TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
Mutiara
Shubuh : Rabu,
Mutiara Shubuh : Kamis,
Mutiara Shubuh : Jum’at,
Dalam salah satu hadish menyatakan,
belum lengkap islamnya seseorang jika belum melakukan
Mutiara Shubuh : Senin, 13/09/99 (2
Jumadil Akhir 1420H)
Disalah satu
hadish menyatakan bahwa Nabi saw melakukan shalat malam (tahajjud) dua raka'at
demi dua raka'at dan diantaranya itu Nabi saw bersiwak (membersihkan gigi
dengan kayu siwak yang adanya di Arab sana, tetapi intinya adalah membersihkan
giginya) dan sementara itu di hadish lain juga menyatakan bahwa Nabi melakukan
ini (bersiwak) sebelum beliau memasuki rumah dan menemui istri beliau.
Disini terlihat
bahwa bagaimana Nabi saw mengajarkan tentang pentingnya kebersihan yang pada
hadish diatas adalah salah satunya membersihkan gigi.
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/09/99 (3
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu,
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/09/99 (5
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/09/99 (6
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 20/09/99 (9
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/09/99 (10
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/09/99 (11
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/09/99 (12
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at,
Mutiara Shubuh : Senin,
Mutiara Shubuh : Selasa,
Mutiara Shubuh : Rabu,
Mutiara Shubuh : Kamis,
Mutiara Shubuh : Jum’at,
Mutiara Shubuh : Senin,
Mutiara Shubuh : Selasa, 05/10/99 (24
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 06/10/99 (25
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 07/10/99 (26
Jumadil Akhir 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at,
Mutiara Shubuh : Senin, 11/10/99 (1
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 12/10/99 (2
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 13/10/99 (3
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 14/10/99 (4
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 15/10/99 (5
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 18/10/99 (8
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 19/10/99 (9
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 20/10/99 (10
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 21/10/99 (11
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 22/10/99 (12
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 25/10/99 (15
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 26/10/99 (16
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 27/10/99 (17
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 28/10/99 (18
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 29/10/99 (19
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 01/11/99 (22
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 02/11/99 (23
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 03/11/99 (24
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 04/11/99 (25
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 05/11/99 (26
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 08/11/99 (29
Rajab 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 09/11/99 (01
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 10/11/99 (02
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 11/11/99 (03
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 12/11/99 (04
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 15/11/99 (07
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 16/11/99 (08
Sya’ban 1420H)
Kebanggaan, kesombongan dan kecongkakan timbul karena kita merasa lebih
dari pada orang lain, padahal kelebihan yang diberikan itu adalah
semata-matanya datangnya dari Khalik Pencipta. Jika kita sadar bahwa kelebihan
yang diberikan kepada kita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan setitik
kelebihan Allah swt. Untuk itu apa gunanya kita berbanggga dan sombong atas hal
kelebihan yang dipunyai, toh.. akhirnya semua itu akan kita tinggalkan dan
tidak dapat menyelamatkan dari hisab diakhirat kelak. Sesungguhnya semuanya itu
hanya milik Allah swt yang dipinjamkan sementara buat kita. Oleh karena itu
Allah swt melalui Hadits Qudsi memperingatkan kita untuk tidak sombong:
"Kebesaran (kesombongan dan kebanggaan) adalah pakaianKu, keagungan itu
adalah sarungKu. Barangsiapa yang mengambilnya (atau salah satu darinya), akan
ku lemparkan dia ke neraka jahannam" (HQR Abu Dawud).
Mutiara Shubuh : Rabu, 17/11/99 (09
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 18/11/99 (10
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 19/11/99 (11
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 22/11/99 (14
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 23/11/99 (15
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 24/11/99 (16
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 25/11/99 (17
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 26/11/99 (18
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 29/11/99 (21
Sya’ban 1420H)
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Mutiara Shubuh : Selasa, 30/11/99 (22
Sya’ban 1420H)
Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pegangan Hidup
Mutiara Shubuh : Rabu, 01/12/99 (23
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 02/12/99 (24
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 03/12/99 (25
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 06/12/99 (28
Sya’ban 1420H)
Keutamaan Shalat Shubuh dan Ashar Berjama’ah
Mutiara Shubuh : Selasa, 07/12/99 (29
Sya’ban 1420H)
Shalat Diawal Waktu
Mutiara Shubuh : Rabu, 08/12/99 (30
Sya’ban 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 09/12/99 (01
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Puasa
Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/12/99 (02
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Kalimat Thoyyibah (I)
Mutiara Shubuh : Senin, 13/12/99 (05
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Kalimat Thoyyibah (II)
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/12/99 (06
Ramadhan 1420H)
Peringatan Bagi Yang Meninggalkan Shalat
Berjama'ah
Mutiara Shubuh : Rabu, 15/12/99 (07
Ramadhan 1420H)
Anjuran Untuk Shalat Berjama’ah
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/12/99 (08
Ramadhan 1420H)
Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/12/99 (09
Ramadhan 1420H)
Menggemarkan Dzikir Sehabis Shalat
Mutiara Shubuh : Senin, 20/12/99 (12
Ramadhan 1420H)
Sabar Didalam Shalat
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/12/99 (13
Ramadhan 1420H)
Mendahului Imam Ketika Shalat Berjama'ah
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/12/99 (14
Ramadhan 1420H)
Do'a I'tidal
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/12/99 (15
Ramadhan 1420H)
Memberi Makan (Orang Yang Lapar) and Menebarkan
Salam
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/12/99 (16
Ramadhan 1420H)
Thuma’ninah Dalam Shalat
Mutiara Shubuh : Senin, 27/12/99 (19
Ramadhan 1420H)
Antara Jalan Lurus dan Sesat
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/12/99 (20
Ramadhan 1420H)
Shalat Sunnah Tahayatul Masjid
Mutiara Shubuh : Rabu, 29/12/99 (21
Ramadhan 1420H)
Shalat Sunnah Dhuha
Mutiara Shubuh : Kamis, 30/12/99 (22
Ramadhan 1420H)
Thuma’ninah Dalam Shalat
Mutiara Shubuh : Jum’at, 31/12/99 (23
Ramadhan 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 03/01/00 (26
Ramadhan 1420H)
Zakat Fitrah
Mutiara Shubuh : Selasa, 04/01/00 (27
Ramadhan 1420H)
Mendahulukan kepentingan orang lain
Mutiara Shubuh : Rabu, 05/01/00 (28
Ramadhan 1420H)
Makna Dzikir Setelah Sholat
Mutiara Shubuh : Kamis, 06/01/00 (29
Ramadhan 1420H)
Sikap Mukmin Terhadap Orang Kafir
Mutiara Shubuh : Jum’at, 07/01/00 (30
Ramadhan 1420H)
Kebiasaan Rasulullah saw Ketika Iedul Fitri
Mutiara Shubuh : Senin, 10/01/00 (03
Syawal 1420H)
Shaum Syawwal
Mutiara Shubuh : Selasa, 11/01/00 (04
Syawal 1420H)
Do’a yang terhalang karena memakan makanan yang
haram
Mutiara Shubuh : Rabu, 12/01/00 (05
Syawal 1420H)
Mendekatkan diri kepada Allah swt (I)
Mutiara Shubuh : Kamis, 13/01/00 (06
Syawal 1420H)
Mendekatkan diri kepada Allah swt (II)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 14/01/00 (07
Syawal 1420H)
Membaca Al-Qur’an dengan Suara Lantang atau
Perlahan
Mutiara Shubuh : Senin, 17/01/00 (10
Syawal 1420H)
Saling Mengajarkan Al-Qur’an
Mutiara Shubuh : Selasa, 18/01/00 (11
Syawal 1420H)
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Mutiara Shubuh : Rabu, 19/01/00 (12
Syawal 1420H)
Tujuh Golongan Orang Yang Dilindungi Allah di Hari
Kiamat
Mutiara Shubuh : Kamis, 20/01/00 (13
Syawal 1420H)
Perbaharui iman dengan kalimah “Laa ilaha
Illallah”
Mutiara Shubuh : Jum’at, 21/01/00 (14
Syawal 1420H)
Menafkahkan Harta di jalan Allah
Mutiara Shubuh : Senin, 24/01/00 (17
Syawal 1420H)
Yang Paling Mulia
Mutiara Shubuh : Selasa, 25/01/00 (18
Syawal 1420H)
Sabar Itu Tak Ada Batasnya
Mutiara Shubuh : Rabu, 26/01/00 (19
Syawal 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 27/01/00 (20
Syawal 1420H)
Optimis
Mutiara Shubuh : Jum’at, 28/01/00 (21
Syawal 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 31/01/00 (24
Syawal 1420H)
3 Hal Yang Tidak Memutuskan Amalan
Mutiara Shubuh : Selasa, 01/02/00 (25
Syawal 1420H)
Bergabung Bersama di Majlis Dzikir
Mutiara Shubuh : Rabu, 02/02/00 (26
Syawal 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 03/02/00 (27
Syawal 1420H)
Menggemarkan Menyampaikan Ilmu
Mutiara Shubuh : Jum’at, 04/02/00 (28
Syawal 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 07/02/00 (01
Dzulkaidah 1420H)
Anjuran Shalat Sunnah Ketika Memasuki Masjid
Mutiara Shubuh : Selasa, 08/02/00 (02
Dzulkaidah 1420H)
Bertaubat
Mutiara Shubuh : Rabu, 09/02/00 (03
Dzulkaidah 1420H)
Ilmu Bagi Orang Yang Beriman
Mutiara Shubuh : Kamis, 10/02/00 (04
Dzulkaidah 1420H)
Petunjuk Allah
Mutiara Shubuh : Jum’at, 11/02/00 (05
Dzulkaidah 1420H)
Shalat Sunnah Dhuha (II)
Mutiara Shubuh : Senin, 14/02/00 (08
Dzulkaidah 1420H)
Meniru Kebudayaan Kaum Kafir
Mutiara Shubuh : Selasa, 15/02/00 (09
Dzulkaidah 1420H)
Klarifikasi Terhadap Suatu Masalah (Tabayyun)
Mutiara Shubuh : Rabu, 16/02/00 (10
Dzulkaidah 1420H)
Dirikanlah Shalat
Mutiara Shubuh : Kamis, 17/02/00 (11
Dzulkaidah 1420H)
Sikap Mukmin Terhadap Orang Yang Fasik
Mutiara Shubuh : Jum’at, 18/02/00 (12
Dzulkaidah 1420H)
Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka
Mutiara Shubuh : Senin, 21/02/00 (15
Dzulkaidah 1420H)
Esensi Waktu Dalam Paradigma Islam
Mutiara Shubuh : Selasa, 22/02/00 (16
Dzulkaidah 1420H)
Jauhilah Sifat Riya
Mutiara Shubuh : Rabu, 23/02/00 (17
Dzulkaidah 1420H)
Hisab
Mutiara Shubuh : Kamis, 24/02/00 (18
Dzulkaidah 1420H)
Silaturrahmi
Mutiara Shubuh : Jum’at, 25/02/00 (19
Dzulkaidah 1420H)
Merapatkan dan Meluruskan Shaf
Mutiara Shubuh : Senin, 28/02/00 (22
Dzulkaidah 1420H)
Dunia Hanya Persinggahan
Mutiara Shubuh : Selasa, 29/02/00 (23
Dzulkaidah 1420H)
Konsistensi Antara Mulut Dan Hati
Mutiara Shubuh : Rabu, 01/03/00 (24
Dzulkaidah 1420H)
Menjaga Kesehatan Tubuh
Mutiara Shubuh : Kamis, 02/03/00 (25
Dzulkaidah 1420H)
Menyambut Hari Jum’at
Mutiara Shubuh : Jum’at, 03/03/00 (26
Dzulkaidah 1420H)
Berqurban
Mutiara Shubuh : Senin, 06/03/00 (29
Dzulkaidah 1420H)
Shalat Diawal Waktu, Berjama’ah dan di Masjid
Mutiara Shubuh : Selasa, 07/03/00 (01
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 08/03/00 (02
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 09/03/00 (03
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/03/00 (04
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 13/03/00 (07
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/03/00 (08
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 15/03/00 (09
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/03/00 (10
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/03/00 (11
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 20/03/00 (14
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/03/00 (15
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/03/00 (16
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/03/00 (17
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/03/00 (18
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 27/03/00 (21
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/03/00 (22
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 29/03/00 (23
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 30/03/00 (24
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 31/03/00 (25
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Senin, 03/04/00 (28
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 04/04/00 (29
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 05/04/00 (30
Dzulhijjah 1420H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 06/04/00 (01
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 07/04/00 (02
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Senin, 10/04/00 (05
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 11/04/00 (06
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 12/04/00 (07
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 13/04/00 (08
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 14/04/00 (09
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Senin, 17/04/00 (12
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 18/04/00 (13
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 19/04/00 (14
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 20/04/00 (15
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 21/04/00 (16
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Senin, 24/04/00 (19
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Selasa, 25/04/00 (20
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Rabu, 26/04/00 (21
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Kamis, 27/04/00 (22
Muharram 1421H)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 28/04/00 (23
Muharram 1421H)
Mutiara
Shubuh : Rabu, 08/09/99 (27 Jumadil Awal 1420H)
Keutamaan
ber”siwak” sebelum berwudhu
Nabi saw bersabda: "Bila tidak
memberatkan bagi ummatku, aku akan mewajibkan mereka untuk bersiwak (gosok
gigi) sebelum mereka berwudhu" (Hadish Riwayat Abu Hurairah), dari sabda
Nabi ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa menggosok gigi (bersiwak) sebelum
berwudhu sangatlah dianjurkan oleh Nabi.
Mutiara Shubuh : Kamis, 09/09/99 (28 Jumadil Awal 1420H)
Membaca
“Allahumma Ajjirna minannar” setelah shalat
Dari al-Harists bin Muslim at-Tamimi ra, ia
berkata: Nabi saw bersabda kepadaku: "Apabila kamu selesai shalat shubuh
maka ucapkanlah sebelum berbicara "Allahumma
ajirni minannar (ya Allah, lindungilah aku dari api neraka)" tujuh kali;karena sesungguhnya jika kamu meninggal pada harimu itu
niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari api neraka, dan apabila kamu
selesai shalat maghrib maka ucapkanlah sebelum berbicara "Allahumma ajirni minannar (ya Allah,
lindungilah aku dari api neraka)" tujuh kali;karena sesungguhnya jika
kamu meninggal pada malammu itu niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari
api neraka" (HR Nasa'i dan Abu Dawud dari al Harist bin Muslim)
Note: Bagaimana kalau ini selalu kita baca
setiap sehabis shalat, Insya Allah mungkin kita akan selalu dilindungi oleh
Allah dari api neraka ......amien....
Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/09/99 (29 Jumadil Awal 1420H)
Rukun
Islam (5 hal)
Dalam salah satu hadish menyatakan,
belum lengkap islamnya seseorang jika belum melakukan lima kewajiban ini, yaitu shahadat, shalat, shaum, zakat dan
hajji", walaupun dua yang terakhir itu dibatasi dengan kemampuan masing-masing
individu. Tetapi setidak-tidaknya ada niat dan tekad untuk mewujudkan keduanya
(zakat dan hajji).
Mutiara Shubuh : Senin, 13/09/99 (2
Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan akan kebersihan
Disalah satu
hadish menyatakan bahwa Nabi saw melakukan shalat malam (tahajjud) dua raka'at
demi dua raka'at dan diantaranya itu Nabi saw bersiwak (membersihkan gigi
dengan kayu siwak yang adanya di Arab sana, tetapi intinya adalah membersihkan
giginya) dan sementara itu di hadish lain juga menyatakan bahwa Nabi melakukan
ini (bersiwak) sebelum beliau memasuki rumah dan menemui istri beliau.
Disini terlihat
bahwa bagaimana Nabi saw mengajarkan tentang pentingnya kebersihan yang pada
hadish diatas adalah salah satunya membersihkan gigi.
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/09/99 (3
Jumadil Akhir 1420H)
Menyempurnakan wudhu’ dan berdo’a setelahnya
Dari salah satu hadish shahih yang
diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah :
Dari Umar bin
Khaththab ra dari Nabi saw, ia bersabda: "Tidaklah salah seorang diantara
kalian berwudhu' kemudian menyempurnakan wudhu' nya lalu mengucapkan (do'a) :
Asyhadu Allahilaha illallah wahdahu laa syarikalah, wa-asyhaduanna muhammadan
'abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada tuhan selain allah dan tiada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)",
melainkan dibukakan baginya pintu-pintu sorga yang delapan, ia bisa masuk
dimana saja ia suka"
Dalam riwayat dua perawi terakhir
disebutkan dengan redaksi: "Kemudian membaguskan wudhu'" dan Abu
Dawud menambahkan: "Kemudian mengangkat tangannya ke langit seraya
berdo'a"
Dari hadish diatas dapat ambil intinya
adalah keutamaan menyempurnakan wudhu' dan mengucapkan do'a setelah berwudhu'
Mutiara Shubuh : Rabu, 15/09/99 (4 Jumadil Akhir 1420H)
Himbauan
untuk menyempurnakan wudhu’
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw melihat
seorang lelaki yang tidak membasuh kedua tumitnya lalu Nabi saw bersabda:
" Celaka bagi tumit-tumit itu dari api neraka".
Ada dua penafsiran dari kata "tidak
kedua membasuh tumitnya" ini:
1. Membasuh kaki
dengan mengalirkan air dari bagian atas kaki sehingga tumitnya tidak basah.
2. Membasuh kaki dengan hanya mengalirkan
air di kaki termasuk tumit tapi dengan tidak menggosoknya.
Dari kedua
penafsiran diatas alhamdulillah mungkin kita tidak melalukan hal yang pertama,
tetapi dengan mengosok semua kaki waktu berwudhu (termasuk tumit yang sering
kotor ketika kita berjalan) insya Allah kita akan terhindar dari kemungkinan
penafsiran kedua dan juga terhindar dari api neraka sebagaimana yang
diperingatkan Nabi saw pada hadish diatas.
Insya Allah dengan mengetahui hadish
diatas kita dapat lebih menyempurnakan wudhu kita.
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/09/99 (5
Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan untuk selalu berwudhu’
Dalam salah satu hadish Nabi saw dari Abu
Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
Disa'at Isra' & Mi'raj, Nabi saw
mendengar kedua alas kaki Bilal bin Raba' melangkah ke sorga di depan
mendahului beliau. Maka ketika ketemu Bilal, Nabi saw bertanya kepada Bilal
tentang amalan apa yang dikerjakan Bilal yang paling banyak pahalanya sehingga
dia mendahului Nabi saw ke sorga. Bilal menjawab bahwa beliau tidak punya
amalan khusus yang beliau harapkan banyak pahalanya selain bahwa dia tidak
hanya bersuci (berwudhu') untuk shalat atau dengan kata lain beliau selalu
dalam keadaan berwhudu' (suci) sepanjang hari.
Note: Amalan diatas juga dilakukan oleh
Luqman Al-Hakim (seorang muslim yang shaleh yang namanya diabadikan sebagai
salah satu nama surat di dalam Al-Qur'an). Tetapi memang kalau kita tela'ah lebih
dalam dengan selalu menggemarkan berwudhu' (bersuci) setiap sa'at setidaknya
menjadi motivasi dalam diri kita untuk tidak melakukan hal yang bathil karena
mengingat kesucian karena kita dalam keaadaan sedang berwudhu'. Insya Allah
amalan ini dalat kita lakukan sehingga menjadikan kita untuk selalu dalam
keadaan suci dan jauh dari yang bathil dan tentunya dapat menyusul jejak Bilal
bin Raba'.
Amien.....ya
rabbal alamin........
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/09/99 (6
Jumadil Akhir 1420H)
Anjuran shalat sunnah atau wajib setelah berwudhu’
Hadish shahih yang diriwayatkan oleh
Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah: Dari 'Uqbah bin Amir
ra yang menyampaikan sabda Nabi saw bahwa bagi seseorang yang berwudhu' dan
membaguskan wudhu'nya dan kemudian shalat dengan sepenuh hati dan wajahnya
dipastikan oleh Nabi saw akan mendapatkan ganjaran sorga baginya.
Note : Semoga
kita telah melakukan wudhu' kita dengan baik sesuai sunnah Nabi saw dan juga
kita melaksanakan shalat yang khusu' setelah itu (apakah itu shalat sunnah atau
wajib) dan Insya Allah kita diberikan ganjaran seperti yang di janjikan oleh
Allah swt melalui Nabi-Nya diatas.
....amien....
Mutiara Shubuh : Senin, 20/09/99 (9
Jumadil Akhir 1420H)
Tata cara berwudhu’
Pada "Mutiara Shubuh" yang lalu
dalam hadishnya Nabi saw menjanjikan syurga bagi yang menyempurnakan whudu' dan
shalat dua raka'at sesudahnya, bahasan hadish kali ini dilain hadishnya yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Nabi saw menyatakan ampunan dosa bagi
orang yang melakukannya. Ringkasan dari hadish tersebut sbb:
Ketika Humrah
Maula 'Ustman bin Affan ra (putra 'Ustman bin Affan ra) melihat ayahnya
berwhudu' dengan mencuci tanganya, kumur-kumur, mencuci hidung dneganmemasukkan
air ke hidung, mencuci muka, mencuci tangan sampai ke siku dan mencuci kaki,
semua dilakukan tiga kali (dengan sempurna) dan kemudian 'Utsman berkata:
"Aku melihat Rasulullah saw berwhudu' seperti whudu'-ku ini", dan
kemudian beliau bersabda, "Barangsiapa berwhudu' seperti whudu'-ku ini
kemudian shalat dua raka'at dengan khusyu', maka diampuni dosanya yang telah
lalu"
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/09/99 (10
Jumadil Akhir 1420H)
Menggemarkan adzan dan shalat berjama’ah di masjid
Kali ini yang dibahas adalah hadist yang
berkaitan dengan penunaian ibadah shalat dan ibadah-ibadah lain yang
berhubungan dengan ibadah shalat. Dalam salah satu hadist Nabi saw yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sbb:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Telah
bersabda Rasulullah saw: "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan adzan dan
shaf pertama, kemudian kemudian tidak mendapati kecuali harus melakukan undian
untuk mendapatkannya niscaya mereka melakukan undian, dan sekiranya mereka
mengetahui keutamaan bersegera melaksanakan shalat niscaya mereka berlomba
kepadanya, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Shubuh
niscaya mereka datang kepadanya seklipun dengan merangkak"
Note: Dari Hadist Shahih diatas dapat
kita tarik intinya adalah bahwa:
- Mengumandangkan adzan
- Shalat berjama'ah pada syaf yang
pertama
- Menyegerakan melaksanakan shalat
- Shalat Isya' dan Shubuh berjama'ah di
masjid
merupakan ibadah-ibadah yang banyak
sekali keutamaannya. Sehingga dalam hadish tersebut sampai diungkapkan bahwa
jika orang tahu keutamaan tersebut maka orang-orang tersebut akan berebut
mendapatkannya bahkan sampai dengan melakukannya dengan undian dan juga
sampai-sampai dengan merangkakpun mereka akan berusaha melakukannya. Insya'
Allah kita diberi keteguhan iman dalam melakukan ibadah-ibadah tersebut diatas
dan sehingga kita mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Amien ya rabbal
alamin..........
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/09/99 (11
Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan yang menyampaikan adzan (muadzdzin) - I
Hadish shahih yang diriwayatkan oleh
Ahmad dengan sanad yang shahih, Thabrani sbb:
Dari Ibnu Umar
ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: "Diampuni bagi mu'adzdzin
sejauh (gema suara) adzannya dan dimintakan ampunan untuknya oleh setiap benda
basah dan kering yang mendengarnya" dihadish lain dinyatakan "semua
yang mendengarkannya akn menjadi saksi baginya di hari akhirat"
Note: Nach .. kalau mau minta ampunan
dosa maka rajin-rajin lah ke masjid dan datang lebih awal untuk menjadi
mu'adzdzin, Insya Allah dosa-dosa nya akan dapat ampunan dan berangsur-angsur
bersih....
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/09/99 (12
Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan yang menyampaikan adzan (muadzdzin) - II
Masih berbicara tentang keutamaan
menyampaikan adzan, didalam hadish lain dari Abu Hurairah ra yang mengemukakan
sabda Rasullullah saw bahwa Imam itu adalah penjamin bagi shalat para ma'mumnya
dan muadzdzin adalah pemegang amanat dalam mengawal waktu-waktu shalat, dan
kemudian Rasulullah saw berdo'a untuk mereka: "Ya Allah tunjukilah para
imam dan ampunilah para muadzdzin" (Hadish shahih ini diriwayatkan oleh Abu
dawud, Turmudzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban didalam shahih-nya Ahmad
meriwayatkannya dari hadish Abu Umamah dengan sanad hasan).
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/09/99 (13 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
untuk ber-adzan setiap sebelum shalat
Masih berbicara masalah adzan, dalam salah
satu hadish shahihnya dari Abu Hurairah ra Rasullullah saw bersabda bahwa
apabila dikumandangkan adzan untuk shalat maka syetan lari terbirit-birit
seraya mengeluarkan kentut agar tidak mendengar adzan dan datang lagi setelah adzan
selesai dan kemudian lari lagi ketika mendengar iqamat dan kemudian datang lagi
setelahnya untuk menggoda konsentrasi orang yang sedang shalat sehingga mereka
menjadi lupa atau tidak mengetahui berapa (raka'at) shalatnya (Riwayat Malik,
Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i)
Note: Sepertinya kita dianjurkan untuk
adzan atau iqamat sebelum melakukan shalat wajib walaupun itu kita kerjakan
dirumah atau ditempat lain selain masjid, dengan harapan semoga syetan akan
menjauh dari tempat sekitar shalat kita sehingga dia tidak mengganggu
kekhusu'an shalat kita. Disamping itu Insya Allah kita mendapatkan ampunan yang
dijanjikan Allah lewat hadish Rasullullah sebagaimana yang kita bahas dalam
"Mutiara Shubuh" yang lalu.....amien..........
Mutiara Shubuh : Senin, 27/09/99 (16 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
membaca “A’udzubillah” untuk mengusir syeitan
Kali ini kita masih melanjutkan bahasan
tentang hadish shahih yang menyatakan ketakutan syetan akan adzan dan
usaha-usahanya yang selalu mengganggu konsentrasi kita diwaktu shalat. Untuk
itu marilah kita mengusir syetan dari hati kita dengan banyak-banyak berdzikir
dan khususnya diwaktu shalat setidaknya kita meminta perlindungan Allah dari
godaan syetan dengan membaca:"A'udzubillahi minassyaithonirrajiim (Aku
berlindung dengan Allah dari godaan syetan yang terkutuk) ketika akan membaca
Al-Fathihah dan sebelum membaca surah di setiap raka'atnya. Semoga kita selalu
dilindungi Allah dari godaan syetan yang senantiasa membisikkan kata-kata
sehingga membuat kita lupa pada Allah...amien...
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/09/99 (17 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
meyimak adzan dan menjawabnya
Dalam salah satu hadish shahih Rasullullah
saw yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawaud dan Nasa'i yang intinya bahwa
Umar bin Kattab ra mendengar Rasullullah saw bersabda, apabila mu'adzdzin
mengumandangkan adzan hendaklah kita menjawab adzan itu dengan seksama dari
lubuk hati yang dalam, dan barang siapa melakukan hal ini Insya Allah dia akan
masuk syurga. Dan dalam riwayat Rasullulah lainnya mengatakan bahwa beliau
sangat gembira sekali jika adzan akan dikumandangkan oleh Bilal bin Raba' dan
beliau juga meminta kepada Bilal untuk mengumandangkannya semerdu mungkin.
Note: Jika kita lihat dalam kehidupan kita
sehari-hari sa'at ini, kita telah sengaja atau tidak sengaja mengacuhkan
panggilan Allah ini (adzan). Jangan kan
menjawabnya untuk mendengar-kannya kita merasa tidak punya waktu dan bahkan
dengan tidak sengaja atau disengaja justru kita berbicara, menonton teve,
mendengar radio, tape dsb. selama adzan dikumandangkan dan yang lebih ekstrim
lagi kita justru membesarkan volumenya seolah-olah kita terganggu dengan seruan
adzan tersebut. Astaghfirullah al-adzim,
Ya Allah ampunilah kami.. Marilah mulai sa'at ini kita jadikan adzan itu
sebagai nada musikal yang paling merdu dan yang sangat kita tunggu-tunggu di
setiap waktu shalat dan bersungguh-sungguh untuk menjawabnya. Semoga Allah
mengampuni kita dan menggantikannya dengan ganjaran syurga seperti yang telah
dijanjikan Rasul-Nya tersebut. Berbahagialah orang yang mempunyai rumah yang
dekat dengan masjid yang senantiasa mendengar alunan nada merdu yang
dikumandangkan oleh para muadzdzin dari masjid. Dan bagi kita yang jauh dari
mesid dan juga karena jarangnya masjid dan sudah barang tentu jarang sekali
mendengar adzan, tetapi jika hati kita selalu di masjid dan Insya Allah hati
kita pun akan dengan sendirinya menyenandungkan adzan-adzan tersebut.
Mutiara Shubuh : Rabu, 29/09/99 (18 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
yang menyampaikan adzan (muadzdzin) - III
Masih dalam konteks keutamaan adzan, dalam
salah satu hadish shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Hibban: Dari
Mu'awiah ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Para mu'adzdzin adalah orang yang paling panjang lehernya
di hari kiamat". Ungkapan "panjang leher" dalam hadish ini
bermaksud bahwa mu'adzdzin itu lebih mudah dilihat oleh malaikat pada hari
akhir nanti dan didahulukan dalam hisabnya. Dalam riwayat lain menyatakan bahwa
pahala para mu'adzdzin itu ditambahkan sebanyak pahala orang yang mendengarkan
adzannya sehingga orang itu melaksanakan shalat karena panggilan adzannya.
Bahkan Imam Syafe'i menganjurkan (sunnah) untuk melakukan adzan sebelum iqamat
dan shalat, walaupun shalat itu dilaksanakan dirumah dan bahkan ketika shalat
sendiri.
Note: Semoga hadish ini bisa menjadi
motivator bagi kita untuk selalu dan gemar melaksanakan adzan dan iqamat
sebelum melaksanakan shalat fardhu dan Insya Allah kita akan menjadi orang yang
dikenal oleh Allah dan malaikat di hari akhir nanti.
Mutiara Shubuh : Kamis, 30/09/99 (19 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
membaca do’a setelah mendengar adzan
Hadish sahih Rasulullah saw: dari Jabir
bin Abdullah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa ketika
mendengarkan adzan dan mengucapkan (do'a yang artinya): "Ya Allah, seruan
yang sempurna ini dan shalat yang berlangsung, berikanlah wasilah (kedudukan)
dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkanlah ia pada maqam yang terpuji
yang pernah Engkau janjikan", maka ia berhak mendapat safa'atku pada hari
kiamat" (H.R. Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan
Al-Baihaqi)
Note: Hadish diatas mengingatkan kita untuk
selalu menggemarkan membaca do'a setelah adzan (Allahumma rabbaha dzihidda'
watittammah ..... dst ) yang biasanya kita hiraukan saja. Ketika kita lupa
membacanya karena kesibukan duniawiyah kita dan sewaktu-waktu kita ingat bahwa
kita belum membacanya, maka bacalah do'a ini segera walaupun adzan sudah lama
berlalu. Semoga dengan ini kita bisa mendapatkan safa'atnya Rasullullah dia hari
akhir nanti.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 01/10/99 (20 Jumadil Akhir 1420H)
Anjuran
mendengarkan adzan, menjawabnya
Dalam salah satu hadishnya Rasulullah saw
yang meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amer ra mendengar seorang lelaki berkata
kepada Rasullullah saw bahwa dia iri (ghibtoh, iri tehadap amalan baik yang
dilakukan seseorang dan ia ingin sekali melakukannya) terhadap muadzdzin yang
dirasakannya mendapat keutamaan yang mengungguli dia, dan kemudian Rasullullah
saw bersabda: "Ucapkanlah sebagaimana yang mereka ucapkan, dan kemudian
apabila kamu telah mengucapkannya maka mintalah (kepada Allah swt) niscaya kamu
diberi". (HR. Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban), Menurut Syaikh
Nashiruddin Al-Albani hadish ini hasan (keakuratannya
dibawah shahih).
Note: Hadish mengingatkan kita untuk selalu
mendengar adzan dengan seksama dan menjawabnya dan kemudian tidak lupa berdo'a
setelah adzan, Insya Allah do'a kita akan didengarkan Allah swt dan
dikabulkan....amien...
Mutiara Shubuh : Senin, 04/10/99 (23 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan
berdo’a diantara adzan dan iqamat
Hadish shahih dari Anas bin Malik ra bahwa
Rasullullah saw bersabda: "Do'a antara adzan dan iqamat tidak
ditolak". (HR Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban). Sedangkan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa dengan tambahan kata: "Maka
berdo'alah".
Note: kata
"tidak ditolak" pada hadish diatas dapat ditafsirkan Insya Allah akan
diperkenankan Allah swt, jadi saat diantara adzan dan iqamat itu adalah salah
satu waktu yang makbul untuk berdo'a dan Rasulullah saw menganjurkannya.
Turmudzi dalam sebuah riwayat lain menambahkan tentang apa yang harus diucapkan
(do'a apa yang harus dipanjatkan) pada waktu itu. Maka Rasullullah menjawab:
"Mintalah kepada Allah kesejahteraan (afiah) di dunia dan akhirat. Untuk
itu marilah kita untuk tidak menyia-nyiakan momen yang penting ini untuk
meminta kepada Allah swt, sekurang-kurangnya dengan do'a sapu jagad (Rabbana
atina fiddunya hasanah wabil ahirati hasanah wa qinaa adzabannaar).
Mutiara Shubuh : Selasa, 05/10/99 (24
Jumadil Akhir 1420H)
Mengulangi keutamaan membaca “Allahumma ajjirna minannar”
Bahasan kali ini hanya mengulangi hadish shahih Rasullullah saw tentang
keutamaan membaca "Allahumma ajjirna minannar" sebanyak tujuh kali
setelah shalat Shubuh dan Maghrib yang Insya Allah akan menjaga kita dari
keterpurakan ke dalam neraka. Semoga kita selalu istiqomah dalam menjalankan
ibadah ini.
Mutiara Shubuh : Rabu, 06/10/99 (25
Jumadil Akhir 1420H)
Ajakan untuk gemar berinfaq untuk masjid
Hadish Shahih dari Abu Dzar ra, ia
berkata: "Telah bersabda Rasulullah saw: " Barang siapa membangun
masjid sebesar sarang burung karena Allah maka Allah akan membangun untuknya
rumah di syurga". (H.R. Al Bazar, Thabrani dan Ibnu Hibban)
Note: Hadish shahih diatas menggambarkan
sebegitu besarnya imbalan yang akan diberikan Allah swt kepada hambanya yang
gemar menginfaqkan sebahagian dari rezeki yang telah diberikanNya dengan ikhlas
di jalannya yaitu untuk pembangunan masjid, walaupun sekecil apapun
(digambarkan sebagai sebesar sarang burung yang kecil dan ringan) sesuai dengan
kemampuan hambanya tersebut. Allah swt tidak menghitung nilai nominal dari apa
yang disumbangkannya untuk mesid itu, tetapi menilai kualitas keikhlasannya.
Bagi yang mampu nilai satu juta mungkin baginya tidaklah berat akan tetapi bagi
yang tidak mampu mungkin nilai seribu adalah cukup besar, maka dimata Allah swt
keikhlasan dari orangnya lah yang dipakai sebagai ukuran. Mudah-mudahan hadish
diatas dapat mengingatkan kita untuk menjadi hamba Allah yang gemar berinfaq
baik dilakukan secara sembunyi maupun terang-terangan (tanpa perasaan riya
tentunya), dan Insya Allah sebuah rumah telah menanti kita di syurga nantinya
...amien...
Mutiara Shubuh : Kamis, 07/10/99 (26
Jumadil Akhir 1420H)
Larangan melakukan ihtiba’ dan tasybik di dalam masjid
Hadish Shahih dari Maula (mantan budak)
Abu Sa’id al Khudri ra, ia berkata: "Ketika aku dan Abu Sa’id bersama-sama
Rasulullah saw memasuki masjid tiba-tiba ada seseorang lelaki duduk di tengah
masjid dengan menekuk lutut kedua kakinya ke perutnya (ihtiba’) seraya
memasukkan sebahagian jari-jarinya kepada sebahagian yang lain (tasybik)
kemudian Rasullullah saw memberi isyarat kepadanya tetapi orang itu tidak faham
terhadap isyarat tersebut kemudian Nabi saw menoleh kepada Abu Sa’id seraya
bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian berada didalam masjid maka
janganlah ia melakukan tasybik karena sesungguhnya tasybik itu dari syetan, dan
sesungguhnya salah seorang diantara kalian senantiasa (terhitung) dalam shalat selama
berada didalam masjid hingga ia keluar darinya” (H.R. Ahmad dengan sanad
jayyid).
Note: Ketika kita didalam masjid sering
sekali kita melakukan Ihtiba’ dan Tasybik ini, khususnya ketika mendengarkan
ceramah ataupun khutbah jum’at. Kalau kita lihat dari hadish diatas, nampaknya
larangan melakukan hal ini bersifat makruh, mengingat perbuatan tersebut kurang
layak dilakukan ditengah orang yang sedang shalat dan bahkan Rasulullah saw
menyatakan bahwa selama kita di masjid itu senantiasa dihitung sebagai shalat.
Memang kita tidak luput dari segala ke-alpha-an sehingga kita melakukannya, dan
bahkan dalam salah satu hadish yang diriwayatkan Bukhari dari riwayat Abu
Hurairah ra menyatakan bahwa Rasullullah saw pun pernah melakukannya (sebagai
manusia biasa Nabi saw pun tidak luput dari ke-alpha-an).
Insya Allah dengan hadish ini kita dapat
diingatkan kembali tentang larangan melakukan hal-hal yang kurang baik
khususnya perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan syetan, dan kitapun dapat untuk
saling mengingatkan dalam hal tersebut.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 08/10/99 (27 Jumadil Akhir 1420H)
Keutamaan ber-adzan dan syaf terdepan dalam berjama’ah
Kali ini kita
diingatkan kembali akan keutamaan melakukan adzan untuk memanggil shalat dan
keutamaan syaf pertama di dalam shalat yang didalam salah satu hadish sahihnya
Rasullulah saw menyatakan orang akan berlomba-lomba dengan segala upayanya ke
masjid untuk beradzan dan mendapatkan syaf yang terdepan walaupun dengan
melakukan undian, jika mereka mengetahui keutamaan melakukan hal ini. Khususnya
pada shalat jum’at, banyak diantara kita berusaha untuk mengambil tempat yang
enak duduk (bersandar) tanpa menghiraukan bahwa syaf didepannya masih kosong.
Semoga kita selalu istiqomah dalam mengejar syaf yang terdepan.
Mutiara Shubuh : Senin, 11/10/99 (1
Rajab 1420H)
Menggemarkan untukmelakukan shalat sunnah di rumah
Walaupun
Rasulullah saw menganjurkan untuk melakukan shalat wajib berjama'ah di masjid
bagi laki-laki, beliau tetap mengingatkan untuk tetap melakukan shalat-shalat
lainnya di rumah masing-masing, seperti yang beliau sabdakan dalam salah satu
hadish shahihnya ketika salah seorang dari sahabat (Abdullah bin Sa'ad)
bertanya kepada beliau tentang mana yang lebih utama shalat dirumah atau di
masjid. Rasulullah saw menjawab bahwa beliau lebih suka melakukan
shalat-shalatnya di rumah beliau kecuali shalat wajib, walaupun rumah beliau
dekat dengan masjid. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah). Pada
riwayat-riwayat lain juga dinyatakan bahwa Nabi saw lebih sering shalat malam (tarawih
dan tahajjud) di rumah dari pada di masjid.
Mutiara Shubuh : Selasa, 12/10/99 (2
Rajab 1420H)
Lima keutamaan bagi yang senantiasa shalat di masjid
Dalam salah
satu hadish shahihnya Rasulullah saw memberikan kabar gembira bagi ummatnya
yang senantiasa memelihara lima waktu shalat wajibnya dengan berjama'ah dan di
masjid akan mendapat lima keutamaan yaitu:
- niscaya akan
dijauhkan dari padanya kefakiran di dunia
- terhindar
dari adzab kubur
- mendapatkan
buku laporan kegiatannya di yaumil akhir nanti dari sebelah kanan
- melewati
jembatan syiratal mustaqim dengan secepat halilintar
- dijamin masuk
syurga tanpa di hisab
Note: Dari
riwayat para aulia dahulu, mereka mendapatkan keutamaan yang pertama setelah
mereka melakukan shalat wajib berjama'ah di masjid tanpa terputus selama
seratus hari atau mereka shalat wajib dirumah atau dimanapun selain di mesjid
tetapi berjama'ah dan kecuali shubuh berjama'ah di masjid tanpa terputus selama
seribu hari. Mungkin pada sa'at sekarang ini bagi kita berat sekali untuk
melakukan hal tersebut tapi setidak-tidaknya kita akan berusaha untuk mengapai
keutamaan tersebut. Bukankah kita sudah tahu bahwa hakekat kesempurnaan itu
adalah menggapai kesempurnaan itu sendiri. Semoga Allah swt selalu mencatat
niat kita ini sebagai suatu kebajikan...
Mutiara Shubuh : Rabu, 13/10/99 (3
Rajab 1420H)
Menggemarkan untuk shalat di masjid
Hadish shahih
dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: "Barangsiapa pergi ke masjid
atau pulang (darinya) maka Allah swt menyediakan baginya sorga sebagai
persinggahan setiap kali ia pergi atau pulang" (HR Bukhari, Muslim dan
lain-lainnya).
Note: Mudah-mudahan hadish ini dapat
menjadikan kita seseorang yang gemar shalat berjama'ah di masjid, bukan karena
hanya mengharapkan hadiah dari Allah tersebut, tetapi hadiah itu hanya sebagai
stimulan bagi kita untuk lebih istiqomah ke masjid.
Mutiara Shubuh : Kamis, 14/10/99 (4
Rajab 1420H)
Keutamaan shalat di masjid dan menunggu ma’mum lainnya
Hadish shahih riwayat Bukhari, Muslim dan
lain-lain, dari Abu Musa ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw:
"Sesunggguhnya orang yang paling besar pahalanya di dalam shalat ialah
orang yang paling lauh berjalan kepadanya kemudian yang lebih jauh lagi (dan
seterusnya), dan orang yang menunggu shalat hingga ia melaksanakannya bersama
imam lebih besar pahalanya dari orang yang melaksanakannya kemudian tidur"
Note: Berbahagialah orang yang mempunyai
rumah yang jauh dari masjid tetapi dia melaksakan shalat berjama'ah di masjid
dan terlebih lagi jika dia menyegerakan ke masjid dan menunggu ma'mum lainnya
untuk shalat berjama'ah.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 15/10/99 (5
Rajab 1420H)
Menggemarkan untuk shalat di masjid walaupun jauh
Masih dalam bahasan menggemarkan untuk
shalat di masjid, hadish shahih dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata: Ada seorang
Anshar yang aku tidak mengetahui orang selainnya yang tinggal lebih jauh dari
mesjid kecuali dia tetapi tidak pernah luput shalat (berjama'ah di masjid),
kemudian dikatakan kepadanya: Sebaiknya kamu beli keledai sehingga kamu dapat
menungganginya pada waktu gelap dan panas, lalu ia menjawab, Aku tidak suka
rumahku didekat masjid,sesungguhnya aku ingin perjalananku ke masjid ditulis
dan (demikian pula) kepulanganku apabila aku kembali kepada keluargaku,
kemudian Rasulullah saw bersabda: "Allah telah menghimpun semua itu
baginya".
Didalam riwayat lain: Kemudian aku
mengasihaninya lalu aku katakan: "wahai Fulan, seandainya kamu beli
keledai niscaya dapat melindungimu dari panas dan kerasnya tanah", ia
menjawab: "Demi Allah, aku tidak suka sumahku bersambung dengan Muhammad
saw", perawi berkata: "Kemudian aku merasa keberatan sekali (terhadap
pernyataan itu) hingga aku datang kepada Rasulullah mengkhabarkan kepadanya,
lalu Nabi saw memanggilnya. Kemudian orang itu berkata kepada Nabi saw seperti
apa yang telah dikatakannya dan ia menyebutkan bahwa ia mengaharapkan pahala
bekas (langkahnya), kemudian Rasulullah saw bersabda: "Bagimu apa yang
kamu harapkan" (HR Muslim dan lainnya, Ibnu Majah meriwayatkan seperti
riwayat kedua)
Note: Terlihat dari riwayat diatas
bagaimana kaum muslimin di zaman rasul dengan ke-istiqomahan-nya menjalankan
shalat berjama'ah di masjid walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh dan
bahkan dengan berjalan kaki atau merangkakpun mereka akan ke masjid karena
kegemaran mereka untuk berjama'ah ke masjid dan hanya dalam rangka untuk
memenuhi panggilan Allah (adzan). Semoga hadish ini dapat memotivasi kita untuk
gemar ke masjid dan memakmurkannya, apatah lagi pada zaman sekarang ini di
negeri kita ini masjid dan musholla telah menjamur dimana-mana dan sudah
didepan mata. Sangat ironis sekali kita lihat dimana kita berlomba-lomba untuk
membangun masjid sementara setiap waktu shalat tiba mesjid yang kita bangun itu
kosong melompong yang ada hanya imam dan muadzdzin dan bahkan tidak jarang ada
masjid yang tidak ada shalat berjama'ahnya pada waktu-waktu tertentu dan
sementara di lain tempat kita dengan senang hati meluangkan waktu kita bahkan
menghabiskannya hingga larut malam di kafe-kafe, klab malam, bioskop, Mall dan
hal-hal duniawi lainga. Untuk itu marilah kita bersama-sama kembali meramaikan
masjid dan mengajak saudara-saudara kita yang lainnya untuk ke masjid
bersama-sama.
................
LET'S BACK TO THE MOSQUE..............
Mutiara Shubuh : Senin, 18/10/99 (8
Rajab 1420H)
Keutamaan
shalat berjama’ah di masjid di waktu malam
Hadish shahih dari Abu Buraidah ra dari
Nabi saw, bersabda: "Berilah kabar gembira kepada pejalan kaki pada waktu
gelap ke mesjid, dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat" (HR. Abu
Dawud dan Turmudzi).
Note: Hadish shahih diatas merupakan
stimulan bagi kita untuk menggemarkan shalat wajib pada waktu malam dengan
berjama'ah di masjid (shubuh dan isya'). Dalam hadish lain dinyatakan bahwa cahaya
tersebut juga diberikan ketika kita di alam kubur. Semoga kabar gembira ini
akan lebih memantapkan kita dalam menjaga shalat berjama'ah di masjid,
khususnya shalat shubuh dan isya' yang dinyatakan dalam hadish diatas, dan
semoga cahaya yang sempurna itu kita dapatkan pada alam kubur dan hari akhirat
nantinya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 19/10/99 (9
Rajab 1420H)
Peringatan meninggalkan shalat isya’ dan shubuh
berjama’ah
Setelah membahas beberapa keutamaan
shalat berjama'ah di masjid, kali ini dalam salah satu hadish shahih dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah saw memperingatkan kita dari meninggalkan hal tersebut
sebagai berikut: "Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang
munafiq ialah shalat isya' dan shalat fajar (shubuh), dan sekiranya mereka
mengetahui keutamaan yang ada pada keduanya niscaya mereka datang
kepadanya". Bahkan dalam salah satu riwayat lain, salah seorang sahabat
telah meminta saudaranya untuk menggotongnya ke masjid untuk berjama'ah di
masjid.
Note: Nach... kita bisa tanyakan sendiri
kepada hati kita apakah terasa berat untuk melaksanakan shalat berjama'ah di
masjid khususnya shalat isya' dan shubuh. Kalau jawabannya "YA",
marilah kita dengan segenap daya yang ada untuk mengusir sifat munafiq ini dan
berusaha meraih keutamaan-keutamaan ya telah di janjikan Allah swt tersebut.
Mudah-mudahan dengan peringatan ini dapat meneguhkan tekad kita untuk selalu
menegakkan shalat berjama'ah di masjid dan tentunya berharap tidak tergolong
sebagai orang yang munafiq. Dan juga telah menjadi tugas kita untuk
menyelamatkan saudara-saudara kita yang lainnya dari kemunafiqan ini dengan
mengajak mereka untuk bersama-sama meramaikan masjid dengan shalat berjama'ah.
Mutiara Shubuh : Rabu, 20/10/99 (10
Rajab 1420H)
Tiga perkara yang menghalangi diterimanya shalat
Hadits dari abu Umamah ra, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah saw: "Tiga orang yang shalat mereka tidak
melampaui telinga-telinga mereka yaitu Hamba yang melarikan diri hingga
kembali, wanita yang bermalam sedang suaminya murka dan imam suatu kaum
sedangkan mereka membencinya" (HR Turmudzi, Hadits hasan gharib)
Note: Dalam redaksi hadish diatas
dikatakan bahwa "orang yang shalat mereka tidak melampaui telinga-telinga
mereka" adalah suatu khiasan untuk shalat yang tidak diterima Allah yaitu
ada tiga perkara:
1. Hamba yang melarikan diri hingga kembali yang bisa berarti Hamba yang
lari dari tuannya atau orang-orang yang melarikan diri dari suatu peperangan.
2. Wanita yang
bermalam sedang suaminya murka, bisa berarti seorang istri yang menolak ajakan
kebajikan dari suaminya atau dia pergi tanpa idzin suaminya sehingga membuat
suaminya marah.
3. Imam suatu kaum sedangkan mereka membencinya yaitu pemimpin yang tidak
disenangi oleh rakyatnya mungkin karena
ketidak adilannya atau sebagainya.
Marilah kita menghindari ketiga perkara
diatas sehingga shalat kita tidak sia-sia.
Mutiara Shubuh : Kamis, 21/10/99 (11
Rajab 1420H)
Anjuran meluruskan dan merapatkan shaf dalam berjama’ah
Dari al Barra' bin Azib ra, ia berkata:
Biasanya Rasulullah saw mendatangi sudut shaf dan meluruskan antara dada-dada
ma'mum dan bahu-bahu mereka seraya bersabda: "Janganlah bengkok (barisan
kalian) maka akan bengkok pula hati-hati kalian, sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya mendo'akan shaf yang pertama" (HR Ibnu Khuzaimah).
Note: Hadist shahih diatas merupakan
anjuran untuk meluruskan dan merapatkan shaf serta mengisi tempat-tempat yang
kosong pada shaf didepan ketika kita shalat berjama'ah yang merupakan salah
satu tolok ukur dari kesempurnaan shalat berjama'ah kita. Dan diakhir hadish
Rasulullah menekankan lagi tentang keutamaan shaf yang terdepan. Marilah kita
berlomba-lomba untuk mendapatkan shaf terdepan dalam shalat berjama'ah dan
semoga kita mendapatkan do'a-do'a tersebut.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 22/10/99 (12
Rajab 1420H)
Peringatan dari meninggalkan shalat berjama’ah
Dari Haritsah
bin Nu'man ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw : "Salah seorang
diantara kalian mengurusi binatang gembalaannya merepotkannya lalu ia berkata:
Sebaiknya saya cari untuk binatang gembalaanku tempat yang lebih banyak
rumputnya dari tempat ini, lalu ia berpindah dan (kemudian) ia tidak bisa
menghadiri (shalat berjama'ah) kecuali Jum'at, lalu ia berkata: Sebaiknya saya
cari untuk binatang gembalaanku tempat yang lebih banyak rumputnya dari tempat
ini, lalu ia berpindah dan (kemudian) ia tidak bisa menghadiri Jum'at ataupun
shalat berjama'ah lalu (akhirnya) Allah menutup hatinya" ( HR Ahmad dari
riwayat Umar bin Abdullah mantan budak Ghafrah, hadits in i hasan).
Note: Hadits hasan diatas memperingatkan
kita atas tertutupnya hati kita sebagai hamba Allah untuk bermunajat kepada
Allah swt dikarenakan kesibukan keduniawian kita. Pertama kita lupa akan
melaksanakan shalat berjama'ah kemudian lupa untuk shalat Jum'at dan akhirnya
kita lupa untuk shalat dan apa itu shalat bahkan lupa pada sang Pencipta kita.
Semoga kita dijauhkan dari hal-hal tersebut diatas dan marilah kita saling
mengingatkan antar sesama akan hal ini.
Mutiara Shubuh : Senin, 25/10/99 (15
Rajab 1420H)
Peringatan meninggalkan shalat Jum’at (I)
Dari Abu
Hurairah r.a., ia berkata: Telah bersabda Rasulullah s.a.w.:"Ingatlah
barangkali salah seorang diantara kalian menjadikan kawanan (gembalaan) kambing
di ujung satu mil atau dua mil, lalu urusan padang rumput merepotkannya kemudian semakin naik hingga datang Jum'at
tetapi ia
tidak bisa
datang dan tidak menghadirinya, dan datang Jum'at lagi kemudian ia tidak
menghadirinya (lagi) sehingga Allah menutup hatinya" (Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dengan sanad hasan dan Ibnu Khuzaimah di dalam Shahih-nya)
Note: Semoga
hati kita selalu terbuka untuk mendengar panggilan adzan untuk shalat jum’at
dan selalu istiqomah untuk melaksanakannya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 26/10/99 (16
Rajab 1420H)
Peringatan meninggalkan shalat Jum’at (II)
Dari Ibnu Abbas
r.a., ia berkata: Barang siapa meninggalkan Jum'at tiga kali berturut-turut
maka sesungguhnya ia telah mencampakkan Islam di belakang punggungnya.
(Diriwayatkan oleh Abu Ya'la secara mauquf dengan sanad shahih)
Note: Semoga
kita tidak tergolong orang yang meninggalkan shalat Jum’at.
Mutiara Shubuh : Rabu, 27/10/99 (17
Rajab 1420H)
Peringatan meninggalkan shalat Jum’at (III)
Dari Ka'ab bin
Malik r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: "Orang-orang yang mendengar
seruan ('adzan) Jum'at kemudian tidak mendatanginya, hendaknya mereka
benar-benar berhenti (dari perbuatan tersebut), atau sungguh Allah akan
menutupi hati mereka kemudian benar-benar menjadi termasuk orang-orang yang
lalai" (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam al-Kabir dengan sanad hasan)
Mutiara Shubuh : Kamis, 28/10/99 (18
Rajab 1420H)
Shalat sebagai penghapus dosa-dosa kecil
Hadits shahih darinya ra, dari Rasulullah
saw, beliau bersabda: "Shalat yang lima, jum'at ke jum'at dan Ramadhan ke
Ramadhan adalah penghapus dosa antara yang satu dan lainnya selama menjauhi
dosa-dosa besar" (HR Muslim dan lainnya)
Note: Hadits diatas merupakan stimulan
bagi kita untuk selalu istiqomah melaksanakan shalat lima waktu, jum'at dan
ibadah-ibadah di bulan Ramadhan, dimana segala dosa-dosa kecil kita yang kita
lakukan dari waktu shalat ke waktu shalat lainnya akan dihapuskan Allah swt
kecuali dosa-dosa besar seperti syirik, membunuh, berzinah, mencuri, durhaka
dan sebagainya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 29/10/99 (19
Rajab 1420H)
Tiga tingkatan (golongan) orang yang melaksakan shalat
Jum’at
Dalam salah satu hadists Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah (yang berpendapat hadits ini
shahih) dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah bersabda bahwa ada tiga tingkatan
/ jenis orang yang menghadiri jum'at yaitu:
·
Orang yang menghadirinya dengan sia-sia, dan
baginyalah kesia-siaan itu
·
Orang yang menghadirinya dengan berdo'a,
tergantung kepada Allah swt lah pengabulan do'anya.
·
Orang yang menghadiri, mendengarkan dan
diam serta tidak melangkahi pundak seorang muslim dan tidak menyakiti siapapun,
maka Allah swt akan memberikan ampunan dosa baginya hingga Jum'at berikutnya
ditambah tiga hari (10 hari berikut) sesuai dengan firman Allah "
Barangsiapa membawa amal yang baik baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya" (QS 6:160)
(Menurut Syeikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani hadits ini hasan)
Note: Dari ketiga
golongan diatas mungkin dapat dijelaskan sbb:
·
Golongan pertama merupakan orang yang
datang ke masjid untuk Jum'atan karena keterpaksaan, datang terlambat, tidak
mendengarkan khutbah dan bahkan tidur ketika khutbah dikumandangkan, dan hanya
menghadiri shalat Jum'at karena ritualnya saja, tanpa bersungguh-sungguh
menghayatinya.
·
Golongan kedua merupakan sekelompok
orang-orang yang sudah memenuhi segala aspek-aspek persyaratan shalat Jum'at
dari mendengar khutbah, shalat yang benar, berdo'a, tetapi masih melupakan
hal-hal yang cukup esensial didalam melaksanakan shalat Jum'at, seperti
menyempurnakan wudhu', membersihkan diri sebelumnya, berusaha mendapatkan syaf
yang terdepan dsb.
·
Golongan ketiga yaitu orang-orang yang
sungguh-sungguh dalam menghadapi shalat Jum'at. Mereka benar-benar menyiapkan
diri untuk melakukannya, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah bahwa hari
Jum'at itu adalah hari besarnya ummat Islam (hari berjama'ah / berkumpul),
mereka membersihkan diri, berusaha datang seawal mungkin untuk mendapatkan syaf
terdepan, berdzikir sebelum shalat dimulai, mengikuti khutbah dengan seksama
dan menghayatinya dan seterusnya.
Marilah kita renungkan termasuk tingkatan
golongan manakah kita ????
Jika kita masih merasa jauh dari golongan
yang ketiga, marilah kita berusah untuk mencapainya.
Semoga shalat Jum'at kita tidak
sia-sia..................
Mutiara Shubuh : Senin, 01/11/99 (22
Rajab 1420H)
Tatakrama dalam shalat Jum’at
Mungkin suatu
ketika kita dengan tidak sengaja datang terlambat ke masjid (karena sesuatu
hal) untuk menunaikannya shalat Jum'at sehingga kita tidak mendapatkan tempat.
Janganlah kita berusaha untuk mendapatkan tempat dengan menggeser-geser saudara
kita yang lain dan mengganggu kekhusukannya beribadah dan bahkan kita
melangkahi mereka yang telah dahulu datang, kecuali memang ada tempat yang
lowong yang dapat diisi.
Peringatan ini
diabadikan dalam hadits shahih dari Abdullah bin Busri ra yang mengatakan:
Seseorang datang seraya melangkahi pundak orang-orang di hari Jum'at ketika
rasulullah saw sedang berkhutbah, lalu Rasulullah bersabda: "Duduklah
sesungguhnya kamu telah menyakiti dan datang terlambat" (HR Ahmad, Abu
Dawud, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Untuk itu
seyogyanyalah kita datang untuk memenuhi panggilan shalat Jum'at ini lebih awal
sehingga mendapatkan tempat dan jika memungkinkan pada syaf yang terdepan (atau
yang lowong). Jika kita terlambat ambillah tempat yang kosong dan usahakan
tidak mengganggu saudara-saudara yang lain beribadah dan jika memang ada tempat
yang lowong dan harus melintasi orang-orang tersebut makan permisilah dengan
baik sehingga kita tidak menyakitinya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 02/11/99 (23
Rajab 1420H)
Keutamaan mandi dan datang awal untuk shalat Jum’at
Dari abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa mandi hari Jum'at sebagaimana mandi janabah,
kemudian berangkat ke masjid sa'at yang pertama, maka ia seperti berqurban
seekor onta, dan barangsiapa yang berangkat ke masjid sa'at yang kedua, maka ia
seperti berqurban seekor sapi, dan barangsiapa yang berangkat ke masjid sa'at
yang ketiga, maka ia seperti berqurban seekor kibas yang bertanduk, dan
barangsiapa yang berangkat ke masjid sa'at yang keempat, maka ia seperti
berqurban seekor ayam, dan barangsiapa yang berangkat ke masjid sa'at yang
kelima, maka ia seperti berqurban sebiji telur, apabila imam keluar maka para
malaikat datang mendengarkan peringatan" (HR Malik, Bukhari, Abu Dawud,
Turmudzi, Nasa'i dan Ibnu Majah)
Note: Hadits diatas merupakan stimulan
bagi kita untuk membersihkan diri sebelum datang ke masjid untuk shalat
berjamaah dan berusaha untuk datang lebih awal dan mengejar syaf pertama.
Selain itu hadits ini juga memperingatkan atas melalaikan untuk datang ke
masjid untuk shalat Jum'at (terlambat). Dalam riwayat lain menyatakan bahwa
jika kita datang setelah imam (khatib) berkhutbah maka malaikat telah menutup
lembaran-lembaran catatan amalannya, sehingga akan sia-sialah Jum'atan kita.
Untuk itu marilah kita menjaga waktu shalat kita dan juga saling mengingatkan
kepada saudara muslim yang lainnya dalam menuju ketaqwaan dan hingga amal yang
kita lakukan juga tidak sia-sia.
Mutiara Shubuh : Rabu, 03/11/99 (24
Rajab 1420H)
Anjuran membersihkan diri dalam menghadiri Jum’at (I)
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Telah
bersabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya ini hari raya yang dijadikan Allah
untuk kaum muslimin, barangsiapa yang menghadiri Jum'at maka hendaklah dia
mandi, dan jika ia punya wewangian maka hendaklah ia menyentuhnya dan hendaknya
kalian bersiwak" (HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan)
Note: Hadits
hasan diatas mengingatkan kita bahwa hari Jum'at itu adalah hari raya bagi kita
dan hendaklah kita membersihkan diri untuk menyambutnya dan memakai wewangian.
Bagi kita yang harus kekanto dan kemungkinan tidak bisa mandi di kantor
hendaknya kita niatkan di pagi harinya, bahkan syukur-syukur kita bisa mandi,
tetapi setidak-tidaknya kita bersiwak (gosok gigi). Semoga Allah melihat
kesungguhan kita dalam menyambut hari raya (jum'at) setiap minggunya.
Mutiara Shubuh : Kamis, 04/11/99 (25
Rajab 1420H)
Anjuran membersihkan diri dalam menghadiri Jum’at (II)
Sahabat-sahabat
sekalian, berikut ini adalah salah satu hadits sahih yang menguatkan hadits
hasan yang pernah disampaikan sebelumnya
tentang mengemarkan mandi, bersiwak dan memakai wewangian pada hari Jum'at:
Dari Abu Sa'id al Khudri ra dari
Rasulullah saw beliau bersabda: "Mandi hari Jum'at adalah wajib atas
setiap yang sudah mimpi, bersiwak dan menggunakan wewangian sedapatnya"
(HR. Muslim dan lainnya)
Note: Hadits diatas menyatakan mandi hari
Jum'at adalah wajib bagi yang mimpi, ini berarti adalah mandi besar (Janabah)
selayaknya mandi ketika berhadas besar. Jika kita merujuk pada hadits
sebelumnya, Rasulullah saw sangatlah menganjurkan untuk mandi sebelum Jum'at
yang mungkin bisa diartikan sebagai Sunnah Muaqqadah (hampir wajib), begitu
juga dengan bersiwak dan memakai wewangian. Tetapi jika mengingat bahwa hari
Jum'at (Yaumul Jum'ah, hari berjama'ah) itu adalah salah satu hari besar (raya)
bagi ummat Muslimin, maka memang sudah sepantasnyalah kita bersiap-siap untuk
merayakannya dengan datang ke masjid lebih istimewa dengan melakukan hal-hal
diatas tadi.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 05/11/99 (26
Rajab 1420H)
Keutamaan syaf terdepan dalam shalat berjama’ah
Dalam mehadiri shalat berjama'ah hendaklah kita berusaha untuk
mendapatkan syaf yang terdepan. Khususnya ketika menghadiri Jum'at terkadang
kita hanya berusaha mencari tempat yang enak duduk, bersandar atau bahkan
terkadang kita tertidur. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
Rasulullah saw menyatakan bahwa sekiranya kita tahu keutamaan syaf terdepan itu
maka kita semua akan berebut bahkan dengan berundipun kita akan rela. Sementara
diriwayat lain Rasulullah saw menggambarkan bahwa seseorang akan berupaya
mendapatkan syaf terdepan itu meskipun dengan merangkak demi mendapatkan
keutamaan tersebut. Imam Ali bin Abi Thalib ra menggambarkan keutamaan syaf
terdepan itu akan mendapatkan seratus kebajikan dan syaf berikutnya dikurangi
sepuluh dan begitu selanjutnya. Tetapi sungguhpun begitu semua ini hanyalah
sebuah stimulan bagi kita yang pada dasarnya untuk lebih mendekatkan kita
kepada Khalik Pencipta.
Nah.......
sebaiknya janganlah kita sia-siakan kesempatan ini, marilah kita berpacu untuk
datang ke masjid untuk shalat berjama'ah lebih awal sehingga mendapatkan syaf
yang terdepan dan Insya Allah akan membalasnya sesuai dengan disampaikanNya
melalui insan pilihanNya, Rasulullah saw.
Mutiara Shubuh : Senin, 08/11/99 (29
Rajab 1420H)
Keutamaan ke masjid walaupun ada yang merintangi
Dari Yazid bin Abu Maryam, ia berkata: "Ubayah bin Rifa' bin Rafi'
ra menyusulku (dari belakang) ketiku aku berjalan ke (shalat) Jum'at lalu ia
berkata: Bergembiralah sesungguhnya langkahmu ini adalah di jalan Allah, aku
mendengan Abu Abbas berkata: Telah berkata Rasulullah saw: " Barangsiapa
kedua kakinya berdebu dijalan Allah maka keduanya diharamkan dari neraka"
(HR Thurmudzi)
Note: Hadits shahih
diatas merupakan stimulan untuk kita untuk lebih gemar ke masjid walaupun
banyaknya rintangan yang harus dilalui seperti, debu, hujan, panas dan lain
sebagainya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 09/11/99 (01
Sya’ban 1420H)
Melawan godaan syeitan (Al-Mu’minun : 97-98)
Syeitan adalah
makhluk yang tidak senang melihat anak Adam berbuat amal baik. Dengan segala
daya upayanya berusaha membujuk, bisikan kepada kita untuk meninggalkan
perbuatan baik dan seterusnya membujuk untuk melakukan maksiat. Bahkan ketika
dalam ibadah pun kita masih diganggunya, dia berusaha mengingatkan kita hal-hal
tertentu sehingga mengganggu kehusukan kita beribadah dst...dst... Ada hal yang
paling ampuh untuk mengusir syeitan ini yaitu dengan membaca
"A'udzubillah........" sebelum melakukan sesuatu termasuk ibadah,
niscaya Allah akan melindungi kita dari godaan syeitan tersebut. Do'a lain yang
cukup ampuh adalah permohonan Rasulullah saw yang diabadikan pada Surah
Al-Mu'minun ayat 97-98 yang artinya: "Dan katakanlah: Ya tuhanku, hamba
berlindung kepada Engkau dari bisikan dan rayuan syeitan." (97). "Dan
berlindung hamba, ya Tuhan, dari kehadiran syeitan kepada hamba" (98).
Maha benar Allah
dengan segala firmanNya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 10/11/99 (02
Sya’ban 1420H)
Anjuran membersihkan diri dalam menghadiri Jum’at (III)
Hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani dan Ibnu Khuzaimah dari Abu Ayyub al Anshari
ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa mandi
pada hari Jum'at dan menyentuh wewangian jika dia punya,dan memakai pakaiannya
yang paling bagus, kemudian keluar hingga mendatangi masjid lalu ruku'
sedapatnya dan tidak menyakiti seseorang kemudian diam (mendengar / menyimak)
hingga shalat maka (yang demikian itu) menjadi kafarat bagi dosa antara Jum'at
tersebut dan Jum'at yang lain".
Note: Satu lagi hadits yang menganjurkan (sunnah) untuk membersihkan
diri, memakai wewangian dan berpakaian yang terbagus untuk menyambut hari raya
Jum'at dan datang ke masjid dalam menunaikan shalat Jum'at. Setiba di masjidpun
langsung menempati syaf yang terdepan tanpa mengganggu saudara lainnya yang
telah datang duluan serta shalat tahayatul masjid dan berdzikir seperlunya
hingga didengarkan adzan. Menyimak dengan seksama khutbah Jum'an dan
dilanjutkan dengan shalat Jum'at. Ternyata amalan ini insya Allah akan
menghapuskan dosa-dosa kita dari Jum'at tersebut ke Jum'at lainnya.
Mutiara Shubuh : Kamis, 11/11/99 (03
Sya’ban 1420H)
Menggemarkan Shalat Taubat
Hadits shahih dari
Abu Bakar ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah
seseorang melakukan suatu dosa kemudian ia bangkit bersuci, kemudian shalat
kemudian memohon ampunan kepada Allah melainkan Allah akan mengampuninya",
kemudian beliau membaca ayat ini: "Dan orang-orang yang apabila melakukan
perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri maka mereka segera mengingat
Allah...(Ali
Imran :135)" (HR Thurmudzi, Abu Dawud, Nasa'i,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
Note: Hadits shahih
diatas mengingatkan kita supaya shalat Taubat jika kita melakukan suatu
kesalahan atau maksiat dan sudah barang tentu tidak mengulangi perbuatan itu
kembali.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 12/11/99 (04
Sya’ban 1420H)
Anjuran untuk shalat berjama’ah di masjid
Hadits shahih dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata: Barangsiapa ingin bertemu
Allah besok (kiamat) dalam keadaan Muslim maka hendaklah ia menjaga shalat-shalat
tersebut ketika diserukan (adzan) untuknya; mereka sesungguhnya Allah ta'ala
telah syari'atkan untuk Nabi kalian sejumlah sunnah petunjuk, dan sekiranya
kalian shalat dirumah-rumah kalian sebagaimana orang yang membolos ini shalat
dirumahnya niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan sekiranya
kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian niscaya kalian sesat. Tidaklah
seseorang bersuci kemudian membaguskan wudhu' lalu menuju ke salah satu masjid
diantara masjid-masjid ini melainkan Allah menulis satu kebaikan baginya dari
setiap langkah yang diayunkannya, dan menghapuskan dengannya satu dosa darinya.
Sungguh aku melihat kami; tidaklah membolos darinya (shalat berjama'ah)
melainkan seorang munafiq yang sudah dikenal nifaq-nya, dan biasanya sampai ada
orang yang dibopong diantara dua orang sehingga didirikan didalam shaf (shalat
berjama'ah)"
Note: Hadits diatas
mengingatkan kita untuk gemar shalat berjama'ah dimasjid, di riwayat lain
dinyatakan bahwa orang yang gemar berjama'ah dimasjid di berikan cahaya (nur)
baginay sehingga di hari akhir nanti muka mereka bersinar dan sangat mudah
sekali malaikat mengenal mereka. Dan janganlah kita baru dicap sebagai orang
munafiq karena keengganan ke masjid dan baru ke masjid setelah udzur dan (ma'af)
setelah "disholatkan".
Mutiara Shubuh : Senin, 15/11/99 (07
Sya’ban 1420H)
Peringatan akan mencaci-maki zaman (waktu)
Terkadang kita dengan sengaja ataupun tidak sengaja mendiskreditkan salah
satu hari, jam atau waktu seperti menyatakan "jangan berdagang hari Sabtu
karena akan membawa sial" atau "tanggal tiga belas itu membawa
sial" dsb....dsb... Atau didalam masyarakat kita sering terjadi ketika
akan melakukan suatu hajatan dengan melihar hari, tanggal dsb. dengan maksud
katanya mencari hari baik. Sesungguhnya Allah swt membuat semua hari itu sama
baiknya kecuali ada hari-hari terbaik untuk melakukan suatu ibadah seperti
Ramadhan, Idul Fitri, Idul adha, Hari Jum'at dsb. Allah tidak pernah menyatakan
ada hari yang tidak baik dan Allah swt pun mengingatkan untuk jangan mencela
hari-hari tersebut, seperti yang dinyatakan dalam hadits Rasullullah yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: Telah berfirman Allah swt: "Telah
menggangguKu anak-anak Adam karena mereka telah mencaci-maki zaman, Akulah
zaman itu dan Akulah yang menggilirkan malam dan siang".
Mutiara Shubuh : Selasa, 16/11/99 (08
Sya’ban 1420H)
Peringatan atas kesombongan dan kebanggaan atas diri
Kebanggaan, kesombongan dan kecongkakan timbul karena kita merasa lebih
dari pada orang lain, padahal kelebihan yang diberikan itu adalah
semata-matanya datangnya dari Khalik Pencipta. Jika kita sadar bahwa kelebihan
yang diberikan kepada kita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan setitik
kelebihan Allah swt. Untuk itu apa gunanya kita berbanggga dan sombong atas hal
kelebihan yang dipunyai, toh.. akhirnya semua itu akan kita tinggalkan dan
tidak dapat menyelamatkan dari hisab diakhirat kelak. Sesungguhnya semuanya itu
hanya milik Allah swt yang dipinjamkan sementara buat kita. Oleh karena itu
Allah swt melalui Hadits Qudsi memperingatkan kita untuk tidak sombong:
"Kebesaran (kesombongan dan kebanggaan) adalah pakaianKu, keagungan itu
adalah sarungKu. Barangsiapa yang mengambilnya (atau salah satu darinya), akan
ku lemparkan dia ke neraka jahannam" (HQR Abu Dawud).
Mutiara Shubuh : Rabu, 17/11/99 (09
Sya’ban 1420H)
Berbaik
sangka terhadap Allah swt
Ketika kita
ditimpa musibah, apa yang terlintas dibenak kita terhadap Allah yang telah
menjatuhkan musibah itu kepada kita ???
Seyogyanya
janganlah sampai terlintas dalam benak kita bahkan terucap bahwa Allah tidak
adil... Allah tidak sayang kepada kita..... Allah benci kepada kita..... dsb...
dsb..., tetapi hendaklah kita dapat mengambil hikmah dibalik musibah yang
menimpa kita itu, karena pasti itu adalah merupakan hal yang terbaik yang
diberikan Allah swt kepada kita. Ingatlah Allah swt itu maha pengasih dan maha
penyayang terhadap makhluk ciptaanNya.
Oleh karena itu
berbaik sangkalah terhadap apa yang telah diberikan kepada kita baik itu
musibah atau ni'mat, sesuai dengan yang dianjurkan Rasulullah saw: "
Berbaik sangka terhadap Allah swt merupakan ibadah yang paling baik" (HR.
Abu Dawud).
Mutiara Shubuh : Kamis, 18/11/99 (10
Sya’ban 1420H)
Memahami Asma ul Husna
Telah bersabda
Rasulullah saw: " Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus
kurang satu, barangsiapa yang memperhatikannya akan masuk syurga" (HR
Bukhari).
Note: Kata
"memperhatikan" pada hadits shahih yang singkat diatas berarti
mempelajari, menghayati dan benar-benar mengakui kesembilan puluh sembilan
hak-hak Allah swt tersebut (Asma ul husna) sehingga kita akan merasa sangat
amat kecil dibandingkan Ke-"MAHA"-an Allah swt tersebut. Jika
dikumpulkan kelebihan-kelebihan yang dipunyai oleh makhluk-makhlukNya didunia
ini maka itu tidak akan sebanding dam bahkan jauh sekali dibandingkan setitik
ke-"MAHA"-an Allah swt, dan bahkan kelebihan-kelebihan yang kita
punyai itu pun merupakan kepunyaaanNya. Kita tidak ada apa-apanya.
Subhanallah,
Walhamdulillah, Walailaha illallah, Allahu Akbar, dst... dst... tak kan ada
habis-habisnya..
Mutiara Shubuh : Jum’at, 19/11/99 (11
Sya’ban 1420H)
Peringatan bagi orang yang senang berbuat maksiat
Rasulullah saw
bersabda dalam salah satu hadits Qudsi: Allah 'azza wajalla berfirman : "
Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi
kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutupi (kesalahan-kesalahan) mu tetapi kamu
tambah berani, dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak memperdulikan Aku" (HQR
At-Thurmidzi dan Al-Hakim)
Note: Hadits Qudsi
diatas merupakan peringatan Allah swt terhadap kita-kita yang masih ngotot
(senang) untuk melakukan maksiat dimuka bumi ini dan sangat ringan sekali dalam
meninggalkan semua yang diperintahkan Allah swt, walaupun Allah swt telah
menutup-nutupi maksiat yang telah dibuatnya itu
tetapi kita justru sangat bangga dengan maksiat yang kita lakukan
tersebut dan justru menggembar-gemborkannya dan lebih jauh lagi kita mengajak
orang lain untuk bersama-sama bermaksiat. Semoga hal ini di jauhi dari kita.
"Ya
Allah....... perlihatkanlah yang benar itu nyata benarnya dan bimbinglah kami
untuk mendekati dan mengimplementasikannya. Dan tunjukkanlah yang bathil itu
benar-benar busuk adn kami mohon ya Allah... dijauhkan dari segala kebusukan
tersebut....... amien..... ya rabbal alamin........"
Mutiara Shubuh : Senin, 22/11/99 (14
Sya’ban 1420H)
Anjuran Menahan Amarah
Tidak jarang kita tidak dapat menahan amarah yang timbul yang disebabkan
oleh sesuatu hal yang memancing timbulnya sifat yang kurang baik tersebut,
seyogyanyalah kita dapat menahannya. Rasulullah saw bersabda dalah salah satu
haditsnya: " Barangsiapa yang dapat menahan amarahnya, niscaya Allah swt
juga akan menahan marahNya terhadap orang tersebut di akhirat kelak".
Sementara dihadits lain yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Allah swt menjanjikan
bahwa diakhirat kelak orang-orang tersebut ditandai oleh Allah, dan mereka
dibawakan bidadari-bidadari syurga yang mereka dapat pilih sesuka mereka.
Semoga dua hadits diatas dapat mengingatkan kita untuk selalu dapat menahan
diri dari rasa marah.
Mutiara Shubuh : Selasa, 23/11/99 (15
Sya’ban 1420H)
Peringatan terhadap berbantah-bantahan
Dalam sebuah forum
diskusi, musyawarah dan sejenisnya, kerap kita berdebat ngalor-ngidul,
berbantah-bantahan, bersilat lidah dan mempertahankan pendapat masing-masing
demi kepentingan sendiri atau golongan dan saling menjatuhkan lawan. Dan bahkan
tidak jarang secara tragis diakhiri dengan pertengkaran yang sengit hingga ke
permusuhan satu sama lainnya.
Dalam sebuah
riwayat Rasulullah saw pada suatu mudzakarah (diskusi) yang mana para sahabat
saling berbantahan, masing-masing punya argumen sendiri-sendiri, kemudian
Rasulullah saw meninggalkan diskusi itu dan bersabda: "Wahai mereka,
dengan inikah kalian diutus? Janganlah kalian kembali sesudahku menjadi kafir
sebahagian kalian memukul tengkuk sebahagian yang lain". (HR. Thabrani).
Di dalam hadist
lainnya yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasa'i dan Thurmudzi, dari
Aisyah ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: " Sesungguhnya orang
yang paling dibenci Allah ialah orang yang suka bertengkar dengan sengit dan
suka berbantahan".
Seyogyanya hal ini
kita hindarkan dengan cara diskusi dan tukar pikiran yang arif. Satu sama lain
saling mengisi dan menghormati dan Insya Allah kita semua mendapat kemuliaan
yang dijanjikan Rasullullah saw dalam sebuah haditsnya: "Barang siapa
meninggalkan perbantahan sedangkan ia (pada pihak) yang salah maka akan
dibangunkan baginya rumah dipinggir syurga sedangkan ia (pada pihak) yang benar
dibangunkan rumah baginya ditengah syurga, dan barang siapa yang membaguskan
akhlaqnya maka akan dibangunkan baginya (rumah) dibagian atasnya" (HR. Abu
Dawud, Thurmudzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Mutiara Shubuh : Rabu, 24/11/99 (16
Sya’ban 1420H)
Marhaban Yaa Ramadhan
Beberapa hari lagi, Ramadhan akan datang ditengah-tengah kita.
Seyogyanyalah kita gembira menyambut bulan yang penuh, berkah, rahmah dan
maghfirahnya ini. Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang gembira
menghadapi bulan Ramadhan, niscaya akan diharamkan oleh Allah baginya
neraka". Didalam menyambut Ramadhan ini Rasullullah biasanya meningkatkan
intensitas dan kualitas ibadahnya untuk melatih diri menghadapi bulannya Allah
ini (Syahr Allah). Pada bulan ini disamping diwajibkan shaum (puasa) yang mana
pahalanya diberikan langsung oleh Allah (HR Bukhari dari Abu Hurairah), ibadah
lainnya pun akan dilipat gandakan pahalanya. Untuk itu marilah kita bergembira
menyambut bulan suci ini dengan meningkatkan ibadah kita dan tambah meningkat
lagi selama Ramadhan dengan menegakkan ibadah-ibadah khusus seperti menegakkan
malam Ramadhan (Qiyamullail) dsb.
Marhaban Ya
Ramadhan
Mutiara Shubuh : Kamis, 25/11/99 (17
Sya’ban 1420H)
Keutamaan Puasa Ramadhan
Telah bersabda Rasulullah saw bersabda:
" Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman, ikhlas dan
mengharapkan ridhoNya, niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni oleh Allah
swt". (HR. Ahmad dan As-Sunan).
Note: Hadits
shahih diatas sudah tidak asing lagi ditelinga kaum muslimin dimana selalu
dikutip ketika ramadhan sudah menjelang. Beberapa hari lagi kita akan memasuki
bulannya Allah, bulan suci Ramadhan. Pada bulan ini Allah melipat gandakan
pahala bagi melaksanakan ibadah, khususnya ibadah puasa yang pahalanya akan
diberikan langsung oleh Allah swt. Marilah kita sambut dengan senang dan
gembira bulan yang penuh rahmah, berkah dan maghfirahNya ini serta pada
waktunya nanti kita tegakkan puasa (shaum) disiang hari dan menegakkan malamnya
dengan shalat tarawih dan tahajjud serta ibadah-ibadah lainnya. Setelah itu ,
semoga Allah swt menerima segala amal perbuatan kita dan mengampuni dosa-dosa
kita yang telah lalu dan Insya Allah juga yang akan datang.
MARHABAN YA RAMADHAN
Mutiara Shubuh : Jum’at, 26/11/99 (18
Sya’ban 1420H)
Peringatan terhadap berbicara ketika khutbah Jum’at
Terkadang secara sengaja maupun tidak sengaja kita melakukan dialog
(mengobrol) dengan orang disamping kita padahal kita sedang dalam mendengarkan
khutbah Jum'at. Hendaklah kita ingat akan hal ini, tahanlah diri untuk
berbicara dengan mendengarkan khatib berkhutbah secara seksama. Rasulullah saw
memperingatkan pada ummatnya tentang hal ini: "Apabila kamu berkata kepada
kawanmu pada hari Jum'at. Diamlah ketika Imam berkhutbah maka sesungguhnya kamu
telah sia-sia (Hadits shahih dari Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Muslim, abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Kata "sia-sia" didalam hadits ini berarti bahwa tidak ada pahala dan
keutamaan Jum'at bagi mereka yang berbicara ketika khutbah diperdengarkan. Marilah
kita selalu ingat dengan hal yang kelihatannya kecil tapi sangat essensial
dalam ibadah Jum'at ini.
Mutiara Shubuh : Senin, 29/11/99 (21
Sya’ban 1420H)
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa yang pandai membaca Al-Qur'an, dia akan bersama
malaikat yang mulia, dan yang tidak pandai membacanya tetapi membaca dengan
terbata-bata baginya dua pahala" (HR Bukhari dan Muslim)
Note: Hadits shahih diatas menerangkan keutamaan membaca Al-Qur'an yang
mana bagi yang belum lancar membaca (terbata-bata) saja Allah sawt akan
memberikan dua pahala baginya serta yang membacanya dengan lancar akan
dimuliakan Allah swt seperti malaikatNya, apatah lagi kalau membaca kemudian
memahaminya serta mengimplementasikannya didalam segala sendi kehidupannya.....
Wallahualam, hanya Allah yang akan memperhitungkannya.
Untuk itu marilah
kita mulai hari ini canangkan didalam hati kita untuk selalu istiqomah dalam
membaca Al-Qur'an yang kita sudah yakini sebagai pegangan hidup kita dan
berikrar "TIADA HARI TANPA MEMBACA DAN MEMPELAJARI AL-QUR'AN".
Mutiara Shubuh : Selasa, 30/11/99 (22
Sya’ban 1420H)
Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pegangan Hidup
Rasulullah saw
bersabda: "Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, Kalian tidak akan
tersesat bila kalian berpegang teguh kepadanya yakni: Kitabullah (Al-Qur'an)
dan Sunnahku (Hadits)". (HR Muslim)
Note: Hadits diatas menegaskan dua hal sebagai pegangan hidup orang
muslim yang paling utama yaitu Al-Qur'an dan Hadits, apapun yang kita perbuat
hendaknyalah merujuk kedua referensi itu dahulu supaya kita tidak sesat.
Mutiara Shubuh : Rabu, 01/12/99 (23
Sya’ban 1420H)
Keutamaan
Al- Qur'an
Rasulullah saw pernah
bersabda: Sesungguhnya dengan kitab ini (Al-Qur'an), Allah akan mengangkat dan
memuliakan derajad suatu kaum dan merendahkan derajad kaum yang lainnya"
(HR Muslim)
Note:
Hadits shahih diatas bermakna bahwa Allah akan memuliakan orang-orang (kaum)
yang selalu membaca, belajar, memahami dan mengimplementasikan Al-Qur'an
didalam kehidupannya. Dan sebaliknya terhadap orang-orang yang mengacuhkan
Al-Qur'an tersebut, dimana Al-Qur'an hanya menjadi pajangan saja dirumahnya
hingga berdebu dan lusuh, apalagi berpaling dari ajaran Al-Qur'an, niscaya
Allah swt akan merendahkan derajadnya serendah-rendahnya. Untuk itu marilah
kita mempelajari Al-Qur'an yang sudah menjadi pedoman hidup kita itu dan jika
mungkin kita juga dapat menyampaikannya kepada saudara-saudara kita yang lain,
walaupun satu ayat. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda yang intinya adalah
sebaik-baiknya ummat Islam adalah yang belajar dan sekaligus mengajarkan
Al-Qur'an.
Mutiara Shubuh : Kamis, 02/12/99 (24
Sya’ban 1420H)
Al- Qur'an Sebagai Benteng Diri
Telah bersabda
Rasulullah saw: "orang yang di dalam benaknya tiada Al-Qur'an, laksana
sebuah rumah yang kosong dan bobrok" (HR Bukhari)
Note: Hadits
shahih diatas bermakna bahwa orang-orang yang jarang membaca Al-Qur'an apalagi
mempelajarinya maka didalam fikirannya tidak terdapat landasan yang kokoh serta
benteng-benteng yang kuat untuk menahan godaan negatif dari luar sehingga gampang
sekali terpengaruh, dirasukibisikan-bisikan syeitan yang senantiasa
mempromosikan maksiat kepada kita sehingga kita luluh didalam kemaksiatan
tersebut. Yach... seperti rumah kosong yang bobroklah, digoyang sedikit akan
runtuh. Untuk itu marilah sekali lagi kita kuatkan tekad kita untuk membaca,
belajar, memahami dan menjiwai Al-Qur'an tersebut.
"SUDAHKAH SAHABAT MEMBACA DAN
BELAJAR AL-QUR'AN HARI INI ?"
Mutiara Shubuh : Jum’at, 03/12/99 (25
Sya’ban 1420H)
Membaca Al- Qur'an Media Dialog Dengan Allah swt
Rasulullah saw pernah bersabda:
"Apabila seseorang ingin berdialog dengan Rabb-nya, hendaklah dia membaca
Al-Qur'an (HR Ad-Dailami dan Al-Baihaqi).
Note: Hadits diatas merupakan salah satu
penegasan dari Rasulullah saw bahwa membaca, mempelajari, memahami Al-qur'an
itu adalah salah satu dialog, percakapan, silaturrahmi dengan Maha Pencipta
selain dari pada berdo'a. Membaca Al-Qur'an ini adalah juga salah satu bentuk
dzikir yaitu mengingat Allah dengan segala yang difirmankanNya. Memang kalau
kita mau tela'ah lebih lanjut, Al-Qur'an itu merupakan dokumentasi terlengkap
di dunia ini, apa saja segi kehidupan terdapat didalamnya. Termasuk
perintah-perintah Allah kepada hambanya dan begitu juga sangat amat sarat
dengan do'a-do'a dari hambanya kepada Rabb-Nya sehingga terbentuk suatu dialog
dua arah yang harmonis. Untuk itu marilah sekali lagi kita bulatkan niat kita
untuk selalu membaca, mempelajari dan memahami Al-qur'an, sehingga dialog yang
harmonis antara kita dan Maha Pencipta selalu langgeng.
Mutiara Shubuh : Senin, 06/12/99 (28
Sya’ban 1420H)
Keutamaan Shalat Shubuh dan Ashar Berjama’ah
Dari Abu Musa ra
bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: "Barang siapa shalat dua waktu
dingin maka dia masuk syurga (HR Bukhari dan Muslim).
Note: Kata
"dua waktu dingin" (Al-Bardain) diatas berarti waktu shubuh dan ashar
dimana kedua waktu shalat itu dilaksanakan di kedua ujung siang, dimana ketika
udara sudah dingin dan tidak begitu panas. Hadits diatas menunjukkan sebegitu
utamanya shalat Shubuh dan Ashar, apalagi kita melaksanakannya berjama'ah dan
juga di masjid. Didalam hadits lain yang diriwayatkan Al-Hikam, Rasullulah swt
menyampaikan ada dua keutamaan orang-orang yang tunai melakukan shalat shubuh
berjama'ah dimasjid selama empat puluh hari, maka dia akan dijauhkan oleh Allah
swt dari sifat munafik dan akan diselamatkan dari adzab kubur. Seyogyanyalah
hadits diatas dapat menjadi stimulan bagi kita untuk istiqomah shalat
berjama'ah dimasjid dan tentunya tepat waktu.
Mutiara Shubuh : Selasa, 07/12/99 (29
Sya’ban 1420H)
Shalat Diawal Waktu
Dari Abdullah bin
Mas’ud ra, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw: Amal apakah yang
paling dicintai Allah swt? Ia bersabda: “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya:
Kemudian apa? Ia bersabda: “Berbuat baik kepada kedua orang tua”. Aku bertanya:
Kemudian apa? Beliau bersabda: “Berjihad dijalan Allah” (HR Bukhari, Muslim,
Thurmidzi dan Nasa’I)
Note: Terlihat pada
hadits shahih diatas sebegitu pentingnya “Shalat tepat waktu” (diawal waktu)
sehingga disetarakan oleh Allah swt dengan amal dalam berbakti kepada orang tua
dan bahkan dengan jihad sebagai amalan hamba-Nya yang sangat Ia cintai.
Mutiara Shubuh : Rabu, 08/12/99 (30
Sya’ban 1420H)
Fadhilah Shalat Berjamaah Di Masjid
Rasulullah saw pernah
bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian berwudhu’ kemudian membaguskan
whudu’, lalu keluar untuk shalat; maka ia tidak mengangkat kakinya yang kanan
melainkan Allah swt menulis baginya satu kebaikan, dan tidaklah ia meletakkan
kakinya yang kiri melainkan Allah swt
menghapuskan darinya satu keburukan, maka hendaklah salah satu diantara kalian
memperpendek langkah atau memperpanjang jarak (tempuh); jika ia datang ke
masjid kemudian shalat berjama’ah, maka diampuni baginya, jika ia datang ke
masjid sedangkan mereka telah shalat sebagian (raka’at) dan masih ada sebagian
(raka’at) (lalu) ia shalat sesuai (raka’at) yang ia dapati dan menyempurnakan
sisanya maka demikian pula (ia diampuni), jika ia datang ke masjid sedangkan
mereka telah shalat kemudian ia menyempurnakan shalat maka demikian pula (ia
diampuni)” (HR abu Dawud)
Note: Begitulah
keutamaan yang akan kita dapat dengan shalat berjama’ah ke masjid, setiap
langkah kita akan dihisab oleh Allah swt, dan ini pun berlaku bagi terlambat
shalat berjama’ah dan bahkan shalat berjama’ahnya sudah selesai. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk selalu berusaha shalat berjama’ah
di masjid. Disamping mendapatkan keutamaan tersebut diatas, kita Insya Allah
juga terhindar dari sifat kemunafikan.
Mutiara Shubuh : Kamis, 09/12/99 (01
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Puasa
Disampaikan oleh
Abu Hurairah ra: Allah swt berfirman: "Puasa itu ibarat perisai. Pada hari
melaksanakan puasa, janganlah orang yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor,
tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar bingar
bertengkar. Jika di antara kalian memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya
mengatakan kepadanya:"Saya sedang berpuasa". Kemudian Rasulullah saw
menambahkan: "Demi Allah yang diriku di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya
bau mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari bau minyak kesturi.
"Dia yang telah meninggalkan makan dan minum-nya hanya mengharapkan
kerido'anKu. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan karena itu Akulah yang
langsung membalasnya dengan ganjaran untuk kebaikan yang telah dilakukannya
sepuluh kali lipat. (HR Bukhari).
Note: Sebegitu
pentingnya ibadah puasa itu sehingga Allah swt menyatakan akan langsung
memberikan pahala kepada yang melakukannya dan memberikan pahala ibadah-ibadah
yang dilakukannya berlipat ganda, tetapi tentunya puasa orang yang puasanya itu
bersih dari kedurhakaan-kedurhakaan, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/12/99 (02
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Kalimat Thoyyibah (I)
Dari Yahya bin
Thalhah bin abdullah ra berkata: Pada suatu ketika Thalhah ra duduk dalam
keadaan berduka. Maka orang-orang bertanya kepadanya mengapa ia bersedih.
Jawabnya, "Sesungguhnya saya telah mendengar bahwa Rasulullah saw
bersabda, " Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat, tidaklah seseorang
hamba membacanya pada saat sakaratul mautnya,melainkan ia akan dihindarkan oleh
Allah dari semua kesusahan dan dijadikan wajahnya bersinar, dan ia akan
mengetahui tempatnya di syurga nanti", akan tetapi saya belum mengetahui
kalimat apakah itu.
Itulah yang menyebabkan saya berduka pada sa'at ini". Lalu, Umar ra
berkata, saya mengetahui kalimat tersebut, yaitu kalimat yang telah disampaikan
Rasulullah saw kepada pamannya (Abu Thalib), Inilah kalimatnya : LAA ILAHA
ILLALLAH".
Note: Dari hadits
diatas terlihat keutamaan kaliman Thoyyibah tersebut, ada beberapa hadits lain
yang menyatakan kalimat Thoyyibah ini
memiliki nur dan menyebabkan kebahagiaan. Dikitab Al-Munabbihat, Ibnu
Hajjar menulis bahwa kalifah Abu Bakar as-Siddiq ra berkata: "Kegelapan
itu ada lima macam:
Pertama, CINTA
DUNIA itu kegelapan dan penerangnya adalah TAQWA.
Kedua, PERBUATAN
DOSA itu adalah kegelapan dan penerangnya adalah TAUBAT
Ketiga, KUBUR itu
gelap dan penerangnya adalah bacaan LAA ILAHA ILLALLAH
Keempat, AKHIRAT
itu gelap dan penerangannya adalah AMAL SHOLEH
Kelima, SHIRATH itu
gelap dan penerangannya adalah YAKIN
Semoga kita semua
dapat menjiwai kalimah Thoyyibah dan kemudian Allah akan
mencabut nyawa kita
dalam keadaan khusnul khotimah dan memberikan nur nya
kepada kita
nantinya di alam kubur...... Insya Allah.........
Mutiara Shubuh : Senin, 13/12/99 (05
Ramadhan 1420H)
Fadhilah Kalimat Thoyyibah (II)
Dari Zaid bin Arqam
ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa mengucapkan kalimat LA
ILAHA ILLALLAH dengan ikhlas pasti masuk syurga". Seseorang bertanya,
"Apakah tanda-tanda ikhlas itu yaa Rasulullah", beliau menjawab,
"Menahan diri melakukan yang diharamkan Allah"
Note: Didalam
hadits diatas sangat jelas bahwa bagi siapa yang telah mengikrarkan kalimat
Thoyyibah dan menjalankan perintah Allah niscaya tidak disangsikan lagi bahwa
baginya predikat Ahlul Jannah (Citizen of Heaven), dan bagi yang tidak dapat
menahan diri dari yang diharapkan Allah dan menjalankan apa yang
diperintahkanNya, Insya Allah masih mendapatkan syurga karena keberkahan
kalimat LA ILAHA ILLALLAH tersebut dan tentunya terlebih dahulu mempertanggung
jawabkan dosa-dosanya. Memang tidak sulit untuk mengucapkan kalimat singkat ini
apabila kita sedang sehat tetapi belum tentu kita dapat mengucapkannya ketika
kita sedang menghadapi sakaratul maut. Dan tidak jarang kita lihat
saudara-saudara kita hanya berbicara tentang hartanya ketika menghadapi mautnya
dibanding mengucap kalimat Thoyyibah ini.
Kita tidaklah heran
bila seseorang yang seumur hidupnya menyembah patung dan melakukan kemungkaran
dan maksiat dan ia meninggal dalam keadaan kafir. Tetapi sunggug disayangkan
jika ada seseorang yang kelihatannya alim rajin dan mondar-mandir ke masjid tetapi pada akhir
hayatnya ia meninggal dalam keadaan kafir, mungkin itu karena perbuatan dosa
yang dilakukkannya ketika dia sendirian, dan berulang kali ia lakukan.
Ada sebuah kisah
tentang seekor burung Beo yang dipelihara oleh seorang ulama (kiyai) di sebuah
pesantren. Sang Kiyai mengajari burung Beonya itu mengucapkan kalimat
sapaan-sapaan islami termasuk kalimat Thoyyibah. Dan si Beo pun sangat familiar
sekali mendengarkan dan mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dan apalagi dia
tidak pernah mendengar perkataan-perkataan yang tidk senonoh karena dia berada
dilingkungan pesantren yang sangat islami tersebut. Pada suatu ketika sang
Kiyai selesai memberi makan si Beo, beliau lupa menutup kandang Beo tersebut
dan seekor kucing telah mengintai si Beo tersebut menerobos masuk kandangnya
dan mengigit si Beo tersebut dan hendak memakannya. Dalam ketakutan dan
kesakitan tersebut beopun berteriak "Keak....keak... keak..."
sehingga terdengar oleh sang kiyai. Beliau bergegas menuju suara tersebut,
dilihatnya si Beo telah mati dan digunggung oleh sang kucing keluardari
kandangnya. Sejenak sak Kiyai tapakur melihat kejadian tersebut dan menangis
sejadinya dan mengunci diri di kamarnya beberapa hari. Para santripun heran
kenapa sang kiyai berbuat seperti itu karena hanya sedih ditinggal mati beonya
?. Ditengah keheranan tersebut mereka pun mengirim utusan menemui kiyai nya
untuk bertanya apa sebenarnya yang disedihkan oleh kiyai tersebut, masak karena
hanya ditinggal mati oleh si Beo tersebut sang Kiyai jadi amat sangat bersedih
sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar mereka. "Pak Kiyai.... apa
sebenarnya yang membuat pak kiyai sebegitu amat sangat bersedih, jika itu
dikarenakan oleh matinya si Beo, kami sanggup membelikan puluhan beo-beo lain
untuk pak kiyai supaya pak kiyai dapat menghilangkan kesedihannya dan mengajar
kembali". Seraya sang kiyai menjawab: "Santri-santriku tercinta bukan
kematian beo itu yang sangat ku sedihkan, tetapi hikmah yang terkandung dalam
peristiwa itu yang membuat aku sangat takut". "Apa maksud pak
kiyai" sambung para santri serempak penuh tanda tanya. "Si Beo yang
berada di lingkungan kita ini yang insya Allah tidak pernah melihat dan
mendengar hal-hal yang tidak baik apalagi maksiat dan juga aku mengajarkannya
kata-kata yang baik khususnya kalimat Thoyyibah, tetapi ketika ia meregang
nyawanya, dia tidak dapat mengucapkan kalimat tersebut, hanya
"keak...keak.." yang kudengarkan dari mulutnya. Aku jadi berfikir,
jangan-jangan nasibku atau kalian-kalian sama dengan si Beo tersebut. Dimana
hampir setiap nfas kita selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan termasuk kalimat
Thoyyibah tetapi dapatkah kita nanti membaca LA ILLAHA ILLALLAH itu ketika sang
malaikat maut menjemput kita ???
Wallahualam.............
Semoga kisah diatas
bisa dijadikan renungan bagi kita ...........
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/12/99 (06
Ramadhan 1420H)
Peringatan Bagi Yang Meninggalkan Shalat
Berjama'ah
Didalam salah satu
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa mendengar adzan dan tidak memenuhinya tanpa ada
udzur, maka tidak akan diterima shalat yang dilakukannya". Para sahabat
bertanya: "Apakah udzurnya?". Rasulullah saw menjawab:
"Ketakutan atau sakit".
Note: Yang dimaksud
tidak diterima shalatnya ialah ia tidak akan memperoleh pahala shalat yang
dikerjakannya, meskipun kewajibannya telah gugur. Ada hadits-hadits lainya yang
menyebutkan shalat seperti itu tidak diterima yang artinya ialah ia tidak
menperoleh kemuliaan dan kehormatan yang seharusnya diterima. Sementara itu
didalam hadits yang lain yang diriwyatkan oleh Muadz bin Anas ra, Rasulullah saw
menyatakan bahwa yang meninggalkan shalat berjama'ah ketika setelah mendengar
adzan merupakan kebathilan terbesar, kekufuran dan kemunafikan. Semoga hadist
diatas dapat mengetuk pintu hati kita untuk berusaha melakukan shalat wajib
dengan berjama'ah di masjid sehingga terjauhlah kita dari kemunafikan dan
bahkan kekufuran sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt melalui
Rasulullah saw. Dan buat yang sudah melakukannya, semoga Allah swt selalu
memberikan hidayahnya kepada kita untuk dapat istiqomah melakukannya yakin
Shalat berjamaah di masjid.
Mutiara Shubuh : Rabu, 15/12/99 (07
Ramadhan 1420H)
Anjuran Untuk Shalat Berjama’ah
Dari abu Darda ra,
ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada orang yang
tinggal disebuah desa atau di suatu padang sahara dan mereka tidak mendirikan
shalat berjama'ah, kecuali syeitan menguasai mereka. Maka hendaklah kalian
berjama'ah, karena sesungguhnya serigala hanya memangsa kambing yang terpisah
dari kelompoknya".
Note: Hadits diatas
mengingatkan kita lagi tentang bagaimana pentingnya shalat berjama'ah tersebut,
hendaklah kita melakukan shalat berjama'ah jika kita terdiri dari lebih dua
orang walaupuk kita berada didaerah yang terpencil sekalipun. Pada umumnya kita
meninggalkan shalat berjama'ah ini sering dengan alasan "sibuk".
Na'udzubillahi min dzalik......... Hendaklah kita menghindari kata
"sibuk" yang berkonotasi sombong ini kepada Allah swt. Marilah kita
sisihkan sedikit waktu kita yang telah diberikanNya dengan shalat berjama'ah,
ajaklah rekan-rekan kita yang lain untuk shalat berjama'ah. Semoga dengan
istiqomahnya kita melakukan shalat berjama'ah ini, Allah swt akan menjaga kita
dan penguasaan syeitan.
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/12/99 (08
Ramadhan 1420H)
Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an
Rasulullah saw
pernah bersabda dalam suatu hadits: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang
belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari)
Note: Al-Qur'an
yang merupakan pegangan hidup kita ummat Islam atau sebagai landasan/dasar dari
agama Islam itu sendiri. Dan sudah barang tentu menjaga dan menyebarkannya juga
akan menjaga tegaknya agama Allah ini. Ironis sekali rasanya kita sebagai
muslim yang tidak begitu memahami Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an itu adalah
tuntunan hidup kita. Bagaimana mungkin kita mengacu kepada hal yang tidak kita
ketahui. Maka oleh sebab itu marilah kita mempelajarinya dan setelah itu
menyampaikannya kepada saudara kita yangbelum tahu. Di hadits lain Rasulluh saw
menyatakan bahwa dengan yang membacanya (Al-Qur'an) saja bahkan walaupun dengan
terbata-bata sudah diberi oleh Allah swt satu kebaikan. Apatah lagi jika kita
mempelajarinya serta tentu mengamalkannya, dan yang terbaik itu adalah ditambah
dengan mengajarkannya.
Sampaikanlah
walaupun itu hanya satu ayat.
Semoga kita dapat
mengamalkannya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/12/99 (09
Ramadhan 1420H)
Menggemarkan Dzikir Sehabis Shalat
Dari Abu Dzarr ra
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa membaca setelah shalat shubuh
seraya melipat kedua kakinya asebelum berbicara: “Tiada Ilah kecuali Allah
semata, tiada sekutu bagiNya, bagiNya segala kerajaan dan bagiNya segala
pujian. Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu”,
sepuluh kali maka Allah menulis baginya sepuluh kebaikan dan menghapus darinya
sepuluh keburukan dan mengangkat baginya sepuluh derajat dan sepenuh harinya ia
berada dalam perlindungan dari setiap hal yang tidak disukai, dan dipelihara
dari syeitan dan tidak sepatutnya dikenakan (dicatat) dosanya pada hari ini
kecuali (dosa) kemusyrikan kepada Allah”. (Diriwayatkan oleh Thurmudzi
(menurutnya ini hadits gharib shahih) dan Nasa’i).
Note: Hadits diatas
hendaknyalah mengingatkan kita lagi untuk supaya terbiasa (gemar) berdzikir
setelah shalat wajib, bukan hanya selesai salam kiri dan kanan dan langsung ngacir.
Hendaklah kita luangkan waktu kita sedikit untuk berdzikir dengan beristighfar (Astagh-firullahaldzim
atau disambung dengan alladzi la ilahailla huwal hayyul qayyum wa
athubuilaihi), tahlil (La ilaha illallahu wahdahulaasyarikalah, Lahulmulku
dst), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar) dan
dilanjutkan dengan do’a.
Mutiara Shubuh : Senin, 20/12/99 (12
Ramadhan 1420H)
Sabar Didalam Shalat
Allah swt berfirman
di dalam Al-Qur’anul Karim yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” [QS 2:153]
Note: Didalam
kutipan Al-Qur’an diatas, Allah merangkaikan kata SABAR dan SHALAT. Keterkaitan
kedua kata itu sangatlah erat, dimana hendaknya shalat kita akan membentuk
kesabaran kita dalam kehidupan diluar shalat, dan tentunya bagi kita yang sabar
didalam shalat. Sabar didalam shalat berarti melakukan shalat dengan tertib,
memahami makna setiap bacaan, dan tentunya tidak buru-buru dalam melakukannya,
seperti membaca bacaan dengan tartil, memahaminya dan tuma’ninnah disetiap
bacaan maupun gerakan shalat. Tak jarang diantara kita yang melakukan shalat
hanya sebagai kewajiban ritual belaka sehingga kita tidak merasakan manfa’at
shalat yang disebutkan sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar dan juga
merupakan salah satu forum dialog antara seorang hamba dan Sang Pencipta-Nya.
Cobalah renungkan seberapa lama kita ruku’ dan apakah kita melakukan bacaan
sewaktu ruku’ itu dengan sempurna? Apalagi untuk memahami dari makna ruku’ dan
bacaannya tersebut. Begitu juga dengan ‘itidal dan sujud semua itu sarat dengan
kata-kata puji-pujian bagi Allah. Bacaan ketika kita duduk diantara dua sujud
kalau kita perhatikan kata-kata do’a yang kita panjatkan itu sangatlah indah,
begitu juga dengan bacaan-bacaan yang lainnya. Oleh karena itu hendaklah kita
melakukan shalat itu secara tertib, membaca dengan tartil, tuma’ninah serta
menghayati bacaan tersebut sehingga Allah swt melimpahkan segala keutamaan
shalat itu terjuwud di kehidupan luar shalat dan Allah menjauhkan kita dari
perbuatan keji dan mungkar serta Allah akan selaku mengiringi kita kemana
langkah dibawa.
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/12/99 (13
Ramadhan 1420H)
Mendahului Imam Ketika Shalat Berjama'ah
Dari abu Hurairah
ra bahwa rasulullah saw bersabda: " Tidakkah takut salah seorang diantara
kalian apabila mengangkat kepala dari ruku' atau sujud sebelum imam, Allah akan
menjadikan kepalanya (seperti) kepala keledai atau Allah akan menjadikan
bentuknya (seperti) bentuk keledai (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Thurmudzi,
Nasa'i dan Ibnu Majah).
Note: Shalat
berjama'ah itu adalah kegiatan keseharian untuk mengajarkan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip Islam seperti kedisiplinan, kerja sama dan kebersamaan, saling
menopang barisan, keta'atan dalam kebaikan, menghormati pemimpin dan
meluruskannya apabila ia keliru. Oleh sebab itu Rasulullah saw mengancam keras
orang yang mendahului imam disa'at shalat berjama'ah, karena hal itu akan
mengacaukan kekuatan barisan dan menguatkan semangat individualistik dikalangan
jama'ah. Hendaknya kita sabar menanti sampai iman selesai melakukan
gerakan/takbir/salam dan kemudian baru kita melakukannya, sehingga kita
terhindar dari gerakan mendahului.
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/12/99 (14
Ramadhan 1420H)
Do'a I'tidal
Masih menyangkut
tentang tata cara shalat berjama'ah. Dalam sebuah hadits sahih dari Rifa'ah bin
Rafi' Az-Zirqi ra, ia berkata: Kami shalat di belakang Rasulullah saw, maka
ketika mengangkat kepalanya dari ruku' Rasulullah saw membaca:
"Sami'allahu liman hamidah", seorang lelaki di belakang nya
mengucapkan: "Rabbana walakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan
fiih". Ketika selesai shalat, Rasulullah saw bertanya: "Siapa yang
mengucapkan tadi?", orang itupun menjawab: "Saya yaa Rasulullah.
Rasululah bersabda: "Aku melihat tiga puluh lebih malaikat
memperebutkannya, siapakah diantara mereka yang menulisnya terlebih
dahulu" (HR Malik, Bukhari, Abu Dawud dan Nasa'i)
Note: Hadist diatas
mencontohkan kepada kita, setelah imam bangkit dari ruku'nya dan mengucapkan
"Sami'allahu liman hamidah (Dengarkan kami memujaMu ..... yaa Allah)
kemudian disusul oleh para ma'mum dengan mengucapkan pujian-pujiannya kepada
Rabb-nya. Salah satu pujian seperti yang dinyatakan dalam hadits diatas. Di
dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Malik, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan
Nasa'i disebutkan bahwa bagi yang ucapan "Rabbana lakal hamdu"nya
bertepatan dengan ucapan malaikat maka diampuni dosanya yang telah lalu.
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/12/99 (15
Ramadhan 1420H)
Memberi Makan (Orang Yang Lapar) and Menebarkan
Salam
Dari Abdullah bin
Amr ra ia berkata, ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.
“Yaa rasulullah amalan apakah di dalam Islam yang baik”. Seraya Rasulullah saw
menjawab: “Memberi makan (orang yang lapar) dan memberi salam kepada orang yang
kalian kenal maupun tidak kalian kenal” (HR Bukhari).
Note: Hadits diatas
berintikan dua hal / amalan yang baik yang dianjurkan Rasulullah saw yakni:
· Memberi makan kepada orang yang membutuhkannya baik
orang yang secara terang-terangan memintanya maupun yang tidak mau
mengutarakannya. Untuk hal ini perlu kepekaan kita terhadap penderitaan saudara
kita yang lainnya khususnya disekitar kita, dengan bahasa populernya adalah
Kepedulian Sosial. Renungkanlah apakah diri kita ini telah peduli terhadap hal
tersebut?, Apakah ketika kita makan dan bahkan sedang berbuka puasa di restoran
yang mewah kita ingat pada saudara kita yang makan hanya dengan nasi dan krupuk
dan bahkan tidak sedikit yang berusaha mengais-ngais makanan sisa di bak sampah
dan juga yang hanya meringkuk menekuk lutut mereka untuk menekan perutnya
dengan harapan rasa lapar itu hilang. Apakah kita tega ?? Sedzalim itukah kita
membiarkan mereka lapar ?? Ingat hal ini sangat diperingatkan oleh Allah swt
yang didalam konteks bahasa Al-Qur’an disebut sebagai PENDUSTA AGAMA bagi orang
yang menelantarkan anak yatim dan faqir miskin.
· Saling menebarkan salam diantara kita dapat berarti
saling mendo’akan atas keselamatan diantara kita. “Assalamu’alaikum yaa
saudaraku” dan dapat juga diteruskan dengan do’a “Semoga rahmat dan berkah
Allah bersamamu”. Dapat kita bayangkan suatu masyarakat yang saling menebarkan
salam satu sama lainnya…. Masya Allah… Alangkah indahnya kehidupan
ini…
Semoga dua amalan baik ini dapat kita lakukan dalam kehidupan keseharian
kita.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/12/99 (16
Ramadhan 1420H)
Thuma’ninah Dalam Shalat
Dari Abu Hurairah
ra bahwa seorang lelaki masuk masjid sedangkan Rasulullah saw berada di salah
satu sudut masjid, lalu lelaki itu shalat kemudian mengucapkan salam kepada
Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam.
Kembalilah kemudian shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”.
Kemudian ia shalat lalu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya mengucapkan
salam, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam. Kembalilah
kemudian shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian ia
shalat lalu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya mengucapkan salam, lalu
Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam. Kembalilah kemudian
shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian ia berkata untuk
kedua kalinya atau pada kali berikutnya: “Ajari aku wahai Rasulullah”. Kemudian
Rasulullah saw bersabda: “Apabila kamu berdiri untuk shalat maka sempurnakanlah
whudu’, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan bertakbirlah, kemudian bacalah
ayat-ayat yang bisa kamu baca dari Al-Qur’an, kemudian ruku’lah hingga kamu tenang
dalam keadaan ruku’, kemudian angkatlah hingga kamu tegak berdiri, kemudian
sujudlah hingga kamu tenang dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga kamu
tenang dalam keadaan duduk, kemudian lakukanlah yang demikian itu didalam semua
shalatmu”. (HR Bukhari dan Muslim) Didalam sebuah riwayat lain dikatakan:
Kemudian angkatlah hingga kamu tegak berdiri (yakni dari sujud kedua).
Note: Hadits diatas
menunjukkan bagaimana pentingnya thuma’ninah itu ketika kita shalat karena hal
itu merupakan syarat sempurnanya shalat kita, sehingga Rasullah menyatakan:
“Shalatlah (kembali) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Hendaklah kita
sabar dan bersungguh-sungguh serta memahami arti shalat kita tersebut hingga
kita dapat merasakan nuansa ibadah yang khusu’ serta dialog yang harmonis
antara kita hambaNya dengan Sang Pencipta. Semoga hal ini dapat mengingatkan
kita yang telah terbiasa shalat cepat-cepat (kilat), dan bahkan mungkin kita
tidak sempat membaca do’a apa-apa didalam shalat kita tersebut karena saking
buru-burunya kita didalam shalat. Marilah kita benahi shalat kita, hingga
dialog harmonis akan tercipta antara kita dan Allah swt dan tentunya fadhilah
shalatpun (mencegah perbuatan keji dan mungkar) akan merasuk kedalam alam
kehidupan kita.
Mutiara Shubuh : Senin, 27/12/99 (19
Ramadhan 1420H)
Antara Jalan Lurus dan Sesat
Sebagai seorang muslim yang mungkin mu'min, paling tidak lima kali dalam
sehari kita berdialog dengan Allah swt dan memohon ditunjukkan jalan yang lurus
(istiqomah), sebagaimana mereka yang telah DIBERIkan NIKMAT oleh Allah swt, dan
bukan jalan yang SESAT. (Al-Fatihah : 5-8). Dalam ayat ini dinyatakan ada dua
kutub ekstrem kelompok manusia yang bertolak belakang serta ada satu golongan
yang berada diantaranya:
· Kelompok
pertama yaitu orang yang DIBERI NIKMAT yakni orang yang taqwa, mengerjakan
perintah Allah dan menjauhi larangannya dan bahkan meninggalkan apa yang
diragukan, senang beribadah, dan bersyukur atas nikmat yang diterimanya, mereka
dituntun oleh nafsu Muthmainnah.
·
Kelompok kedua yaitu orang yang SESAT (kafir) yakni
mereka yang secara menyeluruh meninggalkan ajaran agama Islam. Mereka telah
menerima ajaran dan nikmat Allah swt, tetapi mereka ingkar terhadapnya. Mereka tergolong orang yang kafir
· Kelompok
ketiga yaitu orang berada diantara kelompok diatas yang biasa kita sebut orang
yang MUNAFIQ. Sementara mereka berikrar sebagai seorang muslim dan juga
melakukan ibadah ritual tetapi mereka masih ngotot melakukan maksiat, karena
mereka ditunggangi oleh hawa nafsu mereka (Lauwamah), dan yang lebih parah lagi
mereka bangga dengan maksiat yang mereka perbuat.
Semoga do'a kita diijabah dan digolongkan kepada orang yang DIBERI
NIKMAT.
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/12/99 (20
Ramadhan 1420H)
Shalat Sunnah Tahayatul Masjid
Didalam salah satu hadits, Rasulullah menganjurkan kita untuk shalat dua
raka’at ketika kita memasuki masjid, yang biasa kita kenal sebagai shalat
sunnah Tahayatul Masjid. Shalat ini bermakna pengucapan salam kepada masjid
ketika kita baru datang.
Secara fisik memang masjid itu merupakan benda mati, tetapi kalau dilihat
dengan kacamata bathin (iman) sesungguhnya masjid itu hidup. Dia menyambut
salam kita ketika kita mengucapkan salam diakhir shalat kita. Dan bahkan dia
akan menjadi saksi buat kita pada pengadilan akhir kelak. Ketika seorang muslim
yang gemar mendatangai masjid menghembuskan nafasnya yang terakhirnya
meninggalkan dunia ini, masjid akan menangis kehilangannya dan berdo’a kepada
Allah swt: Yaa.. Allah ampunilah dia, terimalah semua amal perbuatan baiknya
dan jadikanlah aku (masjid) saksi baginya dihari akhirat kelak. Sebaliknya jika
seorang yang tidak pernah ke masjid dan ke masjid hanya karena untuk
dishalatkan maka masjid akan mengutuknya: Celakalah dia…. celakalah dia…., Yaa
… Allah jangan ampuni dia, jangan terima amal kebajikannya dan aku (masjid)
tidak sudi menjadi saksi baginya kelak di hari akhirat.
Semoga hal ini dapat mengingatkan kita untuk selalu istiqomah memakmurkan
masjid, khususnya yang ada disekitar kita.
Mutiara Shubuh : Rabu, 29/12/99 (21
Ramadhan 1420H)
Shalat Sunnah Dhuha
Dari Abu Dzarr ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda: “Setiap pagi
setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sadhaqah; maka
setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid adalah sadhaqah, setiap tahlil
adalah sadhaqah, setiap takbir adalah sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah,
mencegah kemungkaran adalah sadhaqah, tetapi dua raka’at dhuha sudah mencukupi
semua hal tersebut” (HR Muslim)
Note: Didalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban menyatakan hal yang sama, dimana 360 persendian kita
diwajibkan untuk bersadhaqah untuk setiap persendian setiap harinya (angka 360
diatas diakui kecermatannya oleh para dokter peneliti yang memiliki kepedulian
masalah keislaman, dan ini menunjukkan salah satu bukti kenabian Rasulullah
saw). Sadhaqah yang diberikan meliputi kebajikan yang dapat diberikan oleh
seorang muslim kepada masyarakatnya, jika tidak dapat melakukannya hendaklah ia
beramal shaleh untuk dirinya sendiri, jika tidak juga maka cukup baginya
melakukan shalat dhuha dua raka’at.
Mutiara Shubuh : Kamis, 30/12/99 (22
Ramadhan 1420H)
Thuma’ninah Dalam Shalat
Didalam lima ayat yang difirmankan Allah didalam Surah Al-Qadar,
disebutkan bahwa ada suatu malam yang mulia dimana pada malam itulah
diturunkannya Al-Qur'an. Pada malam itu Allah menyatakan akan memberikan
kebaikan berlipat ganda bagi yang beribadah kepadanya dengan ikhlas (hanya
mengaharap ridho-Nya), tidak tanggung-tanggung yaitu lebih besar dari pada kita
beribadah selama seribu bulan (83 tahun + 4 bulan). Jika kita renungkan melihat
kondisi kita sa'at ini apakah usia kita
akan dapat mencapai 83 tahun ? Wallahu alam.... Nach, katakanlah Allah swt
memberikan umur itu dan kita gunakan semuanya untuk ibadah, ternyata pahala
yang didapatkan itu belum sebanding dengan hal yang dinyatalan Allah dalam
Surah Al-Qadar ayat ketiga tadi..... Subhanallah.... Dan dimalam kemulian
itulah Allah memerintahkan malaikat turun mencari orang-orang yang beribadah
kepada-Nya dan dimalam itu penuh kesejahteraan hingga fajar menyingsing.
Sementara itu didalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dia
berkata: Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa bangun (shalat/beribadah)
pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan ikhlas maka diampunkan baginya
dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim) Sungguh, kapan akan
terjadinya malam kemuliaan ini ? Wallahu alam..........
Tidak ada yang seorangpun tahu rahasia Allah ini kecuali Dia. Kerahasiaan
ini hendaklah membuat kita untuk berusaha meningkatkan kuantitas dan kualitas
ibadah kita selama bulan Ramadhan yang dikatakan bulan turunnya malam kemuliaan
itu, khususnya pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan
sebagaimana yang diidentifikasikan oleh Rasulullah saw dalam salah satu hadits
yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, yang menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada tanggal ganjil dari sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan" (HR Bukhari).
Nach... marilah sekali lagi kita meningkatkan amal ibadah kita pada
hari-hari terakhir Ramadhan ini. Rasulullah saw saja yang telah dijamin Allah
saw untuk masuk ke syurganya masih selalu giat beribadah dan pada sepuluh hari
terakhir ini beliau lebih mengencangkan ikat pinggangnya dan menggencarkan ibadah-ibadahnya
bahkan melakukan 'itikaf di masjid. Dan semoga amalan-amalan yang kita lakukan
pada bulan Ramadhan ini akan kita lakukan secara berketerusan (istiqomah) pada
bulan-bulan lainnya diluar Ramadhan.
Selamat Meningkatkan ibadah dan mencari serta menangkap Lailatul Qadar
!!!
Mutiara Shubuh : Jum’at, 31/12/99 (23
Ramadhan 1420H)
Shalat Sunnah Rawatib
Dari Ummu
Habibah Ramlah binti Abu sofyan ra ia berkata: “aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Tidaklah seorang hamba muslim shalat karena Allah dalam setiap hari
duabelas raka’at sunnah, selain yang fardhu, melainkan Allah swt membangun
untuknya rumah disorga”. (HR Muslim, Abu awud dan Thurmudzi).
Didalam
hadits Thurmudzi beliau menambahkan: “Empat raka’at sebelum dzuhur dan dua
raka’at sesudahnya, dua raka’at setelah maghrib, dua raka’at setelah isya dan
dua raka’at sebelum shubuh. Sementara itu Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Ummar
ra ia berkata: “Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh raka’at; dua raka’at
sebelum dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at setelah maghrib dirumahnya,
dua raka’at setelah isya dirumahnya dan dua raka’at sebelum shubuh”.
Note: Didalam hadist diatas kita di anjurkan untuk shalat sunnah yang
dikerjakan secara sukarela disamping shalat fardhu (wajib). Ibadah shalat
sunnah ini berfungsi sebagai “deposit cadangan” sebagai penambal
kekurangan-kerungan dari amalan shalat fardhu kita. Marilah kita berlomba-lomba
untuk meningkatkan amalan shalat sunnah kita hingga Insya Allah sebuah rumah
akan dibangunkan oleh Allah swt di syorga buat kita kelak.
Mutiara Shubuh : Senin, 03/01/00 (26
Ramadhan 1420H)
Zakat Fitrah
Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang pada
malam Iedul Fitri hingga pagi esok harinya mempunyai makanan yang cukup,
walaupun itu seorang bayi yang lahir sebelum shalat Iedul Fitri, wajib
dibayarkan zakat fitrahnya. Dan bahkan uniknya seorang musytahikpun jika ia
menerima zakat fitrah dari zakat fitrah orang lain dan melebihi dari cukup
untuk malam Iedul Fitri dan besoknya maka diapun harus membayarkannya. Hal ini
pernah disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa beliau mewajibkan zakat fitrah
sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa (Ramadhan) dari perbuatan sia-sia
dan keji. Dan merupakan makanan bagi para orang miskin. Maka barang siapa yang
menunaikannya sebelum shalat 'Iedul Fitri, maka ia sebagai zakat (fitrah) yang
diterima (sah) dan barang siapa yang menunaikannya sesudah shalat 'Iedul Fitri,
maka ia dianggap sebagai shadaqah biasa (bukan zakat fitrah) (HR Abu Dawud dan
Ibnu Majah). Dan didalam hadits lain beliau bersabda: “Cukupilah mereka (fakir
miskin) pada hari ini (malam hari raya ‘Iedul Fitri) dengan zakat fitrah.” (HR
Daruquthni)
Note: Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa Zakat Fitrah itu
berfungsi untuk menyucikan dan menambali kekurangan-kekurangan dari amalan yang
kita kerjakan di bulan Ramadhan, khususnya amalan shaum. Disamping itu zakat
fitrah ini tentu mengemban misi sosial diantara kaum yang mampu dengan yang
dhuafa, berbagi rasa hingga dihari Iedul Fitri ini tak ada seorangpun diantara
kita kaum muslimin yang bersedih, khususnya yang dikarenakan oleh kekurangan
makanan dan semua harus gembira. Kemudian zakat fitrah ini berfungsi sebagai
pembawa amalan-amalan kita selama Ramadhan kepada Allah swt sebagaimana yang
dikatakan Rasulullah saw alam sebuah hadits beliau: “Puasa bulan Ramadhan
tergantung antara langit dan bumi, dan tidak akan dilangsungkan ke hadhirah
Allah, kecuali ia mengeluarkan zakat fitrahnya”.
Mutiara Shubuh : Selasa, 04/01/00 (27
Ramadhan 1420H)
Mendahulukan kepentingan orang lain
Allah
swt berfirman dalam Al-Qur'an:" ....... dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan
(apa yang mereka berikan itu)....." (Al-Hasyr[59] : 9)
Berkaitan
dengan firman Allah swt diatas, ada salah satu kisah salah seorang sahabat yang
pada zaman Rasulullah itu kebiasaan jamu menjamu tamu itu adalah sangat menjadi
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Ketika itu Rasulullah
saw menerima seorang sahabat yang menceritakan tentang keadaannya yang susah
dan didalam keadaan kekurangan makanan. dan ketika itu Rasulullah saw pun tidak
mempunyai makan yang tersisa dirumahnya yang dapat diberikan kepada orang
tersebut. Maka Rasulullah menawarkannya kepada sahabat apakah ada yang mau
melayani tamu Rasulullah tersebut.Tanpa pikir panjang salah satu sahabat
menyanggupinya, dan kemudian pergilah dibawanya tamu tersebut kerumahnya untuk
dijamu.
Setiba
dirumahnya, tanpa sepengetahuan tamu Rasulullah tersebut, sahabat tersebut bertanya
kepada istrinya, apakah ada makanan untuk tamu Rasulullah tersebut. Istrinya
menjawab bahwa dia tidak menyimpan makanan sedikitpun kecuali sedikit saja yang
hanya mencukupi untuk makan anak-anaknya. Kemudian sahabat tersebut
menginstruksikan istrinya untuk menidurkan anaknya, kemudian menghidangkan
makanan tersebut dan nanti ketika hendak makan padamkan lampunya sehingga sang
tamu tidak mengetahui bahwa sahabat dan istrinya tersebut tidak makan
bersamanya. Akhirnya rencana itu berjalan dengan lancar sedangkan sahabat dan
istrinya tersebut berusaha menahan lapar demi memuliakan tamunya tersebut....
Masya Allah....... Begitulah seorang sahabat memuliakan tamunya (mendahulukan
kepentingan orang lain). Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang menyentuh hati
yang mirip dengan kisah diatas.
Semoga
Allah swt mewariskan sifat sahabat-sahabat Rasulullah tersebut kepada kita
semua dalam mendahulukan kepentingan saudara-saudara kita yang lain dan apatah
lagi yang lebih membutuhkannya dari kita. Dan semoga kita menjadi orang yang
beruntung sebagaimana yang diutarakan Allah swt dilanjutan ayat diatas
:"....Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung"
Mutiara Shubuh : Rabu, 05/01/00 (28
Ramadhan 1420H)
Makna Dzikir Setelah Sholat
Seperti kebiasaan kita berdzikir setelah melakukan shalat fardhu dengan
membaca tasbih, tahmid dan takbir sebanyak tiga puluh tiga kali adalah
dilandasi oleh hadits dari abu Hurairah ra: ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: “Barang siapa membaca SUBHANALLAH 33 kali, ALHAMDULILLAH 33 kali,
ALLAHU AKBAR 33 kali dan LAILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKALAHU LAHUL-MULKU
WALHUL-HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAIIN QADIIR, tiap setelah selesai shalat satu
kali, Allah swt akan mengampuni semua dosanya meskipun sebanyak buih dilautan”
(HR Muslim)
Note: Disamping mendapatkan ampunan dosa (sebagian besar ulama
berpendapat dosa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil saja), tiga serangkai
bacaan dzikir diatas jika kita hayati ketika kita melafadzkannya diharapkan
secara bathiniyah kita mendapatkan keutamaannya yang dapat dikiaskan seperti
kita minum dengan gelas. Kata SUBHANALLAH bermakna mensucikan jiwa kita yang
dikiaskan sebagai membersihkan gelas dari kotoran sehingga bening. Kemudian
kata pujian ALHAMDULILLAH bermakna
pengisian jiwa kita dengan hal yang baik-baik dan bersifat baik sangka
(Khusnudzon) terhadap Allah swt, apapun yang datangnya dariNya adalah yang
terbaik bagi kita dan tentunya kita harus bersyukur, hal ini diibaratkan kita
mengisi gelas yang sudah bersih tadi dengan minuman yang bermanfa’at bagi tubuh
kita seperti susu dsb. Nach.. sekarang minuman yang sehat telah yang ditaruh
didalam tempat yang bersih tentu kita minum untuk mendapatkan manfa’atnya
minuman tersebut yang merupakan kiasan mengagungkan Allah swt yang telah
menciptakan alam semesta ini termasuk seluruh tubuh kita dengan bertakbir
ALLAHU AKBAR.
Semoga hal diatas lebih menggemarkan kita berdzikir dengan dzikir yang
sebanyak-banyaknya (mengingat Allah swt) seperti yang diperintahkan Allah swt
didalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 41 dan 42, dan semoga kita menjadi
orang-orang yang mu’min.
Mutiara Shubuh : Kamis, 06/01/00 (29
Ramadhan 1420H)
Sikap Mukmin Terhadap Orang Kafir
Secara harfiah KAFIR berarti TERTUTUP (cover bahasa kerennya), jadi orang
kafir itu adalah orang yang menutup semua pintu hatinya dari ajaran-ajaran
Allah swt, walaupun sudah diberitahu atau diperingatkan, sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja
bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman” (QS. 2:6). Nach bagaimana sikap kita dalam menghadapi
orang-orang kafir ini?
Ada dua type orang kafir, yaitu yang diam dan kelihatan baik terhadap
orang lain maupun terhadap orang muslim dan kemudian ada orang kafir yang
secara frontal berusaha memusnahkan orang muslim.
Kepada orang kafir yang diam, Rasulullah saw mengajarkan kita untuk
menghormati mereka dan selalu menjalin hubungan baik dalam pergaulan sosial.
Hal ini dicontohkan rasulullah ketika beliau dan para sahabat sedang berkumpul,
kemudian Rasulullah berdiri ketika sebuah rombongan lewat membawa jenazah dan
jenazah itu adalah seorang Yahudi (kafir). Dan apatah lagi dengan orang yang
hidup. Dan beliau juga menegah ummatnya untuk merusak rumah ibadah agama lain.
Tetapi kita harus tetap selalu waspada terhadap mereka, karena Al-Qur’an
memperingatkan kita terhadap sikap mereka terhadap orang muslim: “Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama
mereka……” (QS. 2:120)dan didalam ayat lain: “Hai orang-orang beriman, apabila
kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah
kamu membelakangi mereka (mundur)” (QS. 8:15).
Terhadap orang kafir yang secara terang-terangan hendak memusnahkan islam
dari muka bumi ini sudah barang tentu harus dilawan dengan sikap yang tegas
pula. Sesuai dengan firman Allah swt. : “Orang-orang yang beriman berperang di
jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu
perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu
adalah lemah” (QS. 4:76).
Masih banyak sebenarnya hal-hal tentang orang-orang kafir yang perlu kita
waspadai yang diterangkan didalam al-Qur’an jika kita ingin mempelajarinya,
tetapi hendaknya setidaknya hal-hal yang disampaikan diatas dapat kita jadikan
sebagai referensi awal untuk menetukan sikap kita terhadap orang-orang yang
telah menuntup semua pintu komunikasi dan hatinya terhadap ajaran Ilahi ini.
Yaa Allah……tolonglah kami dari pada orang-orang kafir” (QS. 2:286).
Mutiara Shubuh : Jum’at, 07/01/00 (30
Ramadhan 1420H)
Kebiasaan Rasulullah saw Ketika Iedul Fitri
Ketika menghadapi hari yang fitri setelah sebulan lamanya berpuasa,
Rasulullah tetap menjalani semua ibadah ritualnya seperti sebelumnya seperti
shalat malam (Tahajjud) diikuti dzikir, membaca al-Qur’an hingga shalat Shubuh
berjama’ah dsb. Ada beberapa kebiasaan yang dianjurkan Rasullullah saw dalam
menyambut Iedul Fitri, antara lain:
-
Dianjurkan mandi besar seperti halnya mandi janabah.
-
Bercukur (rapih)
dan memakai wewangian.
-
Sepulangnya shalat shubuh berjama’ah dianjurkan saling ma’af mema’afkan
dengan keluarga dekat seperti orangtua termasuk mertua, anak dan khususnya
istri/suami.
-
Berbuka/makan/sarapan sebelum berangkat shalat Ied.
-
Melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan
pulang dari shalat Ied.
-
Bertakbir, tahmid dan bertahlil ketika berangkat dari
rumah hingga selesai shalat Ied.
-
Bersedekah dan berinfaq.
-
Mendengarkan khutbah Ied, walaupun oleh wanita yang dalam keadaan
berhadash besar.
-
Dianjurkan untuk shalat Ied dilapangan (untuk siar)
dan jika tidak hujan.
-
Rasulullah saw biasanya melakukan puasa Syawal pada
besok harinya.
Begitulah beberapa anjuran dan kebiasaan Rasulullah saw dalam menghadapi
Iedul Fitri.
Semoga kita dapat
melakukan anjuran atau meniru kebiasaan beliau ini.
SELAMAT IEDUL FITRI
(1 Syawal 1420H)
Taqabballlahu minna
wa minkum, Mohon Ma'af lahir dan Bathin
Mutiara Shubuh : Senin, 10/01/00 (03
Syawal 1420H)
Shaum Syawwal
Ketika Ramadhan berlalu meninggalkan kita terasa sedih sekali. Bulan yang
penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini dimana segala amal ibadah kita
dilipatgandakan oleh Allah swt pahalanya ini tidak dapat kita temukan
diwaktu-waktu lain diluar Ramadhan. Dan bahkan didalam salah satu hadits
Rasulullah saw pernah bersabda bahwa jika orang-orang tahu tentang
keutamaan-keutamaan yang ada dibulan Ramadhan itu maka mereka akan mengharapkan
sepanjang tahun itu menjadi bulan Ramadhan.
Alkisah dizaman Rasulullah saw, para sahabat bersedih karena ditinggalkan
oleh Ramadhan. Didalam kesedihan itu Rasulullah saw diberi kabar gembira oleh
Jibril bahwa ada shaum sunnah yang dapat dilakukan dibulan Syawwal yang
pahalanya tidak kalah hebatnya, dan Rasulullah pun menyampaikan khabar gembira
ini kepada para sahabat dan sejak itu dimulailah tradisi Shaum Syawwal selama
enam hari yang biasanya dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat sejak hari
kedua Syawwal hingga enam hari.
Redaksi hadits diatas disampaikan oleh Abu Ayub Al-Anshari r.a. ia
berkata: “Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan,
kemudian diikutinya puasa itu dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka
pahalanya sama dengan puasa satu tahun" (HR Muslim).
Sahabat…. bagi kita yang merasa sangat sedih ditinggalkan Ramadhan, hal
ini merupakan obat pelipur lara yang pahala yang diberikanpun tidak
tanggung-tanggung sama dengan berpuasa selama satu tahun (yang mungkin kita
tidak sanggup melakukannya).
Mutiara Shubuh : Selasa, 11/01/00 (04
Syawal 1420H)
Do’a yang terhalang karena memakan makanan yang
haram
Terkadang atau bahkan sering kita berdo’a tetapi kok do’a kita tidak
diijabah oleh Allah swt. Jika ini terjadi pada diri kita, hendaklah kita
introspeksi diri apakah cara berdo’a kita sudah benar, ibadahnya sudah tekun
atau apakah gerangangan aktifitas yang kita lakukan yang bertentangan dengan
jalan Allah swt.
Didalam salah satu riwayat Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa ada
seorang musafir yang berdo'a tetapi tidak diijabah oleh Allah swt, padahal do’a
seorang musyafir itu adalah salah satu do’a yang makbul. Rasulullah saw
menyatakan bahwa do’anya tidak makbul karena musyafir itu telah memakan makanan
yang haram, minuman yang haram, dan pakaiannyapun dari hasil yang haram pula,
sehingga do’anya tidak dikabulkan oleh Allah swt. Jadi jelaslah bahwa makanan,
minuman yang haram karena zatnya atau karena cara mendapatkannya akan
menghambat do’a kita untuk dikabulkan oleh Allah swt. Ini dikarenakan oleh
Allah swt itu Maha Suci dan tentunya Dia menyukai hal-hal yang bersih juga atau
menerima harta yang suci dari hambanya.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah”. (QS. 2:172). Di ayat lain juga
Allah swt menyatakan “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik,
dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. 23:51).
Sahabat…. oleh sebab marilah kita berhati-hati dari mengkonsumsi makanan
atau minuman yang haram dan mencari rezki dengan cara yang tidak terpuji atau
bukan dijalan Allah yang tentunya akan menjadi darah dan daging didalam tubuh
kita yang akan menghalangi makbulnya do’a kita dan konon hal ini juga membuat
kita berat untuk beribadah dan mengingat Allah swt (dzikir). Dan bukan hanya
itu saja, janganlah kita memakan hak orang lain bahkan hak anak yatim dan fakir
miskin yang telah diberikan Allah swt melalui kita. Keluarkanlah hak-hak mereka
itu melalui zakat, infaq dan sadaqoh dan Insya Allah diri kita akan bersih dari
barang-barang yang haram dan hal ini akan membuat kita gampang dan gemar
beribadah dan sudah barang tentu Allah swt akan menyukainya dan Insya Allah
do'a-do'a kita pun akan diijabah olehNya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 12/01/00 (05
Syawal 1420H)
Mendekatkan diri kepada Allah swt (I)
Didalam sebuah hadits qudsi Allah swt berfirman: “Ada diantara
hamba-hambaKu yang dengan segala caranya berusaha untuk mendekatkan diri
kepadaKu, sehingga Aku malu untuk tidak mencintainya”.
Sebagai seorang hamba Allah swt kita diwajibkan untuk mengabdi kepadaNya
yang salah satunya melalui ibadah-ibadah yang mendekatkan diri kepadaNya.
Tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah, banyak sekali referensi-referensi
yang dapat kita ambil seperti yang dicontohkan Rasulullah. Banyak sekali cara
untuk mendekatkan disi kepadaNya, salah satunya adalah dengan dzikir, dan
dzikir inipun banyak macamnya, shalat, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid,
tahlil termasuk dalam bentuk dzikir dan banyak lagi macamnya. Nach dari
bermacam-macam cara itulah hamba-hambaNya ini berusaha untuk mendekatkan diri
kepadaNya. Ada yang dengan bersusah payah bangun malam melawan kantuk untuk
bermunajat kepadaNya, dengan berbagai cara ia lakukan untuk bisa bangun. Dari
memasang alarm hingga minum yang sebanyak-banyaknya sebelum tidur dengan
harapan malamnya bisa bangun dengan dibangunkan oleh rasa ingin buang air kecil
tersebut. Ada yang menjaga shalat-shalat wajibnya tepat waktu dan berjama’ah
dimasjid dan juga tidak lupa melakukan shalat-shalat sunnah lainnya hingga ke
hal yang kecil-kecil seperti menyingkirkan duri dari jalan, membersihkan kamar
kecil masjid, Masya Allah….. Bermacam-macam cara yang ia lakukan demi hanya
untuk mencari ridhoNya dan mendekatkan diri kepadaNya. Tidak heran jika hadits
qudsi diatas terasa indah sekali terdengar dimana Allah swt menyatakan dengan
kata “malu” untuk tidak mencintai hambanya yang selalu berusaha untuk dekat
kepadaNya.
Semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang berusaha untuk mendekatkan
diri kepadaNya dan Insya Allah akan menjadi hamba-hamba yang dicintaiNya dan
tentu kita akan selalu mendapatkan petunjuk dariNya.
Mutiara Shubuh : Kamis, 13/01/00 (06
Syawal 1420H)
Mendekatkan diri kepada Allah swt (II)
Didalam salah satu hadits qudsi lainnya Allah swt berfirman: “Barang
siapa yang mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Dan siapa
yang mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari”.
Ungkapan yang difirmankan Allah swt diatas merupakan perumpamaan
bagaimana Allah swt sangat memperhatikan hambanya yang berusaha mendekatkan
diri kepadanya. Dimana seberapapun perhatian yang diberikan oleh hambanya itu
dibelas dengan yang lebih berlipat ganda. Perbandingan yang terkias dihadits
diatas yaitu “sejengkal” dibalas dengan “sehasta” dan “berjalan” dibalas dengan
“berlari” yang sesungguhnya mungkin hanya perumpamaan Allah saja bahkan
perhatian Allah kepada hambanya yang mendekatkan diri kepadaNya ini justru jauh
lebih besar dari seberapa yang kita bayangkan. Wallahualam………..
Berbahagialah sahabat yang selalu berusaha mendekatkan diri kepadaNya
…………..
Mutiara Shubuh : Jum’at, 14/01/00 (07
Syawal 1420H)
Membaca Al-Qur’an dengan Suara Lantang atau
Perlahan
Didalam salah satu hadits dari Uqbah bin Amr. ra, Rasulullah saw pernah
bersabda: “Pembaca Al-Qur’an dengan suara keras adalah seperti pemberi sadaqah
dengan terang-terangan, dan pembaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan adalah
seperti pemberi shadaqah dengan sembunyi-sembunyi” (HR Thurmidzi, Abu Dawud,
Nasai’ dan Al-Hakim)
Terkadang memberi shadaqah dengan secara terang-terang itu lebih baik,
bila hal itu akan memberi semangat bagi orang lain untuk melakukan hal yang
serupa atau untuk kemaslahatan dan juga orang tersebut mungkin sudah gemar
bersadaqah karena dengan dilihat orang lain atau tidak dilihat orang lain dia
itu akan selalu bershadaqah. Nach… begitu juga dengan membaca Al-Qur’an dengan
suara yang lantang akan lebih baik bila diperuntukkan memacu semangat orang
lain untuk membaca Al-Qur’an dan akan memberikan pahala bagi yang
mendengarkannya. Tetapi jika dikhawatirkan akan timbul riya atau mengganggu
orang lain (mungkin sedang shalat atau melakukan ibadah lain yang akan
mengganggu konsentrasinya) maka membacanya dengan perlahan itu akan lebih baik.
Mutiara Shubuh : Senin, 17/01/00 (10
Syawal 1420H)
Saling Mengajarkan Al-Qur’an
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah
berkumpul suatu kaum dalam suatu rumah dari rumah-rumah Allah swt, mereka membaca
kitab Allah, saling mengajarkan sesama mereka, kecuali ketenangan (sakinah)
turun kepada mereka, rahmat menyirami mereka, para Malaikat mengerumuni mereka
dan Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan Malaikat di sisiNya.” (HR Muslim
dan Abu Dawud).
Kumpulan kaum yang membaca dan saling mengajarkan Al-Qur’an yang dimaksud
hadits diatas bisa jadi sebuah pesantren, majlis ta’lim atau bahkan sebuah
keluarga (rumah tangga) yang didalamnya terdapat orang-orang yang menghiasi
tempat perkumpulan itu dengan bacaan-bacaan Al-Qur’an dan saling mengajarkannya
diantara anggota perkumpulan atau keluarga mereka. Allah swt sangatlah
menyenangi dan mencintai komunitas seperti ini hingga Ia mengutus malaikatnya
menyertai majlis muzakarah ini dan sudah barang tentu dengan kedekatan mereka
dengan Allah swt ini akan tercurahlah rahmat dan ketenangan dilingkungan
mereka. Tiadalah hal yang lebih mulia dibanding menjadi hamba kecintaan Allah
swt.
Semoga hadits diatas dapat memotivasi kita untuk lebih giat lagi
mempelajari Al-Qur’an dan lebih lagi mungkin membentuk kelompok-kelompok
pengkajian Al-Qur’an dilingkungan kita masing-masing. Apakah itu dilingkungan
perumahan, masjid, mushollah, organisasi profesi, dikantor-kantor atau lewat
jalur surat elektronik ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu dari bentuk
muzakarah modern yang Insya Allah juga mendatangkan ketenangan dan rahmat bagi
kita.
Mutiara Shubuh : Selasa, 18/01/00 (11
Syawal 1420H)
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an: “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 3:110)
Ayat diatas adalah salah satu diantara ayat-ayat Allah yang menjelaskan
bahwa ummat Islam itu adalah ummat yang palin mulia diantara ummat lainnya dan
begitu juga dinyatakan didalam banyak hadits-hadits Rasulullah saw. Dan didalam
ayat diatas Allah swt memberikan syaratnya yaitu selama kita berda’wah menyeru
ummat kepada kebaikan dan menegah terhadap kemunkaran. Pada ayat diatas juga
terlihat bahwa kata beriman kepada Allah itu didahului oleh tugas amar ma’ruf
nahi mungkar, yang hal ini ditafsirkan oleh para ahli Tafsir bahwa iman
sebenarnya sudah ada pada ummat-ummat terdahulu dan disinilah keistimewaan
ummat nabi Muhammad saw yang ditugasi mengemban tugas amar ma’ruf nahi munkar.
Jadi ayat diatas mengemukakan sedemikian pentingnya tugas dakwah ini.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah swt dalam mengemban tugas
ini. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw menyatakan supaya kita dapat
melawan segala kemunkaran yang kita lihat dengan tangan kita, dan kalau tidak
bisa dengan lisan kita, dan kalau tidak bisa juga yach…. setidak-tidaknya dalam
hati kita tidak menyetujuinya, tetapi yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya
iman.
Mutiara Shubuh : Rabu, 19/01/00 (12
Syawal 1420H)
Tujuh Golongan Orang Yang Dilindungi Allah di Hari
Kiamat
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Tujuh golongan orang yang akan memperoleh naungan rahmat Allah swt
pada hari kiamat kelak yang tiada naungan selain naungan Nya, yakni:
(1)
Pemimpin yang adil;
(2) Pemuda
yang rajin beribadah kepada Allah swt;
(3) Laki-laki
yang hatinya terpaut ke masjid;
(4) Dua
orang laki-laki yang saling mencintai semata-mata karena Allah, mereka
berkumpul karena Allah dan berpisah semata-mata karena Allah;
(5) Laki-laki
yang digoda oleh wanita bangsawan lagi cantik tetapi ia berkata, “Sesungguhnya
aku takut kepada Allah swt.”
(6) Laki-laki
yang bersedekah yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.
(7) Laki-laki
yang mengingat Allah ketika sendirian sehingga airmatanya keluar”
(HR Bukhari dan Muslim)
Nach bila kita ingin mendapatkan lindunganNya di hari akhir kelak
hendaklah kita melaksanakan hal-hal diatas. Setidak-tidaknya kita adalah
pemimpin didalam rumah tangga kita dan hendaklah kita berlaku adil terhadap
anggota keluarga kita (anak, istri dsb). Memperketat dan mengencarkan ibadah
kita. Memakmurkan mesjid disekitar kita. Bergaul dan bersahabat dengan
orang-orang disekitar kita dan saling mengingatkan akan kebenaran dan sabar.
Menghindari maksiat walaupun sudah didepan mata kita karena takut kepada Allah,
menyisihkan sebahagian dari harta yang sebenarnya bukan hak kita melalui zakat,
infak atau shadaqah. Serta selalu mengingat Allah dalam kondisi bagaimanapun.
Semoga kita tergolong didalam kelompok orang-orang yang terpilih diatas,
setidak-tidaknya satu dari ciri diatas apatah lagi lebih dari satu sehingga
Insya Allah kita akan mendapatkan lindunganNya di hari akhir kelak dimana tidak
ada satupun yang dapat melindungi kita diwaktu itu, kecuali DIA……. Amien….yaa Allah…. Amien yaa rabbal
‘alamin………..
Mutiara Shubuh : Kamis, 20/01/00 (13
Syawal 1420H)
Perbaharui iman dengan kalimah “Laa ilaha
Illallah”
Didalam salah satu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah saw pernah bersabda: “Perbaharuilah imanmu”. Ketika itu para sahabat
kemudian bertanya: “Yaa.. Rasulullah, bagaimanakah caranya memperbaharui iman
kami ?”, Seraya Rasulullah saw menjawab: “Hendaklah kalian memperbanyak ucapan
LAA ILAHA ILLALLAH” (HR. Ahmad, Thabrani, Al-Hakim dan Abu Dawud)
Didalam sebuah hadits lain Rasulullah saw menggambarkan iman itu seperti
kain, dimana rusaknya iman laksana kain yang tersobek-sobek dan lusuh hingga
tidak bisa terpakai lagi, makanya perlu diperbaharui dan diganti dengan kain
yang baru. Rusaknya iman kita disebabkan oleh perbuatan dosa yang kita perbuat.
Semakin banyak dosa yang diperbuat semakin melemahkan kekuatan iman kita
sehingga nur iman kitapun semakin melemah dan memudar.
Hati kita ini laksana cermin, sekali kita berbuat dosa atau maksiat maka
cermin itu akan muncul atau melekat noda hitam yang sebanding dengan dosa yang
kita perbuat. Semakin banyak dosa yang diperbuat semakin hitam pekatlah hati
(cermin) itu dan bahkan akan menutupi semua permukaan cermin tersebut hingga
hati tersebut tidak dapat menerima sinar kebenaran (Allah swt), apalagi
memancarkan sinar kebenaran itu kembali ke orang-orang lain disekitarnya.
Nach… berdzikir itu laksana kita menyiram kaca tersebut dengan air,
khususnya mengucapkan kalimat Thoyyibah seperti yang disabdakan Rasullulah pada
hadits diatas. Makin banyak noda-noda yang menempel di cermin itu maka
seharusnya makin sering dan makin deras air yang kita perlukan untuk
membersihkannya hingga cermin itu menerima nur kebenaran secara sempurna dan
tidak pelak lagi akan memancarkannya kesekelilingnya… LAA ILAHA ILLALLAH………..
Mutiara Shubuh : Jum’at, 21/01/00 (14
Syawal 1420H)
Menafkahkan Harta di jalan Allah
Jika kita simak firman Allah swt didalam Al-Qur’anul Karim: “Siapakah
yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak.” (QS. 57:11), tidakkah kita tersentuh dengan kata
“meminjamkan” diatas?.
Sungguh Maha Bijaksana Allah swt memakai kata “meminjamkan” terhadap
hambanya yang menyisihkan sebahagian rizkinya di jalan Allah, padahal itu semua
khan punyanya DIA. Bahkan kalau Allah maupun semua harta milik kita sekarang
ini dapat diambilnya dalam sekejap. Dan tidak tanggung-tanggung lagi dimana
Allah akan mengganti semuanya itu dengan yang lebih banyak bahkan berlipat
ganda …… Subhanallah……….
Kalau kita ibaratkan menafkahkan harta kita dijalan Allah itu laksana
menanam tanaman, tentu kita akan memilihkan benih yang baik dan unggul untuk
mendapatkan hasil yang baik. Artinya kita menanamkan modal kita kepada Allah
pun dari rizki yang baik dan halal, baik dari apa yang kita nafkahkan itu
ataupun bagaimana cara kita mendapatkan harta tersebut. Sudah barang tentu
harta yang bersih akan menghasilkan yang bersih pula. Nach… sekarang kalau
sudah dapatkan benih yang bagus dan unggul tentunya setelah ditanam tentu
perawatan, dipupuk dan disiram. Penyiram dari zakat, infaq dan sadaqoh ini
adalah ikhlas, tidak riya. Berinfaq, zakat dan sadaqoh itu boleh
terang-terangan bila hal ini digunakan untuk memacu semangat orang lain
berinfaq, tetapi kalau khawatir riya, dengan sembunyi-sembunyi itu lebih baik.
Didalam ayat lain Allah menyatakan ganjaran bagi yang menafkahkan
hartanya sebagai berikut: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai: seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:261)
Masya Allah….. Bank mana yang berani memberi bunga pinjaman sampai 70000%
??…
Mutiara Shubuh : Senin, 24/01/00 (17
Syawal 1420H)
Yang Paling Mulia
Pada suatu ketika
Rasulullah saw sedang duduk-duduk dengan para sahabat, ada seorang lelaki
melewati mereka dan Rasulullah bertanya kepada sahabat: "Bagaimana
pendapat kalian tentang orang yang lewat tadi?". Salah seorang sahabat
menjawab: "Yaa Rasulullah, dia berketurunan bangsawan. Jika ia melamar
seorang perempuan dari kaum bangsawan juga, lamarannya tentu tidak akan
ditolak. Kalau dia menganjurkan sesuatu tentu akan disetujui orang lain."
Rasululah dia dan
tidak berkata sepatahpun. Tidak lama berselang seseorang lewat lagi dihadapan
mereka, dan Rasulullah pun bertanya tentang pendapat sahabat tentang orang yang
lewat tersebut. Merekapun menjawab: "Yaa Rasulullah orang itu adalah orang
muslim yang miskin. Jika ia meminang seorang wanita, tentu akan sulit untuk
diterima. Kalau dia menganjurkan sesuatu maka akan ditolak, tidak ada orang
yang mendengarkannya."
Lantas Rasulullah
saw bersabda: "Orang Habsyi yang kedua itu lebih baik dari yang pertama
walaupun ia mempunyai dunia beserta isinya."
Kisah Rasulullah dan sahabatnya diatas menggambarkan bagaimana manusia
memandang seseorang yang biasanya hanya memandang dari segi kedunianya saja
(materialistis). Seorang bangsawan kaya terhormat tentu akan jauh lebih
dipandang orang dibanding seorang yang tidak mempunyai apa-apa. Hal ini amat
sangat jauh berbeda dengan paradigma agama (Allah) yang memandang memuliaan
seseorang itu dari kedekatannya kepada Allah, yang paling bertaqwa diantara
kitalah yang paling dimuliakan Allah, sesuai dengan firman Allah swt.
".....Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)
Mutiara Shubuh : Selasa, 25/01/00 (18
Syawal 1420H)
Sabar Itu Tak Ada Batasnya
Didalam Al-Qur’an, Allah swt merangkaikan kata sabar dan shalat seiring
seperti dalam ayat berikut: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu'” (QS. Al-Baqarah [2]:45) dan juga pada ayat 152 di surat yang sama.
Diantara makna dari rangkaian dua kata ini adalah sabar didalam shalat
(thuma’ninah) yang telah pernah kita bahas sebelumnya.
Makna lain yang dapat kita tarik lagi dari dua kata tersebut diantaranya
adalah bahwa mengerjakan kedua perintah Allah ini adalah sangat berat jika kita
tidak lakukan dengan sungguh-sungguh. Dan yang lebih penting adalah Allah swt
memerintahkan kedua amalan ini tanpa ada batas waktu, yaitu shalat diwajibkan
bagi setiap muslim dari ketika perintah shalat itu samapai kepadanya hingga ia
meninggalkan dunia yang fana ini (wafat). Walau dalam kondisi apapun, apabila
sedang sakit dan tidak dapat berdiri, maka ia dapat shalat duduk. Tidak bisa
duduk, dapat dilakukan dengan berbaring atau tidur, hingga dengan isyaratpun
harus kita lakukan. Begitu juga dengan sabar, dalam paradigma Al-Qur’an ini
juga tanpa batas waktu, hingga akhir hayat dikandung badan nanti, khususnya
ketika kita ditimpa oleh musibah. Jadi tidaklah pantas sebenarnya kita
mengucapkan kata: “Sabar ada batasnya bung…”, karena sesungguhnya Allah swt
selalu memerintahkan kita sabar. Semoga kedua hal ini dapat kita camkan dalam
kalbu kita dan aplikasikan dalam kehidupan kita hingga dua hal ini juga akan
menolong kita nantinya dan sudah barang tentu dan pasti itu juga datangnya dari
Allah swt.
Mutiara Shubuh : Rabu, 26/01/00 (19
Syawal 1420H)
Beriman dan Beramal Shaleh
Kata shalih
dalam kamus-kamus bahasa Arab artinya baik, bermanfaat, tidak merusak, saleh,
tidak binasa, patut, yang baik, yang patut. Jadi setiap amal / perbuatan yang
baik dan bermafa’at dan tidak merusak baik untuk dirinya ataupun orang lain
berupa kemaslahatan untuk untuk semua makhluk di alam ini bisa dikatagorikan
amal shaleh. Tetapi didalam kerangka ajaran Islam kita mengenal trilogi
iman-ilmu-amal. Amal yang tidak disertai dengan keimanan yang benar bisa
menjadi amal salah (sia-sia), bukan amal saleh, seperti disebutkan dalam surat
18:104: "Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia
ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat
sebaik-baiknya". Suatu amal saleh harus disertai dengan keimanan yang
benar. Orang yang saleh (yang mengadakan
perbaikan) adalah orang yang mengerjakan amal-amal saleh. Orang-orang
tersebutdidefinisikan sebagai:
- Orang yang berpegang teguh pada Al-Kitab (sesuai zamannya, sekarang
Al-Qur'an), QS 7:170
- Tidak mempersekutukan Tuhan, QS 18:110
- Dalam barisan Nabi Muhammad, QS 48:29
Bangsa-bangsa yang sekarang berkuasa telah menggunakan dien-dien (sistem
hidup) yang berdasarkan nafsu untuk mengelola bumi ini. Hasilnya adalah kerusakan. Kerusakan moral,
lingkungan etc. Dalam membangun tanah
air tercinta, ummat Islam secara tidak sadar ikut menggunakan dien-dien tersebut,
sebagai contoh kapitalisme dalam membangun ekonominya, sehingga yang timbul
adalah kerusakan jua. Bahkan lebih parah daripada di negara-negara Barat. Karena itu marilah kita hadapkan ke dien
(sistem hidup) yang lurus sebagaimana diperintahkan Allah dalam QS 30:30.
Jadi intinya bahwa manusia itu tidak hanya cukup dengan saleh saja tanpa
iman atau iman saja tanpa amal saleh. Jadi harus kedua-duanya supaya bahagia
dunia akhirat. Kalau yang tak beriman hanya saleh saja sudah pasti di neraka
tempatnya, salehnya itu hanya dianggap sebagai perbuatan
baik dan tidak ingin mencapai ridhoNya jadi tidak sampai kepada Allah
Ta'ala. Coba perhatikan Firman Allah Ta'ala: " Dan barangsiapa mengerjakan
amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan
beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa
hisab". (QS.40:40). Bagi mereka yang tak beriman / Musyrik segala amal
perbutan mereka bagaikan debu yang beterbangan di hadapan Allah SWT, seperti
dalam firmanNya: "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (QS.25:23). Yang
dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang
mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka
tidak beriman.
Suatu usaha atau kerja ('amal) dapat dikatakan shalih jika dan hanya jika
dilakukan sesuai atau dengan mematuhi sunnah Allah swt. yang dipatuhi seluruh
'alam ini yang biasa dikatakan ayat-ayat Kauniyah, karena dapat dibaca dengan
mempelajari serta meneliti tabi'at 'alam ini sebagaimana dilakukan dalam ilmu
Fisika, Kimia dan Matematika. Sedangkan Sunnah Allah swt. yang seyogyanya
dipatuhi manusia yang mengaku Muslim, yang dikenal dengan istilah ayat-ayat
Qauliyah tertera dalam Qur'an suci dan contoh teladan yang diberikan oleh
rasullullah saw. Terbukti dalam praktek, bahwa siapapun yang melaksanakan
sunnatullah ini, baik yang Kauniyah maupun yang Qauliyah dengan alasan apapun
telah berjaya dalam hidup mereka mengelola 'alam ataupun masyarakat mereka.
Mutiara Shubuh : Kamis, 27/01/00 (20
Syawal 1420H)
Optimis
Ketika kita mengalami kegagalan demi kegagalan dalam usaha kita terkadang
timbul rasa putus asa dan bahkan sampai berpikiran buruk sangka terhadap Allah
yang tidak mau meberikan rahmatNya kepada kita. Tetapi Rasulullah saw
mengingatkan kita supaya tidak berburuk sangka dengan apa yang diberikan Allah
swt kepada kita (HR Muslim), dan lagi pula Allah swt kan sudah memberikan
pengharapan kepada kita lewat firmanNya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 39:53).
Surah Alam Nashrah (94) adalah salah satu dari ajaran Islam untuk selalu
optimis dalam menghadapi suatu ujian/kesulitan. Didalam surat itu kita
dianjurkan untuk bersungguh-sungguh melakukan semua usaha yang kita lakukan.
Dan juga sampai dua kali Allah swt menyatakan bahwa “dibalik (sesudah)
kesulitan itu pasti ada kemudahan” yang memberikan pengharapan bagi ummatNya
yang bersungguh-sungguh. Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita untuk berputus
asa selagi kita selalu menggantungkan segala sesuatunya kepada Allah swt. Kita
wajib berusaha dan bersungguh-sungguh melaksanakannya tetapi hasilnya hanya
Allah – lah yang menentukannya. Tetapi ingat bahwa tidak ada kegagalan yang
terus-menerus, begitulah janji Allah. Dan yakinlah bahwa segala usaha itu akan
berhasil, tetapi hanya menunggu waktu. Allah Maha Tahu kapan masanya
keberhasilan itu diberikannya kepada hambaNya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 28/01/00 (21
Syawal 1420H)
Tasweer
Pada suatu
ketika Rasulullah SAW berkata : Mereka yang membuat gambar (suwar) akan dihukum
di hari kebangkitan, and akan dikatakan kepadanya , "Hidupkanlah apa yang
telah engkau ciptakan" (HR Bukhari no 835, HR Muslim no.5268). Dari hadits ini,
kita bisa mengetahui bahwa hadits ini secara tegas melarang membuat gambar yang
mengandung nyawa. Rasulullah SAW memberitahukan kita bahwa mereka yang membuat
gambar yang bersangkutan akan dihukum di hari kebangkitan dan diperintahkan
untuk memasukkan nyawa ke dalamnya, yang mana jelas mereka tidak bisa
melakukannya. Dan hukumannya akan tetap berjalan selamanya. Tetapi untuk suatu
keperluan, seperti membuat X-RAY untuk kesehatan, kebutuhan yang sangat
mendesak, hal ini dibolehkan. Dalam hal ini gambar yanng dibuat bukanlah
menjadi suatu tujuan, seperti aturan di "Usool al-fiqh": " suatu
keperluan mendesak membuat suatu yang dilarang menjadi dibolehkan".
Derajat keperluan ditentukan oleh keadaan pada saat itu. Sesuatu yang lebih
dari itu, dimana gambar dibuat untuk kebanggaan/pamer, menikmati gambar2 ini,
adalah dilarang (haram).
Sementara itu di riwayat lain istri Rasulullah saw Siti 'A'isha ra ketika
menyongsong kehadisan suaminya Rasulullah saw kembali dari suatu perjalanan dan
waktu itu ia sedang menghiasi pintu dengan gorden (kain) bergambar kuda
bersayap. Ketika itu Rasulullah saw memerintahkan saya untuk membuangnya dan
‘Aisyah menarik kain gorden itu. (HR Muslim). Sedangkan dalam versi Imam Ahmad:
dinyatakan bahwa Rasullullah saw sendiri yang merobeknya.." Dari hadits
ini, kenyataan bahwa larangan untuk memasang kain bergambar bukan hanya
terbatas gambar-gambar yang akan disembah/sakral , tetapi gambar-gambar yang
hanya sekadar untuk hiasan juga.
Jadi dari sikap-sikap Rasulullah saw tersebut diatas tentang halnya
Tasweer ini, sudah jelaslah bagi kita bahwa hal itu dilarang. Dan sekarang
hanya ketegasan kita yang diperlukan untuk mnurunkan lukisan-lukisan,
photo-photo serta patung-patung yang dipajang dirumah kita sehingga kita tidak
diminta Allah swt untuk memberi nyawa terhadap gambar-gambar tersebut dan
menggantinya dengan ayat-ayat Allah yang berguna untuk mengingatkan kita. Dan
hal ini juga tidak menghalangi kesenangan malaikat rahmat untuk memasuki rumah
kita.
Mutiara Shubuh : Senin, 31/01/00 (24
Syawal 1420H)
3 Hal Yang Tidak Memutuskan Amalan
Rasulullah saw pernah bersabda: "Apabila anak Adam meninggal maka
terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal yakni: Sadaqah jariah atau ilmu
yang dimanfa'atkan atau anak shalih yang selalu mendo'akannya" (HR Muslim
dll dari Abu Hurairah ra)
Sadaqah jariah adalah merupakan suatu amalan yang dilakukan yang
diperuntukan bagi masyarakat umum baik itu dalam bentuk finansial, materi,
tenaga atau pikiran baik berbentuk sarana ibadah ataupun sarana umum, yang mana
pahala amalannya itu akan terus tetap mengalir selama fasilitas tersebut masih
digunakan untuk amalan yang baik. Menurut beberapa tafsir hadits, hal
sebaliknya juga akan berlaku jika fasilitas yang dikembangkannya tersebut
digunakan untuk amal yang tidak baik atau maksiat maka selama itu pulalah
ganjaran buruk baginya.
Demikian juga halnya ilmu yang kita punyai, sejauh ilmu yang kita
sampaikan bermanfa'at, maka selama ilmu itu dimanfa'atkan (tentunya untuk hal
yang baik) maka selama itu pula pahala akan mengalir kepadanya. Menurut
beberapa ahli tafsir hadits kebaikan juga bagi diberikan kepada penulis ilmu
yang bermanfa'at selama orang-orang masih membaca dan mengamalkan dari apaya
yang telah disampaikannya, demikian juga sebaliknya dengan amal yang
buruk.
Do'a dari anak-anak yang shaleh untuk orang tuanya merupakan salah satu
do'a yang mustajab, dan akan selalu mengalir kepada kedua orang tuanya selama
anaknya masih terus mendo'akannya walaupun kedua orang tuanya tersebut telah
tiada. Salah satu do'a yang cukup populer yang ditujukan untuk orang tua kita
adalah "Allahumma firlii waliwalidaiya warhamhuma kamaa rabbayani
saghiraa" (Yaa Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah
mereka seperti mereka menyayangi aku diwaktu kecil).
Mutiara Shubuh : Selasa, 01/02/00 (25
Syawal 1420H)
Bergabung Bersama di Majlis Dzikir
Dari Abdurrahman bin Sahl bin Hanif, ia berkata: Pada suatu sa'at, ketika
Rasulullah saw berada dirumahnya dan turunlah ayat kepada beliau yang artinya:
"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas." (QS. Al-Kahfi [18]:28). Maka setelah menerima wahyu tersebut
Rasulullah saw keluar untuk mencari orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat
tersebut. Kemudian beliau menjumpai sekelompok orang yang sedang sibuk
berdzikir. Ketika Rasulullah saw melihat mereka, beliaupun duduk bersama mereka
dan bersabda, "Segala puji bagi Allah, yang telah menciptakan diantara
ummatku orang-orang yang menyebabkan aku diperintahkan duduk bersama
mereka." (HR Thabrani)
Banyak sekali ayat-ayat didalam Al-Qur'an yang memerintahkan kita untuk
selalu mengingat Allah swt (dzikir) yang menandakan bahwa ingat Allah itu
adalah suatu kewajiban bagi kita yang diciptakan oleh Allah swt untuk mengabdi
kepadaNya. Hadits diatas yang mengutip salah satu diantara ayat-ayat tersebut,
kembali mengingatkan kepada kita untuk selalu mengingat Allah swt dengan
menghadiri dan bergabung dengan kelompok orang-orang yang selalu mengagungkan
Allah dan berusaha untuk menghindari perkumpulan-perkumpulan yang menyeret kita
ke alam keduniawian yang mengalihkan perhatian kita dari ingat Allah, dan
bahkan terjerumus ke sarang-sarang syetan.
Mutiara Shubuh : Rabu, 02/02/00 (26
Syawal 1420H)
Hak Kewajiban Muslim Terhadap Sesama Muslim
Dalam salah
satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah saw pernah bersabda bahwa ada lima hak kewajiban yang patut diperhatikan
oleh seorang muslim terhadap sesama muslim yang lainnya yakni:
Pertama:
menjawab salam. Salam merupakan do'a yang disampaikan oleh seorang muslim
terhadap saudaranya yang lain ketika bertemu, baik ketika langsung bertatap
muka ataupun lewat media lainnya seperti telepon, televisi, radio ataupun media
tulisan. Rasulullah saw menyatakan bahwa menebarkan salam baik kepada orang
yang dikenal maupun yang tidak dikenal merupakan salah satu ajaran islam yang
terbaik yang sangat bernuansa sosial disamping memberi makan orang yang lapar
(fakir miskin). Sungguh indah sekali rasanya jika kita terapkan saling menebarkan salam
ini diantara kita kaum muslimin yang artinya saling mendo'akan atas keselamatan
saudaranya.... indah sekali... indah sekali ajaran Islam ini. Yang kecil
mengucapkan salam kepada yang lebih tua serta dijawab oleh yang tua, yang
datang mengucapkan salam kepada yang didatangi dan yang didatangipun menjawab
salamnya, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk / diam, yang
berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan dan seterusnya. Dan bahkan
Rasulullah saw pernah menyatakan bahwa yang memberi salam lebih dahulu adalah
yang terbaik.
Kedua: menjenguk saudara kita yang sedang sakit yaitu menghiburnya,
mendo'akannya supaya kembali diberikan kesehatan yang cukup. Rasulullah saw
bahkan bukan hanya menjenguk saudara seiman beliau yang sakit tetapi yang tidak
seimanpun beliau jenguk, seperti yang diriwayatkan oleh salah satu hadist yang
menyatakan bahwa Rasulullah saw menjenguk seorang Yahudi yang sakit dan
menganjurkan kepadanya untuk masuk Islam maka masuklah Yahudi yang sakit
tersebut kedalam agama Islam karena tersentuh dengan akhlaq Rasulullah
tersebut.
Ketiga: menyelenggarakan mayyit, yaitu mulai dari memandikannya,
mengafaninya, men-sholat-kannya hingga mengantarkan serta menguburkan jasadnya
ditempat peristirahatan jasadnya yang terakhir. Tetapi setidak-tidaknya kita
berta'ziah kepada keluarga beliau dengan mengucapkan belasungkawa atas wafatnya
beliau serta memberikan hiburan dan nasihat kepada sanak keluarga yang
ditinggalkannya.
Keempat: memenuhi undangan, baik itu undangan lisan maupun undangan
tertulis. Banyak diantara kita masih meremehkan tentang undangan ini. Dan
bahkan kita juga tidak jarang menyatakan kata "Insya Allah" untuk menolaknya,
padahal kata yang kita sebutkan tersebut adalah merupakan kata janji seorang
muslim bukan hanya untuk yang mengundang tetapi bahkan berjanji kepada Allah
swt. Jika kita benar-benar tidak dapat menghadirinya katakanlah yang sebenarnya
dan mintalah ma'af sebagai kata penyesalan bahwa kita mungkin tidak dapat
memenuni undangan tersebut.
Kelima: mendo'akan orang yang bersin (bangkis). Ketika seseorang muslim
selesai bersin biasanya beliau mengucapkan pujian kepada Allah swt
(Alhamdulillah) dan setelah itu hendaklah kita do'akan semoga beliau
mendapatkan rahmat dari Allah swt (Yarhamukallah).
Semoga lima hal yang sangat amat islami diatas dapat kita hidupkan dalam
kehidupan kita yang selama ini mungkin terlupakan dan bahkan banyak diantara
kita yang menganggap remeh persoalan-persoalan diatas. Semoga Allah swt selalu
membimbing kita untuk selalu berjalan di-shirot yang diridhoiNya....
amien.......
Mutiara Shubuh : Kamis, 03/02/00 (27
Syawal 1420H)
Menggemarkan Menyampaikan Ilmu
Dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Semoga Allah melimpahkan ni'mat-Nya kepada seseorang yang mendengar
sesuatu dari kami kemudian dia menyampaikannya sebagaimana dia mendengarkannya,
boleh jadi orang yang menerima penyampaian itu lebih mengerti dari orang yang
mendengar (langsung)" (HR Abu Dawud, Thurmidzi, Ibnu Hibban).
Hadits diatas mendorong kita untuk gemar menyampaikan ajaran-ajaran
islami yang kita dapatkan baik langsung secara lisan maupun melalui media
tulisan, dan setidak-tidaknya kita sampaikkan kepada keluarga kita sendiri
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah lewat hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari danMuslim dari sahabat Ali ra: "Ajarkanlah kebaikan kepada
keluarga kalian". Hadits ini merupakan aplikasi dari firman Allah dalam surah
At-Tahrim ayat 6 : "Peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka".
Semoga stimulan ini dapat menggemarkan kita untuk menyampaikan kebaikan
dan mengamalkannya pada sisa umur kita ini, setidak-tidaknya kita dapat menjadi
da'i untuk diri kita dan ditengah keluarga kita sendiri, syukur-syukur dapat
menyampaikan kepada lingkup yang lebih besar lagi dan denagn itu semoga ni'mat
Allah swt selalu dilimpahkan kepada kita semua, sejalan dengan do'a Rasulullah
saw terhadap orang-orang yang menyampaikkan ajaran-ajarannya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 04/02/00 (28
Syawal 1420H)
Memuliakan Tamu
Pada suatu
ketika Rasulullah saw pernah bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR Bukhari dan
Muslim).
Hadits diatas
mengingatkan kita akan kegemaran para sahabat dalam menjamu tamunya, dan bahkan
ketika Rasulullah saw menawarkan untuk menjamu seorang tamunya, para sahabatpun
berebut untuk membawa tamu tersebut kerumahnya masing-masing. Tidak hanya
sahabat yang hidup berkecukupan yang melakukan hal ini, bahkan dalam salah satu
riwayat bahkan ada yang berusaha untuk menahan perutnya dan keluarganya demi
untuk memuliakan tamu mereka. Didalam menjamu tamu hendaklah kita jangan
memilih-milih atau kita hanya mau menjamu tamu yang bersih atau kaya saja,
bahkan Rasulullah menegaskan dalam salah satu haditsnya bahwa menjamu (memberi
makan) orang yang lapar (fakir/miskin) merupakan salah satu hal yang sangat
mulia dalam ajaran Islam.
Semoga
sifat / kegemaran Rasulullah saw dan para sahabat ini dapat tersalur kepada
kita semua, sehingga kita dapat memenuhi salah satu kriteria orang yang beriman
menurut hadits diatas.
Mutiara Shubuh : Senin, 07/02/00 (01
Dzulkaidah 1420H)
Anjuran Shalat Sunnah Ketika Memasuki Masjid
Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika
seorang masuk ke masjid maka janganlah duduk sehingga melakukan shalat dua
rakaat.” (HR. Abu Laits Assamarqandi)
Hadits diatas mengingatkan kita kembali atas disunnahkannya kita untuk
melakukan shalat dua raka’at ketika memasuki masjid dan bahkan menegah kita
untuk duduk sebelum kita melakukan shalat sunnah ini. Para ahli tafsir hadits
berpendapat bahwa yang dimaksud dari hadits diatas adalah shalat Tahiyatul
Masjid. Ada juga diantaranya berpendapat bahwa bisa jadi yang dimaksud adalah
shalat sunnah tahiyatul masjid, atau sunnah rawatib atau shalat sunnah-sunnah
yang lainnya. Angka dua raka’at diatas merupakan angka minimal yang disunnahkan
Rasulullah saw, sedangkan batasnya tidak ada, hingga melakukan shalat wajib
berjama’ah kita boleh shalat-shalat sunnah yang lainnya. Marilah kita
menggemarkan untuk shalat-shalat sunnah karena salah satu ciri orang-orang yang
ikhlas beribadah kepada Allah swt itu dapat dilihat dari kesungguhannya
mengerjakan amalan-amalan sunnah dan sudah barang tentu setelah menunaikan
amalan wajibnya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 08/02/00 (02
Dzulkaidah 1420H)
Bertaubat
Dalam Surah An-Nur ayat 31, Allah swt berfirman: “…Dan bertaubatlah
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. 24:31).
Yang mana perintah taubat ini diperintahkan kepada kita terhadap
perbuatan-perbuatan kita yang melanggar batas halal dari Allah atau melanggar
larangannya baik yang besar apalagi yang besar.
Jangankan kita yang muslim biasa ini Rasulullah saw saja melakukannya
setiap hari bahkan sampai berpuluh hingga beratus kali, padahal kita tahu bahwa
Rasulullah saw sebagai manusia pilihanNya yang sangat amat minim sekali berbuat
kesalahan, apatah lagi kita yang orang biasa ini. Hal ini dapat kita rujuk pada
hadits dari Abu Hurairah ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertobat
kepada Allah tiap harinya lebih dari tujuh puluh kali” (HR. Bukhari). Dan
hadits diatas dikuatkan oleh hadits berikut dari Al-Agharr bin Yassar Al-Muzani
ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Hai sekalian manusia,
bertobatlah kamu kepada Allah, dan beristighfar (minta ampun) kepada-Nya, maka
sesungguh aku bertobat istighfar tiap hari seratus kali (HR Muslim).
Sungguh sangat amat sombong sekali rasanya jika kita tidak menyadari
kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dan apalagi kita tidak cepat-cepat
minta ampun dan bertobat, padahal dengan tobat yang sungguh-sungguh akan
diampuni Allah swt dan tentu ganjaran yang tidak pernah kita bayangkan
sebelumnya, hal ini dijanjikan Allah swt dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Rabb kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu
ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai……".(QS. 66:8)
“Dan hendaklah
kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan…….”(QS. 11:3)
Semoga hal ini dapat mengetuk hati kita untuk memperbanyak istighfar
(minta ampun) atas dosa-dosa kita dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali
di masa mendatang.
Mutiara Shubuh : Rabu, 09/02/00 (03
Dzulkaidah 1420H)
Ilmu Bagi Orang Yang Beriman
Dalam Surah Al-Fathir ayat 28, Allah swt berfirman: “….Sesungguhnya yang
takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)..”.
Didalam ayat tersebut dinyatakan bahwa orang yang beriman yang berilmu itu
sangatlah takut kepada Allah swt, karena bagi mereka ilmu adalah karunia-Nya
dan sekaligus merupakan ujian. Dan juga bagi mereka ilmu itu adalah alat bagi
manusia untuk menjalankan tugas dari Allah sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Keyakinan seperti inilah yang menjadikan mereka tidak sombong dan bangga diri,
justrusebaliknya mereka bertambah tunduk, ta’at dan takut kepada Allah swt atau
bertambah tawaddu’. Semakin banyak ilmunya maka semakin tunduklah ia, yaitu
laksana padi semakin berisi semakin merunduk.
Orang beriman dan berilmu seperti ini yang biasanya kita sebut sebagai
Ulil Albaab. Salah satu dari ciri mereka adalah kegetolan mereka dalam
mempelajari ilmu-ilmu yang datangnya dari Allah swt. Baik melalui firma-firman
Allah yang bersifat tertulis melalui Al-Qur’an maupun yang bersifat hasil
ciptaan-Nya dengan mengamati gejala-gejala dan rahasia alam yang diyakininya
sebagai kebesaran Allah. Maka dengan pengetahuan mereka tersebut mereka semakin
medekatkan diri kepada Allah swt, selain berfikir dan berdzikir menyebut
asma-Nya. Kepada mereka Allah swt berseru: “…maka bertaqwalah kepada Allah hai
orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
Allah telah menurunkan peringatan kepadamu. (QS. 65:10)
Kemudian Allah berfirman: “……. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58:11).
Semoga hal yang singkat ini dapat menambah animo kita dalam mempelajari
ilmu-ilmu yang datangnya dari Allah swt ini, baik yang tertulis (Al-Qur’an),
tercipta (Alam Raya) maupun yang hidup melalui sunnah Rasul-Nya, hingga derajad
kita ditinggikan dari orang-orang yang beriman lainnya….. amien …….
Mutiara Shubuh : Kamis, 10/02/00 (04
Dzulkaidah 1420H)
Petunjuk Allah
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” (QS. 24:46),
banyak sekali ayat-ayat yang senada dengan ayat diatas yaitu yang menyatakan
bahwa Allah swt akan memberikan petunjuk pada orang-orang yang dikehendakinya.
Secara syariah sebenarnya petunjuk itu sudah diberikan oleh Allah swt melalui
Al-Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya dan disertai Sunnah Rasulullah dan
kejadian alam dan segala isinya dapat dikategorikan kepada petunjuk yang
diperlihatkan oleh Allah swt secara fisik. Dan sekarang masalahnya apakah
petunjuk yang tersedia itu telah kita perhatikan, tela’ah dan pelajari hingga
dapat menjadikan hidup kita lebih baik dan dekat kepada-Nya.
Begitu juga hidayah yang untuk beramal bahkan untuk mendapatkan hidayah
Islam bagi orang yang sebelumnya belum menganut ajaran islam. Hal ini
tergantung perhatian dari individu itu sendiri memperhatikan hidayah tersebut.
Sebagai contoh, ada seorang Jepang (non-muslim) yang telah mendapatkan
hidayah untuk masuk Islam, karena keingintahuannya akan perilaku seorang
bawahannya yang diamatinya sangat unik, sehingga memancingnya untuk bertanya
dan diapun mendapatkan jawaban yang dapat menariknya untuk memeluk agama Islam.
Ceritanya ketika melakukan suatu survey pemetaan didalam suatu hutan, dia
melihat kegiatan bawahannya tersebut yang menurutnya cukup unik. Maklumlah
didalam hutan segalanya serba darurat, bawahannya yang beragama Islam tersebut
melakukan shalat terkadang dengan berwhudu', terkadang tayamum, terkadang
melakukannya dijama’ serta diqasar dsb. Ketika beliau bertanya kenapa kok
dilakukan seperti itu, sang bawahan menjawab bahwa didalam Islam melakukan
ibadah itu sangat fleksibel sifatnya terhadap keadaan kita. Ada kalanya kita
diberi hadiah untuk melakukan ibadah dengan keringanan-keringanan yang pahala
tetap sama besarnya dan bahkan terkadang lebih besar. Mendengar itu dia
merasakan alangkah menarik dan indahnya agama yang dianut oleh bawahannya
tersebut, tidak seperti yang didengarnya selama ini yaitu Islam identik dengan
Timur Tengah dan Teroris padahal dia tidak tahu bahwa itu hanya propaganda kaum
kafir belaka. Sehingga pada sa’at itu dia mengucapkan shahadat dan memeluk
agama Islam. Kita lihat masuknya kedalam Islam ini adalah hidayah dari Allah
swt yang juga tidak lepas dari pengamatan dan perhatiannya terhadap tingkah
laku bawahannya yang Islam tadi serta juga penerangan (da’wah) yang mengena
dari bawahannya tersebut.
Sebenarnya banyak lagi contoh-contoh orang yang mendapat hidayah untuk
memeluk Islam sebagai agamanya dikarenakan perhatiannya terhadap ajaran Islam
dan korelasinya terhadap gejala-gejala alam. Singkat kata yaitu mereka yang
mendapatkan petunjuk itu adalah orang yang berfikir. Semoga kita termasuk
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt dan diberikan kekuatan untuk
menolak segala sesuatu yang diluar jalur-Nya.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an: “Allah memberikan hikmah kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah
diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. 2:269).
Mutiara Shubuh : Jum’at, 11/02/00 (05
Dzulkaidah 1420H)
Shalat Sunnah Dhuha (II)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Kekasihku Rasulullah saw telah
berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan
witir sebelum tidur” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
Wasiat Rasulullah saw kepada kita melalui sahabat diatas menunjukkan
sebagaimana pentingnya shalat dhuha bagi ummatnya, yang mana pada hadits lain
disebutkan dapat sebagai pengganti sadaqah yang diwajibkan kepada setiap sendi
dibagian tubuh kita. Sementara itu Thurmidzi, Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah juga
meriwayatkan hal yang sama dengan tambahan bahwa yang melakukan hal-hal
tersebut diatas merupakan ciri-ciri orang yang bertaubat.
Tetapi bila kita tela’ah jadwal shalat yang diwajibkan kepada kita, jarak
antara setiap shalat itu kurang dari tiga jam kecuali antara isya dan shubuh
dan shubuh dan dzuhur, hal ini tentunya diperuntukkan oleh Allah bagi hambanya
untuk istirahat pada malam hari dan mencari nafkah pada siang harinya. Dan
alangkah maha bijaknya Dia yang memberikan hadiah bagi hambaNya yang ingin
lebih mendekatkan diri kepadanya yaitu dengan adanya shalat dhuha diantara
shubuh dan dzuhur, shalat tahajjud diantara isya’ dan shubuh. Kedua-duanya
diberikan ganjaran yang berlipat ganda oleh Allah swt.
Mutiara Shubuh : Senin, 14/02/00 (08
Dzulkaidah 1420H)
Meniru Kebudayaan Kaum Kafir
Hingga sa’at sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kafir yang
merajalela di negara-negara muslim dan hal ini yang menggerogoti iman kita
sebagai seorang muslim. Kita tidak sadar bahwa iman kita perlahan-lahan
dilolosi dari hati kita. Seperti kalau dokter menyuntikkan obat bius ke anggota
badan kita, dan memotong anggota badan tersebut, kita tidak terasa. Ini
disebabkan karena intrik-intrik syeitan yang selalu menghembus-hembuskan
kemaksiatan kedalam hati kita melewati kaum kafir dengan ejekan sebagai kaum
yang tertinggal (kolot) jika tidak mengikuti kemajuan jaman dan bahkan kita
dikatakan tidak maju/modern jika kita tidak mengikuti kebudayaan tersebut.
Dan inilah sesungguhnya yang diinginkan oleh kaum kafir yang notabene
dimotori oleh bangsa barat terhadap kita kaum muslimin, yang mana hal ini
sebenarnya beratus-ratus tahun yang lalu telah diingatkan Allah swt kepada kita
melalui Rasul-Nya, sebagaimana tertera dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 120 :
“" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga
kamu mengikuti agama (kebiasaan) mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
Banyak sekali kebiasaan kaum kafir lainnya yang sudah barang tentu tidak
sesuai dengan akidah kaum muslimin dan sangat cepat mewabahnya dikalangan
masyarakat kita yang pada umumnya bersifat glamoria, pesta pora yang sudah
tentu akan menjauhkan kita dari mengingat Sang Pencipta seperti: Memperingati
Ulang Tahun, Menyambut Tahun Baru Masehi, Millenium Baru, Thanksgiving Day,
Halloween, dan yang paling hangat sa’at ini adalah Valentine’s Day.
Sesungguhnya semua kegiatan-kegiatan yang diatas itu adalah dilarang
dalam ajaran agama Islam sebagaimana yang pernah diingatkan oleh Rasulullah saw
dalam salah satu haditsnya: "Barang siapa meniru kebiasaan orang kafir ,
dia adalah termasuk golongan itu.." (HR Bukhari).
Semoga hal ini mengingatkan kita untuk tidak meniru-niru cara hidup
orang-orang kafir ini dan kita juga diberi kekuatan oleh Allah swt untuk
menolaknya sehingga kita tidak dicap sebagai termasuk sebagai orang kafir
sebagaimana yang telah diingatkan oleh Rasulullah saw diatas.
Mutiara Shubuh : Selasa, 15/02/00 (09
Dzulkaidah 1420H)
Klarifikasi Terhadap Suatu Masalah (Tabayyun)
Ketika kita mendengar suatu berita, hendaklah jangan langsung kita telan
mentah-mentah berita yang kita terima tersebut. Kebenaran suatu berita
terkadang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Bisa jadi berita tersebut benar
dan juga tidak tertutup kemungkinan bahwa berita tersebut hanya isu murahan yang
hanya bohong belaka. Karena itu hendaklah kita meng-klarifikasi dahulu atas
segala berita yang kita terima, apalagi berita tersebut menyangkut hal yang
sangat penting baik untuk kehidupan kita pribadi, apalagi menyangkut dalam
hubungan kemasyarakatan.
Allah swt telah memperingatkan kita akan hal ini dengan firman-Nya: “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Sementara diayat lain Allah swt juga mengingatkan: “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggunganjawabnya. (QS. 17:36)
Kehati-hatian dan ketelitian dalam menerima suatu kabar / berita itu akan
menghindarkan kita dari perbuatan memfitnah dan ghibah (bergunjing), apalagi
yang kita pergunjingkan itu adalah saudara kita sendiri (sesama muslim).
Didalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa hal tersebut sama saja halnya kita memakan
bangkai saudara kita sendiri.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49:12)
Jadi dari beberapa firman Allah swt diatas jelaslah bahwa berhati-hati,
meneliti serta check and re-check terhadap suatu masalah atau berita yang kita
terima adalah merupakan kewajiban kita dan juga kita harus ingatkan kepada
saudara kita yang lainnya.
Semoga Allah swt selalu membimbing kita semua ke arah jalan yang benar
dengan menunjukkan segala sesuatu yang benar itu nyata benarnya. Serta
memperlihatkan yang bathil itu nyata benar kelihatan bagi kita kebathilannya
dan semoga Allah swt juga menggiring kita untuk menjauhi hal tersebut
sejauh-jauhnya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 16/02/00 (10
Dzulkaidah 1420H)
Dirikanlah Shalat
Banyak sekali firman-firman Allah didalam Al-Qur’an tentang perintah
mendirikan shalat, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan shalat
sebagai inti ibadah ummat islam ini sangatlah amat penting. Rasulullah saw
pernah bersabda bahwa shalat itu adalah salah satu dari lima tiang dari agama
Islam, dan jika kita mendirikan shalat berarti kita menegakkan agama Islam dan
begitu juga sebaliknya jika meninggalkannya berarti akan merubuhkan akidah kita
sebagai seorang muslim. (HR Bukhari dan Muslim). Didalam hadits lainpun
Rasulullah pernah menegaskan bahwa batas atau pemisah dari seorang muslim
dengan kekufuran adalah ketika ia meninggalkan shalat (HR Muslim). Jadi
sangatlah terlihat disini bahwa Shalat itu adalah inti dari ibadah seorang
muslim.
Salah satu hakikat dari shalat itu adalah mengingat (dzikir) Allah swt
dan berdo’a. Shalat adalah merupakan salah satu bentuk dzikir yang paling baik
dan sempurna. Dimana kita selalu mengingat-Nya ketika lagi berdiri, ruku’,
sujud dan duduk. Diharapkan dengan shalat ini kita akan selaku ingat dengan
Allah dan tentu akan menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak
berguna baik terhadap diri sendiri (fahsya/keji) maupun yang berdampak kepada
orang lain (mungkar). Bukankah Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur’an: “….. dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…...” (QS. 29:45)
Nach… jika
telah merasa melaksanakan kewajiban shalat dan tetapi masih melakukan perbuatan
yang tidak baik terhadap diri kita ataupun terhadap orang lain, atau dengan
kata lain ibadah rajin maksiat tekun, itu patut kita pertanyakan diri kita
masing-masing.
Sudahkah kita
mendirikan shalat dengan benar dan baik ??
Mutiara Shubuh : Kamis, 17/02/00 (11
Dzulkaidah 1420H)
Sikap Mukmin Terhadap Orang Yang Fasik
Didalam Al-Qur’an, orang yang fasik itu dinyatakan sebagai orang yang
berada diantara kekafiran dan orang mu’min. Yaitu orang yang diberi petunjuk
oleh Allah swt (dengan Al-Qur’an) tetapi mereka berpaling terhadapnya. Atau
secara gamblang dapat dikatakan bahwa dia mengaku sebagai muslim tetapi tetap
ngotot dengan maksiatnya dan bahkan mengajak ke arah yang dilarang Allah swt
tersebut.
Golongan orang seperti ini sangatlah berbahaya, karena mereka bersikap
seperti bunglon. Bahkan lebih berbahaya dari orang kafir sendiri. Orang kafir
biasanya terang-terangan menyatakan dirinya tidak percaya kepada Allah swt dan
segala ajaran Islam, dan sudah tentu kita bisa selalu berlaku waspada terhadap
serangan akidah, kebudayaan dsb dari mereka. Tetapi orang fasik itu lebih
parah, mereka seperti onak dalam daging atau penyakit yang menular, tidak
tampak atau samar tetapi dapat mempengaruhi orang sekitarnya berbuat maksiat.
Didalam Al-Qur'an orang fasik ini adalah juga disebut orang munafik.
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian
yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat
yang ma'ruf dan mereka mengenggam tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah,
maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang
yang fasik.” (QS. 9:67).
Lantas bagaimana sikap kita menghadapi orang fasik ini ??
Al-Qur’an memberikan petunjuk bagi kita untuk selalu menegakkan yang
benar dan melawan segala kemungkaran. Disamping itu Rasulullah saw mengajarkan
kita melalu haditsnya untuk melawan setiap kemungkaran yang kita lihat dengan
kekuasaan kita (dengan tangan), dan jika tidak sanggup boleh dengan lisan
(perkataan), dan bila tidak mempan juga maka setidak-tidaknya kita menolaknya
dalam hati, tetapi Rasulullah menyatakan hal yang terakhir itu adalah
selemah-lemahnya iman.
Ada satu do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Musa as kepada Allah swt dalam
menghadapi orang yang fasik ini “………. Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan
orang-orang yang fasik itu". (QS. 5:25).
Amien………..
Mutiara Shubuh : Jum’at, 18/02/00 (12
Dzulkaidah 1420H)
Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka
Didalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. 66:6).
Ayat diatas sebenarnya adalah perintah Allah swt untuk selalu mengikuti
syariat agama Islam dengan melakukan segala apa yang diperintahkan Allah swt
dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Memelihara diri bermakna menjaga
keutuhan iman kita untuk selalu berada dijalan-Nya, tetapi bukan hanya kita
diperintahkan untuk memperhatikan diri sendiri tetapi kita juga diwajibkan
untuk mengingatkan dan membimbing anggota keluarga kita untuk juga melalu jalan
yang benar bersama-sama kita. Dan ini harus kita ingat benar bahwa mengingatkan
dan menjaga /memelihara keluarga dari berbuat mungkar dan mengajak untuk
berbuat ma’ruf adalah haknya mereka. Jika pada hari hisab nanti katakanlah kita
mempunyai amalan yang cukup, tetapi kita tidak pernah menyampaikannya kepada
keluarga kita (khususnya anak dan istri) maka mereka nanti akan menuntut kita
karena tidak pernah diajak dan diperingatkan. Maka jadi orang yang bangkrutlah
kita di hari akhir kelak.
Mutiara Shubuh : Senin, 21/02/00 (15
Dzulkaidah 1420H)
Esensi Waktu Dalam Paradigma Islam
Waktu adalah seluruh rangkaian saat yang telah berlalu, sekarang, maupun
yang akan datang. Al-Quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin, bahkan dituntunnya umat manusia untuk mengisi seluruh 'ashr
(waktu)-nya dengan berbagai amal dengan mempergunakan semua daya yang
dimilikinya. Bukankah Allah swt berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku”. Dalam ayat ini juga ditegaskan bahwa Al-Quran menuntut agar
kesudahan semua pekerjaan hendaknya menjadi ibadah kepada Allah, apa pun jenis
dan bentuknya.
Dalam surah Al-Ashr Allah swt bersumpah: "Demi ashr (waktu) semua
manusia berada dalam kerugian." Kerugiannya adalah karena tidak menggunakan
ashr (waktu) , dan kerugian tersebut seringkali baru disadari pada waktu asar
(menjelang terbenamnya matahari). Adapun yang terhindar dari kerugian, menurut
Al-Qur’an , adalah mereka yang
memenuhi empat kriteria: Pertama, yang mengenal kebenaran (amanu);
kedua, yang mengamalkan kebenaran (amilu al shalihat); ketiga, yang ajar
mengajar menyangkut kebenaran (tawashauw bil al-haq); dan keempat, yang sabar
dan tabah dalam mengamalkan serta mengajarkan kebenaran (tawashauw bi al
shabr).
Masa adalah modal utama manusia. Apabila tidak diisi dengan kegiatan,
waktu akan berlalu begitu. Ketika waktu berlalu begitu saja, jangankan
keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang. Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
pernah bersabda, "Rezeki yang tidak
diperoleh hari ini masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak di hari
esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali esok."
Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi, yang
bersangkutan sendiri yang akan merugi. Bahkan jika diisi dengan hal-hal yang
negatif, manusia tetap diliputi oleh kerugian. Di sinilah terlihat kaitan
antara ayat pertama dan kedua. Dari sini pula ditemukan sekian banyak hadist
Rasulullah saw memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya
sebaik mungkin, karena sebagaimana sabda Nabi Saw: “Dua nikmat yang sering dan
disia-siakan oleh banyak orang: kesehatan dan kesempatan (HR Bukhari dari Ibnu
Abbas r.a.).
Ibnu Taimiyah ketika ditanya oleh salah seorang tentang keketatan dia
menjaga waktu untuk beribadah dan bekerja untuk mencari nafkah hingga sangat
sedikit waktu yang tersisa untuk beristirahat, beliau menjawab bahwa hidup ini
singkat sebaiknya kita gunakan untuk beribadah dan bagi beliau istirahat yang
hakiki adalah setelah nyawa berpisah dari badan (maut). Hal ini sesuai dengan
Sabda Rasulullah saw bahwa meninggal dunia (maut) itu adalah istirahatnya
seorang muslim.
Para sahabat Nabi selalu membaca surah Al-Ashr setiap akan berpisah. Bagi
kita sekarang ini, tampaknya , surah ini perlu dibaca pada saat bertemu, agar
waktu kita tidak terisi dengan aktivitas yang merugikan.
Mutiara Shubuh : Selasa, 22/02/00 (16
Dzulkaidah 1420H)
Jauhilah Sifat Riya
Riya adalah suatu sikap seseorang yang berusaha mengekspos dirinya
(bangga diri) karena merasa telah melakukan perbuatan yang baik atau dapat
dikatakan berbuat baik hanya untuk cari nama dimuka orang banyak. Sikap ini
sangatlah tidak terpuji didalam Islam, didalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’un
dinyatakan sebagai salah satu tanda orang yang mendustakan agama dan dikutuk
oleh Allah swt (QS 107:6), serta Rasulullah saw pun mengutuk sikap ini sebagai
syirik kecil.
Sebagai contoh kecil, mungkin kita ketika bersedekah berusaha untuk dapat
dilihat orang bahwa kita telah menyumbang dan bahkan sangat marah sekali bila nama
kita dan jumlah yang kita dermakan itu tidak disebutkan. Didalam Al-Qur’an
Allah swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan …………... (QS.
2:264)
Didalam salah satu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah saw
pernah meneritakan tentang penghisaban manusia di hari akhir kelak. Didalam
riwayat ini diceritakan ada tiga orang
yang didunia terkenal beramal baik. Seorang adalah didunia disebut
sebagai suhada yang berjihad / berperang dijalan Allah, yang seorang lagi
adalah seorang dermawan dan yang satu lagi adalah seorang ilmuwan yang pintar
dan juga pengajar. Setelah mereka ditanya tentang perbuatan-perbuatan baik
mereka di dunia tersebut, tetapi akhirnya Allah swt menyuruh malaikat Malik
untuk melemparkan ketiga orang tersebut kedalam neraka yang menyala. Hal ini
disebabkan oleh ketiga orang tersebut melakukan perbuatan-perbuatan tersebut
hanya untuk mencari nama. Sang Syuhada melakukan jihad hanya karena ingin
disebut pahlawan, kemudian sang dermawan pun bersedekah hanya mengharapkan nama
sebagai orang yang pemurah, sedangkan sang ilmuwan juga memberikan ilmunya juga
karena menginginkan namanya terkenal. Nach ketiga-tiganya dilempar ke neraka
dikarenakan adanya unsur riya yang bercokol dalam hati mereka.
Semoga Allah swt. menjauhkan sifat riya ini dari diri kita, sehingga
segala amal ibadah yang kita lakukan itu dapat diterima Allah swt tanpa hijab
……. Amien…….
Mutiara Shubuh : Rabu, 23/02/00 (17
Dzulkaidah 1420H)
Hisab
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dikatakan bahwa dunia ini hanyalah
persinggahan belaka, dan yang kekal itu hanyalah syurga dan neraka yang
ditentukan setelah semua amal yang baik maupun buruk kita dihisab (ditimbang).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya! (QS. 6:32).
Bagi orang kafir dan munafik (fasik), mereka tidaklah mempercayai atau
meragukan tentang adanya hari hisab ini. Oleh karena itu mereka melakukan
segala kesenangan dunia ini, mereka tidak peduli apakah itu merugikan orang
lain ataupun melanggar ketentuan Allah swt. Jika saja mereka percaya akan hari
akhirat tersebut maka merekapun akan takut berbuat hal yang melanggar ketentuan
Allah tersebut. “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut
kepada hisab yang buruk. (QS. 13:21).
Lain halnya dengan orang beriman, mereka sangat takut sekali terhadap
hisab Allah, oleh karena itu mereka selalu mempersiapkan diri dengan menumpuk
amal kebajikan untuk hari akhir nanti. Dan tak kurang diantara mereka yang
sangat takut sekali jika amal shaleh mereka tidak diterima Allah, sehingga
memicu mereka untuk melakukan amal shaleh dengan sungguh-sungguh dan istiqomah.
Ada satu perkara bijak yang kita dapat lakukan dalam mengarungi hidup ini
yaitu menghisab diri sendiri secara periodik sebelum kita dihisab di hari
akhirat. Hal ini dapat selalu mengingatkan kita untuk melakukan amalan shaleh
secara istiqomah, dan melakukan perbaikan-perbaikan setelah evaluasi tersebut.
Jika kita selalu ingat ayat berikut yang berisi tentang pengakuan syeitan
ketika menggoda manusia, niscaya kita akan selalu waspada terhadap segala
provokasi syeitan untuk melakukan hal yang menyeru terhadap maksiat dan menegah
terhadap amalan shaleh.
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak
kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14:22).
Mutiara Shubuh : Kamis, 24/02/00 (18
Dzulkaidah 1420H)
Silaturrahmi
Memelihara tali silaturrahmi adalah suatu yang sangat essensial didalam
Islam, hingga Allah swt pun mengingatkan kita: “.. dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. 4:1).
Serta mengancam orang yang menghiraukannya: “Mereka tidak memelihara (hubungan)
kekerabatan dengan orang-orang mu'min dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.
Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. 9:10).
Rasulullah saw pun dalam hadits-haditsnya sangat menganjurkan untuk
sesering mungkin bersilaturrahmi, bahkan dikatakan akan membuat panjang umur.
Dalam salah satu haditspun Rasulullah saw menganjurkan kita untuk berinfaq
kepada kerabat dekat kita walaupun dia
memusuhi kita sekalipun. Semoga dengan hal ini akan terjalin lagi
hubungan silaturrahmi dan bahkan lebih erat lagi.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 25/02/00 (19
Dzulkaidah 1420H)
Merapatkan dan Meluruskan Shaf
Seringkali ketika shalat berjama’ah kita diingatkan oleh imam untuk
meluruskan dan merapatkan syaf kita. Karena didalam salah satu hadits Rasullah
saw menyatakan bahwa lurus dan rapatnya shaf ketika melakukan shalat berjama’ah
itu adalah merupakan syarat sempurnanya shalat jama’ah tersebut. Kalau jika
kita telaah lebih lanjut meluruskan shaf itu dapat bermakna supaya kita dapat
menyatukan arah shalat kita bersama ke arah kiblat. Sedangkan merapatkan shaf
gunanya mencegah adanya kemungkinan syeitan yang menyelusup ditempat yang
kosong diantara kita didalam shaf yang tentunya ia ingin menggoda kita diwaktu
shalat.
Jadi ketika akan shalat berjama’ah hendaklah kita memperhatikan shaf
kita, dan jika ada seseorang yang mengingatkan kita untuk merapatkan dan
meluruskan shaf, seyogyanyalah kita mengikutinya. Janganlah mentang-mentang
jika yang mengingatkan kita itu orang yang lebih kecil atau lebih muda dari
kita maka kita enggan mengikutinya. Kalifah Abu Bakar Siddiq ra pernah
mengungkapkan bahwa ada orang yang paling sombong didalam suatu jama’ah masjid,
yaitu orang yang enggan merapatkan dan meluruskan syafnya ketiga diingatkan
oleh imam maupun makmum lainnya. Semoga kita dijauhkan dari salah satu sifat
yang sombong ini. Bukankah Allah swt memperingatkan kita dalam Al-Qur’an: “Dan
janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. 31:18)
Mutiara Shubuh : Senin, 28/02/00 (22
Dzulkaidah 1420H)
Dunia Hanya Persinggahan
Khalifah Umar bin Khatab ra terkenal gagah perkasa sehingga disegani
lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau
Syeitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan,
maka Syeitan pun menghindar lewat jalan yang lain. Terlepas dari kebenaran
riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di
kalangan umat Islam.
Ketika itu Umar ra pernah meminta izin menemui rasulullah. Ia mendapatkan
beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau
berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Umar
mengucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Umar tiba-tiba tidak sanggup
menahan tangisnya. Apakah gerangan yang menyebabkan "singa padang
pasir" ini sampai menangis? Tentu ada hal yang sangat menakjubkan yang
membuat dia menangis.
Rasul yang mulia bertanya, "mengapa engkau menangis ya Umar?"
Umar menjawab, "bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan
bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya.
Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk
di singgasana emas dan berbantalkan sutera".
Nabi berkata, "mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang
juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang
menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir.
Perumpamaan hubungan ku dengan
dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di
bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."
Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia
ini hanyalah tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak,
untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.
Celupkan tanganmu ke dalam lautan," saran Nabi ketika ada sahabat
yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akherat, "air yang ada di jarimu
itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akherat"
Untuk itu sahabatku, bersiaplah untuk menyelam di "lautan
akherat". Siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil kita, dan bila
saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangis pun kita tak akan
punya waktu lagi.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
(QS. 29:64)
Mutiara Shubuh : Selasa, 29/02/00 (23
Dzulkaidah 1420H)
Konsistensi Antara Mulut Dan Hati
Konsistensi antara mulut dan hati ini biasa kita sebut kejujuran ini
adalah salah satu ciri dari seorang muslim yang beriman. Dan sifat ini juga
merupakan salah satu sifat yang menonjol dari rasulullah dan para sahabatnya,
mereka berbicara sesuai dengan suara hatinya dan sudah tentu yang dibicarakan
itu hal yang sudah nyata benarnya. Kebalikan dari sifat ini adalah sifat
munafik, dimana apa yang diucapkannya tidak sesuai dan bahkan bertentangan
dengan yang terbetik dalam hatinya. Rasulullah saw menyatakan ciri orang
munafik itu diantaranya yaitu ketika berbicara kerap kali berdusta atau tidak
benar, jika dipercayai dia tidak memengang kepercayaan itu dengan benar dan
bahkan berkhianat dan jika berjanji sangat amat sering sekali tidak menepatinya
(mangkir). Dari ciri-ciri tersebut terlihat bagaimana tidak konsistennya antara
mulut dan hati dari seorang yang munafiq itu, dan Allah pun menyatakan mereka
sebagai pendusta (QS. 63:1). Dan merekapun dicap oleh Allah sebagai orang yang
zalim (QS. 3:94) yang sudah tentu akan mendapat murka dari Allah swt sesuai
firman-Nya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih. (QS. 4:138).
Mutiara Shubuh : Rabu, 01/03/00 (24
Dzulkaidah 1420H)
Menjaga Kesehatan Tubuh
Paling tidak setiap hari kita tujuh belas kali memohon dilimpahkan
kesehatan (‘afiat) kepada Allah swt di setiap duduk diantara dua sujud ketika
shalat. Tetapi berdo’a atau memohon saja tidaklah cukup jika kita tidak barengi
dengan usaha menuju sehat itu sendiri, yaitu dengan menjaga kesehatan kita
dengan berolah raga misalnya. Rasulullah saw lebih menyukai seorang muslim yang
sehat dan kuat, ini terlihat bagaimana Rasulullah saw memohon kepada Allah swt
untuk menjadikan Umar ra atau Abu Jahal untuk diberikan hidayah dan masuk
Islam, karena kedua orang ini selain orang yang berpengaruh didalam masyarakat
bangsa Quraish tetapi mereka juga hebat, kuat, sehat dan pemberani. Karena
itulah Rasulullah memohonkan do’anya dan Allah pun memberikan hidayahnya kepada
salah satu dari mereka (Umar ra) untuk masuk islam yang akhirnya menjadi ujung
tombak dan benteng Rasulullah dalam membela perkembangan Islam. Disamping itu
diriwayatkan Rasulullah saw pun mempunyai fisik yang sehat. Disuatu ketika
salah seorang jago gulat di pasar Ukaz, Mekkah menantang beliau bertarung
dengan persyaratan jika Rasullah saw dapat mengalahkan jago gulat tersebut maka
ia akan masuk Islam. Dan Rasulullah pun menyambut tantangan tersebut dan
mengalahkan si jago gulat tersebut. Ketika si jago gulat itu menyatakan ingin
masuk islam karena telah dikalahkan, Rasulullah melarangnya karena beliau tidak
mau orang itu masuk islam karena kekalahannya tersebut. Melihat akhlaq
Rasulullah ini maka si jago gulat tersebutpun masuk Islam dengan ikhlas. Demikianlah
salah satu riwayat keperkasaan Rasulullah. Untuk menjaga kesehatan fisik
ummatnyapun Rasulullah berpesan untuk berolah raga, diantara olahraga yang
disukai Rasulullah adalah berenang, berkuda dan memanah.
Mutiara Shubuh : Kamis, 02/03/00 (25
Dzulkaidah 1420H)
Menyambut Hari Jum’at
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.“ (QS. 62:9). Demikian Allah menyerukan kita untuk menyelenggarakan
shalat Jum’at. Rasulullah saw menyatakan bahwa Hari Jum’at itu adalah hari
besar bagi ummat Islam dan sudah sepatutnya kita untuk menyambutnya.
Diriwayatkan Rasulullah saw sangat gembira sekali pada setiap hari Kamis karena
menyambut hari besar Islam ini. Semua dipersiapkannya untuk menyambut hari
Jum’at ini, membersihkan diri bahkan dengan mandi besar (mandi janabah),
memakai pakaiannya yang terbaik dan wewangian seperlunya. Hingga hal-hal kecil
seperti menggunting kuku, rambut dsb juga dilakukan.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 03/03/00 (26
Dzulkaidah 1420H)
Berqurban
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),
supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah
direzkikan Allah kepada mereka…… (QS. 22:34). Begitulah perintah yang
diturunkan Allah melalui Al-Qur’an. Melakukan qurban itu sangat dianjurkan bagi
yang mampu (sunnah) apalagi ia tidak melakukan ibadah hajji. Rasulullah saw
biasanya berkurban dengan dua ekor kambing (kibas) yang gemuk, sehat dan
bertanduk, begitu juga dengan sahabat-sahabat lainnya. Dan Beliau juga
menyembelih kurbannya dengan tangannya sendiri, setelah membaca bismillah dan
takbir (HR. Bukhary). Sebahagian besar ulama memperbolehkan memakan daging
kurbannya sendiri dengan batas-batas tertentu (kecuali daging kurban yang
dilakukan karena membayar nadzar) dan tentu sebahagian besar dari daging itu
hendaklah diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu dan sangat
menginginkannya (fakir, miskin dsb), karena kurban itu juga dimaksud untuk
membantu mengatasi saudara-saudara kita yang ditimpa kesusuhan. Bahkan
Rasulullah menegah kita untuk menyimpan daging kurban melebihi dari persediaan
untuk tiga hari. (HR. Bukhary)
Mutiara Shubuh : Senin, 06/03/00 (29
Dzulkaidah 1420H)
Shalat Diawal Waktu, Berjama’ah dan di Masjid
Shalat Fardhu yang lima waktu kita yakini sebagai kewajiban yang tidak
boleh kita tinggalkan. Dan yang paling utamanya melakukan shalt fardhu itu
adalah tepat waktu yaitu di awal waktu tepatnya setelah adzan dikumandangkan,
tempatnya yaitu paling utama di masjid atau mushallah dan caranya yaitu dengan
berjama’ah.
Banyak sekali hadits-hadits yang menyatakan ancaman-ancaman bagi yang
tidak melakukan shalat berjama’ah di masjid ini. Rasullah saw pernah menyatakan
bahwa hanya lelaki yang munafik lah yang ketika mendengar adzan tetapi tidak
bersegara datang ke masjid untuk shalat berjama’ah, dan bahkan suatu ketika
Rasulullah saw menghimpun para jama’ahnya untuk mengumpulkan kayu bakar guna
untuk membakar rumah orang muslim yang tidak mau ke masjid. Hanya orang sakit
dan ketakutanlah yang mendapat dispensasi untuk hal ini.
Dizaman Rasulullah dan para sahabat, kaum muslimin sangatlah getol bahkan
dengan merangkakpun mereka rela untuk datang ke masjid demi memenuhi panggilan
adzan, dan bahkan ada yang buta hingga yang sakitpun minta ditandu untuk dapat
shalat berjama’ah dimasjid. Pendek kata boleh disimpulkan Shalat fardhu
berjama’ah di masjid itu hampir wajib hukumnya bagi setiap lelaki muslim.
Suatu hadits dari Abu Hurairah ra menyatakan bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa pergi ke masjid atau pulang (darinya) maka Allah
swt menyediakan baginya sorga sebagai persing-gahan setiap kali ia pergi atau
pulang" (HR Bukhari, Muslim dan lain-lainnya).
Semoga uraian diatas kembali menyentak hati kita untuk ingat akan suatu
kewajiban kita sebagai ummat islam untuk memakmurkan masjid dengan shalat
berjama’ah.
Mutiara Shubuh : Selasa, 07/03/00 (01
Dzulhijjah 1420H)
Kebiasaan Bermegah-megahan (Takaatsur)
Dizaman
modern dan maju sekarang ini dan lazim dikata orang sebagai era globalisasi,
manusia sudah cenderung untuk hidup secara berlebih-lebihan atau
bermegah-megahan (Takaatsur). Hal ini bukan hanya dilakukan oleh mereka yang
sudah berkelebihan, tetapi mereka yang pas-pasan pun sudah terjangkit penyakit
rohani ini. Kebiasaan bermegah-megahan ini pun juga telah mewabah dikalangan
kaum muslimin. Mereka berlomba-lomba mencari harta, menumpuk, kemudian
bermegah-megah, pesta-pora penuh dengan glamoria dunia hingga mereka pula akan
siapa yang memberikan kenikmatan itu kepada mereka. Dan bahkan tidak sedikit
yang jatuh dan bergelimang dengan kemaksiatan.
Sebenarnya
Allah swt sudah dari dahulu mengingatkan kita tentang penyakit rohani ini
melalui surah At-Takaatsur (102), yang artinya:
(1)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
(2)
sampai kamu masuk ke dalam kubur.
(3)
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
(4)
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
(5)
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
(6)
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam,
(7)
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yakin,
(8)
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan di dunia itu ).
Semoga
dengan peringatan Allah swt. tersebut, kita dapat lebih menahan diri dari sifat
atau penyakit rohani yaitu hidup dengan berlebihlebihan dan bermegah-megahan.
Marilah kita mempertebal iman kita kepada Allah, berusaha untuk selalu
bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan Allah swt serta merasakan
kecukupan dengan apa yang telah diberikan serta hidup sederhana (qana’ah).
Semoga Allah swt selalu membimbing kita untuk berjalan di shirat-Nya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 08/03/00 (02
Dzulhijjah 1420H)
Hidup Bertetangga
Allah swt
berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. 4:36).
Ayat diatas
tadi mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dengan tetangga kita selain
dengan orang tua kita sendiri. Hal ini juga dikuatkan oleh hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar dan ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah
saw pernah berkata: Selalu jibril berpesan kepadaku supaya baik terhadap
tetangga, hingga aku mengira kalau-kalau diberi hak waris (disini terlihat
begitu pentingnya berbuat baik terhadap tetangga). Bahkan Rasulullah pun pernah
mewasiatkan kepada sahabatnya (Abu Dzarr ra) untuk memperbanyak kuah jika
memasak sesuatu demi untuk membagikannya dengan tetangganya. Sementara dihadits
lain Rasulullah saw menyatakan bahwa ketika memasak dan jika baunya sampai ke
tetangga, maka kita wajib membagi makanan kepada tetangganya tersebut.
Dari Abu
Hurairah ra berkata: Bersabda Rasulullah saw: Demi Allah tidak beriman, demi
Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapakah ya
Rasulullah?, Rasulullah saw menjawab: Ialah orang yang tidak aman tetangganya
dari gangguannya. (HR Bukhari & Muslim). Dihadits lain Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw
tentang apa salah satunya yang membuat seseorang masuk syurga. Dan Rasulullah
pun menjawab yaitu seseorang yang baik dengan tetangganya. Lantas sahabat
kembali bertanya tentang bagaimana yang dikatakan baik itu. Rasulullah saw
segera menjawab: Tanyakan sendiri pada tetanggamu, apakah menurut mereka engkau
baik terhadap mereka. (HR. Baihaqi)
Mutiara Shubuh : Kamis, 09/03/00 (03
Dzulhijjah 1420H)
Infaq Pembuka Pintu Rejeki
Sebagaimana
telah difirmankan Allah diawal Surah Al-Baqarah bahwa salah satu ciri dari
orang yang bertaqwa itu adalah mereka yang menafkahkan sebahagian dari rejeki
yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya dan sudah tentu dijalan Allah.
Sementara itu disurat lain Allah swt berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya
Rabb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang
apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi
rezki yang sebaik-baiknya. “(QS. 34:39) dan bahkan dalam Surah Al-Hadid (57)
ayat 11, Allah swt menyatakannya dengan kata “meminjamkan hartanya”, padahal
sebenarnya “harta” yang kita punya tersebut adalah milikNya. Karena itu, jika
Allah swt menghendaki dengan paksa Allah akan dapat mengambil semua harta yang
kita punyai itu dalam sekejap. Tetapi… Allah swt tidak begitu, dia Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana dan Maha Pemberi Rejeki.
Maka
terbuktilah apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw bahwa: “Carilah rejeki dengan
berinfak”. Memang sekilas pernyataan ini aneh karena berinfak kan berarti
mengeluarkan sesuatu dari yang kita punyai, khan bukannya bertambah… berkurang
donk… Nach.. saudaraku logika seperti ini adalah sebenarnya logika sekuler
alias logika syeitan. Karena logika ini berangkat dari pengertian bahwa dari
ada menjadi tiada. Padahal jika dilihat dari kacamata iman seharusnya kita
berangkat dari kita tidak mempunyai apa-apa (atau tiada), dan diberi oleh Allah
swt rejeki atau menjadi ada, nach jika Allah swt minta sedikit untuk
meratakannya dengan saudara-saudara kita yang lain wajar donk.. Justru lebih
dari 2.5 persen yang diminta Allah swt itu sangat amatlah wajar.
Banyak
sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan keistimewaan berinfak yang berkaitan
dengan imbalan yang akan diberikan Allah swt, diantaranya yaitu: “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS.
2:261). Begitu juga dengan penggalan ayat berikut: “...Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar. (QS. 57:7)
Maka dapat
kita katakan disini bahwa merugilah orang-orang yang tidak mau menafkahkan
sebahagian dari hartanya dijalan Allah. Dan juga patut kita ingat bahwa banyak
juga kecaman-kecaman yang diingatkan Allah swt terhadap orang-orang yang
bakhil, diantaranya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:180). Dan juga di
ayat lain: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (QS. 9:34)
Mutiara Shubuh : Jum’at, 10/03/00 (04
Dzulhijjah 1420H)
Kufur Nikmat
Allah swt
berfirman dalam surah Ibrahim, yang artinya: “Dan (ingatlah juga), takala
Rabbmu mema'lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 14:7). Ayat ini mengingatkan kita
untuk selalu bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepada kita dan janganlah
kita kufur kepada nikmat yang telah diberikanNya.
Banyak
contoh dari riwayat-riwayat orang terdahulu yang kufur terhadap nikmat Allah
swt, seperti Qorun pada zaman Nabi Musa as dan Tsa’labah dizaman Rasulullah
saw. Selagi miskin, dia sangat rajin beribadah dan berdo’a untuk dilimpahkan
rejeki, tetapi setelah rejeki dilimpahkan oleh Allah swt terhadapnya, dia tidak
mensyukurinya dan bahkan harta yang melimpah ruah itu membuat dia lup terhadap
ibadah kepada Allah.
Semoga
Allah memelihara kita dari sikap kufur nikmat ini dan bahkan dijadikan yang
selalu bersyukur terhadap nikmat yang dikaruniakanNya, sehingga kita tidak
menjadi Qorun-Qorun atau Tsa’labah-Tsa’labah masa kini. Dahulu Tsa'labah
menangis di depan Nabi saw yang tak mau menerima zakatnya. Sekarang ditengah
kesenjangan sosial di negeri kita, jangan-jangan kita bukan hanya akan menangis
namun berlumuran darah ketika orang miskin menolak sedekah dan zakat kita!
Mutiara Shubuh : Senin, 13/03/00 (07
Dzulhijjah 1420H)
Al-Fatihah didalam Shalat
Telah kita
ketahui bersama, membaca Al-Fatihah didalam shalat adalah wajib hukumnya,
sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin Shamit ra: Rasulullah
bersabda: “Tidak ada (tidak shah) shalat bagi orang yang tidak membaca
fatihatul kitab” (HR Jama’ah).
Adapun
tentang tata cara membacanya dijelaskan oleh Ummu Salamah (salah satu istri
Rasulullah) ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Nabi ketika shalat.
Ummu Salamah menyatakan Rasulullah membaca Al-Fatihah ayat demi ayat (tidak
disambung-sambungkan) (HR. Ahmad dan abu Dawud). Berdasarkan hadits ini, maka
kepada seorang imam atau yang shalat sendirian hendaknya membacanya ayat demi
ayat, berhenti disetiap ayatnya dan tidak disambung-sambung seperti orang
membaca Al-Fatihah dengan satu tarikan nafas. Rasulullah saw melakukan hal in
sesuai dengan hadits qudsi dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim: “
Berkata Allah Ta’ala: aku membagi shalat itu setengah-setengah antara Aku
dengan hamba-Ku. Apa yang dimintanya. Maka bila hambaKu membaca: Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin, Allah menjawab: Aku telah dipuji oleh hambaKu. Dan apabila
hambaKu membaca: Arrahmanir rahiim, Allah menjawab: Aku telah disanjung oleh
hambaKu. Dan apabila ia membaca: Maaliki yaumiddiin, Allah menjawab: Aku telah
diagungkan oleh hambaKu. Dan ia berkata pada kali yang lain: HambaKu telah
menyerahkan urusannya kepadaKu. Maka apabila ia membaca: Iyyaaka na’ budu wa
iyyaaka nasta’iin, Allah menjawab: Ini diantaraKu dan hambaKu, dan untuk
hambaKu apa yang dimintanya. Maka apabila hamba membaca: Ihdinash shiraathal
mustaqiim, Shiraathalladziina an’amta’alaihim, ghairil maghdluubi ‘alaihim, wa
laadl dlaallin, Allah meyatakan: Ini untuk hambaKu dan untuk hambaKu apa yang
dimintanya.
Jadi dari
hadist diatas jelaslah bahwa shalat itu adalah merupakan dialog antara seorang
hamba dengan Sang Penciptanya (Allah swt), jadi seyogyanyalah kita dalam suatu
dialog kita tidak memonopoli pembicaraan dan berilah kesempatan bagi teman
dialog kita, apalagi yang diajak dialog itu adalah sesuatu yang paling berkuasa
terhadap diri kita. Maka tiadalah alasan bagi kita untuk terburu-buru didalam
shalat sehingga membaca bacaan shalat itu secara sambung- menyambung, kecuali
karena kebodohan kita sendiri. Semoga hadits-hadits diatas dapat mengingatkan
kita sehingga kita dapat memperbaiki shalat kita hingga lebih sempurna dan
tentunya dapat menjadikan shalat kita itu benar-benar menjauhkan kita dari perbuatan
keji dan mungkar.
Mutiara Shubuh : Selasa, 14/03/00 (08
Dzulhijjah 1420H)
Hormati dan Muliakanlah Ulama
“…. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS 58:11). Demikian firman Allah swt yang menyatakan penghormatanNya
terhadap orang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan dengan melebihkan
derajadnya dari yang lainnya. Sebagai hambaNnya ini, sudah seharusnyalah kita
menghormati dan memuliakan orang yang berilmu (ulama) yang tentunya mempunyai
ilmu yang lebih banyak dari pada kita. Dalam suatu hadis dari Jabir ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menghormati mayit-mayit yang gugur dalam
perang Uhud dengan menguburkannya lebih dahulu bagi yang paling banyak
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an (HR. Bukhari). Sementara itu dihadits lain
Rasulullah saw pernah bersabda: “Sesungguhnya termasuk memuliakan Allah adalah
menghormati orang muslim yang beruban, pembawa Al-Qur’an yang tidak
berlebih-lebihan dan tidak juga terlalu kering darinya, dan memuliakan penguasa
yang adil (HR Abu Dawud). Dan bahkan Rasulullah pun pernah mengancam bagi
orang-orang yang tidak menghormati ulama melalui suatu hadist dari Ubadah bin
Shamit, bahwa Rasulullah bersabda: “ Bukan dari ummatku yang tidak menghormati
orang besar kami dan tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengetahui
(hak) orang alim kami. (HR Ahmad, Thabrani dan Al-Hakim).
Jadi sudah
jelaslah bagi kita bahwa Allah swt dan Rasulullah saw saja menghormati dan
memuliakan para orang yang berpengetahuan tersebut (ulama). Apatah lagi kita
kita sebagai hambaNya yang hina ini. Tidak ada alasan yang cocok bagi kita
untuk tidak menghormati ulama-ulam kita apalagi sampai mengecam serta menghujat
beliau, selain dari hanya karena ketidak tahuan dan kebodohan kita sendiri.
Mutiara Shubuh : Rabu, 15/03/00 (09
Dzulhijjah 1420H)
Ketentuan Berqurban
Dalam
sebuah surah pendek yang mengkin sangat sering kita membacanya ketika shalat,
Allah swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS 108:1-3). Sementara,
dalam suatu hadits, Rasulullah Saw bersabda yang artinya, "Barangsiapa
yang mempunyai kemampuan tapi tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri
tempat shalat kami" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Dengan
demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa ibadah qurban merupakan sesuatu yang
harus kita kerjakan, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa bagi yang memang
mempunyai kemampuan hukumnya menjadi wajib. Meskipun demikian, jumhur atau
sebagian besar ulama menyatakan sunnah muaqqadah (sunat yang amat ditekankan).
Seperti
yang pernah dilakukan Rasulullah saw, dalam berqurban hendaklah kita memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Qurbankanlah hewan yang
terbaik (gemuk/banyak dagingnya, tidak cacat, sehat) (HR. Thurmidzi) dan cukup
umurnya yang didalm suatu hadits dinyatakan hendaknya lebih dari satu tahun
(HR. Muslim)
- Lakukan Qurban setelah
shalat Idul Adha dan selama hari tasyrik atau sampai tiga hari setelah Idul
Adha (HR. Muslim)
- Disunnahkan menyembelih
qurbannya sendiri (HR Muslim), jika tidak sanggup dapat diwakilkan, tetapi
hendaknya menyaksikan penyembelihannya.
- Sembelihlah qurbannya
dengan menghadap kiblat, bacalah Bismillah dan bertakbirlah selama
penyembelihan hingga nyawa hewan qurban menghembuskan nafas terakhirnya. (HR
Muslim)
- Pakailah pisau yang
tajam, hingga hewan kurban tidak lama menderita selama penyembelihan dan
janganlah dilakukan sesuatu hal terhadap hewan qurban hingga qurban itu
benar-benar mati setelah disembelih.
- Tutupilah hewan qurban
yang sedang dan telah disembelih dari penglihatan hewan qurban yang lainnya,
yang akan dapat menimbulkan kegelisahan dari hewan qurban tersebut.
- Berikanlah daging qurban kepada yang paling
membutuhkannya (faqir, miskin, yatim piatu dsb). Disamping itu yang berqurban
juga boleh memakannya sendiri dan dibagikan kepada tetangga dekatnya (QS
22:28).
Semoga
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan diatas akan lebih menyempurnakan ibadah
qurban kita dan tentunya diharapkan akan tercapainya hakikat dan tujuan dari
ibadah kurban itu sendiri yaitu keikhlasan menafkahkan sebahagian dari hartanya
dijalan Allah swt dan tentunya akan lebih mendekatkan diri kita dengan Sang
Maha Pemberi Rejeki tersebut.
Mutiara Shubuh : Kamis, 16/03/00 (10
Dzulhijjah 1420H)
Menyambul Iedul Adha
Sebagaimana
menghadapi hari yang fitri, Dalam menyambut datangnya Iedul Adha juga tetap
Rasulullah tetap menjalani semua ibadah ritualnya seperti sebelumnya seperti
shalat malam (Tahajjud) diikuti dzikir, membaca al-Qur’an hingga shalat Shubuh
berjama’ah dsb. Ada beberapa kebiasaan yang dianjurkan Rasullullah saw dalam
menyambut Iedul Adha, antara lain:
-
Shaum Sunnah Arafah (satu hari sebelum Iedul Adha), yang dimaksudkan
untuk menghormati saudara kita kaum muslimin yang sedang menunaikan wukuf di
Arafah.
-
Dianjurkan mandi besar seperti halnya mandi janabah.
-
Bercukur (rapih)
dan memakai wewangian.
-
Sepulangnya shalat shubuh berjama’ah dianjurkan saling ma’af mema’afkan
dengan keluarga dekat seperti orangtua termasuk mertua, anak dan khususnya
istri/suami.
-
Tidak makan dan minum hingga selesai shalat Ied.
-
Melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari shalat Ied.
-
Bertakbir, tahmid dan bertahlil ketika berangkat dari rumah hingga
selesai shalat Ied, dan juga dilakukan setiap selesai shalat fardhu tanpa
melakukan (dzikir rutin terlebih dahulu) selama hari tasyrik (3 hari setelah
Iedul Adha)
-
Bersedekah dan berinfaq.
-
Mendengarkan khutbah Ied, walaupun oleh wanita yang dalam keadaan
berhadash besar.
-
Dianjurkan untuk shalat Ied dilapangan (untuk siar) dan jika tidak hujan.
-
Melaksanakan qurban setelah shalat Ied, dan dapat dilakukan selama hari
tasyrik.
-
Memperketat ibadah dan berdo’a selama hari tasyrik karena waktu ini
merupakan waktu yang utama untuk do’a dapat diijabah oleh Allah.
Begitulah
beberapa anjuran dan kebiasaan Rasulullah saw dalam menghadapi Iedul Adha dan
semoga kita dapat melakukan anjuran atau meniru kebiasaan beliau ini.
SELAMAT IEDUL ADHA
(10 Dzulhijjah 1420H) serta Selamat melakukan ibadah QURBAN, dan semoga dengan
ini akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 17/03/00 (11
Dzulhijjah 1420H)
Tanda Syukur Melalui Qurban
Begitu
banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita petik dari ibadah qurban. Diantaranya
dinyatakan oleh Rasulullah bahwa berkurban itu akan mendapatkan pahala yang
amat besar, yakni diumpamakan seperti banyaknya bulu dari binatang yang
disembelih, ini merupakan penggambaran saja tentang betapa besarnya pahala itu,
hal ini dinyatakan oleh Rasulullah Saw yang artinya: Pada tiap-tiap lembar
bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Kemudian
akan terjalinnya hubungan kepada Allah Swt yang semakin dekat, apalagi kalau
penyembelihannya dilakukan sendiri, karena ibadah ini memang untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt.
Dan tak
kalah pentingnya, qurban juga menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas
sosial dengan sesama kaum muslimin sehingga diharapkan kesenjangan sosial
antara yang mampu dengan yang kurang atau tidak mampu bisa dijembatani, apalagi
dalam kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Hikmah yang
paling pokok adalah mendidik kita untuk menjadi orang yang pandai bersyukur
atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang sudah
disebutkan di dalam surat Al Kautsar di atas. Dan yang lebih penting lagi, hal
ini membuktikan bahwa kita termasuk orang-orang yang taat dalam melaksanakan
perintah Allah, karena hal ini merupakan salah satu perintah Allah yang harus
dilaksanakan dalam kaitan dengan harta yang kita miliki, bila hal ini
dilaksanakan, kita termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang beruntung, Allah
berfirman yang artinya: Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupan
kamu, dengarlah dan taatlah; nafkahkanlah yang baik untuk diri kamu; dan siapa
yang dipelihara dirinya dari sifat kekikiran, merekalah orang yang beruntung
(QS 64:16)
Seiring
dengan sejarah diperintahkannya kewajiban berqurban maka berqurban itu dapat
dikatakan membuktikan bahwa kita memiliki kesadaran sejarah, khususnya sejarah
para Nabi dan Rasul yang dalam perjuangannya pasti menuntut adanya pengorbanan,
baik dengan jiwa maupun harta. Kesadaran sejarah ini akan membuat kita berusaha
semaksimal mungkin mengorbankan apa yang kita miliki dan sangat kita butuhkan
untuk digunakan di jalan Allah, bukan mengorbankan sesuatu yang sebenarnya
sudah tidak kita perlukan lagi.
Dalam
konteks perbaikan negara yang dilanda krisis, kebijakan pertama yang dilakukan
oleh Umar bin Abdul Aziz ketika diangkat menjadi khalifah adalah yang terkait
dengan dirinya, bukan yang terkait dengan rakyatnya, yakni keharusan bagi
dirinya untuk menyerahkan harta yang dimilikinya kepada baitul maal, bukan
kebijakan kenaikan gaji dirinya sebagai pejabat
Untuk itu
kepada saudara-saudaraku yang belum sempat melaksanakan ibadah qurban pada
tahun-tahun sebelumnya mudah-mudahan diperluas rezekinya, serta dipanjangkan
umurnya sehingga dapat lebih taat beribadah dan dapat melaksanakan qurban pada
tahun yang akan datang …………. Amien.
Mutiara Shubuh : Senin, 20/03/00 (14
Dzulhijjah 1420H)
Sabar
Didalam
Al-qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan akan kesabaran dan juga
tentang keutamaan-keutamaan yang didapatkan oleh orang-orang yang sabar, ynag
diantaranya Allah menyelaraskan kata “sabar” dan “shalat” secara bergandengan
dalam salah satu ayat; “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(QS. 2:153).
Bermacam-macam
penafsiran para ahli tafsir atas penggndengan dua kata diatas, diantaranya
yaitu kedua hal tersebut adalah wajib dilaksanakan oleh setiap muslim jika dia
ingin mendekatkan diri kepadaNya. Sikap inilah yang ditunjukkan oleh Rasulullah
saw selama beliau menyebarkan ajaran Islam ini. Bermacam-macam cobaan yang
diterimanya, cacian, makian dan bahkan perlakuan yang kasar dalam bentuk fisik
dan beberapa kali nyaris membahayakan nyawa beliau, tetapi cobaan tersebut tak
pernah menyurutkan perjuangannya dan tentunya berkat kesabaran beliau.
Seandainya saja beliau tidak sabar, ngambek dan tidak meneruskan ajaran ini,
maka kita tidak tahu apa jadinya dengan akidah kita sekarang.
Memang
berlaku sabar itu tidaklah mudah, dan bahkan sebaliknya ketidak sabaran
sangatlah gampang disulut, apalagi dengan adanya propaganda syeitan untuk
menyulut kemarahan seseorang. Tidak berlebihanlah Rasulullah saw pada suatu
ketika menyatakan bahwa jika kita ingin melihat syeitan maka lihatlah ketika
seseorang sedang marah.
Ada
beberapa kiat-kiat untuk menjaga kesabaran kita diantaranya membiasakan
berdzikir, berusaha untuk selalu dalam keadaan berwudhu’ serta bergaullah
dengan orang-orang yang alim dan sabar, sehingga terjalin suatu hubungan yang
dinyatakan dalam Surah Al-‘Ashr yaitu salaim menasehati akan kebenaran dan
kesabaran.
Semoga
Allah senantiasa menjaga keimanan dan kesabaran kita, hingga kita selalu
bersama-Nya dan dengan itu tentunya akan dilimpahkan keberkatan dan
lindungan-Nya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 21/03/00 (15
Dzulhijjah 1420H)
Orang Yang Tidak Diperdulikan Allah
Didalam
kitab hadits Shahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Dzar ra, dari Rasulullah saw,
sabdanya: “Ada tiga golongan, dimana Allah tidak akan bercakap dengan mereka
pada hari kiamat kelak. Mereka itu ialah orang yang suka memberi, tetapi suka
menyebut-nyebut pemberiannya itu, orang yang menawarkan dagangannya dengan
sumpah palsu dan orang yang suka berpakaian berjela-jela karena sangat luasnya.
Sementara itu Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa tiga golongan orang tersebut
adalah orang tua pezina, penguasa yang pembohong serta si miskin yang sombong.
Mereka juga akan ditimpakan siksaan yang sangat pedih di hari akhir. Didalam
kesempatan lain juga Abu Hurairah meriwayatkan hadits bahwa tiga golongan orang
tersebut adalah orang yang kelebihan air ditengah padang pasir, tetapi tidak
mau memberi orang orang yang kehausan didalam perjalanan, pedagang yang
menawarkan dagangannya dengan sumpah palsu, orang yang bersumpah setia kepada
pemimpin untuk mengharapkan keuntungan dunia. (HR Muslim, Hadits No. 83, 84 dan
85).
Dari tiga
hadits diatas dapat kita rangkum bahwa orang-orang yang bakhil (tidak mau
berinfaq, kalaupun berinfaq tapi dengan maksud-maksud tertentu dan riya’),
bersumpah palsu demi keuntungannya, penzina, pemimpin yang tidak amanah serta
orang yang sombong akan diterlantarkan oleh Allah di hari akhirat kelak dan
bahkan akan diseret ke neraka dan ditimpakan atasnya siksaan yang sangat pedih.
Semoga kita
terhindar dari sifat-sifat buruk diatas, sehingga kita akan diperhatikan Allah
di hari akhir kelak dan tentunya juga terhindar dari siksaan neraka yang amat
pedih itu.
Mutiara Shubuh : Rabu, 22/03/00 (16
Dzulhijjah 1420H)
Ghibah
Secara
maknawi ghibah atau yang lazim kita sebut dengan bergunjing adalah membicarakan
aib orang kepada orang lain tanpa diketahui oleh orang tersebut, sedangkan jika
aib itu diutarakan di depannya akan membuat orang tersebut tidak suka. Ghibah
itu sangatlah dilarang dalam ajaran Islam. Jangankan mempergunjingkannya
berprasangka buruk saja sudah diingatkan oleh Allah swt melalui firmanNya: “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49:12).
Ketika diturunkannya ayat ini, dan disampaikan oleh Rasulullah saw kepada para
sahabat, mendadak wajah Ali bin Abi Thalib ra pucat pasi, mual dan muntah
membayangkan siksaan yang akan diterima jika melakukan ghibah, yang mana Allah
swt mengibaratkan bergunjing itu sama dengan memakan bangkai saudara sendiri,
apalagi membayangkan siksaan yang akan diterima kelak…. Na’udzubillahi min
dzalik…….
Bahkan
Rasulullah saw pun suatu ketika pernah menyatakan bahwa ghibah ini lebih berat
dosanya dari pada berzinah. Karena jika berzinah dapat diampuni oleh Allah swt
jika kita bersungguh-sungguh minta ampun kepadaNya dan tidak mengulangi perbuatannya
kembali. Tetapi jika kita melakukan ghibah terhadap seseorang maka Allah swt
tidak akan mengampuni dosa kita jika orang yang digunjingkan itu belum memberi
ma’af kepada kita, dan juga harus disertai dengan usaha merehabilitasi nama
baik orang tersebut kepada siapa ghibah tersebut sudah kita sebarkan… sungguh
sangat berat sekali untuk menebus kesalahan ini….
Memang ada
beberapa macam ghibah yang boleh dilakukan seperti memberi informasi yang benar
(termasuk yang buruk) tentang seseorang yang akan dilamar untuk dinikahi oleh
seseorang, memberi tahu tentang kelakuan seseorang yang biasa menipu kepada
orang lain dengan maksud yang diberitahu akan waspada dari penipuan tersebut,
atau secara umum dapat dikatakan bahwa ghibah yang dapat menolong seseorang
dari perbuatan buruk yang digunjingkan itu boleh dilakukan.
Semoga yang
singkat ini mengingatkan kita untuk tidak berprasangkan dan melakukan ghibah
terhadap orang lain, apalagi terhadap saudara kita yang lain sesama muslim, dan
bahkan lebih dari pada itu kita dapat menghentikan atau mengingatkan saudara
kita yang lain untuk tidak melakukannya. Bukankah Rasulullah saw pernah
bersabda bahwa jika kita dapat memperingatkan dan menghentikan kumpulan saudara
kita yang sedang bergunjing (ghibah) maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya
seperti rontoknya daun-daun dimusim kering.
Mutiara Shubuh : Kamis, 23/03/00 (17
Dzulhijjah 1420H)
Berilmu Tapi Tidak Diamalkan
Telah kita
ketahui bersama bahwa orang yang berilmu (alim) itu lebih ditinggikan
derajatnya oleh Allah swt (Al-Mujadillah:11). Keutamaan yang berganda dan akan
mengalir terus jika dia menyampaikan ilmunya tersebut dan orang yang
menerimanya mengamalkannya, dan sudah barang tentu dia pun harus ikut
mengamalkannya juga. Lantas apa yang terjadi bila dia menyampaikan sesuatu tapi
dia sendiri tidak melakukan apa yang dikatakannya tersebut. Untuk kasus ini
Allah swt melaknati orang yang seperti ini, sebagaimana yang di firmankanNya:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan. “(QS. 61:3). Rasulullah saw mengibaratkan orang yang mengajarkan
kebaikan kepada orang lain tetapi dia sendiri menghiraukan hal itu terhadap
dirinya adalah laksana lentera yang menerangi sekitarnya tetapi membakar
dirinya sendiri (HR Thabrani). Sedangkan dihadits lain Rasulullah saw
menyatakan kekhawatirannya terhadap sikap orang seperti ini, yang beliau sebut
sebagai orang alim yang munafiq.
Dalam salah
suatu riwayat disampaikan dari Usamah bin Zaid ra bahwa ia mendengar Rasulullah
saw bersabda: “Seseorang diseret pada hari kiamat kemudian dicampakkan kedalam
neraka lalu (isi) perutnya keluar kemudian dibawa keliling di neraka
sebagaimana keledai mengitari penggilingannya, lalu penghuni neraka
mengerumuninya dan bertanya: “Wahai Fulan, apa sebabnya kamu? Bukankah kamu
dahulu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar?”. Ia menjawab:
“Aku dahulu memerintahkan kalian dengan yang makruf tetapi tidak melakukannya
dan aku melarang kalian dari keburukan tetapi aku melakukannya”.
Usamah berkata:
“Sesungguhnya aku mendengarnya (Rasulullah saw) bersabda: “Pada malam
diisra’kan aku melewati orang-orang yang lidah mereka dipotong dengan alat-alat
pemotong dari api neraka. Aku bertanya: Siapakah mereka itu wahai Jibril?
Jibril menjawab: “Para khatib ummatmu yang mengatakan apa yang tidak mereka
perbuat” (HR Bukhari & Muslim)
Betapa
ngerinya ancaman bagi orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya. Semoga
Allah swt menjaga dan menjauhi kita dari sifat yang tidak terpuji ini sehingga
jauh dari lanknat dan bencinya Allah.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/03/00 (18
Dzulhijjah 1420H)
Berkaca Diri
Ketika kita
mematut diri kita didepan kaca, terkadang atau bahkan sering timbul dalam hati
kita rasa kebanggaan bahkan dapat meningkat kepada kesombongan atau kecongkakan
dikarenakan kita punya kelebihan, baik itu bentuk fisik tubuh, kemampuan diri
maupun harta yang berlebih. Tetapi bila kita lebih arif dalam mematut diri,
sesungguhnya rasa tersebut akan ciut bersamaan dengan kesadaran atas kebesaran
Allah yang mengatur semua ini. Bahwa semua itu hanyalah datangnya dariNya dan
kita ini adalah tiada. Bukankah Allah swt pernah berfirman: “Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung.” (QS. 17:37), dan didalam ayat lain Allah menyatakan: “Dan janganlah
memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. “(QS. 31:18).
Imam
Al-Ghazali pernah menuliskan dalam salah satu karyanya tentang ada empat cara
atau kiat dalam mematut diri sehingga rasa bangga diri, sombong, congkak
ataupun kepongahan perlahan bisa berangsur sirna dari diri kita:
1.
Muta’alim, yaitu banyak belajar segala segi-segi kehidupan keagaaman dari
guru-guru agama, kiai, ustadz atau ulama. Misalnya belajar khusus pada
ulama-ulama tertentu atau sering-sering hadir didalam majlis-majlis ta’lim. Dari
kegiatan ini tentunya kita dapat lebih diingatkan akan kebesaran Allah swt dan
hal ini akan lebih menyadarkan tentang ketiadaan kita dibanding Dia. Dan juga
kita dapat lebih banyak berkonsultasi terhadap sikap kita pada orang-orang alim
ini sehingga segala tindakan kita dapat lebih cepat terkoreksi.
2.
Musahabah, yakni berteman dengan orang yang baik, alim lagi bertaqwa.
Dalam lingkungan orang yang beriman, sikap kita tentu akan lebih terjaga dari
hal-hal yang tidak baik dan juga tentunya akan ada saling mengingatkan didalam
lingkungan tersebut dalam kebenaran. Dan insya Allah dalam kondisi lingkungan
saling mengingatkan ini kita akan terjaga dan selalu diingatkan akan hal-hal
yang tidak baik dari diri kita dan tentunya insya Allah yang akan timbul hanya
yang baiknya saja.
3.
Muhasabah, yakni menghisab diri dengan menerima segala sesuatu masukan
dari luar atau lingkungan kita apakah itu tentang kebaikan kita, apatah lagi
hal-hal yang negatif dalam sikap kita bergaul dalam lingkungan maupun dari luar
lingkungan bahkan dari orang-orang yang kita rasakan selalu mengkritik kita
ataupun bahkan memusuhi kita selama ini. Hendaknya kita terima semua masukan,
kritik dan saran itu dengan hati lapang hingga kita dapat lebih introspeksi
kedalam diri kita.
4.
Bersosialisasi terhadap semua lingkungan yang majemuk, sehingga kita tahu
semua segi-segi kehidupan serta kita temukan bermacam-macam tingkat keberadaan
seseorang. Jika kita melihat keatas pasti banyak lagi yang lebih dari kita dan
untuk apa kita berbangga diri. Dan bahkan jika melihat kebawah seharusnya kita
bersyukur kita diberi lebih dari mereka.
Semoga
Allah swt selalu membimbing kita dalam bersikap yang sudah tentu harus diikuti
oleh kesungguhan (mujahadah) kita dalam mematut diri atau menjaga sikap kita
secara terus-menerus (istiqomah), sehingga kita luput dari siksaan dan
kehancuran yang ditimpakan kepada orang-orang sebelum kita tidak terjadi pada
diri kita.
Mutiara Shubuh : Senin, 27/03/00 (21
Dzulhijjah 1420H)
Tiada Kompromi Dalam Aqidah
Didalam
Surah Al-Kaafirun (109) Allah swt dengan tegas memerintahkan untuk tidak
berkompromi terhadap aqidah kita. Surat yang diturunkan di Makkah yang berlatar
belakang keputus-asaan kaum musyrikin yang kafir dalam menghambat dan
menandingi da’wahnya Rasulullah saw, hingga mereka mengajak Rasulullah
berunding mencari “damai” Mereka mengemukakan suatu usul damai yaitu mereka
akan menyembah apa yang disembah Rasulullah saw asalkan Rasulullah juga ikut
menyembah apa yang disembah oleh kaum musyrikin tersebut. Tak lama berselang
dari usulan tersebut, maka turunlah Surah Al-Kaafirun ini:
“Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah
agamaku”.
Menurul
Syeikh Muhammad Abduh, dalam surah diatas dijelaskan dua perbedaan yang tidak
dapat dicampur-adukkan (dikompromikan) yakni perbedaaan dari yang disembah dan
perbedaan dari cara menyembah (beribadah). Tegasnya yaitu yang disembah lain
dan cara menyembahnyapun lain, tidak satu atau tidak sama. Oleh sebab itu
masing-masing tetap pada agamanya masing-masing. Jelas sekali bahwa surah ini
memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Rasulullah saw bahwasanya aqidah
tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tidak dapat dipertemukan. Oleh
sebab itu maka aqidah tauhid tidaklah mengenal apa yang dinamakan Cyncritisme
(penyesuaian).
Surah
Al-Kaafirun ini sangat erat sekali hubungannya dengan Surat Al-Ikhlas. Dimana
surah Al-Kaafirun menegaskan dalam beraqidah dan Al-Ikhlas merupakan ajarn
pokok tauhid keislaman. Keduanya tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan
rasulullah saw pun suka menggandengkan pembacaan kedua surah ini dalam suatu
shalat yaitu Al-Kaafirun di raka’at pertama dan Al-Ikhlas di raka’at
berikutnya, khususnya ketika shalat sunnah setelah thawaf dan shalat sunnah
fajar. (HR. Muslim. Dan Farwah bin Naufal Asya’I pun pernah diberi petunjuk
oleh Rasulullah untuk membaca surah Al-Kaafirun sebelum berbaring tidur, karena
hal ini merupakan suatu pernyataan diri sendiri bersih dari syirik (HR. Ahmad)
Semoga kita
selalu dapat menjaga aqidah keislaman kita dengan berpegang teguh selalu pada
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah khususnya surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas.
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/03/00 (22
Dzulhijjah 1420H)
Sekilas Tentang Syurga
Telah
banyak kita dengar tentang syurga yang dijanjikan Allah swt bagi hambanya yang
bertaqwa kepada-Nya diantaranya dapat kita kutip dari Al-Qur’an maupun
Hadits-hadist Rasulullah saw, yang sudah tentu tentang kepastiannya kita
serahkan kepada keimanan kita masing-masing. Tentang keindahannya Rasulullah
SAW pernah menjelaskan keindahan syurga diantaranya adalah: "Batu batanya
dari emas dan perak, perekat (batu-batu) nya berupa misik harum, kerikilnya
berupa permata dan yakut dan tanahnya dari za'faran. Barangsiapa memasukinya
akan mendapatkan kenikmatan dan tidak pernah celaka, kekal tidak mati, pakaiannya
tidak akan usang dan selalu awet muda." (Hadits shahih riwayat Ahmad, dan
Tirmidzi).
Disana
tersedia makanan, minuman dan pakaian bagi penghuninya, sesuai dengan firman
Allah SWT: "Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung
dari apa yang mereka inginkan." (QS 56 : 20-21). Begitu juga yang
difirmankan dalam Surah Al-Insan (44) : 5 yang artinya : "Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang
campurannya adalah air kafur.". Serta dalam Surah Al-Insan (44) : 21 yang
artinya : "Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb memberikan
kepada mereka minuman yang bersih."
Mereka pun
ditemani oleh bidadari-bidadari sebagaimana yang dijanjikan Allah swt dalam
Surah Ad-Dukhan (76) : 54 yang artinya : "Demikianlah. Dan Kami berikan
kepada mereka bidadari.". Dan Allah SWT, dalam Surah Ar-Rahmaan juga
mensifati mereka dengan cantik dan jelita, putih bersih dipingit dalam rumah,
dan belum pernah tersentuh oleh jin maupun manusia (ayat 65 - 69). Demikian
juga Rasulullah SAW menggambarkan dengan sabdanya : "Jika wanita penghuni
syurga turun ke dunia ini, tentu antara langit dan bumi ini akan bersinar, dan
bau harumnya akan bersenar memenuhinya dan mahkota di kepalanya lebih baik
daripada dunia dan seisinya." (HR. Bukhari). SUBHANALLAH…………..
Paparan
diatas tadi adalah merupakan illustrasi pembanding duniawi saja, yang pada
hakikatnya tidaklah dapat dibandingkan dengan keadaan aktual didunia ini.
walaupun dilipat gandakan. Dan hal ini sebenarnya tak kan terjangkau pikiran
manusia, sebagaimana firman Allah swt: "Kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun." (QS 4:77). Dan Rasulullah SAW pun pernah
bersabda : "Tidaklah dunia ini dibanding kenikmatan akhirat kecuali
seperti salah seorang diantaramu yang mencelupkan jarinya ke dalam air laut,
maka lihatlah berapa banyak air yang ada di jarinya." (HR. Muslim).
Walaupun
begitu, hendaknyalah kita tidak menjadikan syurga itu sebagai tujuan dari
kehidupan dunia kita tetapi hanyalah merupakan stimulan untuk menambah ghirah
kita untuk berjibaku beribadah, bertaqwa dan lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 29/03/00 (23
Dzulhijjah 1420H)
Menepati Janji
Dalam
pergaulan sehari-hari kita kerap menyatakan bahwa janji itu adalah hutang yang
harus kita bayar (laksanakan), dan bahkan ada juga yang menyatakan bahwa
seseorang itu yang dipegang adalah janjinya atau dipercayanya seseorang itu
dikarenakan oleh ketepatan dia melaksanakan janjinya. Didalam ajaran Islam
dinyatakan bahwa janji itu adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan dihari
akhir nanti diminta pertanggung jawabannya oleh Allah swt. Didalam Surah
Al-Israa (17) ayat 34 Allah swt berfirman: “….dan penuhilah janji ;
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”, demikian juga
diawal Surah Al-Maidah (5) ayat 11 diingatkan Allah swt untuk memenuhi
janji-janji kita (akad-akad). Allah swt sangat murka sekali dengan orang-orang
yang tidak menepati janjinya, yang hal ini dinyatakanNya dalam Al-Qur’an: ”Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat;
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan” (QS 61:2-3).
Banyak
diantara-hadits-hadits Rasulullah saw yang mengecam orang-orang yang tidak
menepati janji yang diantaranya menyatakan bahwa tidak menepati janji itu
adalah salah satu ciri orang yang munafiq walau orang itu puasa dan shalat atau
merasa disinya seorang muslim (HR. Bukhari & Muslim) Dan tentunya kita
sudah tahu bagaimana pedihnya azab bagi orang-orang yang munafiq tersebut.
Semoga
Allah menjauhkan kita dari salah satu sikap yang menghantarkan kita kepada
kemunafiqan ini yakni dengan selalu tepat dalam memenuhi janji-janji kita.
Mutiara Shubuh : Kamis, 30/03/00 (24
Dzulhijjah 1420H)
Bacalah
Makna kata
perintah “IQRO (Bacalah)” yang difirmankan Allah dalam surah Al-‘Alaq [96] itu
bukanlah hanya makna harfiah yang hanya sekedar membaca belaka, tetapi sangat
jauh lebih dalam dari itu yaitu dengan membaca Al-Qur’an yang tertulis yang
merupakan kata-kata Allah serta mempelajarinya dengan keterkaitanya dengan
semua gejala alam baik yang hidup maupun yang mati, nach.. dari penela’ahan
yang lebih mendalam inilah akan kita temukan kebesaran-kebesaran Allah.
Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.
3:190/191).
Jadi
disamping kita diperintahkan untuk membaca, pempelajari serta memahami ilmu
agam yang disampaikan melalui Al-Qur’an sebagai firman Allah dan Al-Hadits
sebagai ilmu praktikal, kita juga dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu cabang
yang lainnya yang akan mengantarkan kita pada fakta-fakta kebesaran Allah dan
juga ynag akan mendatangkan kemakmuran ummat manusia seperti ilmu alam,
biologi, kedokteran dsb. Marilah kita bersama-sama berlomba-lomba untuk membaca
serta menuntut ilmu-ilmu cabang seperti yang diperintahkanNya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 31/03/00 (25
Dzulhijjah 1420H)
Mencela Makanan
Ketika kita
disuguhi makanan oleh seseorang terkadang terlontar dari mulut kita kata yang
bernada mencela makanan yang sedang kita cicipi tersebut. Kita tidak sadar
bahwa hal itu akan menyakiti orang yang memberikan atau memasak makanan. Abu
Hurairah ra pernah berkata bahwa Rasulullah saw tidak pernah mencela selamanya.
Jika ia suka dengan makanan itu maka dimakannya dan sebaliknya jika beliau
tidak menyukainya maka ditinggalkannya (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan
Rasulullah saw sangat sering sekali memuji makanan yang disajikan kepada beliau
walaupun sebenarnya tidak beliau suka atau tidak enak. Sebuah riwayat yang
disampaikan dari Jabir ra yang mengisahkan ketika Raulullah saw menanyakan
tentang lauk-pauk yang akan disediakan kepada keluarganya, maka keluarganya
menjawab bahwa tidak ada lauk pauk kecuali cuka. Maka Rasulullah saw minta cuka
untuk imakan dengan roti yang dihidangkan kepada beliau, sambil bersabda:
Sebaik-baiknya lauk pauk ialah cuka, sebaiknya lauk adalah cuka”. Demikianlah
beliau memuji apa yang dihidangkan kepada beliau.
Lantas
bagaimana dengan kita, yang terkadang jangankan hanya diberi cuka, diberi ikan
terus-menerus saja sudah mengeluh, “Kok ikan-ikan melulu…?” padahal ikan ikan
itu jauh lebih nikmat dari pada cuka.
Seyogyanyalah
kita dapat meniru sikap Rasulullah ini yang tidak pernah mencela makan yang
dimakannya dan selalu memujinya. Apatah lagi makanan tersebut dimakan oleh
istri tercinta…….
Mutiara Shubuh : Senin, 03/04/00 (28
Dzulhijjah 1420H)
Sabar Ketika Sakit
“Allah
menyukai orang-orang yang sabar”, demikianlah statement Allah swt dalam surat
Ali Imran 146, dan banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan keutamaan
kesabaran dan bahkan dikatakan akan Allah swt akan selalu bersama-sama orang
yang sabar. Ada beberapa macam sabar, diantaranya sabar ketika kita ditimpa
musibah dalam bentuk sakit. Al-Junaid Al-Bahdady pernah mengungkapkan tentang
musibah atau yang ditimpakan pada seseorang: “Bala adalah lampu bagi
orang-orang arif, kebangkitan orang-orang yang menghendaki Allah, kebaikan
orang-orang yang mukmin tetapi kebinasaan bagi orang-orang yang lengah. Tidak
akan dapat menemukan kemanisan iman seseorang hingga dia kedatangan bala, lalu
dia ridho dan bersabar”. Jadi hendaklah kita selalu bersabar ketika menerima
cobaan Allah swt dan janganlah berkeluh kesah, karena semua bala yang kita
terima itu adalah semua rencana Allah swt terhadap diri kita. Dalam sebuah
hadits qudsi Allah swt berfirman secara tegas bagi orang yang tidak bersabar
dan berkeluh kesah serta tidak bersyukur: “Barangsiapa yang tidak puas dengan
qadha-Ku dan tidak bersyukur kepada pemberian-Ku, Hendaklah dia mencari Tuhan
selain Aku”
Bahkan
dalam suatu hadits yang diriwyatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah saw
menyatakan bahwa amalan orang yang sedang sakit itu diberi ganjaran dua kali
lipat orang yang sehat dan juga beliau menyatakan bahwa orang yang sakit itu
(walaupun yang tertusuk duri) akan di hapuskan oleh Allah swt dosanya seperti
rontoknya dedaunan dari pohonya. (HR Bukhari dan Muslim) Jadi tiada dalih lain
bagi kita untuk berkeluh kesah kecuali harus selalu bersabar ketika ditimpakan
musibah sakit atas diri kita.
Mutiara Shubuh : Selasa, 04/04/00 (29
Dzulhijjah 1420H)
Berjabat Tangan
Telah kita
ketahui bersama bahwa ketika kita bertemu dengan saudara kita sesama muslim
lainnya disunnahkan untuk mengucapkan salam, dimana didalam itu adalah merupakan
do’a bagi saudara kita tersebut, dan bagi yang menerima salam itu wajib untuk
menjawabnya. Setelah itu lazimnya kita melanjutkannya dengan berjabat tangan.
Sesungguhnya berjabat tangan ini adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh
Rasulullah dan sahabatnya. Hal ini ditegaskan oleh Anas ra ketika ditanya oleh
Qatadah (Abu Khattab) tentang apakah jabat tangan itu terjadi pada Rasulullah
dan sahabatnya. Dan Anas pun menjawab dengan “Ya”. (HR. Bukhari). Dan
Rasulullah saw pun menjawab yang sama ketika beliau ditanya oleh Anas ra
tentang hal ini. (HR At-Tirmidzi). Didalam hadits lainnya yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud dari Al-Barra’ ra yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tiada dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan melainkan diampunkan
dosa keduanya sebelum berpisah”. Jadi disini terlihat bagaiman dianjurkannya
(sunnah) kita berjabat tangan dengan sesma muslim ketika bertemu. Dan bahkan
jika saudara kita itu pulang dari bepergian disunnahkan untuk mendekapnya
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw ketika menyambut kedatangan Zaid bin
Haritsah datang ke kota Madinah, Rasulullah saw dengan serta merta memeluk dan
mendekap Zaid.
Sungguh
mulia ajaran ini, yang menunjukkan rasa persaudaraan yang kentang dan saling
mengasihi satu sama lainnya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 05/04/00 (30
Dzulhijjah 1420H)
Kiat Mencapai Keberuntungan
Islam
memerintahkan manusia untuk bekerja dan berusaha memperoleh karunia Allah di
muka bumi ini, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Jumu’ah [62] ayat 10:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Ayat diatas
menjelaskan kepada kita tentang kita-kiat untuk mencapai keberuntungan yakni
dengan melakukan tiga kiat berikut:
·
mendirikan shalat yang merupakan media komunikasi antara hamba dan Sang
Khalik yang merupakan sumber dari segala rahmat dan karunia
·
bekerja atau berusaha yang merupakan sarana dari memperoleh karunia
tersebut
·
selalu ingat kepada Allah swt (dzikrullah) yang merupakan upaya
pengontrol diri agar selalu dalam aturan atau tata nilai / kaidah yang telah
ditentukan oleh Allah swt.
Pada
kenyataanya pada sa’at ini kita malah melupakan kiat-kiat yang telah digariskan
Allah swt ini, kita justru lupa akan shalat ketika sedang asyik-asyiknya
mencari harta. Dan bahkan kita tidak menghiraukan aturan yang telah ditetapkan
dalam berusaha., maunya gampang dan menghasilkan keuntungan yang banyak dan
menghiraukan garis batas halal dan haram yang ditetapkan Allah swt.
Semoga
dengan ini kita dapat lebih introspeksi diri kita, hingga segala yang harta
yang kita dapatkan hendaklah dari usaha dan cara yang halal sebagaimana
digariskan oleh Allah swt. Nafkah yang kita berikan kepada keluarga pun
hendaknya yang halal, hingga segala nafkah yang dimakan dan menjadi darah dan
daging dalam tubuh kita sekeluarga tidak menjadi hijab bagi kedekatan kita
kepada Allah Sang Pencipta.
Mutiara Shubuh : Kamis, 06/04/00 (01
Muharram 1421H)
Harta dan Sahabat
Sebagaimana
kita diperintahkan oleh Allah swt mencari karuniaNya dimuka bumi ini (QS
62:10), uang atau harta adalah merupakan
salah satu karunia yang paling disukai dan dicintai oleh manusia (QS 100:8).
Allah swt telah menetapkan aturannya dalam mencari dan menggunakan harta agar
manusia tidak berbuat semaunya. Harta tersebut haruslah dari usaha dan barang
yang halal, seperti halnya yang diperingatkan Allah swt: “Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan cara yang
bathil…..” (QS 4:29). Dan Rasulullah saw pun pernah mengingatkan kita :
“Perkara yang sangat langkaditemukan pada akhir zaman adalah uang yang halal
dan sahabat yang dapat dipercaya” (HR Ibnu Syakir dari Ibnu Umar).
Firman
Allah swt dan hadits Rasulullah diata merupakan peringatan bagi kita agar
berhati-hati dalam mencar dan menggunakan harta serta waspada dalam memilih
temat atau sahabat.
Harta atau
uang yang kita peroleh ini pertanggung jawabannya tidak hanya sebatas didunia,
tetapi akan dilanjutkan diakhirat kelak, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah
saw di hadits lainya. Ada empat perkara yang harus dipertanggung jawabkan
diantaranya tentang pemanfa’at usia yang diberikan Allah kepada kita,
pemanfa’atan masa muda, tentang harta yang dimiliki oleh seseorang (bagaimana
cara mendapatkannya dan kemana ipergunakannya) serta pertanggung jawaban ilmu
yang dimiliki orang tersebut.
Semoga
renungan firman Allah dan hadits Rasulullah saw diatas dapat mengingatkan kita
untuk cepat sadar dan insyaf serta memperbaiki diri dan berhati-hati dalam
memperoleh harta dan memilih sahabat.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 07/04/00 (02
Muharram 1421H)
Menghiraukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Disa’at ini
kita lihat kemaksiatan semakin merajalela dan kebajikan di hati dan tingkah
laku setiap insan itu pun mulai sirna, Saling memfitnah, memaki, dengki, iri
dan sebagainya tampak tumbuh subur. Hal ini mungkin diakibatkan oleh sikap kita
yang acuh terhadap sesama dimana kita hidup sangat individualistis sekali. Masa
bodoh orang lain yang penting gue…... Tiada saling mengingatkan pada kebajikan
dan mencegah akan kemungkaran.
Didalam
suatu hadits qudsi yang diriwayatkan dari Aisyah ra dinyatakan bahwa Allah
memerintahkan kita untuk mengajak kepada kebajikan dan melarang kemungkaran.
Jika kita menghiraukan atas kedua perintah tersebut maka ketika itulah Allah
swt tidak akan mendengar lagi do’a seseorang, permintaannya tidak akan
dikabulkan oleh Allah swt (HR Ad-Dailami dan Thabrani). Hadits ini dikuatkan
oleh hadits riwayat At-Tirmidzi dari Hudzaifah ra yang ia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah yang jiwaku ada ditanganNya, harus kamu
nganjurkan kepada kebaikan dan mencegah terhadap kemungkaran atau kalau tidak
pasti Allah akan menurunkan siksa terhadapmu, kemudian kamu berdo’a, maka tidak
diterima dari kamu”
Sesungguhnya
peringatan Allah swt melalui Rasulullah saw dapat menyentakkan kita untuk dapat
lebih peduli terhadap “amar ma’ruf nahi mungkar” ini di zaman yang kemaksiatan
merajalela dan sepertinya tak dapat dibendung dan bahkan tumbuh dengan subur sekali
bahkan dalam bentuk-bentuk kemaksiatan baru. Jarang sekali kita temukan orang
yang berbuat baik. Dan sementara itu kita cuek saja menatapi hal ini dan bahkan
larut dalam kemaksiatan tersebut. Nach… jika kita cepat sadar maka tunggulah
azab Allah dan sampai menangis darahpun Allah tidak akan mengabulkan segala
permohonan kita…Na’udzubbillahi min dzalik…….
Semoga
semua diberikan kekuatan oleh Allah dalam selalu berjalan di shirat-Nya dan
juga dapat menganjurkan kepada kebaikan serta berani melawan kemungkaran yang
berada di sekitar kita.
Mutiara Shubuh : Senin, 10/04/00 (05
Muharram 1421H)
Berbuat Baik Kepada Orang Tua
Allah swt
berfirman: “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"
(QS 17: 23-24). Ayat ini memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kedua
orang tua kita dengan sebaik-baiknya, kita diperintahkan menjaga hatinya,
memeliharanya jika sudah lanjut usia dan juga berkata yang baik terhadapnya.
Dan bahkan jangankan membentaknya berkata “ah” atau berpaling saja dari
perintahnya adalah merupakan dosa besar, karena durhaka itu merupakan salah
satu dosa besar yang tak terampuni kecuali orang tua kita telah mema’afkannya
(HR. Bukhari dan Muslim). Dan bahkan dihadits lain yang juga diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abrullah bin Al-Amru bin Al-‘Asy dinyatakan bahwa
seseorang yang memaki orang lain hingga orang lain itu memaki orang tuanya sama
saja hal nya ia memaki orang tuanya sendiri dan itu merupakan dosa besar.
Semoga kita
diberi Allah ketetapan hati untuk dapat menjaga sikap kita kepada kedua orang
tua kita, menyayangi mereka dan selalu menjaga tutur kita terhadap mereka
hingga tidak menyakiti hati mereka dan tentu harus selalu mendo’akan mereka.
Dan sifat-sifat Al-Qamah, Malin Kundang dsb itu tidak hinggap didiri kita dan
kita dijauhi dari dosa besar ini serta kutukan Allah swt.
Mutiara Shubuh : Selasa, 11/04/00 (06
Muharram 1421H)
Berdusta Yang Dibolehkan
Perkataan
adalah sebagai salah satu jalan untuk mencapai suatu maksud yang baik, maka
apabila maksud baik itu dapat dicapai dengan kebenaran maka haram bagi kita
berdusta. Tetapi apabila tidak mungkin tercapai kecuali dengan berdusta, maka
boleh dilakukan. Seperti jika seorang muslim yang bersembunyi dari kejaran
orang yang zalim yang akan membunuhnya, maka boleh berdusta dengan tujuan
menyelamatkan orang muslim tersebut. Atau seorang perampok yang menanyakan
tentang titipan orang. Hal ini dapat kita rujuk kepada salah satu hadits
Rauslullah saw dari Ummu Kalsum ra yang mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Bukan seorang pendusta, orang yang mendamaikan antara sengketa manusia, maka
menimbulkan kebaikan atau berkata baik” (HR Bukhari dan Muslim). Dari hadits
ini dapat disari bahwa jika kita melakukan dusta yang bertujuan untuk
mendamaikan orang yang bertengkar, maka itu diperbolehkan. Didalam hadits lain
yang juga diriwayatkan dari Ummu Kalsum, ia berkata: Saya tidak mendengan
Rasulullah saw mengijinkan berdusta kecuali terhadap tiga hal: Dalam berperang,
memperbaiki sengketa dan pembicaraan antara suami istri (HR Muslim).
Kendatipun
demikian, seyogyanyalah jalan berdusta ini ditempuh sebagai alternatif terakhir
yang tidak mempunyai bentuk solusi lain kecuali berdusta dan inipun harusnya
dilakukan untuk mencapai kebaikan bagi semua pihak atau hal-hal yang menegakkan
kebajikan saja.
Mutiara Shubuh : Rabu, 12/04/00 (07
Muharram 1421H)
Berdo’a Diantara Dua Khutbah
Didalam
suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra, ia
berkata: rasulullah saw ketika membicarakan tentang hari Jum’ah berkata: “Pada
hari itu ada sa’at, tiada seorang muslim yang sedang shalat bertepatan pada
sa’at itu, lalu meminta kepada Allah, melainkan dapat dipastikan Allah akan
memberinya. Tetapi sa’at itu sangat singkat”. Sedangkan di hadits lain Imam
Muslim meriwayatkan bahwa waktu itu adalah ketika imam / khotib istirahat
sejenak diantara kedua khutbah jum’ahnya.
Kedua
hadits diatas menunjukkan keutamaan atau kemakbulan do’a yang dilakukan oleh
seseorang diantara dua khutbah jum’ah. Memang wktu ini singkat sekali jadi
mungkin kita tidak dapat berpanjang-panjang dalam berdo’a. Do’a yang paling
disukai Rasulullah saw pada sa’at yang singkat ini adalah do’a yang paling
singkat tapi padat yakni: “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati
hasanah wa qinaa adzabannar” atau ada yang agak panjang sedikit yaitu do’a yang
kita sering baca ketika duduk diantara dua sujud.
Mutiara Shubuh : Kamis, 13/04/00 (08
Muharram 1421H)
Sifat-Sifat Orang Beriman
Dipenghujung
Surah Al-Fath [48] Allah swt berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Demikianlah
Allah swt menggambarkan sifat-sifat pengikut Rasulullah saw yakni orang yang
beriman. Mereka sangat tegas sekali melawan atau memerangi orang kafir yang
menentang (memerangi) mereka. Mereka rela berjihad mengerahkan harta bahkan
nyawanya untuk menegakkan keyakinan (agama) yang dianut yakni Agama Allah.
Walaupun begitu mereka sangatlah lemah lebut, berkasih sayang sesama mereka
bahkan dengan orang kafir (yang tidak agresif) pun mereka selalu menjaga
kesopanan dan keramahan mereka. Mereka sangat tekun beribadah yang dinyatakan
sebagai ruku’ dan sujud hingga pada muka mereka berbekas tanda kepatuhan
mereka. Secara fisik dapat diartikan bahwa orang yang rajin sujud akan terlihat
bekas sujud dikening mereka dan jika kita tilik lebih dalam lagi makna
hakikinya adalah mereka merefleksikan kepatuhan-kepatuhan mereka (beribadah)
dalam kehidupan mereka sehari-hari baik secara vertikal dengan Sang Pencipta
maupun horisontalistik kepada sesama manusia atau makhluk ciptaan Allah yang
lainnya. Dan hal ini tidak hanya dinyatakan dalam Al-Qur’an, tetapi juga
disebutkan oleh Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelumnya yakni Taurat dan
Injil.
Semoga kita
menjadi pengikut Rasulullah Muhammad saw yang setia sehingga bekas sujud itu
benar-benar membekas di wajah kita hingga Allah akan melimpahkan pahala atas
amalan shaleh kita dan memberikan ampunan terhadap segala kekhilafan kita.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 14/04/00 (09
Muharram 1421H)
Pintu Taubat Selalu Terbuka
Allah itu
Maha Pengampun, Maha Pemberi Taubat dan selalu membuka pintu taubatNya bagi
hambanya yang bersungguh-sungguh untuk kembali kejalan Nya walaupun mereka
sudah melampaui batas. Tetapi dengan syarat tidak kembali keluar batas itu
kembali. Dan Allah akan memberikannya kepada orang yang dikehendakiNya.
Simaklah firmanNya di Surat Az-Zumar [QS 39 : 53]: Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Banyak
sekali riwayat-riwayat yang menceritakan tentang seseorang yang bertaubat
sungguh-sungguh dan akhir menjadi orang yang dekat sekali dengan Allah. Bahkan
seseorang yang sudah terlanjur berjanjipun (walaupun bukan karenanya) Allah
akan dengarkan dan Dia akan perlihatkan kekuasaannya hingga hambanya itu
benar-benar takluk akan kekuasaanNya dan bertaubat. Seperti cerita dizaman
Rasulullah tentang seorang pemabuk yang tidak pernah lepas dari botol
minumannya dimanapun ia berada. Tetapi dia sangat takut dengan Umar bin Khattab
ra yang sangat keras sekali adatnya terhadap orang yang bermaksiat termasuk
pemabuk. Bila Umar ra bertemu dengan seseorang yang sedang mabuk maka tanpa
ampun orang tersebut akan dihajar habis oleh Umar. Suatu ketika tanpa disangka
oleh si pemabuk itu dia berpapasan dengan Umar ketika tengah membawa botol
araknya. Ditengah ketakutannya tersebut ia berikrar kepada Allah bila arak yang
didalam minumannya itu berubah menjadi cuka maka ia akan bertobat dari pemabuk.
Tak pelak lagi Umar langsung mencengkram baju si pemabuk itu dan menanyakan apa
yang ada didalam botol minumannya itu. Dengan menggigil ia menjawab bahwa
didalam botolnya ini hanyalah cuka. Dan Umarpun merebut botol minumannya itu
untuk memeriksanya. Pada saat itu Allah swt mengabulkan keinginan si pemabuk
tersebut dan Umar hanya menemukan cuka didalam botol minuman tersebut, dan
melepaskan si pemabuk tersebut. Hal ini membuat lega si pemabuk dan membuat dia
insyaf dan tidak pernah meminum arak lagi dan dia menjadi seseorang yang selalu
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Mutiara Shubuh : Senin, 17/04/00 (12
Muharram 1421H)
Menebarkan Salam
Pada suatu
ketika Rasulullah saw bersabda kepada para sahabat: “ Kamu tidak akan masuk syurga
hingga kamu beriman (percaya), dan kamu tidak beriman hingga kasih sayang
terhadap sesama. Sukakah kamu ku tunjukkan sesuatu jika kamu kerjakan timbul
kasih sayang diantara kamu. Lantas para sahabat menjawab: Mau, Rasulullah. Dan
Rasulullah pun melanjutkan: Sebarkanlah Salam diantara kamu (HR Muslim dari Abu
Hurairah ra).
Hadits
diatas menggambarkan bagaimana ajaran kasih sayang yang diajarkan didalam
Islam. Diatara sesama muslim saling mendo’akan dengan menebarkan salam. Bahkan
dihadits lain dikatakan bahwa memberikan salam bukan hanya dengan orang yang
sudah kita kenal baik, tetapi bahkan dengan orang yang belum kenal sekalipun.
Nach inilah salah satu ajaran islam yang terbaik (HR Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra.)
Adapun
tatacara yang dilakukan Rasulullah saw dapat kita baca di berbagai kitab yang
diantaranya adalahh mengucapkan salam ketika akan memasuki rumah seseorang (QS.
24:27), saling bersalaman ketika bertemu dengan sesama muslim maupun ketika
berpisah dsb. Yang berjalan memberikan salam kepada yang diam atau duduk, yang
sedikit kepada yang banyak, yang berkendaraan kepada yang berjalan, yang kecil
kepada yang besar dst. Dan bahkan didalam suatu hadits yang diriwayatkan dari
Abu Umamah Albahily ra, Rasulullah saw menyatakan bahwa yang memberi salam
terlebih dahulu adalah seutama-utamanya manusia bagi Allah dan juga dinyatakan
bahwa orang yang dekat dengan Allah-lah yang akan terlebih dahulu memberikan
salam (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi).
Marilah
kita menebarkan salam diantara kita sesama muslim dan semoga dengan saling
mendo’akan ini Allah swt akan melimpahkan rahmah dan barokah-Nya kepada kita
semua yang gemar menebarkan salam ini.
Mutiara Shubuh : Selasa, 18/04/00 (13
Muharram 1421H)
Berduka Ketika Luput dan Terlalu Gembira Ketika Dapat
Ketika kita
menginginkan suatu, tentu kita berdo’a kepada Allah swt supaya yang kita
idamkan itu kita dapat miliki. Pada sa’at keinginan itu tidak dikabulkan dan
bahkan bertolak belakang dari yang diidamkan, tentu ada perasaan kecewa yang kita
rasakan, tetapi janganlah perasaan itu menjadi berlarut sehingga kita
terkungkung dalam duka yang lama dan bahkan timbul rasa diperlakukan tidak adil
oleh Allah swt. Dan sebaliknya, jika keinginan itu dikabulkan dan bahkan
melebihi apa yang diidamkan tentu akan menimbulkan kegembiraan yang mungkin
tidak terhingga dan mungkin disambut dengan pesta pora yang berlebihan. Dan
bahkan mungkin keberhasilan itu menimbulkan kesombongan atau keangkuhan didiri
kita, dan berkata “Ayo… siapa yang bisa seberhasil saya !!!”.
Allah swt
mengingatkan kita didalam Al-Qur’an:. “… jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri”
Jadi
seyogyanyalah kita berbaik sangka terhadap apa yang diputuskan Allah swt untuk
kita apakah itu berupa keinginan yang luput dari dekapan. Tariklah hikmah dari
kegagalan tersebut dan yakinlah keputusan Allah swt itu adalah hal yang terbaik
untuk kita. Dan harus diingat sungguh sanagt banyak keberhasilan-keberhasilan
(nikmat) yang kita terima dariNya dibanding kegagalan tersebut, dan
bersyukurlah.
Begitu juga
dengan keberhasilan, itu semua rencana Allah swt, janganlah kita larut dalam
kesenangan atas keberhasilan keberhasilan yang kita dapatkan yang sesungguhnya
itu semua atas kehendakNya. Apalagi sombong dan angkuh terhadap keberhasilan
itu…wah…wah.. wah.. itu seharusnyalah sangat jauh sekali dari diri kita yang
hina dan lemah ini, dan bersyukurlah atas yang dikaruniakanNya tersebut, dan
dapat memanfa’atkannya dijalan yang benar.
Jadi
sesungguhnya tidak ada kata “Berduka Ketika Luput dan Terlalu Gembira Ketika
Dapat” didalam kamus seorang muslim, tetapi hanya “Bersyukur, bersyukur dan
bersyukurlah ketika Luput ataupun Dapat”.
Mutiara Shubuh : Rabu, 19/04/00 (14
Muharram 1421H)
Shalawat Nabi
Melalui
Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 56 Allah swt berfirman: “Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”,
begitulah perintah Allah swt kepada kita untuk memperbanyak shalawat kepada
Rasulullah saw, insan pilihanNya tersebut. Diayat diatas dinyatakan bahwa Allah
dan Malaikat-malaikatNya saja bershalawat untuk Nabi saw, apatah lagi kita
hambanya Allah atau ummat Nabi saw tentu kita sangatlah dianjurkan untuk
mengucapkan shalawat untuk beliau. Dengan memperbanyak shalawat diharapkan kita
akan lebih merasa dekat dengan insan kecintaan Allah swt ini dan tentunya akan
mendekat kita juga kepadaNya dan bahkan turut dicintaiNya. Ibnu Mas’ud ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda bahwa orang yang banyak
membaca shalawat untuk Rasulullah saw akan menjadi orang yang terdekat dengan
Rasulullah di hari akhirat kelak (HR. At-Tirmidzi). Dan bahkan dinyatakan oleh
Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash ra bahwa Rasulullah menyatakan bahwa Allah akan
menurunkan rahmatNya sepuluh kali terhadap orang yang membaca shalawat satu
kali (HR. Muslim). Dan apabila kita mendengar nama Rasulullah saw disebutkan
hendaklah kita mengucapkan shalawat untuknya. Bagi orang yang tidak mengucapkan
shalawat ketika nama beliau disebutkan maka orang tersebut dikatakan Rasulullah
saw sebagai orang yang rendah dan hina (HR At-Tirmidzi), sedangkan diriwayat
lain disebutkan sebagai orang yang bakhil.
Semoga yang
singkat dapat mengingatkan kita kembali untuk gemar bershalawat kepada
junjungan kita tersebut dan selalu menyambut nama beliau dengan shalawat,
sehingga kita tidak digolongkan kedalam orang yang rendah, hina atau
bakhil.
Mutiara Shubuh : Kamis, 20/04/00 (15
Muharram 1421H)
Menahan Amarah, Mema’afkan dan Berlemah Lembut
Menahan
amarah bukanlah sesuatu yang mudah, menuntut suatu perjuangan yang hebat
melawannya dengan suatu kekuatan bathin yang prima juga. Apalagi bagi mereka yang mempunyai kemampuan dan
kekuasaan untuk melampiaskannya. Nach.. disinilah sebenarnya nilai kearifan
seseorang, apakah dia ksatria atau tidak. Karena seorang ksatria itu harus
mampu mengendalikan nafsunya termasuk nafsu amarahnya. Rasulullah saw
mengungkapkan hal ini dalam suatu hadits: “Bukan dikatakan seorang pemberani
karena seseorang cepat meluapkan amarahnya, tetapi justru seorang pemberani itu
adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu) nya sewaktu marah” (HR Bukhari
dan Muslim). Hal ini ditunjukkan beliau semasa beliau masih hidup. Banyak
sekali kisah beliau yang dengan sangat indahnya beliau menyelesaikan masalah
dengan lemah lembut walaupun hal tersebut memancing kemarahan beliau atau
bahkan pada suatu penghinaan. Kalaupun beliau mau membalasnya (dengan amarah)
maka akan sangatlah gampang sekali karena beliau disa’at itu adalah seorang
pemimpin suatu pemerintahan yang berkuasa. Tetapi hal itu tidak beliau lakukan.
Kita ingat
kisah seorang Yahudi yang mencoba memancing kemaraha Rasullullah dengan
berkata: “Assamu’alaikum (Kecelakaan bagimu)” sebagai pengganti salam. Dan
bahkan istri (‘Aisyah) beliaupun sampai membalasnya dengan kata yang sama
ditegur oleh beliau. Kemudia kisah seseorang yang menodongkan pedang kepada
Rasulullah saw yang akhirnya ketika pedang itu berpindah tangan kepada Nabi
saw, beliau menyelesaikan perkara itu dengan mema’afkan. Masih banyak lagi
keteladanan beliau yang menggambarkan bagaimana stabilnya bathin beliau
khususnya dalam bersabar dan menahan amarah.
Dalam suatu
hadits Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang maka
ia mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dilimpahkan rahmat-Nya, dan Allah
akan senantiasa memasukkannya dalam lingkunagn hamba yang mendapat cinta-Nya
yaitu: seseorang yang selalu bersyukur ketika diberi nikmat, seseorang yang
sebenarnya mampu dan mempunyai kekuasaan untuk meluapkan amarahnya tetapi
sebaliknya malah memberi ma’af atas kesalahan orang itu dan seseorang yang
apabila sedang marah dia dapat menghentikannya” (HR Al-Hakim).
Jadi
seyogyanyalah kita dapat mengendalikan nafsu amarah kita dan tidak mengumbarnya
secara berlebihan. Bukankah Allah swt menyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. 3:133-134).
Alangkah
lebih mulia lagi jika seseorang yang dapat menahan amarahnya dan selalu tenang
dalam menghadapi sesuatu yang menimpanya dan bahkan mema’afkan orang yang
berbuat dzalim sekalipun terhadapnya serta selalu berkata lemah lembut
terhadapap orang lain walaupun diperlakukan kasar. Allah swt menggolongkan
mereka kepada orang yang bertaqwa dan bahkan didalam Al-Qur’an mensejajarkan
mereka dengan orang-orang yang gemar berinfaq dan mereka-mereka itulah
orang-orang yang disukai Allah swt. (QS. 3:134). Rasulullah saw seraya menegah
para sahabat yang ingin memukul seorang Badui yang kencing didalam mesjid, dan
menyuruh sahabat menyiram kencing itu dengan air lantas beliau
bersabda:”Sesungguhnya kamu diutus untuk meringankan bukan untuk menyukarkan”
(HR Bukhari dan Muslim)
Semoga
Allah swt memberikan kekuatan bathin kepada kita untuk selalu dapat
mengendalikan nafsu amarah kita dan menggantikannya dengan sabar tenang dan
berlemah lembut.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 21/04/00 (16
Muharram 1421H)
Mendamaikan Sesama Muslim
Didalam
kehidupan pergaulan sehari-hari tidak jarang terjadi gesekan-gesekan antara
satu pihak dengan pihak lainnya, sehingga terjadi pertengkaran satu sama
lainnya. Sebagai seorang mukmin, Allah swt mewajibkan kita untuk untuk
mendamaikannya: ” Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak
Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. 4:114) dan diayat lain Allah swt
berfirman: “……sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan
diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah
orang-orang beriman". (QS. 8:1).
Jadi sudah
sangat jelaslah bagi kita bahwa mendamaikan saudara yang sedang bertengkar itu
adalah suatu kewajiban kita, apalagi Al-Qur’an juga menyatakan bahwa
sesungguhnya kita kaum mu’min itu adalah bersaudara (QS 49:10), tegakah kita
membiarkan saudara kita selalu dalam permusuhan dan pertengkaran dan bahkan
saling bertumpahan darah. Apalagi untuk menghasud atau mengadu domba, sangat
amat kita harapkanlah hal ini jauh dari kita semua. Rasulullah saw menyatakan
bahwa berlaku adil terhadap orang yang bersengketa (bermaksud mendamaikan)
adalah suatu sadaqah dan bahkan kita diijinkan untuk berkata dusta untuk niatan
mendamaikan saudara kita yang tengah bertengkar tersebut. (HR Bukhari dan
Muslim)
Mutiara Shubuh : Senin, 24/04/00 (19
Muharram 1421H)
Musibah Dimata Orang Mukmin
Musibah
adalah suatu kehendak Allah swt yang ditimpakan kepada siapapun tanpa pandang
bulu, tanpa memandang waktu, tempat dan situasi. Jadi musibah itu akan
digulirkan dan digilirkan Allah swt kepada setiap makhlukNya di alam semesta
ini. Nach sekarang hanya bagaimana sikap kita dalam menerima musibah yang
ditimpakan kepada kita. Allah swt memberikan petunjukNya kepada kita untuk
menghadapi hal yang tidak kita inginkan ini melalui firmanNya dalam Al-Qur’an:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi
raaji'uun". (QS. 2:155-156). Jadi nyatalah bagi kita bahwa kunci dalam
menghadapi musibah itu adalah sabar, dan penanamkan pengertian bahwa segala
sesuatu itu datangnya dari Allah swt apakah itu nikmat maupun musibah yang
keduanya juga digulirkan dan digilirkan Allah swt kepada hambanya. Didalam
kehidupan ini tidak ada yang nikmat terus menerus dan juga tidak ada yang
musibah yang tiada henti, hanya tinggal menunggu giliran dan waktunya saja.
Dari ayat
diatas juga jelas sekali bahwa Islam tidak mengajarkan ummatnya untuk mempunyai
rasa memiliki (sense of belonging) terhadap yang sekarang secara lahiriah
dimilikinya. Tetapi hanya disebut sebagai suatu kepercayaan dari Allah swt atau
rasa untuk dititipkan atau diamanahkan (sense to be intrusted) karena segala
sesuatu itu hanya datang dari Allah swt. Dan jika Allah swt berkehendak untuk
mengambilnya kembali darinya maka seharusnya tidak ada yang dirasa hilang
karena kita berangkat dari ketiadaan.
Orang
mukmin juga memandang suatu musibah yang ditimpakan terhadap dirinya adalah
suatu ujian atau cobaan terhadap keimanannya untuk menuju maqam yang lebih
tinggi. Laksana seorang yang sedang menuntut ilmu yang pada tahap-tahap
tertentu harus diuji keahliannya terhadap yang sudah diterimanya. Firman Allah
swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya:"Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. 2:214).
Dan ada
lagi bentuk musibah yang dapat kita terjemahkan sebagai peringatan bagi kita
untuk mengingatkan kita untuk kembali kejalan Allah. Allah swt menyatakannya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. 42:30). Lain halnya dengan orang kafir dan fasik,
musibah itu adalah merupakan adzab dan siksaan bagi perbuatan mereka yang
durhaka terhadap Allah. “…..maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS.
5:49)
Semoga kita
diberi bekal kesabaran oleh Allah swt ketika menerima cobaan atau musibah yang
insya Allah akan lebih memantapkan maqam kita ditempat yang lebih tinggi dimata
Allah swt.
Mutiara Shubuh : Selasa, 25/04/00 (20
Muharram 1421H)
Takut Kepada Allah
Sesungguhnya
seorang mukmin yang bertaqwa itu sangatlah takut kepada Allah swt, karena
mereka sangatlah yakin bahwa segala sesuatunya menyangkut dirinya hanyalah
bergantung kepada kekuasaan-Nya sebagaimana disebutkan dalam Surah An-Nahl (QS.
16:50): “Mereka takut kepada Rabb mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan
apa yang diperintahkan (kepada mereka), (QS. 16:50)". Karena ketakutan
inilah mereka sangat patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan oleh
Allah swt dan menjauhi segala yang dilarangnya. Didalam melakukan segala
aktifitasnya mereka sangatlah hati-hati, karena takut padaNya. Jangankan
terjerumus kedalam maksiat menyerempet saja mereka sangat amatlah takut akan
murkanya Allah swt. Yang mereka cari hanyalah ridho dari-Nya, seperti yang
dinyatakan Al-Qur’an: “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka
(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat
melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati karena takut kepada-Nya. (QS. 21:28)
Imam
Al-Ghazali menggambarkan bahwa orang yang taqwa dan takut kepada Allah itu
selalu berusaha untuk menekan segala kecederungan buruk dari dirinya dan
membangkitkan amal-amal baik yang diperintahkan Allah swt dengan cara
mengendalikan segala gerakan hati dan jasadnya yang dinyatakan Imam Al-Ghazali
sebagai ciri orang yang takut kepada Allah swt, yakni:
·
Menjaga hati dari sikap yang tercela, iri, dengking, hasad dsb dan
menggantikannya dengan gerak hati yang baik yakni berbaik sangka, bersahabat,
kasih, sayang dst.
·
Menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik, kotor dan bahkan yang
kurang bermanfa’at dengan menggantikannya dengan perkataan yang bermanfa’at,
khususnya melafazkan kata-kata dzikir terhadap Allah swt.
·
Menjaga perut dari memakan makanan yang haram, baik yang haram karena
dzatnya maupun yang haram karena cara mendapatkannya. Dan sudah tentu hanya
makanan yang halallah yang dapat memberikan keberkahan dalam perkembangan jasad
maupun rohani kita.
·
Menjaga penglihatan dari hal yang dilarang Allah swt, seperti melihat
aurat orang lain yang bukan muhrimnya dsb.
·
Menjaga tangan dari berbuat yang maksiat.
·
Menjaga kaki dari melangkah kepada yang tidak baik.
·
Menjaga telinga dari mendengar hal-hal yang tidak bermanfa’at.
·
Serta menjaga kemaluannya dari berbuat zina.
Beruntunglah
orang-orang yang secara konsisten (istiqomah) menjaga jasad dan rohaninya dari
larangan Allah swt dikarenakan takut kepadaNya, baik ketika bersama-sama orang
lain maupun dalam keadaan sendiri. Karena mereka yakin bahwasanya mereka bukan
hanya diintip tetapi bahkan ditonton oleh Allah swt. Dan puncak segala
kenikmatan yang dijanjikan Allah swt terhadap hanbanya yang takut padaNya dan
hanya mengharapkan ridho-Nya ini, dipaparkan Allah swt dalam Al-Qur’an:
“Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Rabbnya.” (QS. 98:8)
Semoga kita
digolongkan kepada hambanya yang bertakwa sebagaiman yang dipaparkan diatas.
Mutiara Shubuh : Rabu, 26/04/00 (21
Muharram 1421H)
Kemana Saja Sih Ayah Selama Ini?
Apakah
reaksi kita jika pada suatu ketika anak kita yang selama ini kita kira sangat
manis sekali tiba-tiba kita temukan dalam keadaan sakit karena tergantung pada
narkoba? Atau tiba-tiba polisi menelepon kita bahwa anak kita tersebut dalam
tahanan polisi dikarenakan melanggar hukum mungkin berkelahi, mencuri atau
bahkan merampok? Apakanh tersirat dalam benak kita langsung bahwa kita adalah
seorang ayah yang gagal dan secara serta merta memecahkan masalahnya dan
memperbaiki diri? Atau kita meradang dan
lari dari kenyataan bahwa hal ini adalah tanggung jawab kita hingga mencari
kambing hitam. Dan ujung-ujungnya kita sampai pada suatu pertanyaan “Kemana
saja sih aku (ayah) selama ini?
Kalau kita
tinjau kebelakang (kilas balik) atas kejadian yang ditimpakan kepada kita
adalah ujung-ujung nya hampir dapat dipastikan disebabkan oleh kesalahan atau
kegagalan kita sendiri dalam mendidik anak kita atau setidak-tidaknya kesalahan
kita itu memberikan kontribusi terbesar dari penyimpangan akhlaq anak kita
tersebut, untuk itu cepat-cepatlah kita introspeksi diri. Bukan kah Allah swt
menyatakan: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. 42:30). Atau bahkan justru selama ini kita tidak
mau tahu atas mendidikan atau pergaulan anak kita dan kita menyangka bahwa itu
adalah tugas dari ibunya dan tugas kita adalah mencukupi nafkahnya saja. Kita
sibuk dengan kerja dan kerja, bisnis dan bisnis, pergi pagi ketika anak belum
bangun dan pulang tengah malam ketika dia sudah tidur dan bahkan ada yang
menghabiskan waktunya dengan ngendon ditempat-tempat hiburan dalam rangka
memenuhi quota diluar rumah sebagai dalih dalam menunjukkan bahwa kita sangat
sibuk sekali dengan urusan pekerjaan atau kantor.
Islam
mengajarkan bahwa seorang ayah itu adalah orang yang paling bertanggung jawab
atas apa yang terjadi pada keluarganya baik istri apalagi untuk anaknya. Banyak
contoh ayah-ayah teladan yang ditunjukkan Allah swt untuk dapat diteladani oleh
ummat Islam dalam mendidik anaknya sesuai dengan ajaran Islam untuk menjadi
anak yang bertaqwa. Dari pemantapan Aqidah, Ibadah sebagaimana yang dicontohkan
oleh Luqman Al-Hakim dengan menasehati anaknya yang diabadikan Allah dalam
Al-Qur’an. Dan bukankah Rasulullah saw menyatakan bahw kita tidaklah akan
tersesat selagi kita masih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits. Jadi
jelaslah bahwa mendidik anak menjadi shaleh yang selalu berjalan dishirotnya
Allah itu adalah tanggung jawab bersama kedua orang tua dan tidak ada alasan
bagi kita untuk mencari kambing hitam. Yang ada hanyalah pertanyaan dibenak
kita: “Kemana sih kita (ayah) selama ini?” dan berusaha untuk menjawab dan
memperbaikinya dengan perbuatan yang nyata.
Mutiara Shubuh : Kamis, 27/04/00 (22
Muharram 1421H)
Mengintip Neraka
Beberapa
waktu yang lalu kita sudah sedikit dibayangkan sekilas tentang nikmat syurga
yang diperuntukkan oleh Allah swt bagi hambanya yang selalu ta’at kepadaNya.
Dari kenikmatan yang diberikan didalamnya minumannya, makananya, bidadarinya
dan masih banyak lagi yang sesungguhnya tidak dapat kita bandingkan dengan
kehidupan didunia dan hal ini tentu Insya Allah akan membangkitkan ghirah kita
untuk lebih berjibaku lagi beribadah mendekatkan diri kepada Sang Pemberi
Nikmat tersebut.
Nach… kali
ini kita coba untuk mengintip (sekelumit) keadaan neraka yang tentu
diperuntukkan Allah bagi siapa saja yang mendurhakaiNya, melanggar segala yang
dilarangNya dan meninggalkan segala yang diperintahkan kepadanya. Tujuan dari
pemaparan ini tidak lain hanyalah sebagai peringatan kepada kita terhadap
siksaan Allah bagi hambaNya yang ingkar. Dan patut digaris bawahi disini bahwa
gambaran yang didapat ini hanyalah suatu pemaparan pikiran manusia yang
terbatas dan itu juga dibandingkan terhadap keadaan dunia yang sesungguhnya
antara kedua itu tidaklah dapat dibandingkan atau kita pikirkan karena keterbatasan
pengetahuan kita.
Didalam
suatu hadits dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : "Ketika sedang bersama
Rasulullah, kami mendengar sesuatu jatuh. Maka beliau bersabda, 'Tahukah kalian
suara apa itu?'. Kami menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih tahu'. Beliau
bersabda, 'Itu adalah suara batu yang dilemparkan ke neraka semenjak 70 tahun
yang lalu, dan ia sekarang masih meluncur ke (dasar) neraka." (HR.
Muslim). Dan Rasulullah SAW pun membayangkan sebagaimana panasnya neraka
melalui sabdanya: "Api kita adalah satu bagian diantara 70 bagian dari api
neraka (1/70)." (HR. Muslim).
Allah swt
berfirman dalam Surah Al-Waqi'ah : 51 - 55 yang artinya : "Kemudian
sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan
memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu
akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat
haus minum.". Dan ditambahkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
"Seandainya setetes zaqqum jatuh ke dunia, tentu akan merusak kehidupan
penduduk bumi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menjadikannya sebagai
makanan?." (Hadits hasan shahih menurut Tirmidzi). Begitu juga dengan yang
difirman Allah swt dalam Surah Muhammad : 15 yang artinya : "...dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya."
Selain itu
Allah swt juga berfirmanNya juga dalam Surah Al-Hajj : 19 - 20 yang artinya :
"Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api
neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air
itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit
(mereka)." Ibrahim At-Taimi jika membaca ayat ini, ia berkata, "Maha
suci Dzat yang telah menciptakan pakaian dari api."
Sesungguhnya
masih banyak lagi paparan-paparan yang lebih dahsyat yang diterangkan dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang keadaan neraka ini, dan Rasulullah saw juga
pernah menggambarkan bahwa siksaan yang paling ringan saja adalah seseorang
yang diletakkan bara api ditelapak kakinya hingga mendidih benak dikepalanya.
NA’UDZUBILLAHI
MIN DZAALIK…….
Semoga
dengan yang sangat sedikit ini seyogyanyalah akan mampu mencambuk kita untuk
ingat kembali kejalan Ilahi dari jalan yang melenceng apalagi dari kedurhakaan
terhadapNya yang menyebabkan kita dilemparkan Allah swt kedalam nerakaNya.
Sehingga kita akan menjadi orang yang menyesal dihari akhir nanti, sebagaimana
firmanNya: “Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata:"Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadiorang-orang yang
beriman". (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (QS.
6:27)
Yaa….Allah
Yang Maha Penyayang, berilah kami hidayah dan kekuatan untuk berjalan
dishirat-Mu serta jauhkanlah hambaMu ini dari siksaan neraka-Mu ……… amien……….
Mutiara Shubuh : Jum’at, 28/04/00 (23
Muharram 1421H)
Menyegerakan Beramal
Dalam
melakukan ibadah atau amalan, terkadang kita menunda-nunda pelaksanaan ibadah
atau amalan tersebut, seperti menunda melaksanakan shalat, bersadaqah, membayar
puasa wajib dsb. Padahal seandainya kita sadar bahwa sesuatu itu bisa terjadi
seketika pada diri kita yang dapat lebih menunda atau bahkan akhirnya kita
tidak jadi melakukannya, maka kitaakan bersegera melakukannya. Hal inilah yang
selalu dijaga Rasulullah saw beserta sahabatnya. Rasulullah saw pada suatu
ketika pernah terburu-buru pulang dari shalat berjama’ah karena hanya ingat
bahwa uang yang direncanakannya untuk sadaqah masih belum diberikan kepada seseorang.
Dan Ali bin Abi Thalib pun ketika ditanya tentang mengapa beliau berjibaku
sekali menjaga waktu shalatnya (diawal waktu), beliau menjawab dengan arif
bahwa beliau tidak ingan dipanggil Allah ketika dalam sebelum shalat.
Rasulullah
saw bersabda dalam suatu hadits: “Rebutlah lima perkara sebelum datang lima
perkara, yaitu: selagi engkau muda sebelum datang masa tuamu, selagi engkau
sehat sebelum datang masa sakitmu, selagi engkau kaya sebelum datang masa
miskinmu, selagi engkau menganggur sebelum datang masa sibukmu, selagi engkau
masih hidup sebelum datang masa kematianmu.” (HR Al-Baihaqi, Ibnu Abiddunya dan
Ibnu Mubarak). Dan sementara di dalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dinyataka Rasulullah saw bahwa ada dua macam kenikmatan yang
sebagian banyak manusia masih tertutup dari padanya atau tidak mengetahuinya
atau kurang memperhatikannya). Yaitu keadaan sehat dan menganggur (ada waktu
yang terluang). Hadits-hadits diatas mengingatkan kepada kita untuk
memanfaatkan kenikmatan yang dianugerahkan kepada kita selagi ada sebelum
kenikmatan itu berlalu, dan sudah tentu sebagi seorang muslim yang beriman
hendaklah digunakan untuk yang bermanfa’at, beribadah atau beramal.
Hasan
berkata dalam salah satu nasehatnya: “Ayo segera, ayo segera. Sebab segala
sesuatu itu tergantung pada nafasmu saja dan jikalau ini telah terputus,
terputus juga segala amalanmu. Kalau demikian amalan mana lagi yang akan kau
pergunakan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Semoga Allah Ta’ala merahmati seseorang yang suka melihat pada dirinya sendiri,
memperhatikan keadaannya dan suka menangisi karena banyaknya dosa yang
diperbuatnga”. Selanjutnya beliau mengucapkan ayat yang berbunyi: “Sesungguhnya
Kami (Allah) menghitungnya itu dengan hitungan yang cermat” (QS Maryam : 85).
Yang dimaksud dengan hitungan disini adalah hitungan pernafasan sehari-hari.
Hitungan yang terakhir sekali ialah diwaktu kita menghembuskan nafas yang
penghabisan, lebih terakhir lagi ialah diwaktu kita berpisah dengan segenap
keluarga dan kecintaan kita dan yang lebih terakhir lagi dari itu adalah
diwaktu kita masuk ke liang kubur.
Penyebab
pokok kenapa orang itu suka menangguh-nangguhkan beramal shalih itu adalah
karena kegemaran dan kecintaannya pada hal keduniaan (hubbuddunya), suka sekali
dengan kesyahwatannya, dan membuat mereka berjibaku mencari dunia dan
melalaikan akhiratnya. Sehingga pada suatu ketika kenikmatan yang diberikan
kepada mereka itu dicabut oleh Allah swt, maka berulah mereka menyesal kenapa
tidak ketika waktu lapangnya mereka berbuat amal, namun semua itu telah
terlambat.
Semoga
dengan yang sedikit ini dapat memperingatkan kita untuk dapat bersegera
memanfa’atkan kenikmatan yang dianugerahkan kepada kita ini dijalanNya sesegera
mungkin dengan tidak menunda-nunda hingga datang waktu dimana semua kenikmatan
itu dicabut oleh Allah dari diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar