan' dalam perjalanan mereka menuju Misramah atau ke Masr, dan mengambil Yusuf dari 'saudara-saudara laki-laki'nya dan membawanya bersama mereka untuk dijual sebagai budak di sana. Kemudian 'saudara-saudara laki-laki' Yusuf (dan juga 'ayah'nya) menyusulnya ke Misramah atau Masr guna menghindari kelaparan yang terjadi di tanah asal mereka, seperti yang dilakukan oleh leluhurnya, Abram, beberapa waktu sebelumya.
Keunggulan unsur ke'Ibrani'an di antara orang-orang Israil ditunjukkan oleh peranan kuat yang diberikan pada Yusuf di antara 'saudara-saudara laki-laki'nya setelah mereka semua pindah ke wilayah Misramah atau Masr (mungkin Masr, karena ungkapan Ibrani 'rs msrym paling tepat diterjemahkan sebagai 'tanah orang-orang msr', kata msry, yang jamaknya adalah msrym, adalah genitif msr). Setelah mereka menetap di sana, semua 'saudara-saudara laki-laki' Israil itu dan para keturunan mereka kemudian dikenal sebagai orang-orang Ibrani (Kejadian 43:32; Keluaran 1:15f, 19; 2:6, 7, 11, 13; 21:2), dan Tuhan Yahweh mereka dipandang sebagai 'Tuhan orang-orang Ibrani', seperti yang telah dikatakan. Namun setelah timbulnya orang-orang Israil sebagai suatu masyarakat politik, istilah 'Ibrani' hanya kadang-kadang saja digunakan untuk menunjuk kepada mereka, selalu untuk membedakan mereka secara kesukuan dari bangsa-bangsa lain yang hidup di antara mereka (Samuel I 4:6, 9; 13:3, 19; 14:11; Yunus 1:6).
Akhirnya, bahasa yang kemudian dikenal sebagai bahasa 'Ibrani' jelas bukanlah bahasa orang-orang 'Ibrani' atau bahasa suku-suku Israil itu sendiri. Pada zamannya, bahasa ini dipergunakan secara luas tidak hanya di Arabia Barat saja, tetapi juga di tempat- tempat lain. Akan tetapi orang-orang Israil di Arabia Barat lah, yang mengaku sama-sama mempunyai leluhur orang 'Ibrani', yang mengabadikan bahasa tersebut dalam karya-karya tulisan mereka yang menakjubkan Kitab Bibel Ibrani, yang geografinya merupakan pokok bahasan studi ini. Adakah nama yang lebih baik untuk bahasa ini, yang pada dasarnya ekspresif tetapi diperkaya dan diubah menjadi suatu alat yang mengandung ide-ide abadi oleh para genius bangsa yang agung, yang dapat diberikan padanya?

14. ORANG-ORANG FILISTIN ARABIA

K.A. Kitchen, seorang ahli Bibel yang terkemuka menulis: 'Di antara bangsa-bangsa yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lama, bangsa Filistin adalah sekaligus yang paling dikenal dan yang paling sukar untuk dipahami'.[1] Tidaklah mengherankan jika mereka sukar untuk dipahami, karena para ahli bersikeras untuk mencari tanah asal mereka pada tempat yang tidak semestinya. Karena bangsa Filistin disebut dalam beberapa sebutan menurut Bibel sebagai bangsa 'Cherethit' (krty, bentuk genitif krt), sudah menjadi suatu kepercayaan bahwa mereka pada mulanya adalah 'Orang-orang Laut' yang misterius dari pulau Crete (Kreta) di Laut Tengah yang kemudian menempati barat daya Palestina. Bagaimana Palestina mendapatkan namanya setelah ditempati oleh bangsa Filistin yang disebut dalam Bibel Ibrani tidak menetap di sana, dan mereka tidak datang dari Crete. Nama krt dalam Bibel (Samuel I 30:14; Zefanya 2:4-5; Yehezkiel 25:15-16) mestinya adalah Wadi Karith (krt), sebuah cabang dari Wadi Tayyah di ketinggian Rijal Alma'. Ada pula tiga buah tempat di Asir yang bernama Falsah (plst, bandingkan dengan plst dalam bahasa Ibrani yang bentuk jamak maskulin genitifnya adalah plstym, 'orang-orang Filistin'); satu di dekat Ghumayqah, di wilayah Lith; dan sebuah lagi di Wadi Adam, juga di wilayah Lith, dan di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama Fasilah (plst, metatesis plst, dengan s (dengan topi di atas) diubah dalam pengucapan menjadi sebuah s (dengan titik di bawah) dan bukan s standar).
Daripada kesal bertentangan dengan ilmu pengetahuan Bibel mengenai masalah orang-orang Filistin, lebih mudah jika saya mengatakan siapa mereka itu sebenarnya. 'Tabel Bangsa-bangsa' yang terkenal dalam Kejadian 10 menggolongkan mereka sebagai para keturunan Ham, putra Nabi Nuh. 'Tabel Bangsa-bangsa' ini sebenarnya adalah sejumlah daftar suku-suku dan masyarakat Arabia Barat seperti yang akan segera kita lihat. Kenyataannya, Kejadian adalah tidak lebih dari sebuah cerita mengenai legenda Arabia Barat. Dugaan bahwa tabel-tabel tersebut berusaha untuk menjelaskan asal mulanya dunia yang lebih luas (yaitu dunia Timur Dekat kuno secara keseluruhan) adalah tidak sah, dan perlu dihapus. Tabel 2, berdasarkan Kejadian 10:6, 13-14, menunjukkan bagaimana konon bangsa Filislin menurut Bibel berasal dari Ham.
Mengingat bahwa bangsa Filistin menurut Bibel bertetangga dengan bangsa Israil, dan bahwa bangsa Israil telah dibuktikan sebagai orang-orang Arabia Barat, maka nama-nama yang terdapat pada tabel di atas dapat dikenali dalam pengertian geografi Arabia Barat sebagai berikut:

Tabel 2. Orang-orang Filistin dalam "Tabel Bangsa-bangsa"

                     1.Ham
                      (hm)
                        |
                        |
      .----------+------+----+-------------.
      |          |           |             |
      |          |           |             |
   2.Cush     3.Mesir      4.Put       5.Kanaan
    (kws)     (msrym)      (pwt)        (kn'n)
                 |
                 |
    .---+------+-+--+--------------+-------.
    |   |      |    |              |       |
6.Ludim | 8.Lehabim | 10.Pathrusim | 12.Capthorim
(lwdym) |  (lhbym)  |    (ptrsym)  |    (kptrym)
        |           |              |
    7.Ananim  9.Naphtuhim    11.Casluhim
     ('nmym)    (npthym)        (kslhym)
                                   |
                                   |
                              13.Filistin
                                (plstym)
 
  1. 'Ham' (hm): mungkin Hamm (hm ) di wilayah Qunfudhah; mungkin pula Hamm di distrik Bahr lebih jauh di selatan.
  2. 'Cush' (kws): Kuthah (kwt) di sekitar daerah Khamis Mushait (lihat Bab 4).[2]
  3. 'Mesir' (msrym): di sini mungkin Madrum (mdrm) di dataran tinggi Ghamid. Kemungkinan yang lain termasuk Misramah, dekat Abha, dan Masr, di Wadi Bishah (lihat Bab 10); Al Masri (msry, 'yang satu dari msr') di wilayah Taif (suatu kemungkinan yang kuat); atau Madir (mdr) di distrik Muhayil. Kemungkinam juga ada hubungan antara msrym dalam Bibel, sebagai bentuk jamak maskulin msr atau msry, dan nama kesukuan Arab yang telah disahkan, yaitu Mudar (mdr).
  4. 'Put' (pwt): Fatiyah (ptw), di wilayah Qunfudhah; atau Fawayit (jamak Arab Fut, atau ptw) di Rijal Alma'.
  5. 'Kanaan' (kn'n): Al Kun'an ('l kn'n, 'Tuhan Kanaan'), di Wadi Bishah. Bangsa Kanaan, seperti yang disebutkan satu demi satu dalam Kejadian 10:15-16, semua memakai nama yang merupakan genitif nama-nama tempat di pelbagai daerah di Asir yang tidak akan dikenali di sini; kota-kota orang Kanaan yang disebutkan dalam Kejadian 19 untuk menetapkan perbatasan wilayah kekuasaan bangsa Kanaan juga bertahan namanya, dan sebuah suku setempat memakai nama al-Qin'an (qn'n). Ungkapan yang kurang jelas dalam Kejadian 10:18 bahwa 'Kemudian keluarga-keluarga orang-orang Kanaan berpencar sampai ke luar negeri' mungkin dapat menjelaskan mengapa nama-nama dua kota Kanaan di Arabia Barat (Sidon dan Gaza, belum lagi yang lainnya yang tidak disebutkan di sini seperti Sur, atau 'Tyre') juga ditemukan sebagai nama kota-kota pesisir kuno di Suria. Sewaktu Herodotus (1:1), menulis pada abad ke-5 S.M., menyatakan bahwa bangsa Funisia (Phoenicia, bangsa dari pesisir Suria yang menggunakan bahasa yang secara konsonan hampir serupa dengan bahasa Ibrani Bibel) dahulunya menetap di pantai-pantai Laut Merah, setelah mereka berpindah tempat ke Laut Tengah dan menetap di tempat-tempat 'yang masih mereka diami', ia tanpa menyadari setuju dengan pernyataan mengenai bangsa Kanaan yang 'berpencar ke luar negeri' dalam Kejadian 10:18. Apa pun asal-usul nama Funisia (Phoenicia), yang merupakan suatu penyalinan abjad dari suatu pemakaian Yunani kuno, nama ini masih bertahan di Arabia Barat sebagai nama desa Faniqa (pnq) di Wadi Bishah, dan di sini berdiri pula desa Al Kun'an. Masalah Kanaan yang tertera dalam Bibel telah disentuh dalam Bab 1 dan 4.
  6. 'Ludim' (lwdym): Ludhan (ldn) di Rijal Alma'; Lawdhan (lwdn) di wilayah pedalaman al-Qasim; Lidan (atau Liddan, bentuk ganda ld), di wilayah Taif, dan Lidah (atau Liddah, ld) di wilayah Lith, dan lwdym dapat merupakan jamak dari bentuk genitif ld).
  7. 'Anamim' ('nmyn, jamak genitif 'nm): Ghanamin (jamak Arab gnm), nama dua pedesaan di wilayah Taif dan di sini terdapat pula dua buah pedesaan dengan nama Ghunam (gnm), dan sebuah yang bernama Ghanamah (gnm). Dua desa lainnya yang bernama Ghanamah juga dapat dijumpai di Rijal Alma'.
  8. 'Lehabim' (lhbym): Lahban (lhbn, lhb, dengan kata sandang tertentu kuno) di wilayah Taif. Ada pula sebuah desa yang bernama Abi Lahab ('b lhb 'bapak' atau 'Tuhan' lhb) di wilayah Jizan. Banu Luhabah (lhb) adalah sebuah suku gurun pasir Buqum, di sebelah timur Taif.
  9. 'Naphtuhim, (npthym, ganda atau jamak npth): Mafatih (mpth, disuarakan sebagai bentuk jamak Arab dari nama yang sama), di wilayah Taif. Ada pula sebuah desa yang bernama Miftah (mpth, dalam bentuk tunggal) di wilayah Lith. Sebagai nama kesukuan Arabia Barat, 'Naphtuhim' nampaknya bertahan dengan cara yang lain yaitu sebagai nama suku Fatahin (ithm) di wilayah Taif.
  10. 'Pathrusim' (ptrsym, jamak genitif ptrs): Sharfat (srpt), nama lengkapnya adalah Hajib Bani al-Sharfat (sebuah nama kesukuan) di wilayah Birk. Ada pula sebuah suku, yaitu suku Farsat (prst) yang kini dapat ditemukan di Hijaz sebelah utara. Seperti dalam halnya ptrsym-nya bahasa Ibrani, baik Sharfat dan Farsat terdapat dalam bentuk jamak Arab.
  11. 'Casluhim' (kslhym, jamak genitif kslh): mengikuti pula pola pengubahan yang gl'd (Gilead) dalam Bibel berubah menjadi 'l-g'd (al-Ja'd, lihat Bab 1), dengan cara menaruh l, yang sebenarnya terletak di tengah-tengah kata itu, di luar, sehingga menjadi sebuah kata sandang tertentu Arab, kslh kini mestinya adalah al-Husaki ('l-hsk) di Arabia Utara; atau al-Qash ('l-qsh) di Wadi Adam. Sebuah suku wilayah Taif kini memakai nama al-Huskan ('l-hskn, dengan n yang terakhir sebagai akhiran jamak Arab).
  12. 'Capthorim' (kptrym, jamak kptr atau kptry): rupanya al-Faqarat (jamak Arab dari pqrt, yang merupakan metatesis dari kptr) di Wadi Bishah; atau al-Rafaqat (jamak Arab rpqt) di wilayah Jizan. Kedua nama- nama tempat ini mempunyai struktur nama kesukuan.
  13. 'Filistin' (konon keturunan 'Casluhim', dan oleh sebab itu kemungkinan berasal dari wilayah Wadi Adam, dari sana mereka menyebar ke daerah-daerah lainnya; bahasa Ibraninya adalah plstym, ganda atau jamak plst atau genitif kata itu, plsty): Falsah (plst) di wadi Bishah; Shalfa (slp', mungkin pada mulanya adalah slpt, hanya diucapkan sebagai slph), dekat Abha; Faslah (pslt), di wilayah Qunfudhah; dan empat buah pedesaan yang bernama yang bernama Fas'lah (pslt), dua di dataran tinggi Zahran, dan sebuah lagi di Wadi Adam wilayah Lith, serta sebuah lagi di Bani Shahr, di sebelah tenggara dari Qunfudhah.
Berkenaan dengan bukti ini, tampaknya bangsa Filistin dalam Bibel merupakan salah satu di antara sejumlah bangsa Arabia Barat yang tinggal bersama orang-orang Israil, tidak hanya di sepanjang pesisir Laut Merah, tetapi mungkin juga di wilayah pedalaman Wadi Bishah. Bahwa mereka mempergunakan bahasa yang sama seperti bangsa Ibrani atau Israil dapat dilihat dengan jelas dalam nama-nama perorangan kepala-kepala suku atau 'raja-raja' mereka, seperti yang dikatakan dalam teks-teks Bibel, misalnya 'Abimelech' ('b mlk, dari mlk, 'memiliki, mempunyai' atau 'raja'); 'Ahuzzath' ('hzt: mungkin adalah jamak 'hzh, bahasa Arabnya ialah 'hdh, 'milik, tanah milik'); 'Phicol' (pykl, Kejadian 26:26, bandingkan dengan kata Arab Afkah, atau 'pkl, 'bergetar' diakui sebagai nama lama kesukuan dan perorangan Arab).[3] Bangsa Filistin jelas berbeda dengan bangsa Israil dalam hal agama, dan juga dalam hal adat istiadat, Kitab Bibel Ibrani menyebut mereka dengan cara yang khusus sebagai orang-orang yang 'tidak dikhitankan' (Hakim-hakim 14:3; 15:18; Samuel I 14:16; 17:26, 36; 31:4; Samuel II 1:20; Tawarikh I 10:4). Mereka memuja pelbagai dewa di tanah itu, tetapi dewa khusus mereka adalah 'Dagon' (dgwn, dari dgn, 'jagung, butir padi'), yang mempunyai tempat-tempat pemujaannya di 'Gaza' dan 'Ashdod' adalah dua di antara lima kota utama orang-orang Filistin di pesisir Asir, dan nama kuil-kuil 'Dagon' masih bertahan di sekitar daerah mereka, seperti yang ditunjukkan pada pengenalan berikut ini terhadap lima buah kota:
  1. 'Gaza' ('zh): 'Azzah ('zh) di Wadi Adam (wilayah Lith). Di sekitar daerah yang sama berdiri desa Daghma (bentuk dari dgm dalam bahasa Aram; dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran; bandingkan dengan kata dgn, atau dgwn di dalam Bibel) juga lima pedesaan lainnya yang bernama Duqum (dqm), salah satu di antara mereka terletak di Wadi Adam. 'Gaza' yang lainnya terdapat di pesisir Asir adalah 'Azzah di distrik Majaridah; Al 'Azzah ('l 'zh, 'Dewa Gaza', tentunya 'Dagon'), di distrik Ballasmar; dan 'Azz ('z, tanpa akhiran feminin), di dekat Birk.
  2. 'Ashdod' ('sdwd): Sudud (sdwd) di Rijal Alma', dan di sini terdapat pula desa Dharwat Al Daghmah yang terletak di puncak bukit (Dharwat Al Daghmah berarti 'puncak dewa dgm', atau 'Dagon'). 'Ashdod' lainnya di Arabia Barat adalah Sidad (sdd) di wilayah Jizan, dan Shadid (sdd) di wilayah Mekah. Ada desa yang bernama Daghumah (dgm) di dekat Sidad di wilayah Taif.
  3. 'Ashkelon' ('sqlwn): mungkin Shaqlah (sql) di sekitar daerah Qunfudhah, atau Thaqalah (tql) disekitar daerah yang sama; mungkin keduanya. Tqln (disuarakan taqalan) yang tertera dalam Qur'an 55:31 mungkin adalah sebuah referensi pada kedua tempat tersebut. Ascalon Palestina, 'Ascalan ('sqln) mungkin merupakan nama yang sama, hanya saja 'Asqalan dimulai dengan bunyi desahan tekak yaitu 'ayn dan bukan dengan hamzah 'sqlwn.
  4. 'Gath' (gt): al-Ghat di wilayah Jizan (lihat Bab 10). Di antara beberapa Gath yang lain di Arabia terdapat al-Ghati (gt) di wilayah Zahran, di sini terdapat pula sebuah desa yang bernama Al Dughman ('l dgmn, 'Dewa Dagon', di sini dgmn memakai kata sandang tertentu kuno Semit).
  5. 'Ekron' ('qrwn): 'Irqayn ('rqyn), di wilayah Wadi 'Itwad antara Rijal Alma' dan wilayah Jizan; kecuali kalau itu adalah Jar'an (gr'n, metatesis dari 'qrwn), di Rijal Alma'.
Walaupun mereka dapat dijumpai di tempat-tempat lain di Arabia Barat, kota-kota utama bangsa Filistin dalam Bibel ini jelas terletak di sisi pesisir Asir, agaknya dipusatkan di daerah pedalaman pelabuhan-pelabuhan Lith, Qunfudhah, Birk dan Jizan. Di sini wilayah mereka bertemu dengan wilayah orang-orang Israil dan masyarakat-masyarakat setempat lainnya. Dalam Bibel Ibrani sama sekali tidak ada sesuatu pun yang menunjukkan bahwa mereka adalah pada mulanya penetap-penetap asing di negara itu yang datang sebagai 'Orang-orang Laut' dari luar negeri.
Untuk menunjukkan sampai sedekat mana orang-orang Filistin menurut Bibel itu dan orang-orang Israil dari pesisir Asir hidup berdampingan, inilah sebuah analisa topografis mengenai kisah Samson, yang hampir seluruhnya berlangsung di pedalaman Lith, di Hijaz bagian selatan (bacalah kisah lengkapnya sebagaimana dikisahkan dalam Hakim-haknm 13:17):
Samson dilahirkan di daerah perbukitan pesisir wilayah Zahran, di desa al-Zar'ah (zr'h, bandingkan dengan sr'h dalam Bibel atau 'Zorah'). Keluarganya adalah anggota suku Dan (dn) yang memakai nama apa yang kini adalah Danadinah (genitif dn, 'Danit') di wi.layah yang sama. 'Roh Yahweh' pertama kali menggerakkannya di al-Mahna (mhn) dekat Danadinah (dalam Bibel adalah nhnh dn, 'Mahaneh dari Dan', bukan 'Mahaneh-dan', antara Zar'ah dan al-Ishta ('l-'st, suatu inversi dari 'st'l atau 'st 'l, l yang merupakan bentuk aslinya, 'Eshtaol', yang berarti 'wanita, istri Tuhan'). Ia mencari seorang istri di antara orang-orang Filistin 'Timnah' (tmnh), agaknya kini adalah al-Mathanah (mtnh), juga di wilayah Zahran yang sama. Penyerangan pertamanya terhadap orang-orang Filistin ditujukan kepada Shaqlah atau Thaqalah, dekat Qunfudhah ('Ashkelon', lihat di atas). Ia kemudian pergi menuju ke utara untuk menetap di Ghutmah (gtm, 'ytm atau 'Etam' dalam Bibel), di Wadi Adam.
Dalam pembalasan mereka, orang-orang Filistin menyerang dan merampas 'Lehi' (lhy) di tanah 'Yudah, yang kini adalah Lakhyah (lhy), juga di Wadi Adam. Di dekatnya sampai kini masih berdiri desa Dha al-Ramah (rmh) dan Dha al-Hamirah (hmyr). Konon Samson membunuh seribu orang Filistin yang menyerang b-lhy h-hmwr yang dapat berarti 'dengan tulang rahang seekor keledai' dan juga 'di Lakhyah-nya Hamirah (dengan kata lain, Lakhyah di daerah sekitar Hamirah). Jelas kisah ini bertujuan untuk menjelaskan asal mula kedua nama tersebut. Tempat kejadian peperangan ini, menurut kisahnya, kemudian dinamakan 'Ramath-lehi' (rmt lhy), yang berarti 'bukit tulang rahang' dan juga dapat berarti 'Ramah di Lakhyah'. Mata air tempat Samson menyegarkan diri, yang bernama 'En-hakkore' ('yn h-qwr'), adalah lokasi apa yang kini merupakan desa al-Qara (qr', dengan kata sandang tertentu Arab), juga di Wadi Adam.
Wanita Filistin, Delilah, yang menjadi istri muda Samson, dan yang pada akhirnya membawa Samson kepada kehancurannya, berasal dari lembah 'Sorek' (nhl swrq) --kini kemungkinan besar adalah Shuruj (swrq) di Wadi Adam; kecuali kalau itu adalah Shariqah (srq) atau Shark (srk), di wilayah Qunfudhah. Samson, tentunya, menemui ajalnya di 'Gaza' ('zh) --'Azzah di Wadi Adam (lihat di atas). Ia dikebumikan di antara Zar'ah (Zorah) dan al-Ishta' (Eshtaol), di wilayah Zahran.
Sampai di sini kita mendapatkan sedikit hiburan, yaitu memecahkan 'teka-teki' Samson yang terkenal itu. Teka-teki itu, menurut keyakinan saya, tidaklah lebih dari kisah-kisah atau teka-teki yang berdasarkan kata-kata yang ditulis guna menjelaskan asal mula nama-nama tempat, dan untuk mengabadikan kenangan-kenangan rakyat akan hubungan kesukuan antara satu masyarakat dengan yang lain. Seperti yang telah kita lihat, kisah mengenai 'tulang rahang seekor keledai, milik Samson diciptakan guna menjelaskan dua buah nama tempat, yaitu nama tempat-tempat yang kini adalah Lakhyah dan Hamirah. Kisah mengenai bagaimana ia mengambil 'madu dari bangkai singa' (m-gwyt h-'ryh rdh h-dbs, Hakim-hakim 14:9) menandakan, pada suatu tingkatan, etimologi-etimologi untuk nama-nama tiga buah tempat, yaitu Jaww (gw, bandingkan dengan gwyt, 'di dalam', di sini 'di dalam' sebuah bangkai) dan Waryah (wryh, bandingkan dengan 'ryh, 'singa') di Wadi Adam; dan Dabash (dbs) di dekat Hali di wilayah Qunfudhah. Pada tingkat yang lain, kisah ini memberi petunjuk-petunjuk bahwa Dabash di wilayah Qunfudhah, pada mulanya merupakan suatu pemukiman yang didirikan oleh emigran-emigran dari Jaww, di dekat Waryah, mungkin atas usaha Samson. Kata demi kata kalimat dalam bahasa Ibrani ini dapat diterjemahkan dalam dua cara: yang pertama, 'dari dalam singa itu ia mengambil (mengeruk) madu itu'; dan yang kedua, 'dari Jaww di Waryah ia mengambil Dabash'.
Teka-teki Samson mengenai 'madu' yang ia ambil dari 'dalam' 'singa itu' membahas sekumpulan lagi dua masyarakat asal/utama dan koloni-koloni mereka masing-masing: 'Dari yang pemakan (m-h-'kl) datang makanan (m'kl); dari yang kuat (m-'z) datang sesuatu yang manis (mtwq)' (Hakim-hakim 14:14). Teka-teki ini dapat pula dibaca sebagai teka-teki yang berdasarkan kata-kata (conundrum) sehingga dapat mempunyai arti: 'Dari al-Kulah (kl, di wilayah Qunfudhah) datang Makilah (mkl, di distrik Bahr); dari 'Azz ('z, 'Gaza' dekat Birk, lihat di atas) datang Mathqah (mtq, di wilayah Qunfudhah)'. Melalui teka-teki yang berdasarkan nama ini kebudayaan rakyat Timur Tengah dapat terus mengingat akan kejadian-kejadian dan perkembangan-perkembangan pada zaman yang telah silam. Ada gejala yang sebanding di dalam kebudayaan Eropa seperti yang dapat kita lihat dari komentar-komentar mengenai sejumlah kata-kata kepala dalam The Oxford Dictionary of Nursery Rhymes.
Sewaktu orang-orang Filistin, sasaran Samson menanyakan teka-tekinya, dapat menjawabnya, karena istrinya orang Filistin itu secara diam-diam memberi jawabannya kepada mereka, ia membalas teka-teki yang berikut ini: 'Jika kalian tidak membajak dengan anak sapi saya ('glh, disini 'glty, dalam bentuk orang pertama posesif), kalian tidak akan dapat memecahkan teka-tcki saya (hydh, di sini hydty, juga dalam bentuk orang pertama posesif' (Hakim-Hakim 14:18). Menurut kisah tersebut, Samson telah menduga bahwa orang-orang Filistin telah 'membajak' istri yang ditunangkan kepadanya guna mendapatkan jawaban yang benar dari teka-tekinya. Namun pengertian yang lain dari teka-teki yang berdasarkan kata itu dapat diterjemahkan dengan bebas dalam kata-kata yang berikut ini: 'Jika kalian tidak berasal dari 'Ajlat ('glt, di Bani Shahr), kalian tidak mungkin dapat mengetahui Haydah (hydy, juga di Bani Shahr)'. Yang terlihat di sini jelas adalah suatu pepatah, yang berarti bahwa seseorang harus berasal dari suatu tempat untuk mempunyai pengetahuan yang mendalam dari keadaan sekelilingnya. Pada tingkat kiasannya, pepatah tersebut juga mengatakan bahwa seseorang tidak dapat benar-benar mengetahui apa-apa tanpa mengetahui tentang hal-hal lain yang berhubungan dengannya yang mungkin bertindak sebagai suatu prasasti bagi penelitian ini.
Untuk mempertimbangkan dan menafsirkan kembali semua referensi Bibel pada bangsa Filistin adalah di luar bidang saya yang terbatas ini. Akan tetapi dalam Samuel I 6:18 terdapat suatu pernyataan mengenai luas wilayah orang-orang Filistin ini ditemukan, yang sudah sepantasnya jika diberi komentar. Dalam bahasa Ibrani, pernyataan tersebut terbaca sebagai berikut: kl 'ry-plstym ... m-'yr mbsr w-'d kpr h-przy. Dalam RSV, ini diterjemahkan sebagai 'semua kota bangsa Filistin ... baik kota-kota kubu (m-'yr mbsr) maupun desa-desa yang dikelilingi oleh tembok (w-'d kpr h-przy)'. Tidak dapat dibayangkan suatu penterjemahan yang lebih tidak akurat daripada ini. Sebenarnya m-'yr mbsr hanya dapat berarti 'dari kota mbsr', kota yang dibicarakan adalah sebuah desa, yaitu Midbar (mdbr), yang kini terletak di daerah perbukitan Hurrath di ujung selatan wilayah Jizan. Dalam halnya 'd kpr h-przy, ini hanya dapat berarti 'sampai pada desa przy', prz yang dibicarakan kini adalah dusun kecil al-Firdah (prd) di Wadi Adam (przy dalam bahasa Ibrani adalah genitif prz, dan berkenaan dengan penghuni daerah-daerah tersebut). Maka dari itu menurut definisi geografis tanah Filistin, wilayah mereka membentang dari ujung selatan wilayah Jizan sampai ke Wadi Adam. Pendeknya, tidak ada perbatasan geografis yang ditentukan antara wilayah-wilayah bangsa Israil dan Filistin pada daerah yang dibicarakan, yang agaknya sangat membantu dalam menjelaskan tidak hanya kisah Samson, tetapi juga sebutan-sebutan menurut Bibel tempat orang-orang Filistin dibahas.

15. TANAH HARAPAN

Adakalanya suatu penyelidikan kesarjanaan yang tidak hati-hati dapat menimbulkan akibat-akibat, yang gemanya begitu jauh melampaui batas-batas disiplin akademis seseorang, terutama bila ditampilkan hendak menantang praanggapan yang menjadi pusat kepercayaan agama yang sudah berakar dalam hati dan dihormati sepanjang sejarah. Mengatakan bahwa tanah harapan, bukan terletak di tempat yang umumnya dianggap sebagai lokasinya, tidak mungkin ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang menganggap bahwa pendirian negara Israil dalam tahun 1948 merupakan terkabulnya sebuah impian yang berusia berabad-abad. Namun, setelah memulai dalam analisa onomastik saya atas Kitab Bibel Ibrani, begitulah kesimpulan yang diberikan oleh penyelidikan saya dan saya percaya penuh akan kesimpulan ini.
Seorang sejarawan tentunya dapat mengusulkan sebuah penjelasan dalam penulisan sejarah, bukan keagamaan, mengenai janji menurut Bibel yaitu suatu wilayah yang telah ditentukan bagi keturunan Ibrani dari Abram (Kejadian 15), dan pengikut-pengikut Israil dari Musa (Bilangan 34). Sewaktu kisah-kisah mengenai kedua janji itu, seperti yang kemudian dicatat dalam Bibel, diceritakan dalam bentuk aslinya, orang-orang Israil telah mendiami tanah harapan mereka, sehingga kisah-kisah mengenai kedua janji itu telah merupakan penjelasan ex post facto (berlaku surut). Tetapi yang penting bagi kita adalah janji-janji itu sebagai geografi sejarah, bukan sebagai sejarah ataupun agama.
Dalam terjemahan-terjemahan konvensional, tanah yang dijanjikan Yahweh kepada Abram orang Ibrani (Kejadian 15:18) konon membentang 'dari sungai Mesir (nhr msrym) sampai ke sungai besar, sungai Efrat (nhr prt)'. Bertentangan dengan anggapan yang telah diterima, saya mengusulkan bahwa tanah yang ditunjukkan dalam janji asli yang tertulis dalam bahasa Ibrani sebenarnya terdiri dari tanah kuno Yudah (Bab 8), di Asir geografis, dari wilayah Jizan di selatan sampai pada Wadi Adam, di pedalaman Lith di utara. 'Sungai Mesir'y (nhr msrym) dalam janji ini jelaslah bukan sungai Nil, tetapi sungai kecil Wadi 'Itwad yang bersumber di dekat desa Misramah masa ini, di dataran tinggi Asir, dan membentuk perbatasan zaman kini antara wilayah Jizan dan Rijal Alma'. Nhr msrym mungkin juga adalah Wadi Liyah, yang memisahkan wilayah Jizan dari Yaman dan sebuah desa yang bernama Masram (msrm) masih dapat dijumpai di sana. Di Wadi Adam yang membentuk sebagian lembah utama wilayah Lith terdapat sebuah desa yang bernama Firt (prt) dan sebuah lagi yang bernama Farat (juga prt), sehingga saya percaya bahwa janji kepada Abram itu seharusnya berbunyi seperti yang berikut ini: 'Kepada keturunanmu saya akan berikan tanah ini, dari sungai kecil Misramah (atau Masram, nhr msrym) sampai ke sungai besar (h-nhr h-gdwl), yaitu sungai Firt (atau Farat, nhr prt)', sungai ini terletak di Wadi Adam, bukan 'sungai Efrat'.
Tanah yang dijanjikan kepada Abram dan orang-orang 'Ibraninya', tentunya telah dihuni (berpenghuni). Janji Yahweh mencatat penghuninya yang seluruhnya berjumlah sepuluh bangsa (Kejadian 15-19-21), lima di antaranya adalah rakyat 'Kanaan', menurut Kejadian 10:15-18 (lihat Bab 14). Nama bangsa-bangsa ini bertahan sampai kini sebagai nama-nama tempat di pelbagai bagian di Asir, dan sebagian besar di 'Yudah'. Mereka adalah:
  1. Bangsa 'Kenit' (qyny, genitif qyn): sebagai sebuah nama kesukuan, qyny bertahan sebagai nama Qawayinah masa ini (tunggalnya adalah Qawni, atau qwny, dari qwn), di selatan Taif. Nama-nama yang berhubungan dengannya adalah Qani (qn), di wilayah Jizan; Qann (qn), di distrik Ballasmar; Qana (qn), seluruhnya berjumlah empat buah desa, sebuah di distrik Bahr, sebuah di dataran tinggi Dhahran, sebuah di wilayah Qunfudhah, dekat Hali, dan sebuah di Wadi Adam; Qanan (qnn), di distrik Majaridah; Qanwah (qwn), di Rijal Alma'; Qannah (qnn), seluruhnya berjumlah lima buah pedesaan, sebuah di distrik Muhayil, sebuah dekat Khamis Mushait, sebuah di wilayah Jizan, dan dua buah di Wadi Adam: Al Qaninah ('l qnyn) di dataran tinggi 'Abidah; Qanyah (qny) di Wadi Adam.
  2. Bangsa 'Kenizzit' (qnzy, genitif qnyzyz atau qnz) di wilayah Jizan. Sebuah suku Arab masih dapat ditemukan di sana yang bernama al-Qunaysat (tunggalnya adalah Qunaysn, atau qnysy, dari qnys).
  3. Bangsa 'Kadmonit' (qdmny, genitif qdmn): Damjan (dmgn, metatesis dari qdmwn) di wilayah Taif. Qadamah (qdm) di wilayah Lith, dan Kawadimah (kwdm) di wilayah Jizan, keduanya kecil kemungkinannya, tetapi masuk di akal. Sebuah suku Arab di utara Hijaz kini adalah Qidman (qdmn).
  4. Bangsa 'Hittit' (hty, genitif ht, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Hathah (ht), di wilayah Lith; Hat (ht) di distrik Ballasmar; Hatwah (htw), di Rijal Alam'; Hittayy (hty), di pesisir Zahran; lebih lagi Al-Hatahit (jamak Arab dari hty) diakui dalam kesusastraan Arab sebagai sebuah nama kesukuan Arab.
  5. Bangsa 'Perizzit' (przy, genitif dari prz): Al Farzan ('l przn, prz dengan kata sandang tertentu kuno Semit), di Bani Shahr; Furdah (prd, bandingkan dengan prz), nama dari empat buah desa, sebuah di wilayah Jizan, dua di Wadi Adam, dan sebuah di wilayah Majaridah. Mungkin juga merupakan nama-nama suku masa ini, yaitu Safarin (tunggalnya adalah Safari, atau spry), di selatan Asir; Zawafirah (tunggalnya adalah Zafiri, atau zpry), di Hijaz bagian selatan; dan Farasat (tunggalnya adalah Farsi, atau prsy), di utara Hijaz.
  6. Bangsa 'Rephaim' (rp'ym, ganda atau jamak rp' atau dari genitifnya, yaitu rp'y): Rafah (rp), di wilayah Jizan, dan Rafyah (rpy), di Rijal Alma'. Kesusastraan Arab berbicara mengenai suku Yarfa (yrp, kata benda kuno rp) di Arabia baratdaya.
  7. Bangsa 'Amorit' ('mry, genitif 'mr, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Amarah ('mr), di pesisir Zahran; Wamrah (wmr), di Wadi Adam; mungkin juga Maru (mrw, dengan w yang terakhir sebagai kata sandang tertentu Aram yang berakhiran), semuanya berjumlah tiga buah desa, dua di Wadi Adam dan satu di distrik Bahr. Sebagai sebuah nama kesukuan, 'mry mungkin masih terdapat di sana nama Banu Murrah (mr) yang terdapat di mana-mana, atau nama Maru (mrw) di Hijaz bagian selatan.
  8. Bangsa 'Kanaan' (kn'ny, genitif kn'n): Al Kun'an ('l kn'n), di Wadi Bishah; juga nama suku al-Qin'an (qn'n), di Asir (lihat Bab 14). Untuk lebih jelasnya, lihat Bab 1 dan 4.
  9. Bangsa 'Girgashite' (grgsy, genitif grgs, penghebat atau kata pengecil grs; ditulis sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Juraysh (grys, kata pengecil grs) dan Quraysh (qrys, kata pengecil qrs), di wilayah Qunfudhah; juga Quraysh, dua buah desa di wilayah Taif; Qaryat Quraysh, di wilayah Qunfudhah; Dar Bani Quraysh, di Wadi Adam; Quraysh al Hasan, di dataran tinggi Zahran. Nama kesukuan Arabia Barat kuno Quraysh tidak mungkin lain dari nama yang ini sendiri.
  10. Bangsa 'Yebusit' (ybwsy, genitif ybws; ditulis sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Yabasah (ybs), di Wadi Adam; Yabs (ybs), di lerengan maritim wilayah Ghamid; dan Yabs, dekat Mudhaylif, di sebelah utara Qunfudhah (lihat Bab 9). Yubbas (ybs) dan Yabis (ybs) kini masih tetap bertahan sebagai nama-nama suku di Arabia Barat.
Kalau kita menganggap bahwa identifikasi saya terhadap kesepuluh bangsa itu benar, maka penelitian menurut Bibel atas sejarah mereka telah sama sekali salah haluan.[1] Maka tidaklah mengherankan jika hanya ada sedikit bukti-bukti arkeologis dan paleografis yang tertulis guna mendukung sumber mereka, karena penyelidikan apa pun yang telah dilakukan dalam hal ini telah dikerjakan sehubungan dengan tempat yang salah --Palestina dan Suria kuno, bukan Arabia Barat.
Menurut Kejadian, tanah asal suku-suku Arabia Barat kuno inilah yang dijanjikan oleh Yahweh kepada Abram dan para keturunannya. Tanah asal tersebut juga termasuk dalam wilayah yang dijanjikan oleh Yahweh kepada Nabi Musa (Bilangan 34:1-12), yang kenyataannya bukan lebih kecil dari wilayah yang dijanjikan kepada Abram, seperti yang dikira sampai kini, tetapi sebenarnya lebih luas. Tanah ini terdiri dari 'seluruh tanah Kanaan' (34:2) dan termasuk baik pedalaman maupun pesisir Asir, dan juga wilayah Taif di Hijaz, dari pantai Laut Merah sampai pinggiran gurun Arabia Tengah.
Dalam upaya mereka untuk melakukan suatu penafsiran geografis dari perbatasan-perbatasan tanah harapan ini dalam pengertian Palestina, para ahli Bibel selalu menemui kesulitan-kesulitan yang juga tidak mengherankan, mengingat wilayah itu bukanlah pada tempatnya. Membaca teks Ibrani mengenai 'janji' itu, seperti yang ditafsirkan dan disuarakan secara tradisional, kata ym dalam Bibel selama ini telah dianggap berarti 'laut', walaupun kata ym yang sama itu juga diakui berarti 'barat'. Para ahli juga telah menganggap ym h-mlh berarti 'lautan garam', sebuah referensi kepada Laut Mati Palestina. Walaupun mlh dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang berarti 'garam', kata ini juga berarti 'pasir' dalam dialek Arab sekarang dari daerah pedalaman Asir. Maka dari itu meski h-ym h-gdwl dalam Bibel memang berarti 'Lautan Besar' (berkenaan dengan Arabia Barat, bukan Laut Tengah, tetapi Laut Merah), ym h-mlh dalam konteks 'janji' yang sedang dibahas ini bukan berarti 'lautan garam', tetapi 'di sebelah barat pasir'. Referensi ini seperti yang akan dilihat, adalah kepada Bilad Yam (ym), yang secara harfiah berarti 'negara barat', yang sebenarnya mengapit 'pasir-pasir' (mlh) Ar Rab'al Khali, dari sebelah 'barat' (ym). Begitu pula, ym knrt berarti 'sebelah barat Quraynat' (sebuah tempat, lihat di bawah), dan bukan 'Lautan Chinnereth', yang dikira --tanpa berdasarkan apa pun-- adalah nama menurut Bibel dari Danau Tiberias di Palestina. Selanjutnya, penyusunan ktp ym knrt bukan berarti 'pundak (ktp) Lautan Chinnereth' (RSV), tetapi 'Qatf di sebelah barat Quraynat', Qatf (qtp) sebenarnya adalah sebuah tempat di Arabia Barat yang terletak di sebelah 'Barat' Quraynat (lihat di bawah).
Dalam menafsirkan Tanah Harapan Musa, para ahli Bibel telah bingung bukan saja terhadap arti kata Ibrani ym, tetapi juga terhadap h-yrdn, yang mereka anggap adalah tidak lain dari 'Yordan' Palestina. Mereka selanjutnya dibuat bingung oleh sebuah tempat yang bernama qds brn' (atau 'Kadesh-Barnea'), yang secara tidak benar sejak tahun 1948 dikenali sebagai oase 'Ayn Qudays, di Palestina sebelah selatan (lihat Bab 4). Pengenalan ini hanya berdasarkan kenyataan bahwa Qudays Arab, atau qdys, adalah pengecilan Quds, atau qds, yang merupakan padanan kata qds dalam bahasa Ibrani. Sebenarnya, qds brn', diuraikan sehingga terbaca qds b-rn' (di sini tampaknya b adalah pemendekan dari 'b, 'ayah', dengan kata lain 'Tuhan'), hanya berarti 'tempat suci', 'kuil', 'tempat pemujaan' 'Tuhan' rn', yang namanya secara metatesis bertahan dalam dua nama tempat di Arabia bagian timur sebagai Abu 'Arinah ('b 'rn), dan di dataran tinggi Asir di sebelah selatan Khamis Mushait sebagai Al 'Arinah ('l 'rn). 'Kadesh-Barnea' mestinya dulu adalah sebuah 'kota suci' kuno, yang kini masih ada sebagai desa Al 'Arinah, seperti yang akan kita lihat. Kebetulan nama dewa Arabia Barat rn' masih bertahan melalui metatesis yang lain, sebagai r'n, dalam inskripsi-inskripsi Lihyan dan Dedan dari utara Hijaz.
Yang berikut ini adalah perbatasan-perbatasan tanah yang dijanjikan kepada pengikut-pengikut Israil Musa, seperti yang digambarkan dalam Bilangan 34 dan berkenaan dengan geografi Arabia Barat:
  1. Perbatasan barat adalah 'Lautan Besar' (h-ym h-gdwl, 34:6), dengan kata lain, Laut Merah (lihat di atas).
  2. Perbatasan selatan dimulai dari gurun pasir Zin, atau zn (sn dalam Bibel, 'Zin'), sebuah oase di wilayah Najran yang secara tepat digambarkan terletak 'di sisi' ('l ydy) Wadi Idimah, atau 'dm (dalam Bibel adalah 'dwm, 'Edom'), yang sebenarnya terletak ke arah selatan; tepatnya, 'dari Quziyyah (qzyh), di sebelah barat pasir ke arah timur' (m-qsh ym h-mlh qdmh), Quziyyah (dalam Bibel adalah qsh) adalah sebuah oase di Bilad Yam, ke arah hulu Zin di Wadi Najran, dan tepat di perbatasan barat pasir Ar Rab'al Khali. Dari sana perbatasan itu membentang ke arah barat 'di selatan lereng Akrabbim ('qrbym)', kini merupakan sebuah desa di Sarat 'Abidah, di atas Wadi Najran, yang bernama al-Jarabi' (jamak bahasa Arab grb'), metatesis 'qrb dalam Bibel, (jamak bahasa Ibrani dari 'qrb adalah 'qrbym).[2] Lebih jauh ke arah barat, perbatasan ini melintasi satu lagi Zin (sn dalam Bibel) di wilayah Dahran, yang sebenarnya adalah 'di sebelah selatan' Al 'Arinah (atau 'Kadesh-Barnea', lihat di atas), persis seperti yang tertera dalam teks. Kemudian perbatasan ini melintasi apa yang digambarkan oleh bahasa Ibrani Bibel sebagai hsr 'dr ('Hazzar-addar'), yang paling-paling menunjukkan 'tanah pemukiman' (hsr) sebuah suku yang bernama 'dr, yang namanya masih dipakai oleh suku Adhar ('dr) di Sarat 'Abidah dan daerah sekitar Dhahran al-Janub. Kemudian perbatasan ini menembus Al 'Asman ('l 'smn, bandingkan dengan nama Ibrani 'zmn atau 'zmwn, 'Azmon,), di wilayah Dhahran, dan sampai di Wadi 'Itwad (nhl msyrm, yang berarti 'pohon palem Misramah' atau 'hulu Misramah' lihat di atas, bukan 'sungai kecil Mesir' seperti yang diterjemahkan secara tradisional; untuk melihat kebingungan antara Misramah ini dengan 'Mesir', lihat di atas). Dari sini, perbatasan ini mengikuti aliran Wadi 'Itwad (atau mungkin juga Wadi Liyah, lihat di atas) sampai ke laut (34:3-5).
  3. Perbatasan utara bermula di pantai Laut Merah dan kemudian menuju ke atas bukit, melintasi 'Gunung Hor' (hr h-hr), yang telah dikenali sebagai sebuah puncak gunung (hr) al-Harrah (hr dengan kata sandang tertentu bahasa Arab), di ujung utara dataran tinggi Zahran (lihat Bab 7, Catatan 5). Dari sini perbatasan itu membelok ke utara dan sampai di wilayah Taif di Dhawi Himat (hmt) atau Himatah (hmt, bandingkan dengan hmt dalam Bibel, 'Hamath'), dan Sidad (sdd, bandingkan dengan sdd dalam Bibel, 'Zedad'). Dari sini perbatasan itu terus melintasi zprn ('Ziphron', mungkin kini adalah Safra', atau spr tanpa kata sandang tertentu berakhiran, yaitu n),[3] dan berakhir di hutan belantara Harrat al-Buqum, di 'oase' atau 'perkampungan' (Ibraninya hsr) 'Aynin ('ynn, bandingkan dengan hsr 'ynn dalam Bibel, hsr atau 'perkampungan' 'ynn yang biasanya diterjemahkan sebagai 'Hazar-enan', (34:7-9).
  4. Perbatasan timur, mulai dari 'Aynin (lihat di atas), dan terus membentang ke selatan, rupanya ke al-Thafan (tpn, bandingkan dengan spm dalam Bibel, 'Shepam'), di Wadi Tathlith (nama lengkapnya Hadayir al-Thafan, atau pemukiman-pemukiman al-Thafan). Kemudian perbatasan ini terus menuju ke selatan menerobos 'Riblah' (rblh), di sebelah timur 'Ayn' ('yn), yang kini mungkin adalah al-Rabiyah ('l-rbyh),[4] di pelosok terjauh Wadi Habuna, yaitu Yam, di sebelah timur laut oase 'Ayn, di wilayah Najran. Dari sini perbatasan itu melintasi 'Qatf (qtp), di sebelah barat Quraynat (qrynt)' (ktp ym krnt, lihat di atas), Quraynat adalah oase Wadi al-Dawasir, dan Qatf terletak di sebelah baratdaya Quraynat ini di Bilad Yam. Dari sini perbatasan itu menyeberangi 'punggung bukit' (h-yrdn), yang tidak diragukan lagi adalah apa yang disebut Philby sebagai 'jenggul granit besar' (the great granite boss) Jabal Abu Hamdan di wilayah Najran, dan berakhir di 'sebelah barat pasir' (ym h-mlh) Ar Rab'al Khali (34: 10-12).
Jika kita memproyeksikan perbatasan-perbatasan Tanah Harapan Musa seperti yang ditafsirkan di sini di atas peta Arabia Barat, hasilnya samasekali tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa pun. Gambarannya lengkap hampir sampai pada detil-detil yang terakhir.

16. KUNJUNGAN KE EDEN

Menurut standar orang-orang Barat Junaynah di Wadi Bishah tidak pantas di sebut taman; namun sebagai sebuah oase di pinggiran gurun pasir tempat ini mempunyai daya tarik yang tersendiri. Tempat ini merupakan 'desa Bishah yang paling rendah' tulis H. St. J. B. Philby yang mengunjungi Junaynah di sekitar awal 1930-an; tempat ini merupakan 'sebuah oase di gurun pasir', 'tanpa pohon-pohon palem' di luarnya. Seperti yang dilukiskan oleh Philby, oase ini terdiri dari 'sebuah lingkaran belukar pohon-pohon palem yang anggun', dengan 'tanaman gerst dan gandum yang sudah mulai mematang di sana sini' di ujung timurnya, dengan 'perkebunan' tamarisk yang 'lebat', dan semak belukar yang 'sangat lebat' di sekitar puing-puing yang terlantar, dengan sebuah desa kecil di dekatnya --pada keseluruhannya 'sebuah gambaran oase yang ideal', terutama di bawah sinar bulan (Arabian Highlands, Ithaca, N.Y., 1952, hal. 29-31). Sebagai desa Bishah yang paling terpencil, Junaynah, walaupun bukan sebuah desa yang penting, ada pada sebagian besar peta-peta jazirah Arab (20°20" lintang utara dan 40°55" bujur timur). Philby mengunjungi tempat itu dan menggambarkannya tanpa mengetahui bahwa tempat ini adalah Taman Firdaus (Eden). Bagaimana ia dapat mengetahui dengan adanya tradisi yang mendukung sepenuhnya bahwa lokasi taman ini terletak di sebuah tempat di Mesopotamia yang sangat jauh itu?
Kini saya mengharapkan pembaca dapat menerima gagasan bahwa Kitab Bibel Ibrani ditulis oleh penulis-penulis Israil yang tinggal di daerah perbukitan di pantai Asir. Dalam Kejadian 2:8-14, salah seorang penulis ini, yang namanya tidak akan diketahui, melukiskan tentang keadaan Taman Firdaus sebagai berikut:
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman (gn) di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan (hyym) di tengah-tengah taman itu, seperti pohon pengetahuan (d'h) tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai (nhr, 'sungai, sungai kecil') mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang (r'sym, jamak dari r's, 'mata air sungai'). Yang pertama, namanya Pison (pyswn), yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila (hwylh), tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua adalah Gihon (gyhwn), yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy (kws). Nama sungai yang ketiga adalah hdql [secara tradisional diterjemahkan sebagai 'Tigris', yang mengalir di sebelah timur 'swr, secara tradisional diterjemahkan sebagai 'Assyria, (Suryani)]. Dan sungai yang keempat adalah Efrat (prt).
Setelah itu, selagi pembicaraan mengenai Adam, manusia yang pertama dan keluarganya, penulis yang sama memberikan dua informasi tambahan mengenai lokasi Eden serta tamannya. Sewaktu Adam beserta istrinya, Hawa, dikeluarkan dari surga, Yahweh menempatkan cherubim (krbym, ganda atau jamak krb, harfiahnya 'pendeta') 'di sebelah timur taman itu' guna menjaga jalan yang menuju pohon kehidupan (3:24). Waktu Kain, anak pertama Adam dan Hawa membunuh adiknya, Abel, dan dihukum dengan cara dibuang dari penglihatan Yahweh, ia pergi dan menetap 'di tanah Nod (nwd), di sebelah timur Eden' (4:16).
Informasi yang diberikan oleh semua ini mengenai lokasi geografis Eden dan tamannya dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Pertama, Eden terletak di sebelah timur kampung halaman penulis teks Bibel yang dibicarakan ini, adalah tanah Yudah, di sisi pantai Asir.
  • Kedua, Eden beserta tamannya terletak di sebuah jaringan pengaliran yang terdiri dari empat anak sungai yang telah dikenal, yang dikenali dengan nama-namanya.
  • Ketiga, taman (gn) Eden ('dn) terletak ke arah hulu sungai Eden, yang diairi oleh sebuah sungai kecil yang 'mengalir ke luar' (ys') Eden.
  • Keempat, taman itu diasosiasikan dengan dua pohon yang penting, yaitu pohon 'kehidupan' (hyym) dan pohon 'pengetahuan' (d'h).
  • Kelima, dua atau lebih cherub-cherub (krbym, jamak krb) berarti 'pendeta' ditugaskan di sebelah timur Taman Eden guna menjaga jalan yang menuju ke Pohon Kehidupan.
  • Keenam, di sebelah timur daerah sekitar letaknya Eden terdapat tanah Nod (nwd).
Dari semua informasi yang tertera di atas, kita dapat mengambil kesimpuIan bahwa Taman Eden terletak di sebuah wilayah oase yang subur yang terletak antara Tanah Yudah, di pesisir Asir, dan sebuah daerah pedalaman yang bernama nwd. Bahwasanya wilayah ini tidak lain daripada lembah sungai Wadi Bishah tampaknya jelas, berkenaan dengan pengenalan yang lebih lanjut dari 'keempat sungai' Eden:
  1. Sungai 'Pison' (pyswn, pada hakekatnya psn), yang mengalir mengelilingi tanah 'Hawila' (hwylh) dan di sana terdapat emas. Kini ini adalah Wadi Tabalah, cabang Bishah yang terletak paling jauh di barat. Wadi ini mengambil nama yang dipakainya kini dari satu di antara sejumlah oase-oase yang terletak di sepanjang alirannya. Nama Bibelnya bertahan sebagai nama desa Shufan (spn, metatesis dari nama Ibrani pyswm), dekat hulu sungainya di dataran tinggi Nimas. Pengarang cerita Eden mestinya menganggap Wadi Tabalah (atau 'Pison') sebagai sungai utama di jaringan Wadi Bishah, mengingat cara yang ia pakai dalam menggambarkan alirannya. 'Hawila' , yang katanya dikelilingi oleh 'Pison', kini adalah Hawalah (hwlh), di dataran tinggi wilayah Ghamid, di sebelah utara Nimas. Aliran utama Wadi Bishah sebenarnya mengitari wilayah Ghamid di sisi pedalamannya setelah pertemuannya dengan cabang-cabang utamanya. Bahwa ini merupakan tanah 'emas' adalah benar; emas benar-benar ditemukan di sana pada zaman dahulu, dan masih dicari di sana sampai kini. Ini mungkin merupakan tanah 'emas fosil ... bukan dalam bentuk emas urai, tetapi dalam gumpalan', tulis Strabo dalam gambarannya mengenai Arabia (lihat Bab 3). Di sebelah timur wilayah Ghamid mengalir sebuah anak sungai Wadi Bishah, yang sebenarnya bernama Wadi Dhahab, 'Lembah Emas' (lihat lagi di Bab 3). Di sana juga dapat ditemukan batu carnelia (h-shm), umumnya disalahterjemahkan sebagai batu 'onyx'. Bahkan sampai kini pun, para jemaah haji yang kembali dari Mekah biasanya membawa manik-manik yang terbuat dari batu-batu setengah mulia ini. Bdellium (bdlh), atau damar bedolah, yang dibicarakan adalah getah yang berharga yang dihasilkan oleh sejenis pohon lokal (commiphora mukul), yang khusus terdapat di Arabia Barat, kini disebut Balsem Mekah. Walaupun namanya sama, 'Pison' dalam Bibel jelas bukan anak sungai aliran utama Wadi Bishah yang kini dikenal dengan nama Wadi Shaffan (spn).
  2. Sungai 'Gihon' (gyhwn, pada hakekatnya ghn), yang mengalir mengitari tanah 'Kusy' (kws). Ini merupakan sungai kecil utama Wadi Bishah, yang merupakan namanya kini, salah satu dari hulu sungainya masih bernama Wadi Juhan (ghn). Wadi ini terletak di antara Khamis Mushait dan Abha, dan di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama Al Jahun (juga ghn). Nama sekarang Wadi Bishah diambil dari desa Bishah, dekat persimpangan cabang-cabang utama jaringan wadi ini. Orang-orang 'Kusy' yang tanahnya dikelilingi oleh 'Gihon' kini adalah desa Kuthah (kwt, lihat Bab 4), di daerah sekitar Khamis Mushait, yang sebenarnya mengapit Wadi Juhan.
  3. Sungai hdql, yang secara tradisional dianggap sebagai sungai Tigris Mesopotamia. Kalau saja nama 'sungai' ini h-dql (kini diarabkan menjadi al-Dijlah, atau dglh, didahului oleh kata sandang tertentu), mungkin saja sungai ini adalah Tigris. Namun kenyataannya nama sungai ini, seperti yang tertera dalam Kejadian, jelas adalah hdql, dengan h sebagai huruf awal bukan h- yang bedanya dapat sejauh beratus-ratus kilometer. Kini, nama hdql bertahan sebagai nama desa Al Jahdal (ghdl), di dataran tinggi Sarat 'Abidah, dan di sini terdapat hulu sungai Wadi Tindahah. Sarat 'Abidah terletak di sebelah timur tengah Khamis Mushait, dan Wadi Tindahah bergabung dengan aliran utama Wadi Bishah di sebelah utara Khamis Mushait. Pada zaman Bibel, Wadi Tindahah mestinya bernama hdql menurut nama desa tempat terdapatnya mata air. Seperti halnya hdql bukan Tigris, melainkan kini Wadi Tindahah, begitu pula 'swr di sebelah timur alirannya bukanlah 'Assyria'. Sebenarnya Wadi Tindahah mengalir tepat di timur 'swr yang kini adalah desa Bani Thawr (twr), juga dikenal sebagai Al Abu Thawr. Seperti yang telah kita buktikan beberapa kali sebelumnya, hampir tidak terdapat suatu kesalahan topografis di dalam Bibel Ibrani.
  4. Sungai prt, yang secara tradisional dianggap sebagai sungai Efrat ini tidak mungkin kalau bukan apa yang kini adalah Wadi Kharif yang mengalir dari ketinggian wilayah Zanumah, di sebelah utara Abha, dan merupakan salah satu anak sungai utama aliran Wadi Bishah. Nama Bibelnya, yaitu prt mestinya berasal dari nama sebuah desa di hulunya yang kini bernama al-Tafra' (tpr, sebuah metatesis prt). Dalam teks-teks Bibel lainnya, seperti yang telah kita saksikan, prt adalah Wadi Adam (lihat Bab 1, Catatan 11), yang bukan demikian halnya di sini.
Menurut kisah Genesis, sungai (nhr) Eden membelah menjadi empat hulu sungai (r'sym) di sekitar Eden dan tamannya. Sebenarnya, r'sym dalam Bibel ini bertahan sebagai nama oase Rawshan (rwsn) yang terletak dekat tempat Wadi Tabalah (Pison) bergabung dengan aliran utama Wadi Bishah.[1] Di dekatnya, menuju ke arah hulu, terdapat sebuah oase yang bernama 'Adanah ('dn), yang sampai kini memakai nama Eden ('dn) yang terdapat dalam Bibel. Oase Junaynah (gnyn, pengecilan gn, bandingkan dengan kata Ibrani gn, 'taman') terletak tidak jauh di hilir dari Rawshan, diairi oleh air yang mengalir dari 'Adanah. Tampaknya aneh, tetapi di situlah letaknya taman Eden, bertahan melalui namanya (lihat Peta 8).
Di sebelah timur pertemuan Wadi Bishah, yaitu di sekitar daerah Eden menurut Bibel, terdapat tanah 'Nod' --sebuah 'negara ketunawismaan' (Ibraninya nwd), tepat sebagaimana digambarkan dalam kamus-kamus standar bahasa Ibrani Bibel (dari kata kerja nwd, 'tuna wisma, berjalan tanpa tujuan'). Ini merupakan sebuah hamparan gurun pasir pedusunan yang kering, yang memisahkan Asir dan Arabia Tengah. Di luar tanah Nod ini, di sana 'tidak terdapat apa-apa kecuali ketandusan yang tiada akhirnya' --gurun batu kerikil, atau 'hamparan datar mati' Ar Rab'al Khali (Arabian Highlands, hal. 221).
Di sebelah timur tenggara Wadi Bishah terdapat oase al-Qarban (qrbn, dengan kata sandang tertentu; bandingkan dengan kata Ibrani h-krbym, 'pendeta-pendeta'). Ini mungkin adalah 'pendeta' yang ditugaskan di sebelah 'timur' Taman Eden setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman itu. Namun dalam konteks cerita ini, kata h-krbym sebenarnya dapat berarti 'pendeta-pendeta' (lihat di bawah). Mengenai pohon kehidupan (hyym) dan pohon pengetahuan (d'h) di taman itu, mereka sudah pasti adalah dua buah pohon keramat yang dipersembahkan kepada dua desa lokal kuno. Desa yang sekarang Al Hi ('l hy) di Wadi Bishah, masih menggunakan dewa 'kehidupan' Arabia Barat yang sudah dilupakan. Begitu juga perkampungan Al Hi ('l hy) dan Al Ibn Hi (juga hy) di dataran tinggi Asir ke arah Barat; dan Al Hayat (hyt) di wilayah Dhahran, dan Hiyin (hyyn, bandingkan dengan kata Ibrani hyym, dalam bentuk jamak), di wilayah Jizan. Begitu pula, desa yang sekarang Al Da'yah ('l d'y, bandingkan dengan kata Ibrani d'h), di dataran tinggi di sebelah barat Wadi Bishah, sampai hari ini mengabadikan nama dewa 'pengetahuan' Arabia Barat yang telah terlupakan.
Apakah dahulunya Taman Eden dalam Bibel merupakan sebuah belukar keramat --sebuah pusat pemujaan Dewa Kehidupan lokal dan Dewa Pengetahuan-- sebelum taman ini menjadi taman kepunyaan Yahweh sendiri? Bukti toponimis yang ada jelas menunjukkan ke arah ini. Diteliti dalam susunan referensi ini, kisah menurut Bibel mengenai taman ini mungkin dapat menghasilkan pengertian-pengertian baru yang, seperti penelitian atas masalah Melchizedek, dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang asal mula monoteisme di Arabia Barat kuno. Namun penelitian yang semacam itu atas cerita ini tidak akan dilakukan di sini.
Akan tetapi yang patut diperhatikan adalah bahwa Qur'an tidak berbicara mengenai sebuah Taman Eden saja, tetapi mengenai 'Taman-taman Eden', dalam bentuk bentuk jamak, dan juga mengenai 'sungai-sungai' (anhar), bukan hanya sebuah 'sungai' (nahr) saja, yang mengalir di bawah taman-taman itu. Secara menyeluruh, ada sebelas referensi di dalam Qur'an mengenai 'Taman-taman Eden' ini, dan bukan hanya mengenai sebuah taman saja, sehingga kita menduga-duga berapa sebenarnya taman-taman yang ada. Lebih penting lagi, ada dua buah sebutan Qur'an yang memberi petunjuk tentang adanya hubungan yang erat antara taman-taman dan pemujaan-pemujaan keagamaan tradisional yang mungkin merupakan penjelasan terhadap penyebutan dalam Bibel mengenai pengangkatan 'cherubim', atau 'pendeta-pendeta', sebagai pengawas-pengawas taman Eden itu. Menurut teks Qur'an, Nabi Muhammad diberitahu oleh 'kebanyakan orang' bahwa mereka tidak sudi mengakui tugas keagamaannya kecuali kalau ia dapat menunjukkan bahwa ia mempunyai 'sebuah kebun pohon-pohon palem dan anggur dengan sungai-sungai yang deras' (17:89-91). Menurut sebuah teks yang lain, orang-orang bertanya-tanya bagaimana Nabi Muhammad dapat mengakui dirinya sebagai seorang rasul kalau ia memakan makanan biasa, dan berjalan-jalan di pasar-pasar, dan tidak memiliki sebuah 'kebun khusus ia mendapatkan makanannya' (25:7-8).
Dari taman-taman di Arabia Barat kuno ini, yang Taman Eden dalam Bibel dan 'cherubim'-nya merupakan purwa rupa, kita hanya mengetahui secara langsung satu di antaranya yang masih pada dasawarsa permulaan abad ke-7 Masehi. Taman ini ialah taman milik pendeta tinggi Maslamah dari Yamamah, seorang monoteis Arab, yang sezaman, tetapi bukan pengikut Nabi Muhammad. Taman ini disebut Hadiqat al-Rahman, al-Rahman (rhmn, 'Yang Maha Pengampun'), yaitu nama Tuhan Esa di beberapa pemujaan monoteisme Arab pada zaman pra-lslam. Sewaktu Nabi Muhammad masih hidup, Maslamah bersedia mencapai persetujuan dengannya. Namun setelah wafatnya Nabi Muhammad, ia bertengkar dengan pengganti-pengganti Nabi Muhammad, dan Khalifah yang pertama, yaitu Abu Bakr (632-634 M.), mengerahkan pasukan-pasukannya guna menundukkannya. Menurut sejarawan-sejarawan Arab, seruan perang Maslamah dan para pengikutnya adalah: 'Ke Taman! Ke Taman!'. Kenyataannya, konon pertahanan terakhirnya melawan pasukan-pasukan Islam adalah di balik tembok-tembok tamannya tempat ia dan sepuluh ribu pengikutnya melakukan perlawanan sampai mereka terbunuh.
Suatu pikiran yang menarik: mungkinkah Maslamah, dengan taman keramatnya, merupakan cherubim Arabia Barat yang terakhir?

17. NYANYIAN DARI PEGUNUNGAN JIZAN

Idealisasi kehidupan pedesaan tampaknya dahulu sama populernya di istana Yerusalem Arab dengan di Versailles pada zaman kekuasaan keluarga Bourbon yang belakangan. Kita harus tetap mengingat ini sewaktu mempertimbangkan sifat 'Kidung Agung' yang merupakan (syr h-syrym 'sr l-slmh) Sulaiman, sebuah bunga rampai lagu-lagu rakyat yang membicarakan percintaan antara para gembala dan para pemelihara kebun anggur, rupanya disusun oleh salah seorang raja Yudah yang belakangan, walaupun memakai nama Sulaiman. Bunga-rampai ini dipelihara di antara ktwbym (atau 'kitab-kitab') Ibrani dan akhirnya menjadi bagian Bibel sejajar dengan 'kitab-kitab' pepatah dan kearifan lain yang dihubungkan dengan Sulaiman.
Secara tradisional umat Yahudi telah menafsirkan bahan erotik yang berani yang ada dalam 'Kidung Agung' sebagai suatu rangkaian bunga-rampai yang menunjukkan cinta Tuhan terhadap Israil. Umat Kristen memandang sebutan-sebutan yang sama itu sebagai ramalan dalam bentuk bunga-rampai yang berkenaan dengan cinta Kristus terhadap gereja. Namun bagi pendengaran telinga Arab, makna lirik-lirik yang termasuk dalam 'Kidung Agung' itu adalah jauh lebih ringan: lirik-lirik itu mempunyai arti tepat seperti yang dikatakannya, yaitu merupakan contoh-contoh awal gaya sastra erotik yang kini masih sangat populer.
Nyanyian yang mirip dengan itu banyak terdapat dalam kesusastraan Arab klasik, dan kita dapat mendengarkan bentuk modern daripadanya di seluruh pelosok Timur Dekat. Pada pertemuan-pertemuan ramah-tamah di mana saja terdapat hiburan musik. Peniruan nyanyian-nyanyian ini, seperti halnya lagu-lagu rakyat dari seluruh dunia, telah mendapat tempat di ruang-ruang musik dan gramofon-gramofon otomat di kalangan Arab dan popularitas mereka membuktikan semangat tradisi mereka.
Dalam lagu-lagu rakyat Arab yang hidup ini, seperti dalam 'Kidung Agung' dalam Bibel, muda-mudi yang sedang dimabuk asmara berubah menjadi rusa-rusa jantan dan betina yang gemar akan janji-janji rahasia untuk bertemu di perkebunan anggur dan tenda-tenda orang Badwi. Mengetuk pintu atau memasuki sebuah perkebunan anggur guna memetik buah (terutama buah delima dan anggur), atau mengambil dengan bebas madu atau susu, merupakan petunjuk-petunjuk yang cukup cerdik kepada perayuan erotik yang kita semua tahu apa itu sebenarnya.
Dalam 'Kidung Agung', yang jatuh cinta adalah Sulaiman (shlomoh atau slmh), dan yang dicintainya, yang dikenali melalui namanya, adalah Shulammite (swlmyt), bentuk feminin slmh atau Salomo (lihat di bawah). Dalam lagu tradisional Arab, gadis yang dicintai sering disebut Salma (bentuk feminin nama Salman, yang merupakan padanan kata Arab dari nama Ibrani shlomoh, atau Salomo). Seperti halnya Shulammite dalam Bibel, Salma Arab dipuji dalam puisi klasik dan dalam lagu modern karena kecantikannya yang kehitaman; ia sejak dahulu digambarkan sebagai 'hitam tetapi molek'.
Tentunya kesamaan yang erat antara 'Kidung Agung' dan puisi cinta Arab sebelumnya telah dikomentari oleh para ahli. Baru-baru ini, Morris Seale menulis:
Menurut hemat saya, Kidung ini paling mudah dimengerti kalau dibandingkan bersama puisi erotik yang berasal dari Arabia. Yang langsung menarik perhatian pelajar-pelajar puisi cinta Arab kuno adalah kesamaan yang besar antara puisi kaum pengembara seperti ini dengan curahan-curahan dalam Kidung Agung. Kesamaan ini adalah pada pokok pembicaraan, gaya sastra dan pada tamsilnya. Shulammit yang dicintai dalam Kidung Agung adalah saudara perempuan dari sejumlah wanita cantik yang dikenal oleh para pecinta-penyair (seorang penyair sekaligus pandai bercinta). Penyair-penyair ini tinggal di kota tetapi pikiran mereka mengembara di padang pasir. Bahasa Arab modern penuh dengan contoh-contoh semacam ini. Kumpulan puisi yang berhawa nafsu ini (dengan kata lain Kidung Agung) menunjukkan pada jiwa khas suatu bangsa pada zaman liar dan kehidupan bebas. Begitu saja, ini merupakan suatu monumen sejarah pengembaraan kaum Ibrani pada waktu kenikmatan dan penyelenggaraan percintaan badaniah lebih penting dari rasa takut terhadap Tuhan.[1]
Namun pertanyaannya tetap adalah tepatnya dari mana adat dan pengetahuan erotik yang diabadikan dalam Kidung Agung itu berasal? Seperti yang saya harapkan, tempat asalnya adalah tidak lain dari tanah Bibel yang asli, yaitu Asir.
Menilai dari nama-nama tempat yang disebutkan di dalam lagu-lagu percintaan ini, mereka pada mulanya mestinya berasal dari pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan --sebuah setengah lingkaran punggung pegunungan yang indah sekali, sebagian gersang dan sebagian berhutan lebat dan sebagian lagi bertingkat-tingkat untuk ditanami, yang memandang ke bawah lembah-lembah subur gurun pesisir Jizan yang luas. Sewaktu Philby mengunjungi tempat ini, ia terpesona akan keindahan pemandangannya. Lebih lagi, perasaan sadarnya digetarkan oleh alunan lagu dari sisi gunung yang dimainkan oleh tiupan suling seorang gembala (Arabian Highlands hal. 488), dan ia pun menyesali karena tidak membawa 'sebuah alat yang dapat merekam lagu-lagu rakyat yang merdu' penduduk setempat itu (hal. 503) --sesuatu yang tidak dikatakan Philby yang berkenaan dengan bagian-bagian di Asir lainnya. Juga pada zaman Bibel, tidak ada cara yang dapat merekam lagu-lagu rakyat setempat agar dapat mengabadikannya. Namun, sebagian dari lirik-lirik itu berhasil dipertahankan.
Bagaimana, kapan dan mengapa Kidung Agung disusun adalah di luar jangkauan studi ini; dan pengetahuan sejarah tekstual Bibel saya pun tidak cukup untuk mengerjakannya. Akan tetapi, yang saya yakin adalah bahwa pengetahuan adat istiadat yang terkandung di dalam Kidung Agung hanya mungkin berasal dari pegunungan Jizan. Di negara mana saja, lagu-lagu rakyat seringkali diciptakan oleh penyanyi-penyanyi pengembara yang telah mengunjungi berbagai tempat, dan kadang-kadang ingin sekali menunjukkan keakraban mereka dengan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi. Lebih lagi, dengan jalan menyebutkan nama-nama pelbagai distrik dalam lagu-lagu mereka, para penyanyi pengembara ini membuat lagu-lagu mereka langsung dapat dimengerti oleh para pendengarnya di mana pun mereka berada. Seorang penyanyi pengembara bahkan dapat menukarkan nama-nama tempat dalam sebuah lagu tertentu selagi menyanyikannya di suatu distrik satu atau yang lain guna menyenangkan hati pelbagai pendengarnya. Yang berikut ini adalah tempat-tempat yang disebut di tempat lain yang semuanya terletak di distrik-distrik wilayah Jizan. Ini penting, karena pengenalan semacam itu dapat menjelaskan banyak sebutan-sebutan dalam teks-teks Ibrani bunga rampai puisi-puisi cinta kuno yang sangat menarik ini, yang kalau tidak demikian tetap akan tidak jelas.
Pertimbangkanlah yang berikut ini:
  1. 'Saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda Kedar (qdr), bagaikan tirai Salomo (yry'wt slmh)' (RSV 1:5). Di sini Kedar mungkin adalah al-Ghadir (gdr), di daerah perbukitan 'Aridah. 'Tenda-tenda' Kedar disebut sebagai 'hly(m); yry'wt-nya slmh, di sebutkan bersamaan dengan 'tenda-tenda' Kedar sebagai sangat gelap (dengan kata lain, hitam), tidak mungkin 'tirai-tirai Sulaiman'. Kata Ibrani yry'wt berarti 'kain tenda', dan slmh di sini bukanlah 'Salomo', tetapi mungkin desa al-Salamah (pengubahan abjad lengkapnya slmh), di distrik Abu 'Arish, atau Al Salamah (juga slmh), di ketinggian Dhahran al-Janub di luar daerah perbukitan Jizan. Maka, baris ini seharusnya berbunyi: 'saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda al-Ghadir, bagaikan kain tenda al-Salamah'.
  2. 'Kekasihku bagi saya adalah kumpulan bunga di perkebunan anggur En-gedi ('yn gdy, 'mata air' gdy)' (1:14). Referensinya di sini tampaknya adalah kepada 'mata air' al-Jiddiyyin (jamak Arab dari gdy, atau gdy sebagai genitif gd), sebuah oase yang terkenal di distrik Sabya.
  3. 'Saya adalah sekuntum mawar (hbslt, 'asphodel') Sharon (hsrwn), sekuntum bunga bakung dari lembah-lembah' (2:1). Di sini 'asphodel' Sharon dikenali sebagai sebuah bunga bakung dari 'lembah-lembah'. Sebenarnya dalam konteks ini Sharon adalah sebuah lembah yang kini berada di Wadi Sharranah (srn) di daerah perbukitan Hurrath.
  4. 'Wahai burung merpatiku, di celah-celah batu (b-hgwy h-sl'), tersembunyi di jurang-jurang (b-str h-mdrgh) ...' (2:14). Kata Ibrani hgwy h-sl' dapat berarti 'celah-celah batu'. Namun di sini tampaknya berkenaan dengan sebuah desa di dataran tinggi Rijal Alma' yang kini bernama Jarf Sala' (grp sl'). Dalam namanya yang sekarang, kata Arab grp adalah sebuah terjemahan kata Ibrani hgw, yang bertahan dalam dialek Jizan sebagai hqw (disuarakan haqu), kini dipakai guna menunjukkan kaki punggung sebuah gunung. Kata Ibrani mdrgh, diakui hanya dalam dua sebutan teks Bibel (yang kedua adalah Yesaya 38:20) dan diterjemahkan menjadi 'jurang', di sini jelas merupakan sebuah nama tempat - kini al-Madrajah (tepatnya mdrgh), di Jabal Harub. Bagi seseorang di wilayah Jizan, dataran tinggi Rijal Alma' terletak 'di belakang' (b-str, 'tersembunyi') Jabal Harub. Maka baris ini seharusnya berbunyi: 'wahai burung merpatiku di Jarf Sala', di belakang Madrajah ...'
  5. 'Berpalinglah, kekasihku, jadilah seperti seekor rusa, atau seekor rusa jantan di pegunungan yang tidak rata tanahnya' (hry btr) (2:17). Walaupun btr di sini dianggap berarti 'tidak datar', kata ini tidak mungkin merupakan sebuah deskripsi dari hry(m), yang berarti 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' (jamak hr), karena btr adalah dalam bentuk tunggal. Referensinya hanya dapat pada 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' Jabal Bani Malik, dan di sini sebuah desa yang bernama Batar (btr) masih berdiri.
  6. 'Rambutmu bagaikan kawanan kambing jantan, yang sedang menuruni lerengan Gilead (hr gl'd, atau 'Gunung Gilead)' (4:1). Gunung Gilead yang dibicarakan ini mestinya adalah tonjolan gunung al-Ja'dah ('l-g'd), di Rijal Alma', di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Jizan.
  7. 'Gigi-gigimu bagaikan kawanan biri-biri betina yang telah dicukur (k-'dr h-qswbwt) yang telah datang dari pencucian' (4:2). Di sini h-qswbwt jelas adalah nama sebuah tempat, kini al-Qusaybat (qsybt, dalam bentuk jamak feminin, dan dengan kata sandang tertentu, seperti dalam bahasa Ibraninya), di perbukitan Hurrath. Tidak ada 'biri-biri betina' yang dapat ditemukan pada aslinya, dan 'kawanan yang telah dicukur' dalam bahasa Ibrani adalah 'dr qswb, bukan 'dr qswbwt, dan kata bendanya adalah dalam bentuk tunggal maskulin dan ajektifnya dalam bentuk jamak feminin. Sehingga: 'gigi-gigimu seperti kawanan Qusaybat yang telah datang dari pencucian'.
  8. 'Saya akan pergi cepat ke gunung myrrh (hnr h-mwr) dan ke bukit menyan (gb't h-lbwnh)' (4:6). Sebenarnya tidak ada apa-apa yang figuratif dalam baris ini. 'Bukit h-lbwnh, jelas adalah bukit Jabal al-Lubayn; (lbyny), di distrik Hurrath. 'Gunung myrrh' adalah suatu referensi kepada salah satu punggung bukit di dataran tinggi Mawr (mwr), kini berada di Yaman, dan di sana terdapat hulu Wadi Mawr.
  9. 'Datanglah bersamaku dari Libanon (lbnwn), istriku ... Berangkat (tepatnya 'turun') dari puncak Amana ('mnh), dari puncak Senir (snyr) dan Hermon (hrmwn), dari liang-liang singa (hrry h-nmrym), dari pegunungan macan tutul (hrry h-nmrym)' (4:8). 'Libanon', 'Amana', 'Senir' dan 'Hermon' di sini adalah dataran-dataran tinggi. Lubaynan (lbynn), di selatan perbatasan Yaman; Yamani (ymn), di distrik 'Aridah; al-Sarran (srn), di Jabal Harub; dan Khimran (hmrn), di distrik Hurrath. 'Liang-liang singa' adalah sebuah desa masa ini, yaitu al-Ma'ayin (jamak Arab m'yn) di Jabal Harub, dikenali sehubungan dengan distrik al-Rayth yang bersebelahan dengannya (al-Rayth diucapkan ar-Rayth, atau 'ryt, bandingkan dengan kata Ibrani 'rywt). 'Pegunungan macan tutul' jelas adalah punggung-punggung Jabal Dhu Nimr (nmr, 'macan tutul'), di distrik Hurrath, kecuali kalau referensinya adalah kepada al-Numur (jamak bahasa Arab nmr), di distrik Rubu'ah yang bertetangga dengannya.
  10. 'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kasihku, elok seperti Yerusalem, mengerikan seperti sebuah pasukan yang membawa panji-panji ('ymh k-ndglwt)' (6:4). Kata Ibrani ndglwt di sini, diterjemahkan sebagai 'panji-panji' dan ditafsirkan secara bebas menjadi 'sebuah pasukan yang membawa panji-panji', tidak diakui kebenarannya dalam sebutan-sebutan lainnya di dalam Bibel. Kata ini jelas merupakan jamak feminin ndgl, yang dianggap sebagai partisip bentuk np'l dari dg'l, 'mengangkat panji'. Sebenarnya kata ini mestinya berkenaan dengan suatu barisan bukit di ujung selatan wilayah Jizan yang kini bernama al-Janadil (jamak Arab dari gndl, 'batu besar', dan ndgl merupakan suatu metatesis). Dapat ditambahkan di sini bahwa 'ymh k-ndglwt mungkin berarti 'mengagumkan seperti al-Janadil' dan bukan 'mengerikan seperti al-Janadil', karena pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan benar-benar megah sekali. Untuk 'Tirzah' dan 'Yerusalem' di dalam Bibel, masing-masing lihat Bab 9 dan 10.
  11. 'Saya pergi ke kebun kacang (gnt 'gwz), untuk melihat bunga-bunga lembah, untuk melihat apakah tanaman-tanaman anggur telah berpucuk, melihat apakah pohon-pohon delima telah berbunga' (6:11). Di sebuah perkebunan kacang, seseorang mestinya mengira akan dapat melihat pohon-pohon kacang, bukan kumpulan bunga-bunga, pohon anggur dan pohon-pohon delima. Lebih lagi, 'kebun kacang', dalam bahasa Ibrani, mestinya diterjemahkan sebagai gnt h-'gwz, sekalipun 'gwz berarti 'kacang', atau 'pohon kacang' (istilah ini tidak diakui kebenarannya di tempat-tempat lain dalam Bibel Ibrani, dan dianggap berarti 'kacang' sebagian besar dibandingkan dengan kata Arab gwz). Namun, yang dipermasalahkan di sini adalah nama sebuah tempat, kini desa al-Janat (gnt) di distrik Bal-Ghazi (atau Bani al-Ghazi, gzy, bandingkan dengan 'gwz dalam Bibel --suatu daerah dan di sini kaki-kaki bukit Jabal Faifa dan Jahal Bani Malik bergabung dengan gurun pasir pesisir Jizan. 'Lembah' di sana mungkin sebuah di antara beberapa cabang Wadi Sabya atau Wadi Damad yang subur.
  12. 'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite (h-swlmyt), kembali, kembali, agar kita dapat memandangmu (w-nhzh bk). Mengapa engkau harus memandang Shulammite (mh thzw b-swlmyt), seperti memandang sebuah tarian di depan dua buah pasukan (k-mhlt h-mhnym)?' (RSV 6:13; Bibel Ibrani 7:1). Di sini, swlmyt, bentuk feminin genitif swlm, mungkin berkenaan dengan seorang gadis dari sebuah desa yang kini adalah desa al-Shamla (sml), di wilayah suku Salamah (slm), di Jabal Bani Malik. Beberapa di antara para ahli berpendapat bahwa ada kemungkinan ini sebenarnya merupakan nama seorang gadis, yang menurut hemat saya lebih masuk akal, mengingat bahwa nama ini disebutkan dalam baris yang serupa sekali waktu dengan, dan sekali waktu lagi tanpa kata sandang tertentu (sebuah ciri yang biasa dari beberapa nama perorangan Arab sampai kini). Begitu saja, nama ini mungkin merupakan padanan kata Salma (slm', bentuk feminin dari slmn) -- purwa-rupa puitis dari sang kekasih yang begitu sering disanjung-sanjung dalam lagu lagu Arab kuno dan modern. Dalam baris yang dibicarakan, diterjemahkan seperti biasanya, Shulammite ini dibandingkan dengan tarian antara dua buah pasukan (atau dua perkemahan, mhlt h-mhnym), yang tidak masuk di akal. Akan tetapi, akar kata kerja mhl, adalah hlh, yang dalam bahasa Arab diakui sebagai (hly) dalam pengertian 'menghiasi'; sehingga kata Arab (dan juga Ibrani) hly sebagai sebuah kata benda yang berarti 'perhiasan wanita'. Sebagai kata benda hlh, mhlh dapat juga berarti 'perhiasan'. Maka baris itu dapat diterjemahkan kembali menjadi: 'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite ... agar kita dapat memandangmu. Mengapa engkau memandang (mh thzw) Shulammite sebagai perhiasan perkemahan-perkemahan?'
  13. 'Lehermu bagaikan menara gading (mgdl h-sh). Matamu bagaikan kolam-kolam di Heshbon (hsbwn), di dekat gerbang Bath-rabbim ('l s'r bt-rbym). Hidungmu bagaikan menara Libanon (mgdl h-lbnwn), yang melihat ke bawah Damsyik (Damaskus) (swph pny dmsq). Engkau bermahkotakan kepalamu yang seperti Carmel (r'sk 'lyk k-krml), dan gumpalan rambutmu yang panjang (dlt r'sk) bagaikan ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu (k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym)' (RSV 7:4-5); Bibel Ibrani 7:5-6). Di antara nama-nama tempat yang dikenali di sini, Heshbon dan Bath-rabbim yang tidak dapat disamakan dengan nama-nama tempat yang bertahan yang dikenal di wilayah Jizan atau di daerah-daerah sekelilingnya, kecuali kalau Heshbon adalah punggung-punggung bukit (dan bukan mata air) Shihb (shb, metatesis hsb tanpa kata sandang kuno tertentu yang berakhiran, yaitu n) di Rijal Alma', dan Bath-rabbim adalah Sha'b al-Baram (brm, metatesis rbym) di wilayah yang sama. 'Libanon' atau Lubaynan di Yaman Utara telah dikenali; ia terletak di seberang wilayah Jizan dari Jabal Bani Malik dan di sini terdapat sebuah 'Damsyik' (kini desa Dha Misk, atau dmsk, bandingkan dengan dmsq dalam Bibel). 'Carmel', atau Kirmil (krml) disebutkan oleh ahli-ahli geografi Arab sebagai sebuah punggung bukit di wilayah Jizan, nama masih tetap dipakai oleh Karamilah (orang-orang krml), sebuah suku Wadi Jizan. Yang tidak dikenal sebagai nama sebuah tempat adalah h-sn (mgdl h-sn, dianggap berarti 'menara gading'), yang kemungkinan besar berkenaan dengan al-Sinn (sn), di wilayah Muhayil, atau al-Shanu (sn), sebuah desa di punggung bukit yang terpisah di Jabal Dirim, di wilayah Ballasmar yang bertetangga dengannya. Kalimat dalam bahasa Ibrani dlt r'sk k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym, yang sampai kini diperlakukan sebagai dua kalimat yang terpisah ('gumpalan rambutmu yang panjang seperti ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu'), sebenarnya adalah satu kalimat. Di sini dlt berarti 'rambut yang kusut', atau hanya 'rambut' saja, dan bukan 'gumpalan rambut'; 'rgmn berarti 'kain wil', atau 'kain wol yang dicelup', dan bukan 'ungu' (lagi pula adakah rambut yang berwarna ungu?); 'swr adalah sebuah nama tempat, Al Yasir (ysyr), di wilayah Tanumah di Sarat, dan bukan sebuah kata benda biasa yang berarti 'tawanan'; rhtym (jamak rht), adalah padanan kata dari kata Arab rihat (jamak gabungan rht), yang diakui dalam pengertian permadani, kain pembalut, perabot tekstil, dan tidak mempunyai arti 'rambut'. Penterjemah-penterjemah Kitab Bibel sebenarnya telah mengakui bahwa mereka ragu-ragu akan penterjemahan atas kalimat ini, yang seharusnya berbunyi: 'Rambut kepalamu bagaikan permadani-permadani Raja Asur (Al Yasir)' yang masuk di akal. Permadani-permadani wol, diwarnai dengan bahan celup dari sayur-sayuran setempat (kini makin bertambah diwarnai dengan bahan celup buatan) masih tetap dibuat di Sarat dan dijual di pasar-pasar Abha dan Khamis Mushait.
  14. 'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di Baal-hamon (b'l hmwn)' (8:11). Kalau kita menganggap b'l sebagai b-'l, maka kata ini akan berarti 'di atas', atau 'di ketinggian', bukan 'Baal'. Hamon (hmwn) mestinya adalah Wadi Haman (hmn), di distrik Hurrath. Maka kalimat itu seharusnya berbunyi: 'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di daerah ketinggian Haman'.
  15. 'Bergegaslah, kekasihku, seperti seekor rusa jantan muda di pegunungan rempah-rempah (hry bsmym)' (8:14). Referensinya di sini mungkin kepada dua tempat yang bernama Bashamah (bsm) di wilayah Jizan, satu di daerah perbukitan al-'Aridah, dan yang satu lagi di daerah perbukitan yang membatasi Wadi 'Itwad. Kalau saja kedua Bashamah ini terlihat, maka hry bsmym seharusnya dibaca dalam bentuk ganda dan bukan dalam bentuk jamak.
Kidung Agung bukanlah satu-satunya contoh cerita rakyat pegunungan Jizan yang dapat ditemukan dalam Bibel Ibrani. Satu lagi terdiri dari Mazmur yang berhubungan dengan 'putra-putra' Korah (bny qrh, lihat Catatan 1 Bab 9). Seperti yang telah dikatakan, 'putra-putra Korah' ini merupakan sebuah suku pedalaman pegunungan Jizan. Namanya bertahan di sana sebagai nama desa al-Qarhah (qrhn), di Jabal Faifa, dan nama desa al-Qarhan (qrhn), di Jabal Bani Malik, nama yang belakangan ini adalah padanan kata Arab qrhym (jamak Ibrani qrh), yang berarti rakyat qrh, atau suku qrh.
Isi Kidung Agung, seperti yang telah dikatakan, mestinya disusun bukan pada zaman Sulaiman, tetapi di bawah pengganti-penggantinya. Sebenarnya ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Kidung Agung ini dikumpulkan beberapa waktu setelah wafatnya Sulaiman dan terpisahnya kerajaannya, pada saat keturunan-keturunannya memerintah sebagai raja-raja Yudah di 'Yerusalem', sewaktu saingan-saingannya, yaitu raja-raja Israil, tinggal di 'Tirzah'. Dalam baris yang berbunyi 'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kekasihku, elok bagaikan Yerusalem', disebutkannya kedua nama ini secara sejajar di dalam satu kalimat menandakan bahwa kedudukan kedua kota ini dianggap berada pada tingkat yang sama. Persamaan kedudukan semacam ini tidak mungkin ada pada zaman Raja Sulaiman, sewaktu 'Tirzah' masih merupakan sebuah tempat yang kurang dikenal di dataran tinggi Ghamid (lihat Bab 10), sedangkan 'Yerusalem' sudah merupakan ibukota 'Seluruh Israil'.
Kalau pengubahan Kidung Agung dari Palestina ke Asir agaknya hanya sedikit membantu dalam pengertian kita terhadap Bibel --salah penterjemahan nama-tempat menjadi bunga-bunga padang pasir-- tidak begitu banyak mengubah makna Kidung Agung; bagaimanapun juga, contoh-contoh yang telah saya pilih dapat membuka pikiran. Bukan hanya bahwa lirik Ibrani Kuno ini menambah ketepatan geografis; tetapi lebih penting lagi lirik-lirik ini mendorong kita untuk mengakui bahwa itu tegas-tegas berasal dari suatu tempat. Inilah yang tidak dibedakan oleh kebanyakan pembaca Bibel, sisa-sisa ikatan kekeluargaan yang menyebabkan mereka meremehkan sampai sejauh mana teks-teks ini ditulis dalam sebuah bahasa yang benar-benar dipergunakan oleh suatu bangsa yang benar-benar ada, tinggal di suatu tempat tertentu pada suatu zaman tertentu.
Yang ditunjukkan secara jelas oleh pembacaan kembali Kidung Agung dalam Bibel Ibrani adalah bahwa walaupun sebutan-sebutan yang nampaknya secara puitis benar, pengaruhnya lebih bersifat prosa meskipun ditafsirkan secara benar. Lebih cepat lagi kita mengakui bahwa tanah Asir yang kuno dan subur itu ialah tempat asalnya beberapa kepercayaan sebagian umat manusia yang paling dihargai, lebih cepat pula kita dapat mengerti bagian peninggalan yang penting itu.

EPILOG

Tentunya seseorang dapat terus-menerus menafsirkan kembali geografi Bibel Ibrani dalam pengertian Arabia Barat dan bukan Palestina. Namun bagi penelitian ini jumlah masalah yang dibahas sudah cukup banyak. Suatu saat jika ada generasi ahli Bibel baru yang memutuskan untuk menanggalkan apa yang saya anggap tradisi-tradisi kuno di dalam keahlian mereka yang sudah tak terpakai lagi maka keseluruhan teks Bibel Ibrani akan ditafsirkan dengan benar. Kata-kata yang sampai kini dianggap sebagai kata kerja, kata sifat, kata benda, dan gerund bahkan beberapa kata tambahan, akan dikenal; sebagai nama-nama tempat, sedangkan kata-kata yang sampai kini dianggap sebagai nama-nama tempat mungkin sebenarnya mempunyai arti yang lain. Jika dimasukkan ke dalam komputer bersamaan dengan berbagai nama-nama tempat di Arabia Barat yang telah terdaftar, nama-nama tempat menurut Bibel yang telah diketahui maupun yang belum, semua --atau hampir semua-- akan dikenali dengan benar. Atlas-atlas Bibel yang baru, yang sama sekali lain dari yang kita kenal sekarang, akan disusun dan diterbitkan sebagai petunjuk-petunjuk yang benar bagi para pembaca Bibel.
Sampai sejauh ini saya telah menahan diri untuk menghadapi pertanyaan yang mau tidak mau timbul dari penelitian saya atas geografi Bibel: Apakah semua ini akan mempengaruhi Bibel sebagai sebuah kitab keagamaan? Tentu jawabannya adalah 'ya', dalam pengertian bahwa hasil penelitian ini akan memperkuat kebenaran sejarah menurut Bibel sampai suatu tingkat yang tak terduga. Alhasil kita dapat memperoleh pengertian yang mendalam terhadap asal mula, perkembangan serta ciri khas agama Yahudi dan Kristen --pengertian yang berdasarkan ketepatan ilmiah, bukan atas dugaan, yang jika dibandingkan dengan apa yang sampai kini telah ditulis mengenai masalah ini akan membuat karya-karya lama tersebut tampak tak akan dapat dipertahankan lebih lama lagi, kalau tidak akan dikatakan tidak bermutu. Jika dipelajari dengan benar berkenaan dengan geografinya yang benar, Bibel akan berdiri sebagai sebuah kitab sejarah yang tidak lagi perlu dibuktikan kesejarahannya melalui kelicikan-kelicikan --dan jelas tidak melalui arkeologi Bibel yang bersikeras mencari tanah Bibel pada tempat yang salah. Sejarah lama seluruh Timur Dekat jika dipelajari kembali berkenaan dengan penafsiran Bibel yang lebih tepat dalam lingkungan geografi yang semestinya akan lebih masuk akal.
Walaupun demikian, alangkah baiknya jika kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Bibel Ibrani adalah suatu warisan umat manusia yang sangat berharga, dan akan tetap demikian tanpa menghiraukan apakah kitab ini ditulis di Palestina atau di Arabia Barat. Bangsa Israil kuno akan tetap dipandang selayaknya sebagai suatu bangsa agung yang merupakan penyumbang utama pada peradaban manusia, di mana pun mereka dahulu menetap, apakah itu Palestina atau Asir, atau apakah Yerusalem mereka Yerusalem sekarang atau sebuah desa di Arabia Barat yang bernama Al-Sharim. Geografi dapat membuat sejarah berbeda, tetapi tidak dapat membuat ketetapan bersejarah berbeda, apalagi agama dan kepercayaan yang merupakan masalah-masalah yang samasekali berada dalam golongan yang berbeda. Maka dari itu, sekalipun tesis saya mungkin akan menimbulkan kekhawatiran --dan lebih mungkin lagi kesangsian-- yang saya mohon hanyalah agar bukti-bukti yang telah saya kemukakan seharusnya dipelajari dengan teliti berkenaan dengan penelitian ilmiah yang tidak memihak pada suatu pendapat. Bibel bagaimanapun juga adalah tetap Bibel, dan tak akan ada yang dapat mengurangi pentingnya Bibel sebagai sebuah kitab yang mengabadikan kearifan yang telah menentukan jalannya peradaban dan telah meneruskan kepercayaan semua pengikut-pengikut yang taat. Yang penting adalah artinya bagi umat manusia, bukan konteks geografis dengan peristiwa-peristiwa yang digambarkannya sebenarnya terjadi.


Catatan Kaki:

1. Istilah 'Semit', dipakai untuk menggambarkan bangsa yang berhubungan dengan bangsa Ibrani dan bahasa-bahasa mereka, pertama kali diperkenalkan oleh A. L. Schlozer dalam tahun 1781. Istilah ini berasal dari kata Shem (sm) dalam Bibel, putra Nabi Nuh dan yang dianggap sebagai leluhur orang-orang Israil dan bangsa-bangsa lain menurut Bibel. Bibel Ibrani berbicara mengenai bangsa-bangsa keturunan Shem tanpa menggambarkan mereka sebagai orang-orang 'Semit'.
2. Bahasa tersebut mungkin disebut dengan nama ini pada masa silam. Sebuah sebutan Bibel, yaitu Yesaya 19:18, menyebutkan 'bahasa Kanaan' (spt kn'n), agaknya berarti bahasa Ibrani.
3. Kemudian akan ditunjukkan melalui analisa toponimis bahwa tanah Kanaan menurut Bibel terletak di sisi maritim Asir, bukan di Palestina dan pesisir Suria, seperti yang biasanya diduga. Mendasarkan hampir sebagian besar argumentasi mereka pada bukti-bukti dalam Bibel, yang ditafsirkan dengan salah, para ahli telah menganggap bahwa bangsa Aramaea (Aram) pada mulanya merupakan penghuni daerah Suria bagian utara di sebelah barat sungai Efrat. Namun, sebuah penelitian kembali atas bukti-bukti menurut Bibel menunjukkan kepada kita bahwa yang disebut oleh Bibel Ibrani sebagai Aram (konsonan 'rm) sebenarnya adalah Arabia Barat. Aram Naharim ('rm nhrym, Kejadian 28:2 dan sebagainya), contohnya, jelas bukan Mesopotamia, tetapi merupakan Naharin (nhryn) kini di dekat Taif (al-Ta'if), di Hijaz bagian selatan. Maka dari itu, kita harus menyimpulkan bahwa Paddan-aram (pdn 'rm, Kejadian 28:2 dan sebagainya) adalah Dafinah (dpn) di dekatnya, di daerah sekitar Mekah, bukan Mesopotamia. Begitu pula beberapa nama yang lain yang oleh Bibel Ibrani diasosiasikan dengan Aram Beth-rehob, Aram Zobah dan bahkan Damaskus (Dha Misk di Arabia Barat, atau d msk, bandingkan dengan kata Ibrani dmsq) - mungkin kini dapat ditemui namanya di Hijaz dan Asir. Wadi Waram (wrm) juga memakai nama Aram kuno di sana. Kebetulan juga, Iram ('rm, Qur'an 89:7) di dalam Qur'an, sebagai nama tempat, secara konsonan sama dengan Aram dalam Bibel, yang juga adalah 'rm. Qur'an menghubungkan tempat ini dengan Dhat al-'Imad. Al-'Imad kini merupakan sebuah desa di dataran tinggi Zahran (Zahran), sebuah daerah di sebelah selatan Taif, dan di sini sebuah daerah Aram setempat bertahan sebagai desa Aryamah ('rym). Terus-terang saja, kita tidak dapat mengatakan dengan pasti sampai seberapa jauh luas tanah di Arabia Barat menurut Bibel itu, tetapi tanah ini jelas mencakup daerah-daerah selatan Hijaz.
4. Zellig S. Harris, A Grammar of the Phoenician Language (New Haven, Conn., 1936), halaman 7, catatan 29. Harris menyebutkan bukti-bukti selanjutnya yang menandakan bahwa bangsa Funisia (Phoenicia), di sepanjang pantai Suria dan di tempat-tempat lain, sebenarnya menyebut diri mereka bangsa Kanaan.
5. Bukti Herodotus mengenai hal ini, seperti mengenai hal-hal lain yang berkenaan dengan sejarah Timur Dekat kuno, biasanya tidak ditanggapi dan dianggap tidak berharga oleh para sejarawan dan para ahli purbakala modern di daerah itu. Tentunya mereka secara sombong memperlakukannya dengan demikian, karena bukti-bukti ini tidak cocok dengan anggapan-anggapan mereka yang sebagian besar berdasarkan pada penafsiran yang salah atas bahan-bahan geografis dan topografis Bibel Ibrani. Gagasan bahwa Laut Merah Herodotus bukanlah Laut Merah, melainkan Teluk Parsi tidak perlu dipercaya, karena hanya sedikit sekali bukti yang ada guna mendukungnya.
6. Herodotus (2:44) melaporkan, mengenai kekuasaan pendeta-pendeta kota Funisia Tyre pada zamannya, bahwa kota ini didirikan 2.300 tahun sebelumnya.
7. Tyre menurut Bibel (bahasa Ibrani sr) bukanlah sebuah kota di tepi 'laut' (bahasa Ibrani ym), tetapi apa yang kini merupakan oase utama Zur (zr), yang bernama Zur al-Wadi'ah, di wilayah Najran, berdiri di ujung daerah Yam (ym), berbatasan dengan gurun Arabia Tengah. 'Kapal-kapal'-nya (bahasa Ibraninya ialah 'wnywt) sebenarnya adalah kafilah-kafilah binatang beban (bahasa Arabnya 'nyt, 'kantung-kantung pelana'), dan tempat-tempat mereka berdagang dapat dikenali melalui nama-nama mereka di pelbagai bagian Arabia. Kitab Bibel berbicara mengenai Raja Hiram (hyrm) dari sr, atau 'Tyre'; tidak ada raja kuno dengan nama ini yang diakui untuk kota Tyre di Libanon, karena nama Phoenicia Ahiram (hrm bukan hyrm) adalah seorang raja Byblos, yang merupakan tempat yang lain samasekali Gebal (gbl atau qbl) termasuk dalam nama-nama tempat yang sering dipakai di Arabia Barat, sebuah Gebal tertentu, dekat Tyre Bibel, adalah Al-Qabil (qbl), di wilayah Najran. Arwad di Arabia Barat kini adalah Riwad (rwd), di dataran tinggi Asir; Sidon dalam Bibel dibahas dalam Bab 4. Menurut para ahli Geografi Arab, Lubaynan (lbynn, tanpa vokal lbnn, atau 'Libanon') adalah nama dataran tinggi yang kini berada di tengah-tengah perbatasan antara Asir dan Yaman. Di kaki perbukitan pantai daerah ini, sebuah desa yang bernama Lubayni (lbyny) masih tetap ada. Pohon-pohon araz (cedar) Libanon yang tertulis dalam Bibel mestinya adalah tumbuhan jenever raksasa Lubaynan di Arabia Barat, dan salju Libanon yang dikatakan dalam Kitab itu, tidak disangkal lagi adalah salju setempat (lihat Bab 2).
8. Carmel di Arabia Barat adalah Kirmil (juga krml), yang disebutkan dalam kamus geografi Arab Yaqut (4:448) sebagai sebuah punggung bukit pesisir di ujung selatan Asir, berbatasan dengan Yaman, sehingga terletak tepat di sebelah barat Libanon Arabia Barat (lihat Catatan 7). Ini menjelaskan mengapa Gunung Carmel kadang-kadang disebutkan sehubungan dengan Gunung Libanon dalam teks-teks Bibel, salah satu di antaranya yang tidak terduga adalah Yesaya 29:17, sb lbnwn l-krml, yang dianggap berarti 'Libanon akan diubah menjadi ladang yang subur', tetapi sebenarnya berarti 'Libanon akan berubah (atau kembali) menjadi Carmel'.
9. Nama-nama tempat yang sepadan dengan kata Ibrani glyl (berarti 'lerengan yang berteras-teras') adalah biasa di dataran tinggi Arabia Barat. Salah satu di antaranya adalah Wadi Jalil (glyl) di Hijaz Selatan, di sebelah Tenggara Taif.
10. Hrmwn dalam Bibel (dalam metatesis dari hrmn atau hmrn) bertahan sebagai nama tidak kurang dari lima tempat di Hijaz bagian selatan dan Asir yang bernama Hamran atau Khamran.
11. Wadi Adam, yang bersumber di dataran tinggi mengalir ke arah Laut Merah, kadang-kadang disebut di dalam Bibel Ibrani sebagai nhr prt, yang membuatnya mudah dikelirukan dengan Furat (Efrat) Mesopotamia. Kebingungan ini diperbesar oleh deskripsi nhr prt sebagai h-nhr h-gdwl, 'sungai besar' dalam Kitab Bibel, dan Wadi Adam merupakan salah satu wadi yang mengalir ke laut yang terbesar di Arabia Barat. Sebenarnya nama menurut Bibel Wadi ini berasal dari nama desa yang kini adalah Firt (prt), di wilayah yang sama. Seperti halnya pertempuran Karchemis, pertempuran Karkara (atau lebih tepatnya Qarqara), yang dilakukan oleh bangsa Assyria melawan raja-raja Amat dan Imerisu dan sekutu mereka Gindibu' dari Aribi dan Ahab dari Israil (Ahabu Sir'ila) di pertengahan abad kesembilan S.M., sebenarnya terjadi di Arabia Barat, bukan di sepanjang sungai Orontes di Suria seperti yang biasanya diduga. Amat, yang hingga kini dianggap merupakan sebuah referensi kepada Hamah di lembah Orontes, di utara Suria, sebenarnya kini adalah desa Amt ('mt), dekat Taif, dan tidak jauh dari Karchemis dalam Bibel. Imerisu bukanlah Damaskus Suria, seperti yang diduga tanpa berdasarkan pada alasan apa pun. Di antara beberapa alternatif lainnya di Arabia Barat, diperkirakan Marasha (mrs), di dataran tinggi selatan Asir lah (wilayah Dhahran al-Janub, lihat Bab 3) yang paling besar kemungkinannya. Gindibu' dari Aribi biasanya dianggap sebagai seorang kepala suku Arab dari gurun pasir Suria. Sebenarnya sebuah suku yang bernama Banu Jundub (gndb) masih menempati dataran tinggi Asir Tengah, dan Aribi mestinya kini merupakan 'Arabah ('rbh), sebuah desa di dataran tinggi tempat Banu Jundub masih dapat dijumpai. Karkara sendiri, dalam hal ini, mestinya adalah Qarqarah atau Qarqara (qrqr) masa ini, di pesisir Asir, di pedalaman Qunfudhah, di sebelah Selatan Lith. Ada tiga tempat lainnya yang bernama Qarqar (qrqr) juga di Arabia Barat, dan tidak satu pun yang terletak di wilayah Orontes di Suria. Jika ada kesangsian sehubungan dengan onomastics (ilmu asal kata dan nama) yang berkenaan dengan Pertempuran Karkara, seperti yang telah ditafsirkan secara geografis, lihat catatan-catatan dalam James B. Pritchard, ed., Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament (Princeton, 1969; dari sini disebut Pritchard), hal 278-279.
12. Penterjemahan catatan-catatan Mesir (seperti catatan-catatan dalam Pritchard) membingungkan masalah ini dengan jalan mengenali secara tidak teliti nama-nama yang disebutkan dengan nama-nama tempat Palestina dan Suria yang telah diketahui, dan bukan menterjemahkan aslinya, seperti yang seharusnya dilakukan. Sama halnya (seperti dalam Pritchard) dengan catatan-catatan Mesopotamia dan yang lain-lain. Pencarian tempat-tempat yang dibicarakan harus dilakukan dengan bantuan catatan-catatan asli, bukan terjemahannya.
13. Bangsa Mesir juga tertarik untuk menggunakan kayu jenever Asir (bukan kayu jenis cemara (cedar) Libanon) sebagai bahan bangunan, dan guna membangun kapal-kapal mereka, karena kayu cemara (cedar) tidak begitu cocok untuk pekerjaan ini. Untuk melihat kebingungan antara cedar dan jenever, lihat sebutan-sebutan yang relevan dalam Alessandra Nibbi, Ancient Egypt and Some Eastern Neighbours (ParkRidge, N.J. 1981).
14. Perlu dicatat di sini bahwa para sejarawan Arab pada zaman permulaan Islam, yang karya-karya mereka mengabadikan tradisi-tradisi Arab yang berhak menerima perhatian serius, menegaskan bahwa Nebuchadnezzar adalah penakluk Arabia dan menceritakan kisah-kisah penaklukannya di sana.
15. Dinilai melalui Mikha 1:1, ungkapan harapan di 'putri Yerusalem' bertanggalkan abad kedelapan S.M. Sampai kini, ahli-ahli Bibel telah menganggap ungkapan-ungkapan puitis pada Zion dan Yerusalem, sehingga meniadakan keharusan adanya informasi bersejarah yang lebih jauh lagi.
16. Kata-kata itu ditujukan kepada Sennacherib, raja Assyria (704-681 S.M.).
17. Mengenai Sabaoth menurut Bibel sebagai kuil pemujaan Yahweh utama di dataran tinggi Asir (kini desa al-Sabayat, bandingkan dengan 'lhy sb'wt atau yhwh sb'wt dalam bahasa Ibrani), lihat Bab 12.
18. Karir kenabian Zakaria bertepatan dengan awal kekuasaan raja Achaemenid Darius I (522-486 S.M.), ini jelas diketahui dengan disebutnya Darius dan tahun-tahun kekuasaannya dalam teks ramalan-ramalan Zakaria. Karena Zakaria 9:13 berbicara mengenai ywn, yang dianggap sebagai suatu referensi pada Yunani (bahasa Yunani laones), bab ini dan bab-bab berikutnya dalam Zakaria dihubungkan oleh para kritikus dengan seorang penulis lain dari zaman yang lebih baru (akhir zaman Achaemenid atau awal zaman Hellenis). Sebenarnya, kata Ibrani ywn hanya dapat merupakan sebuah referensi pada Yunani dalam Daniel. Di tempat lain dalam Bibel Ibrani, kata ini berkenaan dengan apa yang kini adalah desa-desa Yanah (yn), dekat Taif, di sebelah selatan Hijaz. atau desa Waynah (wyn) di lereng barat Asir, di wilayah Bani Shahr. Zakaria tampaknya adalah salah seorang Israil yang kembali dari Persia atau Babilon ke Arabia Barat pada awal zaman Achaemenid (lihat teks). Kecewa dengan apa yang ia temukan di sana, mungkin menyebabkan ia mengalihkan perhatiannya dari Zion dan Yerusalem lama di Arabia Barat ke suatu impian sebuah Zion dan Yerusalem yang baru di Palestina yang lebih menguntungkan.
19. Pergeseran bahasa yang berturut-turut, yang mempengaruhi negara-negara di Timur Dekat yang mengelilingi gurun Suria-Arabia yang luas itu, mestinya berhubungan dengan serangkaian gelombang pendudukan oleh suku-suku pengembara dari gurun tengah di daerah-daerah tetap di sekelilingnya. Bahasa Kanaan, tampaknya, adalah bahasa populasi kesukuan dan tetap yang asli di dataran tinggi Barat di tepian gurun Suria-Arabia, di Suria, seperti halnya di Arabia. Penduduk baru gurun, sejak dahulu, memperkenalkan bahasa Aram di sana, dan juga di Mesopotamia. Perkampungan-perkampungan yang menyusul di daerah-daerah sama yang didirikan oleh berbagai suku gurun yang berbahasa Arab memperkenalkan bahasa Arab. Sebagai sebuah bentuk bahasa induk Semit, bahasa Kanaan, bahasa Aram dan bahasa Arab dapat dipandang sebagai bahasa-bahasa yang sama tuanya, walaupun secara linguistik bahasa Arab dipandang sebagai yang tertua di antara ketiganya.
20. Sebuah tanda dari ini (di samping bunyi-bunyi vokal) adalah pemakaian pelunakan dari k tidak bersuara dalam bahasa Aram, jika didahului oleh sebuah vokal, menjadi bunyi desahan h (dgn topi bawah) tidak bersuara, yang tidak pernah diakui kebenarannya oleh penyuaraan yang sebenarnya dari nama-nama tempat menurut Bibel di Arabia Barat yang bertahan, yang menempatkan h (dgn topi bawah) selalu merupakan suatu pengucapan alternatif dari bunyi desahan yang lain, yaitu h (dgn titik bawah).
21. Sejumlah suku Arabia Barat, yang kini bukan merupakan kaum Yahudi, menegaskan bahwa kemungkinan kecil mereka pada mulanya merupakan orang-orang Yahudi, dan ada keyakinan setempat bahwa tanah Bibel para nabi terletak di sana. Adat dan pengetahuan kesukuan Arab mengingatkan bahwa kaum Yahudi menempati pegunungan Hijaz (sic) sewaktu bangsa Arab masih berada di gurun pasir, dan bahwa kaum Yahudi-lah yang pertama kali memelihara unta. Lihat Alois Musil, The Manners and Customs of the Rwala Bedouins (New York, 1928), hal. 329-330.
22. Mengenai nhrym dan prt, lihat di atas, Catatan 3 dan 11. Mengenai ksdym, lihat Bab 13. Walaupun msrym dalam Bibel kadang-kadang menunjukkan Mesir, lebih sering kata ini menandakan sebuah kota atau wilayah di Arabia Barat, di pedalaman Asir, lihat Bab 4, 13 dan 14.
23. Lihat Diskusi ringkasan dari isi topografi surat gulungan di Emil 6. Kraeling, Rand McNally Bible Atlas (New York, 1962; selanjutnya disebut Kraeling), halaman. 66-68.
24. Pekerjaan para ahli purbakala Keinjilan di Palestina sebenarnya menjadi sasaran kecaman-kecaman keras. Menulis pada tahun 1965, Frederick V. Winnet mengatakan bahwa 'fondasi dari beberapa gedung besar yang didirikan oleh para sarjana Perjanjian Lama baru-baru ini ... berada dalam keadaan yang buruk dan memerlukan reparasi yang ekstensif'. (Journal of Biblical Literature, 84 (1965); halaman 1-19). Pandangan Profesor Winnet didukung oleh beberapa ahli Keinjilan ternama lainnya seperti J. Maxwell Miller dan H.J. Franken.
25. Goshen (gsn), Pithon (ptm), dan Raamses (r'mss) yang disebut dalam kitab Kejadian dan kitab Keluaran sehubungan dengan menetapnya masyarakat Israil di tanah msrym belum pernah ditempatkan secara memuaskan di Mesir (lihat catatan dalam J. Simons, The Geographical annd Topographical Texts of the Old Testament... (Leiden, 1959; seterusnya disebut Simons), yang melakukan beberapa pengenalan percobaan). Ada dua kemungkinan untuk Goshen (Ghatan, gtn, dan Qashanin, qsnn, jamak dari qsn), sebuah Pithom (Al Futaymah, ptym, tanpa vokal ptm) dan sebuah Raamses (Masas, mss) masih dapat dijumpai di pedalaman Asir, di wilayah msrym Arabia Barat. R' yang pertama dalam r'mss (Raamses) mungkin adalah nama seorang dewa. Dalam bentuk Ra' atau Ra'i, r' itu tampil sebagai bagian pertama dari sejumlah nama tempat Arabia Barat.
26. Lain dari Bibel Ibrani, yang mengisahkan cerita lengkap kaum Israil kuno dari asal mulanya yang legendaris sampai pada abad ke-5 S.M., catatan-catatan bersejarah lainnya dari pelbagai negara di Timur Dekat hanya menceritakan potongan-potongan sejarah --daftar-daftar para raja, kisah-kisah ekspedisi militer tertentu, perjanjian-perjanjian perdamaian dan hal-hal yang seperti itu-- dan tak pernah mengisahkan cerita-cerita lengkap mengenai suatu bangsa, negara atau kerajaan tertentu.
27. Lihat terjemahan papirus-papirus Aram dari abad ke-5 S.M. yang berkenaan dengan masyarakat Yahudi Elephantine (nampaknya sebuah koloni militer dari zaman Achaemenid) dalam Pritchard, hal. 491-493, 548-549. Sejumlah papirus tersebut menyinggung masalah orang-orang Yahudi yang berbahasa Aram yang menetap di sana pada zaman purbakala. Yang menarik adalah bahwasanya papirus-papirus ini berbicara mengenai orang-orang Yahudi, bukan orang-orang Israil.


2. MASALAH METODE

1. Slg dalam Bibel contohnya, yang timbul tidak kurang dari 18 kali dalam pelbagai teks Bibel, biasanya dianggap berarti 'salju', kecuali dalam Ayub 9:30, kata ini tidak jarang diterjemahkan sebagai bahan pembersih atau obat pemutih, mungkin sejenis tanaman (soapwort). Yang terakhir ini kemungkinan adalah konotasi dari slg dalam sebutan-sebutan Bibel yang lain, terutama dalam Mazmur 51:9. Dalam konteks ini, 'Bersihkanlah aku dengan Hyssop, dan aku akan menjadi lebih putih dari salju (tkbsny w-m-slg 'lbyn)' mungkin seharusnya secara lebih tepat diterjemahkan menjadi: 'Engkau akan membersihkan aku dengan hyssop, dan aku akan menjadi bersih; engkau akan memandikan aku, dan dari tanaman 'soapwort' aku akan menjadi putih'. Dua buah pembersih --pembersih hyssop dan akar-akar pencuci dari tanaman 'soapwort'-- jelas adalah apa yang dibicarakan baris ini. Mengenai tanaman 'soapwort' Arab, lihat di bawah.

2. Nama b'r lhy r'y dalam Bibel berarti 'sumur jurang r'y', bukan 'sumur dia yang hidup yang melihatku' (l-hy r'y), seperti nama ini biasanya ditafsirkan. Walaupun lhy dalam nama itu dibaca l-hy, ini akan berarti 'kepada dia yang hidup', bukan 'dia yang hidup' Sebenarnya lhy dalam bentuk bahasa Arab yang diberi vokal, yaitu lahi, berarti 'jurang'. Nama jurang yang dibicarakan tersebut adalah r'y; diberi vokal sehingga terbaca seperti kata bahasa Arab rawi (rwy), kata ini akan mempunyai arti 'dia yang diairi', bukan 'dia yang melihat' ataupun 'yang melihatku', yaitu arti yang diberikan oleh bentuk bahasa Ibrani dari kata tersebut. Rwy ini mungkin adalah tidak lain dari apa yang kini merupakan oase Rawiyyah (rwy) di Wadi Bishah (Bishah), di pedalaman Asir. Oase yang memakai nama ini sebenarnya terletak di sepanjang jalan yang menuju ke Shur --Al Abu Thawr (twr, bandingkan dengan twr dalam bahasa Ibrani). Oase ini juga terletak di antara satu dari dua buah tempat yang bernama Kadas (kds, bandingkan dengan kata Ibrani qds) di lerengan barat Asir, dan sebuah oase Wadi Bishah lagi yang bernama al-Baridah (brd). Mengenai usaha yang dipaksakan guna menempatkan Beerlahai-roi di Palestina Selatan, lihat Simons, alinea 367, 368; juga Kraeling, hal. 69-70.

3. Perhatian saya dialihkan kepada hal ini oleh Dr. Ahmad Chalabi, seorang ahli matematika dan seorang bankir, yang juga merupakan seorang amatir dalam bidang studi geologi dan Kitab Bibel.

4. Lihat Ahmad Khattab et alias, 'Hasil-hasil ekspedisi botani ke Arabia pada tahun 1944-1945' ('Result of a Botanic Expedition to Arabia in 1944-1945') (Publication of the Cairo University Herbarium, no. 4, 1971), hal. 27.

5. Salju jarang turun di pegunungan Yaman, di baratdaya Arabia, yang musim hujannya terjadi pada musim panas, yaitu pada waktu musim hujan dari baratdaya. Namun di Asir, pegunungan di sana menadah curah hujan musim hujan dari baratdaya pada musim panas maupun curah hujan angin baratlaut pada musim dingin, sehingga elevasi yang lebih tinggi di sana mendapatkan dan terkadang menyimpan salju musim dingin (lihat Bab 3).

6. Menurut tradisi Islam, Nabi Muhammad tidak melarang dabb untuk dimakan, walaupun ia sendiri pantang memakannya. Kini beberapa kalangan Arab Suni memakan dabb, sedangkan Syiah mengharamkannya. Setahu saya, dabb tidak dapat ditemukan di negara-negara bagian utara Timur Dekat.

7. Contohnya, kita dapat menyimpulkan dari bagaimana nama-nama tempat Arabia yang tertera dalam bentuk Ibrani sebenarnya diucapkan, bahwa bunyi k umumnya tidak diperhalus menjadi h (dgn topi bawah), sedangkan h sering diucapkan sebagai h (dgn topi bawah). Begitu pula, t diperhalus menjadi t (dgn strip bawah), namun tampaknya juga merupakan bentuk dialek lain dari s. 'Ayn (') sering tidak diucapkan sebagai g, dan hamzah (') seringkali disuarakan sebagai semi-vokal w atau y, dan sebaliknya kedua semi-vokal ini dapat saling dipertukarkan, dan seringkali disuarakan sebagai vokal terbuka â.

8. Ada pula bukti-bukti Bibel bagi pengenalan atas Jabal Hadi di pesisir Asir sebagai Horeb dalam Bibel. Menurut Ulangan 1:1, Nabi Musa 'berbicara kepada seluruh Israil' di 'hutan, di Arabah ('rbh) di atas Suph (swp), antara Paran (p'rn) dan Tophel (tpl), Laban (lbn), Hazeroth (hsrt) dan Dizahab (dy zhb)'. Lokasi itu adalah dataran rendah Wadi Ghurabah (grbh) yang memisahkan wilayah-wilayah Ghamid dan Zahran. Sebuah desa yang bernama al-Safa (sp, bandingkan dengan swp) melihat ke bawah Wadi Ghurabah dari arah utara. Wadi ini juga terletak di antara sebuah p'rn (Jabal Faran, atau prn) ke arah timur; sebuah tpl (Wadi Tufalah, atau tpl) ke arah selatan, sebuah lbn, kini desa al-Bunn ('l-bn) ke arah utara; sebuah desa yang bernama dy zhb (Al Dhuhayb, atau dhyb) juga ke arah utara; dan sebuah hsrt, kini al-Hazirah (hzrt) ke arah barat (kecuali kalau ini Jabal Khudayrah, atau hdrt, yang juga terletak ke arah utara). Nama Nabi Musa dalam Bibel sebenarnya bertahan di sekitar daerah yang sama sebagai nama desa al-Musa. Ulangan 1:2 mengatakan bahwa tempat ini terletak sejauh 'sebelas hari' perjalanan dari Horeb. Jarak melalui jalan darat antara Jabal Hadi dan Wadi Ghurabah adalah sekitar 200-250 kilometer, dan dengan mudah dapat ditempuh dalam sebelas hari berjalan kaki dengan berjalan sejauh 20 kilometer sehari.



3. TANAH ASIR

1. Sebenarnya nama Asir ('sr atau 'syr) menandakan dataran tinggi kesukuan di sekitar Abha, walaupun kemudian nama ini diterapkan oleh pemakaian administratif untuk daerah yang lebih luas seperti yang telah saya tunjukkan. Nama tersebut tampaknya adalah metatesis dari 'Seir' dalam Bibel, atau 'Gunung Seir' (s'yr, Kejadian 14:6, 36:8f, dan sebagainya). Mengenai korelasi antara nama Tihamah dan 'Tehom' dalam Bibel, lihat Bab 6.

2. Mengenai korelasi antara nama Sarat dan 'Israil' dalam Bibel, lihat Bab 10.

3. Mengenai sebuah studi modern dari geografi dan ekologi Asir, lihat Kamal Abdul-Fattah, Mountain Farmer and Fellah in ... (Erlangen, 1981). Mengenai kehidupan flora Asir, lihat Western Arabia and the Red Sea (London, H.M.S.O., 1946), Lampiran D, halaman 590-602. Telah dilakukan referensi atas kemungkinan bahwa unta pertama kali dipelihara sebagai binatang beban di Asir. Lihat Michael Ripinsky, 'Camel Ancestry and Domestication in Egypt and the Sahara', dalam Archeology, 36:3 (1983), halaman 21-27.

4. Strabo berbicara mengenai emas Arabia Barat, yang digambarkannya negeri itu terletak antara Hijaz dan Yaman (16:4:18): 'Di dekat orang-orang ini terdapat sebuah negeri yang lebih tinggi peradabannya, menempati sebuah distrik dengan iklim yang lebih sedang; karena negara ini diairi dengan baik, dan sering mendapatkan hujan. Emas fosil ditemukan di sana, bukan dalam bentuk debu, namun dalam bongkahan, yang tidak memerlukan banyak proses pemurnian lagi. Potongan-potongan yang terkecil adalah sebesar kacang, yang sedang sebesar buah apel kecil, dan yang terbesar sebesar sebuah kenari ...'. Referensi Strabo kepada 'iklim sedang' dan 'sering mendapat hujan' di negara Arabia yang ia gambarkan jelas menunjukkan bahwa ia sedang membicarakan Asir.

5. Idimah ini ('dm) adalah sebuah lokasi Arabia Barat yang mungkin disebut dalam Bibel sebagai Edom ('dm). Sebuah lagi, yang biasa disebut-sebut adalah Wadi Iddam ('dm), di sebelah selatan Mekah. Yang ketiga yang diwakili oleh desa Admah ('dm) di wilayah Wadi Bishah.

6. Mengenai kegiatan gunung-gunung berapi di wilayah Jizan di Asir, lihat M. Neumann Van Padang, Catalogue of the Active Volcanoes and Solfatara Fields of Arabia and the Indian Ocean (Napoli, International Association of Vulcanology, 1963), halaman 12-13.



4. MENCARI GERAR

1. Penanggalan atas sejarah menurut Bibel didasarkan pada sinkronisme-sinkronisme bersejarah, seperti halnya yang melibatkan ekspedisi raja Mesir Sheshonk I melawan Yudah pada zaman kekuasaan putra Sulaiman, Rehoboam (lihat Bab 11). Maka ini dapat dianggap kurang lebih tepat.

2. Pengenalan yang biasa dari nama Ibrani nhl msrym adalah Wadi al-'Arish, yang memisahkan Palestina dari Sinai. Mengenai pengenalan nhl msrym, lihat Bab 15.

3. Mengenai suku Simeon dan wilayah mereka di Arabia Barat, lihat Lampiran.

4. Dari ketiga sumur (bentuk tunggalnya adalah b'r) yang disebutkan bersamaan dengan Shibah (alias Beersheba atau b'r šb') dalam Kejadian 26, Esek ('sq) bertahan sampai kini sebagai Akas ('ks) dekat Abha, di sebelah barat Khamis Mushait. Dua sumur lainnya nampaknya terletak di seberang ngarai, di sisi maritim Asir. Di sana kita sampai kini dapat menemukan Rehoboth (rhbwt) yaitu Rahabat (rhbwt), di wilayah Bani Shahr; juga Sitnah (stnh) yaitu Umm Shatan (stn, kata Arab yang berarti 'tali sebuah sumur air') di wilayah Majaridah yang terletak di dekatnya.



6. BERMULA DARI TEHOM

1. Mengenai diskusi tentang masalah Yudah dalam Bibel, lihat Bab 8.

2. Penyuaraan thwm sebagai tehom adalah suatu tradisi Masoret; kata ini mungkin pada mulanya disuarakan secara lain.

3. Semi-vokal y dan w dalam bahasa-bahasa Semit dapat dipertukarkan.

4. Akhiran feminin h (t tanpa suara) dalam kata Arab thmh (yang selalu diucapkan sebagai thm) menekankan jenis kelamin feminin dari thwm dalam Bibel.

5. Para ahli tampaknya mempunyai anggapan yang salah mengenai hal ini karena mereka terpengaruh oleh kenyataan bahwa kata thwm' (tehoma) dalam bahasa Suryani (Syriac) berarti 'kekacauan, jurang yang dalam, lubang yang tak mempunyai dasar' dan sebagainya, kemungkinan besar berasal dari kata hwm dalam pengertian 'hilang'.

6. Dalam kata thmt, t ini dapat juga merupakan akhiran tunggal feminin.

7. M, yang merupakan preposisi 'dari' dalam m-mgd dan m-thwm, dengan baik sekali dihapuskan dalam terjemahannya di sini, tentunya karena preposisi tersebut membingungkan penterjemahnya. Sebuah catatan dalam RSV mengakui bahwa m-tl berarti 'dengan embun' (sebenarnya, 'dari embun') dan bukan 'di atas'. Di sini tl (kata benda tll, 'menutupi, langit-langit', atau sebuah salah-eja dari kata tl, 'bukit, puncak') agaknya berkenaan dengan salah satu punggung bukit Samayin.

8. Akar kata brk, yang berarti 'memberkahi', juga merupakan sebuah kata Ibrani untuk 'berlutut'; secara figuratif berarti 'menetap'. Dalam bahasa Arab, pengertian utama brk adalah 'menetap'.

9. Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan dalam pembacaan tradisional dari Bibel melibatkan kekeliruan atas kata yhwh dalam pengertian 'ia adalah', atau 'ia akan' (juga 'akan') dengan yhwh sebagai nama Tuhan orang-orang Israil, yaitu Yahweh. Contohnya, sebuah ungkapan yang tidak masuk akal yang berbunyi: 'Tuhan (yhwh) menghujani Sodom dan Gomorrah dengan batu belerang dan api dari Tuhan ('s m-'t yhwh) dari surga' (Kejadian 19:24), sebenarnya berbunyi: 'Tuhan (yhwh) menghujani Sodom dan Gomorrah dengan batu belerang, dan ini merupakan api kematian ('s m-'t yhwh) dari surga'. Kata Ibrani m't di sini seharusnya dibaca sebagai suatu varian dari kata mwt, sehingga berarti 'kematian'. Dalam bahasa-bahasa Semit, 'ayn dan semi-vokal w dan y dapat dipertukarkan.



7. MASALAH YORDAN

1. Lihat Simons, alinea 137. Sambil mengingat bahwa 'Sungai terbesar di Palestina' tidak pernah disebut dalam Bibel Ibrani sebagai sebuah nhr, Simons menambahkan dalam sebuah catatan bawah bahwa 'masalah asal mula dan arti "Yordan", yang menimbulkan pendapat-pendapat yang berlainan telah dikemukakan mengenainya, sampai kini belum terpecahkan'.

2. Para ahli geografi Arab pada mulanya memakai nama Urdun ('rdn) guna menandakan wilayah Galilee dan bagian-bagian lembah sungai Yordan yang bersebelahan dengannya, bukan sungai Yordan itu sendiri. Nama ini dapat merupakan padanan kata Ibrani yrdn tetapi tidak mutlak demikian. Kamus-kamus Arab mengambil nama itu dari akar kata rdn 'mengisut, mengerut, mengeras', yang menandakan bahwa kata tersebut berarti 'kasar, kuat'. Mengenai asal mula kata yrdn, lihat di bawah.

3. Sungai-sungai musiman dan tetap yang tak terhitung lagi banyaknya, bermata air di pelbagai bagian ngarai Asir, yang menjelaskan istilah menurut Bibel my h-yrdn, atau mymy h-yrdn ('air' atau 'perairan' yrdn, lihat di bawah). Namun dalam beberapa contoh, istilah yrdn timbul dalam Bibel sebagai mempunyai arti 'kali' atau 'kolam'. Dalam pengertian ini, kata tersebut bermula dari yrd dalam pengertian Arab 'pergi ke air'. Lihat kisah Naaman pada akhir bab ini.

4. Menurut para sejarawan Arab, Nabi Muhammad pergi dari Madinah ke Mekah pada ibadah hajinya yang terakhir melalui Jabal Shatan dan desa Kada' yang bertetangga dengannya, kini masih terdapat di sana.

5. Menurut Bilangan 33:41-49, Nabi Musa memimpin orang-orang Israil pada tahap terakhir pengembaraan mereka dari Gunung Hor (hr h-hr) menuju Zalmonah (slmnh); kemudian ke Punon (pwnn), Oboth ('bt); Iye-abarim ('yy h-'brym) di wilayah Moab (mw'b); Dibon-gad (dbyn gd); Almon-diblathaim ('lmn dbltym); pegunungan Abarim (hry 'brym), menghadap ke Nebo (nbw); 'padang' Moab ('rbt mw'b), 'di samping Yordan di Yericho' ('l yrdn yrhw, harfiahnya 'di atas' yrdn), antara Beth-Yeshimoth (byt ysmt) dan Abel-shittim ('bl h-stym), di 'padang' Moab ('rbt mw'b). Delapan tempat pertama yang disebut di sini terletak di wilayah Ghamid dan Zahran. Mereka kini disebut 'tanjung' (Ibraninya hr) al-Harrah (hr dengan kata sandang tertentu Arab menggantikan kata sandang tertentu Ibrani dalam namanya yang sekarang); Salaman (slmn); Jabal al-Nawf (nwp); Wadi Bat (bt); 'tumpukan bebatuan' ('yym) al-'Arba' ('rb, bandingkan dengan 'brym, jamak genitif 'br), di Jabal Shada, masih ada di sana sebagai sebongkah batu datar berbentuk segitiga yang terletak di atas tiga buah batu yang lebih besar dan dipuja sebagai kuil Abraham; pedesaan Badwan (bdwn) dan al-Ghadhi (gd) yang bertetangga dengannya; dekat kota Qilwah; dua buah pedesaan lainnya di sekitar daerah Qilwah, yang bernama 'Amlah ('ml, bandingkan dengan 'lmn) dan al-Badlah (bdlt, bandingkan dengan dbltym sebagai jamak nama itu atau jamak genitifnya); dan akhirnya ketinggian Jabal Gharib (grb), di Sarat Zahran, yang sebenarnya menghadap Nabah (nb), yaitu Nebo dalam Bibel di tonjolan paling selatan pundak bukit Taif ke arah utara. Sedangkan 'rbt mw'b bukanlah 'padang' Moab, melainkan desa Ghurabah (grbt, atau grbh, lihat teks), kini terletak tepat di sebelah timur pembagi perairan antara wilayah Zahran dan Taif, di seberang yrdn, atau 'ngarai' Umm al-Yab ('m yb) atau Moab dalam Bibel. Ghurabah ini sebenarnya terletak di bentangan yrdn yang sama, atau 'ngarai', tempat terdapat desa Warakh, atau wrh ('Yericho' dalam Bibel, lihat teks). Daerah tempat bangsa Israil, di bawah Nabi Musa, akhirnya menetap adalah bentangan dataran tinggi antara al-Athimah ('tm) di wilayah Zahran, dan 'aliran air' ('bl) Jabal Shatan (stn), kini bernama Wadi Wajj di wilayah Taif. Mengenai upaya yang lemah untuk menjelaskan geografi Bilangan 33:41-49 dalam pengertian Transyordania, lihat Kraeling, halaman 124-125.

6. Sungai Yordan di Palestina tidak meluap pada musim panas. Namun di Asir Geografis, ini merupakan musim hujan yang sangat lebat yang dapat mengakibatkan banjir besar. Saya telah mengunjungi daerah ini pada akhir bulan Mei dan telah membuktikan hal ini, yang memuaskan bagi saya.

7. Para pengunjung yang datang ke pesisir Asir, sampai akhir abad ini pun, mengabarkan bahwa pemuda-pemuda dibawa ke sebuah bukit kecil di luar desa mereka untuk dikhitankan di depan umum. Istilah 'khitan' dalam pemakaian setempat adalah 'alla ('l'), yang harfiahnya berarti berarti 'mengangkat, membawa ke sebuah tempat yang tinggi'. Dhi Ghulf, yang pernah disebut Gibeath-haarloth, mungkin lokasi sebuah bukit kecil dan di tempat itu upacara pengkhitanan dahulunya dilaksanakan terhadap para pemuda setempat.

8. Para ahli Bibel telah pula dengan salah mengenali 'Bethel' dalam Bibel sebagai desa Baytin (bytn), di Palestina, berdasarkan persamaan-persamaan yang kurang jelas antara kedua nama ini, tak lebih dari itu. Mereka mengusulkan bahwa 'Ai' mungkin kini adalah al-Tall, di dekat Baytin. Mengenai diskusi yang lebih mendalam, lihat Bab 13, Catatan 3.

9. Sebenarnya 'r (bukan 'yr, 'kota'), tunggal dari 'ry, (atau 'rym) di dalam teks, dan m'rh berasal dari kata yang sama, tak diakui dalam bahasa Ibrani, tetapi padanan kata Arabnya merupakan gwr, yang berarti 'tenggelam, memasuki, bersembunyi, menepis di tanah'. Padanan kata Arab m'rh adalah mgrh, disuarakan magarah, dan seperti gar (lihat teks) berarti 'gua' dan berasal dari akar kata yang sama, yaitu gwr.

10. Ghamr ini kemungkinan besar terletak di luar jangkauan jatuhan vulkanis 'Akwah; dan juga sebuah 'Gomorrah' lagi di wilayah Jizan, yaitu Ghamrah (gmrh, dengan akhiran feminin seperti dalam 'mrh), di Jabal Bani Malik. Berbagai 'Gomorrah' Asir (sebagai gmr atau 'mr, gmrh atau 'mrh) berjumlah terlalu besar untuk dihitung.

11. Para ahli Bibel telah menciptakan istilah 'Pentapolis' untuk menunjukkan 'lima kota' di 'padang Yordan', yang terdiri dari 'Sodom' dan 'Gomorrah' dan juga 'Admah' dan 'Zeboiim' (lihat Bab 4) dan 'Bela-Zoar' (Kejadian 15), walaupun mereka belum dapat menemukan ke 'lima kota' tersebut di lembah Yordan Palestina. Lihat Simons, alinea 271.

12. Mengenai kesangsian yang lebih awal atas msrym dalam Bibel yang selalu merupakan sebuah referensi terhadap Mesir, lihat Zeitschrift fur Assyriologie, 37:76, Reallexikon der Assyriologie (ed. E. Ebelling dan B. Meissner, Berlin 1928), I, 255a; Harry Torczyner, Die Bundeslade und die Anfange der Religion Israils (Berlin, 1930), halaman 67f.

13. Dewa ini jelas adalah 'l msry (harfiahnya, 'dewa rakyat msr'), yang namanya bertahan sebagai nama desa Al Masri, di wilayah Taif. Menilai distribusi nama-nama tempat yang berkenaan dengan akar kata msr di Arabia Barat, kita dapat menegaskan bahwa 'rs msrym dalam Bibel membentang dari hulu Wadi Bishah, dekat Abha, sampai hulu Wadi Ranyah, di sebelah tenggara Taif.

14. Fu'ad Hamzah, yang mengunjungi Asir pada tahun 1934, menghitung 24 barisan semacam itu yang menyeberangi ngarai tersebut dari Nimas ke arah selatan, di samping barisan-barisan antara Nimas dan Taif. Lihat Fi Bilad 'Asir (Riyadh, 1968), halaman 91-93.

15. Seperti yang dilukiskan dalam Van Padang, halaman 14-16, gunung-gunung berapi ini terdapat pada ketinggian sekitar 2.900 m di atas permukaan laut, dan kini terdiri dari kira-kira enampuluh kerucut yang sebagian besar belum berumur tua. Kawah-kawah dan padang-padang lahar itu menyebar ke sekeliling Jabal Hattab ke segala penjuru. Van Padang menunjukkan, atas wewenang para ahli geografi Arab klasik, bahwa letusan gunung berapi yang dilukiskan dalam Qur'an 68:17-33 terjadi di distrik ini, yang memang benar demikian kenyataannya. Dalam teks Qur'an, yang musnah oleh letusan ini digambarkan sebagai sebuah 'tanaman' (68:17) dan penghuni-penghuni 'taman' ini, menurut penafsiran yang berwenang atas Qur'an oleh al-Fakhr ar-Razi, 'disebut sebagai orang-orang Israil'.

16. Ini yang sebenarnya adalah terjemahan dari ungkapan Ibrani w-t'kl's b-rzyk, yang bagaimanapun juga tak dapat berarti 'bahwa api itu dapat memusnahkan tanaman-tanaman jenevermu'.

17. Bahasa Ibraninya yrd



8. YUDAH ARABIA

1. Menurut Kejadian 29:35; 49:8, nama yhwdh, seperti nama leluhur pemberi nama dari suku Yudah (salah satu di antara keduabelas suku Israil, lihat Lampiran), berarti 'puja dan puji bagi Yahweh' (yhwdh ydh). Ini jelas adalah etimologi rakyat, dan hanya menarik jika ditanggapi sebagai itu saja. Sampai sejauh ini, nama tersebut belum berhasil dijelaskan dan biasanya dianggap, pada mulanya, sebagai nama sebuah suku dan bukan nama suatu wilayah. Umumya suku-suku diberi nama menurut wilayah-wilayah mereka, meskipun ada kasus-kasus wilayah-wilayah itu memakai nama-nama suku yang menempatinya.

2. Sampai sejauh ini, para ahli Bibel lebih condong untuk mengira bahwa nama dalam kedua daftar yang didahului oleh bny, atau 'putra dari', umumnya merupakan nama-nama kesukuan atau nama-nama keluarga, sedangkan nama-nama yang didahului oleh 'nswy, atau 'rakyat dari', sebagian besar adalah nama-nama tempat. Dalam bahasa Ibrani kuno, seperti dalam pemakaian bahasa Arab modern, kita dapat saja berbicara baik mengenai 'putra-putra' dari suatu tempat, maupun mengenai 'rakyat' dari suatu tempat. Pemakaian kedua istilah ini dalam teks yang sama, jelas untuk memberikan variasi yang anggun saja.

3. Hajfah ini, bersamaan dengan Qihafah (qhp) dan Qihf (qhp) di wilayah Rijal Alma', di sebelahnya, mestinya adalah Ahqaf (jamak dari hqp) dalam Qur'an 46:21, biasanya dianggap sebagai gurun pasir di wilayah Hadramut, di Arabia selatan.

4. Yang membuat pengenalan atas Bethlehem menurut Bibel dengan Umm Lahm di Wadi Adam mutlak dapat dipastikan adalah hubungannya dalam pelbagai sebutan menurut Bibel dengan nama tempat 'Ephrathah' ('prth), yang kini adalah Firt (prt), dekat Umm Lahm, di Wadi Adam yang sama. Pertimbangkanlah, misalnya, Mikha 5:2: 'Tetapi kalian, wahai Bethlehem dari Ephrathah, yang kecil di antara marga-marga Yudah ...' Lihat pula Bab 9.

5. Ini adalah Ramah, dekat Bethlehem, tempat Rachel dimakamkan, yang disebut oleh para nabi, contohnya Yeremia 31:35: 'Sebuah suara terdengar di Ramah, ratapan dan isak tangis. Rachel meratapi putra-putranya...' Mengenai Rachel, lihat Lampiran.

6. Perhatikan asosiasi Geba dan Michmas dengan Ramah (lihat Catatan 5) dalam Yesaya 10:28-29).



9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD

1. Mazmur ini berhubungan dengan 'putra-putra Korah' (bny qrh) yang namanya bertahan dengan utuh sebagai nama pedesaan al-Qarhah (qrh) di Jabal Faifa, dan al-Qarhan (qrhn) di Jabal Bani Malik, keduanya di wilayah Jizan, jauh ke arah selatan Rijal Alma'. Dalam baris yang lebih awal dari Mazmur yang sama (48:2), 'Gunung Zion' sebenarnya digambarkan sebagai terletak 'jauh di utara'.

2. Ini hanyalah satu di antara beberapa terjemahan yang mungkin, dari kalimat aslinya dalam bahasa Ibrani: w-ywmr l-dwd l-'mr l' tbw hnh ky 'm hsyrk h-'wrym w-h-pshym l-'mr l' ybw dwd hnh.

3. Nama yrwslm sejak itu dianggap membingungkan. Lebih besar kemungkinannya jika nama itu berarti 'tempat tinggal' (substantif yrw, bandingkan dengan akar kata kerja Arab 'ry, 'menempati') slym (bandingkan dengan nama kesukuan Arab yang bertahan, yaitu Sulaym, atau slym di dataran tinggi Asir). Akar kata 'ry diakui kebenarannya pada nama-nama tempat lainnya di Arabia Barat, seperti Arwa, ('rw) dan Arwa ('rw). Jika ini bukan merupakan nama sebuah suku (mungkin sebuah cabang dari suku Yebusit), slym mungkin merupakan nama seorang dewa setempat --mungkin sebuah bentuk dari slm (lihat Bab 12).

4. Ada pula kemungkinan bahwa nama yrwslym menggabungkan nama-nama sekarang dari dua buah pedesaan, yaitu Arwa ('rw) dan Al Salam (slm) di wilayah Tanumah Sarat, tak jauh ke arah selatan wilayah Nimas (lihat di atas).

5. Bentuk tunggal nama ini, yaitu hmt (seperti dalam Bilangan 13:21 dan dalam duapuluhsembilan tempat lainnya di Bibel Ibrani), juga bertahan di Hijaz bagian selatan dan Asir sebagai nama sebuah desa yang bernama Dhawi Hamal dan enam buah pedesaan yang bernama Hamatah (hmh atau hmt). Kacaunya nama tempat menurut Bibel dengan Hamah (hmh atau hmt) yang terletak di lembah Orontes di Suria telah membuat pengertian atas geografi Bibel tidak tepat. Konotasi nama yang sama, seperti yang muncul pada catatan-catatan kuno Mesir dan Mesopotamia, perlu dipertimbangkan kembali secara cermat.

6. Bandingkan pengenalan nama-nama gerbang Yerusalem di sini dengan nama-nama gerbang dalam J. Simons, Yerusalem in the Old Testament (Leiden, 1952), yang didasarkan pada penemuan-penemuan purbakala di Yerusalem Palestina, tanpa bukti-bukti toponimis yang mendukungnya.



10. ISRAIL DAN SAMARIA

1. Saya pribadi yakin bahwa t'ntr (atau 'Tanah Tuhan') milik bangsa Mesir tidak lain adalah ysr'l (atau 'Dataran Tinggi Tuhan') dalam Bibel dengan kata lain, Sarat di Asir geografis dengan hutannya yang lebat, kekayaan mineralnya dan lain-lainnya. Namun sebuah penelitian yang lebih mendalam jelas perlu dilakukan guna mendukung gagasan tersebut.

2. Nama ini secara lokal ditafsirkan sebagai kependekan nama Arab sirwal, 'celana panjang', yang merupakan suatu penafsiran yang sangat tidak meyakinkan. Najd merupakan nama tradisional dataran tinggi Arabia Tengah. Mengenai bukti tentang adanya Bani Israil pada zaman Bibel, lihat identifikasi atas khnym sebagai pemukiman orang-orang Israil di Wadi Najran dan wilayah Yamamah (Bab 8).

3. Sama'inah (atau Sama'in, juga sm'n) kini terdapat di Palestina bagian selatan. Namun pada mulanya mereka nampaknya berasal dari sebuah tempat yang bernama al-Sim'aniyyah (sm'n) di Yaman, dari mana suku mereka mendapatkan namanya. Menurut kisah Bibel mengenai suku mereka, orang-orang Simeonit adalah sebuah suku 'selatan' di tanah Bibel orang-orang Israil.



11. RENCANA PERJALANAN EKSPEDISI SHESHONK

1. Mengenai catatan-catatan ini, lihat J. Simons, Handbook for the Study of Egyptian Topographical Lists Relating to Western Asia (Leiden, 1973), halaman 178-187; bandingkan dengan K.A. Kitchen, The Third Intermediate Period in Egypt, 1100-650 S.M. (Warminster, 1973), halaman 293-300, 432-447, yang memiliki resensi lengkap kepustakaan yang relevan sampai kini. Dalam penelitian yang sekarang ini, saya akan mentransliterasikan ejaan konsonan Mesir dari nama-nama tempat dalam daftar Sheshonk menurut sistem sama seperti yang telah saya pergunakan berkenaan dengan transliterasi nama-nama tempat Ibrani dan Arab, atau paling tidak sedekat mungkin dengan itu. Guna memudahkan hal ini bagi pembaca umum, saya telah membiarkan perbedaan antara berbagai semi-vokal yang biasanya dibedakan antara satu dengan yang lain melalui transliterasi dalam bahasa Mesir kuno sebagai sebuah i dan sebuah y.

2. Di sini i' yang terakhir, seperti yang tertera dalam nama-nama lain yang berikut, nampaknya terkadang menggantikan akhiran feminin h Ibrani dan Arab (yang merupakan t tanpa suara). Seperti yang telah diketahui, sejumlah nama tempat menurut Bibel yang memakai akhiran ini kini bertahan di Arabia Barat tampaknya, sedangkan nama-nama tempat menurut Bibel yang berada dalam bentuk maskulin sering bertahan di Arabia Barat kini dalam bentuk feminin, dengan tambahan akhiran h (t tanpa suara).

3. Dalam Hakim-hakim 1:27; 5:19-21, 'Taanach' ini secara geografis diasosiasikan dengan Beth-shean (byt s'n), Dor (dwr), Ibleam ('bl'm), Meggido (mgdw), dan 'aliran air yang deras' Kishon (nhl qyswn). Dari kelima tempat ini, hanya Ibleam-lah yang belum dapat dikenali dengan sebuah desa di Hijaz selatan. Mungkin ini adalah Bil'um (bl'm) kini sebuah oase di wilayah Qasim, agak jauh dari Taif ke arah timur laut. Mungkin juga ini adalah Bani Walibah (wlb) di wilayah Ghamid, dikenali sehubungan dengan al-Amiyah ('my) di wilayah Zahran yang berdekatan dengannya. Keempat tempat lainnya, semuanya di wilayah Taif, kini adalah desa Shanyah (sny), satu di antara beberapa pedesaan yang bernama Dar (dr), Maghdah (mgd), dan Qaysan (qysn). Ta'nuq yang disebut dalam kepustakaan geografis Arab tidak mungkin merupakan 'Taanach' yang dimaksud di sini, karena tempat ini terletak di utara dan bukan di selatan Hijaz.

4. Bukan apa yang sampai kini dianggap sebagai 'Shunem' dalam Bibel (swnm), yang kini mungkin adalah Sanumah (snm) di Rijal Alma'; kemungkinan-kemungkinan lain adalah Nasham (nsm) atau Nashim (nsm) di wilayah Jizan dan Dhi Nisham (nsm) di wilayah Ballasmar.

5. Bukan apa yang sampai kini dianggap sebagai 'Beth-shean' dalam Bibel, yang telah dikenali dalam Catatan 3. Bt (Ibraninya byt, 'rumah') di sini, seperti dalam nama-nama lain dalam daftar-daftar Sheshonk, berarti 'kuil', yang sering ditanggalkan dalam varian-varian dari nama-nama ini yang telah diarabkan.

6. Bukan apa yang sampai kini dianggap sebagai 'Haphraim' dalam Bibel (hprym, Yosua 19:19), yang kini mestinya adalah al-Harfan (bentuk ganda hrp, karena hprym Ibrani adalah bentuk ganda hpr) di Rijal Alma'.

7. Nama Ibrani ini berarti 'dua perkemahan' atau (dengan pemberian vokal yang lain) 'perkemahan-perkemahan'. Nama Arabnya mungkin bukanlah suatu pengubahan melainkan suatu usaha untuk menterjemahkan nama itu, karena kata Arab manahi adalah sebuah bentuk manha, yang berarti 'perkemahan'.

8. Bukan apa yang sampai kini dianggap sebagai 'Aijalon' ('ylwn) yang telah dikenali dalam Bab 10.

9. Kata dt (Arabnya d't, disuarakan dat) atau d (nominatif Arab dw, disuarakan du) dalam nama ini seperti dalam nama-nama yang lain berarti 'dia yang berasal dari', dengan kata lain 'dewi' (bentuk feminin dt) atau 'dewa' (bentuk maskulin d); dalam bentuk nama tersebut yang telah diarabkan, biasanya nama ini timbul sebagai 'l, yang terakhir ini dalam hal ini tak dapat dibaca sebagai suatu kata yang dapat berdiri sendiri yang, seperti juga Al (juga 'l), berarti 'Tuhan' atau 'dewa'.

10. P' di sini, seperti dalam nama-nama lain pada daftar-daftar Sheshonk, adalah kata Arab fay' (py'), yang berarti 'distrik', 'daerah sekitar'; bandingkan dengan kata Ibrani ph, 'di sini, ke mari, bagian ini'.

11. Ini sudah pasti 'Nebaioth' dalam Bibel (nbywt, atau nbyt) yang tertera di antara 'putra-putra' Ismail dalam Kejadian 25:13 bersamaan dengan 'Kedar', dan dikenali sebagai 'Nebaioth dari Kedar' dalam Yesaya 60:7. Nabah dapat dijumpai di distrik Bajilah di wilayah Taif; begitu pula desa al-Qidarah (qdr), 'Kedar' dalam Bibel. Maka 'Nebaioth' bukanlah orang-orang Nabataea dari Petra, seperti yang sampai kini diduga Nabah agaknya juga 'Nebo' menurut Bibel.

12. Karena catatan-catatan mengenai penjajahan-penjajahan Mesir telah dibaca sehubungan dengan geografi yang keliru, para ahli mengambil kesimpulan bahwa ada sejumlah pembualan di dalam catatan-catatan tersebut. Mengingat bahwa kerajaan Mesopotamia (Mitanni) telah runtuh sekitar empat abad sebelum zaman Sheshonk, pernyataan penguasa Mesir ini bahwa ia berhasil menaklukan Mitanni telah dipandang sebagai salah satu bualan tersebut, yang tentunya tidak demikian kenyataannya, karena Mitanni merupakan nama sebuah tempat di Arabia Barat. Bandingkan dengan Pritchard, halaman 263-264, berkenaan dengan literaturnya.



12. MELCHIZEDEK: PETUNJUK-PETUNJUK PADA SEBUAH PANTEON

1. Judul Mazmur 7 mengasosiasikan penyusunannya dengan sebuah tempat --bukan dengan seseorang-- yang bernama 'Cush' ('Kush') (kws), yang mungkin kini adalah Kus (kws) atau Kisah (kys), keduanya terdapat di wilayah Jizan. Perlu dicatat di sini bahwa nomor-nomor baris yang disebutkan bagi Mazmur adalah nomor-nomor dari baris-baris dalam bahasa Ibrani, bukan terjemahannya.

2. Di samping dewa sdq, nama-nama dewa slm (sebagai slmn, dengan akhiran penghebat), 'wlm (sebagai 'lm) dan mungkin 'bd (sebagai b'dn atau b-'dn dengan kata sandang tertentu kuno), diakui kebenarannya dalam inskripsi-inskripsi Arabia.

3. Kata kerja-kata kerja dengan h-'lhym (dewa-dewa) merupakan pokok kalimat dalam sebutan ini timbul dalam teks Ibrani tanpa akhiran kata ganti w. Ini mungkin ditanggalkan oleh para redaktur yang dibuat bingung oleh teks tersebut. Di pihak lain, mereka nampaknya tidak berhasil menanggalkan kata sandang tertentu dalam h-'lhym.



13. ORANG-ORANG IBRANI HUTAN ASIR

1. Kita tak dapat mengesampingkan adanya kemungkinan bahwa orang-orang 'Ibrani' mendapatkan nama mereka dari 'br, dalam arti kata 'penyeberangan', berkenaan dengan jurang-jurang pegunungan (m'brwt h-yrdn, lihat Bab 7) di ketinggian Sarat Arabia Barat, yang mungkin merupakan tempat asal mula mereka.

2. 'Dewa hutan', yang namanya masih dipakai oleh desa Al al-Ghabaran di wilayah Dhahran, mungkin dahulunya disebut Abu Ghabar, kini nama sebuah desa di Wadi Najran. Pedesaan lain dengan nama-nama yang berasal dari gbr dapat pula ditemui di pelbagai bagian daratan tinggi Asir.

3. Dalam kisah Abraham (Nabi Ibrahim), seperti yang dikisahkan dalam Kejadian, mungkin saja timbul kekeliruan antara 'Bethel' dengan 'Ai' di Rijal Alma' dan 'Bethel, dengan 'Ai' yang terletak di wilayah Zahran di Taif (Butaylah dan 'Uya') lebih dekat pada Wadi Adam (lihat Bab 10).

4. Ada tidak kurang dari dua puluh delapan buah pedesaan di Arabia barat yang masih memakai nama pr'h ini sebagai Far'ah (p'rh) atau al-Far'ah ('l-prh). Bahwa ini adalah nama dewa sudah jelas diketahui dari nama desa Al Fira'ah ('l pr'h) di distrik Ballasmar. Ada pula dua pedesaan yang bernama al-Far'ah dekat Abha, di sini Misramah dapat dijumpai. 'Rumah kerajaan' pr'h yang tertimpa 'wabah penyakit yang besar disebabkan oleh Sarai, istri Abram' (12:17), tentunya adalah kuil pemujaan dewa tersebut di Misramah, tempat Sarai, yang dianggap kakak perempuan Abram dan bukan istrinya, dipaksa menetap.

5. Berbagai ragam ejaan nama ini mungkin disebabkan oleh adanya kekeliruan antara Dathanah (dtn) tersebut dengan apa yang kini merupakan desa Dathinah (dtyn), di Wadi Adam, yang merupakan wilayah suku Yusuf (Yoseph) (lihat Bab 8 dan Lampiran).



14. ORANG-ORANG FILISTIN ARABIA

1. K.A. Kitchen, 'The Phillistines', dalam D.J. Wiseman, ed., Peoples of Old Testament Times (Oxford, 1973), halaman 53.

2. Nama kws dapat juga ditulis sebagai Kisah (ksy) dan Kus (kws) di wilayah Jizan dan sebagai Kiwath (kwt) dekat Ghumayqah, di wilayah Lith.

3. 'Phicol' sampai kini dianggap sebagai suatu nama 'non-Semit'; sehingga K.A. Kitchen berkomentar: 'Akhirnya, dalam taraf linguistik, bercampurnya bahasa Semit (Abimelech, Ahuzzat) dan bahasa non-Semit (Phicol) ... menunjukkan suatu asimilasi orang-orang asing ke dalam lingkungan pergaulan Semit'.



15. TANAH HARAPAN

1. Mengenai apa yang telah dikatakan oleh para ahli Bibel mengenai bangsa-bangsa dalam Bibel tersebut, lihat pelbagai catatan D.J. Wiseman, ed., Peoples of Old Testament Times, yang telah dibicarakan pada Bab 14.

2. Kekeliruan antara pengalihan ke dalam bahasa Arab dari nama ini adalah antara 'qrb ('kalajengking' dalam bahasa Arab dan Ibrani) dengan kata Arab grb', disuarakan garbu' (sejenis tikus gurun, yaitu gerboa).

3. Kemungkinan-kemungkinan lain adalah Zafar (zpr) dan Dharif (drp), juga di wilayah Taif. Jika kata Ibrani zprn dibaca sebagai z-prn ('dia' yang berasal dari prn, atau 'dewa', dengan kata lain kuil prn), tempat yang dibicarakan ini mungkin adalah Faran, di dataran tinggi Zahran, yang berbatasan dengan gurun basal Harrat al-Buqum. Bagaimanapun juga, Faran ini tak disangkal lagi adalah Paran dalam Bibel (p'rn, Kejadian 21:21; Bilangan 10:12; 12:16; 13:3, 26; Ulangan 1:1; 33:2; Samuel I 25:1; Rajaraja 11:18; Habakuk 3:3). Di lain pihak, El Paran, atau Al Farwan ('l prwn), di sebelah selatan Khamis Mushait.

4. Di sini, seperti dalam halnya gl'd (Gilead) menjadi al-Ja'd (Bab 1) dan kslh menjadi al-Hasakah (Bab 14), sebuah l yang terletak di tengah-tengah kata mungkin diletakkan di ujung kata tersebut dalam pengubahannya sehingga menjadi kata sandang tertentu Arab yang berakhiran. Namun pengenalan terhadap 'Riblah', tetap tidak dapat dipastikan.



16. KUNJUNGAN KE EDEN

1. Wadi Harjab, satu di antara tiga anak sungai utama Wadi Bishah, bergabung dengan pertemuan ini lebih kurang pada titik yang sama. Pengarang Kejadian nampaknya memandangnya sebagai sebuah tambahan dari Wadi Tindahah, seperti Wadi Harjab, bergabung dengan aliran utama Wadi Bishah dari sisi timur.



17. NYANYIAN DARI PEGUNUNGAN JIZAN

1. Morris S. Se



Tidak ada komentar: