TOKO ALHAROMAIN
MENJUAL PAKAIAN JADI
D 54-D55 AND B19-B20
PASAR TANJUNG MOJOKERTO
JUNDULLAH TSAQAFATAN WA AKHLA
INTELEKTUALITAS SERDADU ISLAM RABBANI (JUNDULLAH
TSAQAFATAN)
AKHLAK SERDADU ISLAM RABBANI (JUNDULLAH AKHLAQAN)
JUNDULLAH TSAQAFATAN WA AKHLA
Jundullah adalah orang-orang yang telah
mengkhidmatkan dirinya pada jalan Allah dengan membawa nilai-nilai Rabbani dan
menyeru manusia kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang memberikan loyalitas
(wala’) hanya kepada Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman.
Dalam memperjuangkan dan menyeru manusia pada
nilai-nilai Rabbani, seorang Jundullah harus memiliki bekal. Mana mungkin ia
dapat mengajak manusia kepada kebenaran, sedangkan ia tidak mengetahui bekal
apa yang harus dibawa. Yang disoroti adalah tentang intelektualitas dan akhlak
seorang Jundullah, suatu aspek yang sangat penting dan mendasar.
Uraian kajian di bawah ini sangat komprehensif
sehingga dengannya seseorang siap menjadi Jundullah; golongan yang akan
dimenangkan Allah dalam medan kehidupan.
Kata Hizbullah disebut dalam Al Qur’an sebanyak dua kali. Pertama di surah Al Mujaadilah dan yang kedua di surah Al Maaidah.
Kata Hizbullah disebut dalam Al Qur’an sebanyak dua kali. Pertama di surah Al Mujaadilah dan yang kedua di surah Al Maaidah.
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau
anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang
yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka
dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalam-Nya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.
Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah
itulah golongan yang beruntung.” (QS Al Mujaadilah:22)
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang Mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman
menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.” (Al Maidah: 54-56)
Dengan demikian, Hizbullah memiliki arah, yang
cirinya adalah sebagai berikut:
1. Membebaskan diri dari musuh-musuh Allah dan
Rasul-Nya. Secara praktikal dengan tidak memberikan ketaatan kepada mereka, dan
secara batin dengan tidak menyimpan kecintaan kepada mereka.
2. Memberikan wala’ kepada kaum Mu’minin dalam
bentuk praktikal dan menumbuhkan kecintaan dalam hati. Kaum Mu’minin yang berhak
diberikan wala’ ini adalah mereka yang telah melengkapi syarat keimanan,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Sasaran-Sasaran Utama Hizbullah:
·
Membentuk kepribadian
manusia secara Islami
·
Mendirikan negara Islam
di setiap daerah
·
Menyatukan umat
Islam
·
Menghidupkan kembali
kekhalifahan
·
Mendirikan negara
Islam internasional
INTELEKTUALITAS SERDADU ISLAM RABBANI (JUNDULLAH
TSAQAFATAN)
A. ILMU USHULUTS-TSALASAH (Ilmu tentang Keimanan)
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang pada
zahirnya membahas tiga pengetahuan dasar Islam, yaitu pengetahuan tentang Allah
Azza Wajalla, pengetahuan tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
pengetahuan tentang Islam.
Inilah metodologi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam mendidik para sahabat sebagaimana yang disebutkan oleh
Ibnu Umar r.a.
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam masih hidup, aku menyaksikan bahwa kaum Muslimin kala itu lebih mengutamakan
mempelajari masalah keimanan sebelum mempelajari Al Qur’an. Ketika diwahyukan surah-surah
Al Qur’an kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dari surah-surah
itu kami mempelajari hukum halal-haram dan perkara-perkara yang harus kami
renungkan dari surah-surah Al Qur’an itu. Namun, kebelakangan saya mendapati
orang-orang lebih mengutamakan Al Qur’an sebelum mempelajari masalah keimanan.
Lalu tatkala orang-orang itu membaca seluruh surah dalam Al Qur’an; dari Al
Fatihah sampai An Naas, kala itu mereka tidak mampu memahami mana yang
merupakan perintah Al Qur’an dan mana yang merupakan larangannya. Serta mana
pula ayat-ayat yang semestinya mereka renungkan dan mereka jabarkan, seperti
layaknya mereka menghampar buah kurma yang jelek.”
B. AL KITAB DAN ULUMUL QUR’AN
1. Ilmu Nasikh Mansukh
Dalam Islam, terdapat hukum-hukum yang sifatnya
gradual, dan selang beberapa waktu hukum tesebut barulah stabil.
2. Ilmu Asbab Nuzul (sebab-sebab turunnya
ayat-ayat Al Quran) dan Amkinah Nuzul (ilmu tentang tempat di mana suatu ayat
diturunkan)
Buku rujukan ilmu bidang ini:
·
Nasikh Mansukh, Ibnu
Hazm
·
Lubabun Nuqul Fi
Asbabun Nuzul, Imam Suyuthi
3. Ilmu Gharibil Qur’an (ilmu yang membahas
hal-hal yang aneh di dalam Al Qur’an)
4. Ilmu Rasm Utsmani (ilmu yang mempelajari
teori penulisan Utsmani yang digunakan para sahabat untuk menulis mushhaf Al
Qur’an)
5. Ilmu Tafsir Al Qur’an
Berkaitan dengan Kitabullah, setiap insan Muslim
dihimbau:
·
Pertama, insan Muslim harus membaca Al Qur’an secara berterusan
·
Kedua, dia harus menghafal sebagian Kitabullah (Al Qur’an)
·
Ketiga, seorang inividu Muslim harus terbiasa merujuk kepada perkataan para
mufassir.
Contoh buku tafsir:
·
Tafsir yang ringkas
adalah kitab tafsir al-Jalalain
·
Tafsir mazhabi
adalah tafsir Ai Au’ud dalam mazhab Imam Abu Hanifah
·
Kitab tafsir yang
ma’tsur adalah kitab tafsir karya Ibnu Katsir
·
Kitab tafsir modern
adalah tafsir Fi Zhilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb
Memahami Kitabullah dapat tercapai bila kita
mempelajari:
·
Bahasa Arab
·
As Sunnah
·
Sirah Nabawiyah
·
Ulumul Qur’an
Batas khatam Al Qur’an satu kali dalam sebulan.
Atau kalau tidak mampu, satu kali dalam empat puluh hari.
C. AS SUNNAH
As Sunnah adalah semua perkara yang dinukil
dari perkataan, perbuatan, dan keputusan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di bawah
ini adalah struktur pembagian hadith Nabi.
·
Pertama, hadith shahih. Yaitu hadith yang memiliki sanad dan sanadnya ini terus
bersambung melalui perawi yang adil dan baik hafalannya. Hadith ini tidak aneh
dan cacat.
·
Kedua, hadith hasan. Hadith ini dibagi 2, yaitu:
·
Hadith yang sanadnya
tidak luput dari perawi yang tidak jelas identitas pribadinya dan diriwayatkan
melalui sanad hadith yang berbeda.
·
Hadith yang para
perawi berasal dari golongan orang-orang yang terkenal jujur, dan dapat dipercaya,
namun dari segi hafalan dan kecermatan, hadith hasan tidak sampai dengan perawi
hadith sahih.
·
Ketiga, hadith dhaif. Yaitu hadith yang tidak memiliki kriteria hadith shahih
serta hadith hasan sebagaimana yang tadi disebutkan.
serta hadith hasan sebagaimana yang tadi disebutkan.
·
Keempat, hadith maudhu’. Adalah hadith yang dibuat-buat serta dinisbatkan oleh
pembohong dan pemalsu hadith.
Kitab yang sebaiknya dibaca oleh Jundullah:
·
Kitab al Arba’in
an-Nawawiyyah
·
Al-Azhar karya Imam
Nawawi
·
Riyadhush-Shalihin
·
Kitab Hidayatul Bari
fi Tajridi Shahih Bukhari
D. ILMU USHUL FIQH
Adalah ilmu yang merupakan barometer bagi ilmu
fiqh dan asal muasalnya dan berfungsi mengatur seseorang dan melindunginya dari
kekeliruan mengistinbat hukum.
·
Buku-buku ushul fiqh
kontemporer adalah:
·
Buku Ushul Fiqh
karya Syekh Abu Zahura
·
Buku-buku Ushul Fiqh
Modern adalah:
·
Buku Karya Khudhari
Bek
·
Buku Karya Adib
Shaleh
·
Buku-buku klasik di
bidang ushul fiqh adalah:
·
Kitab ar Risalah
karya Imam Syafi’i
·
Kitab Al-Mustahfa
karya Imam Al Ghazali
·
Kitab al Manhul
karya imam Al Ghazali
E. ILMU-ILMU YANG SIFATNYA TEORITIS DAN PRAKTIS: ILMU AQAID, ILMU AKHLAK DAN ILMU FIQH
1. Ilmu Aqaid (Aqidah)
2. Ilmu Akhlak
3. Ilmu Fiqh
F. SEJARAH UMAT ISLAM DAN KEKINIANNYA
Membaca sejarah merupakan faktor urgen dalam pembentukan
pribadi Muslim. Juga dalam menumbuhkan perasan memilki terhadap eksistensi
umat. Untuk mengetahui segi-segi ini, disarankan untuk membaca:
·
Kitab Tahzib Sirah
Ibnu Hisyam atau Nurul Yaqin
·
Hayatus Shahabah
‘Kehidupan Para Sahabat’
·
Ad-Da’wah ilal Islam
(Arnold)
·
Maadza
Khasiral-‘Aalam bin-Hitaathil-Muslimin. Buku ini mengajak kita untuk menganalisis
sejarah kontemporer dan masa lalu.
·
Min Rawaa’i
Hadhaaratina, karya Dr. Musthafa as Siba’i. Buku ini membuka cakrawala
pengetahuan kita tentang sejauh mana kecermelangan sejarah kita yang agung.
·
Taqwim al-‘Alam al
Islaami. Buku ini membahas tersebarnya kaum Muslimin di dunia dan situasi dunia
Islam.
G. DISIPLIN ILMU BAHASA ARAB
Bahasa Arab adalah ilmu yang sangat penting
bagi kita; untuk dapat membaca, memahami, menulis dan berbicara. Yang pada akhirnya,
akan mengekalkan agama Islam karena seorang individu Muslim harus berda’wah.
Permasalahan yang pertama kali muncul adalah matinya bahasa Arab fush-hah
(bahasa arab asli), disertai dengan tumbuh berkembangnya bahasa amiyah (dialek
local) yang mencapai ratusan macam dialeknya.
Agar kita memiliki pengetahuan bahasa Arab
yang baik, ada beberapa bahan bacaan yang harus dikuasai, yakni sbb:
·
Membaca kitab
tentang khattul-Arabi’ ‘kaligrafi Arab’
·
Membaca kitab
tentang imla (cara penulisan kata-kata dalam bahasa Arab)
·
Membaca kitab
tentang nahwu dan sharaf
·
Membaca kitab
tentang ilmu balaghah
·
Membaca kitab
tentang ilmu ‘arudh
·
Mengkaji kamus-kamus
bahasa Arab yang kuno
·
Mengkaji sastra Arab
dan sejarahnya
H. BEBERAPA TANTANGAN DAN KONSPIRASI
Mengetahui musuh-musuh, memperhitungkan
langkah-langkahnya dan memantaunya, kemudian mengentaskannya adalah suatu
kewajiban bagi kita:
1. Freemansonry, Rotary-Lions Club
2. Peranan agen-agen Amerika (CIA), Inggris,
Prancis dan Rusia (KGB)
3. Partai-partai yang berdiri atas dasar
orientasi mereka yang bermacam-macam, yang bersifat kapitalis, demokratis,
komunis, sosialis, atau nasionalis.
4. Sekolah-sekolah yang mengacu pada organisasi-organisasi
asing, baik itu missionaris maupun sekularis.
5. Peranan publikasi yang mengikut pada
organisasi seperti ini, juga koran-koran dan majalah-majalah yang
mempropagandakan misi mereka.
6. Propaganda penghalalan dan kekacauan yang
dilakukan oleh para penulis dan pengarang kisah atau skenario film dan
televisi.
7. Propaganda yang berorientasi ide-ide kafir,
baik itu yang terdapat pada sekolah-sekolah asing maupun yang berada pada
sekolah setempat yang terpengaruh oleh pemikiran kafir dan orang kafir.
Buku berikut ini diharapkan dapat menolong
dalam memecahkan problem Muslim kontemporer dalam menghadapi tantangan zaman:
·
Nahwa
al-Mujtama’il-Islami, karya as Syahid Sayyid Quthb.
·
Al-Islam wa
Muskilaatul-Hadharah, karya asy-Syahid Sayyid Quthb.
·
Nahnu wal-Hadharah
al-Gharbiyyah, karya Abul A’la al-Maududi.
·
Harakaat wa
Madzaahib, karya Fathi Yakan.
·
Ats-Tsaqafatul-Islaamiyah,
karya Dr. Abdul Karim Utsman.
I. KAJIAN ISLAM KONTEMPORER
Kajian modern ini merupakan bekal bagi
individu Muslim modern dalam memasuki kancah pergulatan pemikiran kontemporer.
Perpustakaan Islam menjadi penuh dengan buku-buku yang berindikasikan pemikiran
ini dan kita selalu membutuhkan kreativitas mereka sebagai tambahan.
·
Berikut gambaran
dari sebagian buku-buku yang harus dibaca oleh seorang individu Muslim:
·
Mabadiul-Islam,
karya Abul A’la al-Maududi.
·
Khashaisut-Tashawwur
al-Islaami, karya Sayyid Quthb.
·
Hadzad-Dien, karya
Sayyid Quthb.
·
Al-Mustaqbal li Hadzad-Din,
karya Sayyid Quthb.
·
Buku-buku berikut
memberi gambaran tentang Islam secara umum. Keistimewaannya, ciri-cirinya serta
kebutuhan manusia akan Islam:
·
Ar-Risalatul-Muhammadiyah,
karya Sulaiman an-Nadawi.
·
Al-Hadharatul-Islaamiyah,
Ususuha wa Mabadiuha, karya Abul A’la al Maududi.
·
Al-Arkanul-Arba’ah,
karya Abul Hasan an-Nadawi.
·
Buku-buku berikut
ini akan memberikan gambaran tentang rukun-rukun Islam:
·
Isytirakiyatul-Islam
wa Nazharaat fi Isytirakiyyat al-Islam, karya Dr. Mushthafa as-Siba’I dan al
Hamid.
·
Malakiyatul-Ardhi fil-Islam,
karya Sayyid Quthb.
·
Al-‘Adaalatul-Ijtima’iyah
fil-Islam, karya Sayyid Quthb.
·
Ususul-Iqtishadil-Islami,
karya Abul A’la al-Maududi.
·
Ar Riba, karya Abul
A’la al-Maududi.
·
At-Takaaful al
Ijtima’I fil-Islam, karya Abdullah Ulwani.
·
Buku-buku berikut
ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem ekonomi Islam:
·
Al Mar’ah
bainal-Fiqh wa Qanun, karya Dr. Musthafa as-Siba’i.
·
Al Hijab, karya
Abdul A’la al-Maududi.
·
Tafsir Surah An-Nuur,
karya Abul A’la al Maududi.
·
Buku-buku berikut
ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem tatanan sosial dalam Islam:
·
As-Silmu wal Harb,
karya Dr. Musthafa-as Siba’i.
·
Al Jihad, karya Abul
A’la al-Maududi.
·
Nazhariyatul-Islam
wa Hadhuyu fid-Dustuur wal-Qanun dan Nahwa Dustur Islami, karya Abul A’la
al-Maududi.
·
Risalatul Jihad, karya
asy-Syahid Hasan al-Banna.
·
Buku
Manhajut-Tarbiyah al-Islamiyah karya Muhammad Quthb akan memberikan gambaran kepada
kita tentang sistem politik dan militer.
·
Buku-buku berikut
ini akan memberikan gambaran tentang metode pendidikan Islam:
·
Syubuhat Haulal-Islam,
karya Muhammad Quthb.
·
Jahiliyatul-Qarnil-‘Isyriin,
karya Muhammad Quthb.
·
Ats-Tsaqafatul-Islamiyah,
karya Dr. Abdul Karim Utsman.
Hendaknya seorang individu Muslim saat ini
selalu memperhatikan pemikiran Islam dalam buku-buku, koran-koran, atau
majalah-majalahnya, dan selalu sadar dalam mencernanya serta tidak disibukkan oleh
satu masalah sehingga melupakan masalah yang lain.
J. PEMAHAMAN DA’WAH DAN PRAKTIKNYA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Sampaikanlah pengajaran dariku, meskipun hanya satu ayat.”
Imam Ali berkata, “Dunia tidak akan sepi dari
orang-orang yang membela Allah Azza Wajalla dengan argumennya.”
Sudah selayaknya bagi kaum Muslimin untuk
mempelajari seluruh praktik da’wah kepada Allah Azza Wajalla yang ada di
depannya, kemudian mempelajari semua pendapat-pendapat yang ada; dari metode
para ulama, metode yang dilakukan oleh pakar-pakar sufi, metode jam’iyyat
khairriyyah (LSM), metode partai-partai Islam, metode berbagai organisasi yang
ada, sampai pendapat-pendapat yang dilontarkan dalam kajian-kajian bidang
da’wah, dan lainnya.
Individu Muslim hendaknya mempelajari
pemikiran gerakan Islam yang asli, metode pelaksanaannya, dan pembentukannya
serta langkah-langkahnya untuk melawan kemurtadan dan kekafiran dalam seluruh levelnya.
Beberapa kajian yang sebaiknya ditelaah:
·
Minhajul-Inqilabil-Islami,
karangan al-Maududi.
·
Ma’alim fith-Thariq,
karangan Sayyid Quthb.
·
Waaqi’ul-Muslimiin
wa Sabiilun-Nuhudh Bihim, karya al-Maududi.
·
Rasaa’il al-Ustadz
asy Syahid Hasan Al Banna yang berisi: “al-Muktamar al Khamis”,
“Risaalatut-Ta’lim”, “Bain al-Amsi wal Yaum”, “ar-Rasaa’il ats-Tasalaasah”, dan
“Da’watuna fi Thaurin Jadiid”. Kemudian semua rasa’il al Ustadz Hasan Al Banna
dan catatan-catatannya. Lebih dikhususkan lagi bagian akhir dari risalah
tersebut.
·
Silsilah Rasa’il,
bagian usrah: “Adabul Usrah wal-Katibah”, “Nizhamul-Usrah”, “Nasyatuhu wa Ahdaafuhu”,
“Nahwa Jailin Muslim”.
·
Musykilaatud-Da’wah
wad-Da’iyah, karangan Fathi Yakan.
·
Tadzkiratud-Du’aat,
karangan al-Bahiy al-Khuli.
·
Nahwa Hukmin
Islaami, karangan Muhammad Ali ad-Dhanawiy.
·
Al Ikhwaanul Muslimuun,
Fi Harbil-Falisthiin.
·
Al Muqawamatus-Sirriyyah
fi Qanaatis-Swiss.
Langkah pertama yang harus dimiliki oleh umat
Islam dalam mempersatukan dan merekatkan hati umat, adalah menyamakan persepsi
tentang langkah-langkah utama dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Berikut ini beberapa buku karangan kami tentang
Fiqhud-Da’awah. Juga buku mengenai membina dan mengaktifkan amal Islami, yaitu:
·
Jundullah:
Tsaqafatan wa Akhlaqan.
·
Min Ajli Khutwah
Ilal-Amam ‘Ala Thariqil-jihadil-Mubarak.
·
Al-Madkhal Ila
Da’watil-Ikhwanil-Muslimin.
·
Jaulaat fil-Fiqhain
al-Kabiir wal-Akbar wa Ushuuluha.
·
Fi Afaaqit-Ta’liim.
·
Duruusun fil-Amalil-Islami
al-Mu’ashir.
·
Jundullah
Takhtiihan.
·
Hazihi Tajribatii wa
Hadzihi Syahadatii.
·
Fushuulun fil-Imrah
wal-Amiir.
K. CATATAN DAN SARAN
“Jika kalian melihat seseorang sering mendatangi
masjid (untuk shalat), maka persaksikanlah tentang kelurusan imannya.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darimi)
Kembali ke masjid, meramaikannya dengan ilmu
atau zikir kepada Allah Azza Wajalla, dan mengadakan pengajian untuk kaum Muslimin
di masjid-masjid adalah awal dari usaha menghidupkan Islam. Suatu masjid, bila
diorganisasi dengan baik oleh seorang ulama yang shaleh yang berjihad untuk
membentuk sebuah kelompok, lalu di dalam kelompok tersebut dibagi
individu-individu yang ditugaskan mempelajari suatu keilmuan Islam. Dan
dibentuk halaqah-halaqah kajian. Jika para aktivis tersebut menguasai materi
yang dipelajarinya, para pengajar mengganti dengan materi yang lain. Apabila
telah selesai mengkaji pada suatu periode, diteruskan pada periode selanjutnya.
Demikianlah individu Muslim berpindah dari satu
halaqah ke halaqah yang lain, dari satu marhalah ke marhalah yang lain, sehingga
sempurnalah wacana keilmuan Islamnya. Setelah itu, jika seorang aktivis telah
menguasai apa yang dipelajarinya, kepadanya dibebankan mengajarkannya di masjid
tersebut atau di masjid yang lain.
Kami menganjurkan agar diadakan beberapa
halaqah berikut ini, di masjid-masjid pada suatu tempat. Yaitu, Halaqah kajian
ushuluts-tsalasah, halaqah pengajian Al Qur’an, halaqah pengajian hadith, halaqah
kajian ushul fiqh, halaqah kajian aqaid, halaqah kajian fiqh, halaqah kajian
dasar-dasar akhlak, halaqah kajian bahasa arab, halaqah kajian mengetahui
konspirasi terhadap Islam, halaqah kajian sejarah Islam, halaqah kajian dunia
Islam dan kekiniannya, halaqah kajian Islam kontemporer, halaqah fiqh da’wah.
Setiap halaqah harus ada penanggung jawabnya
yang mempunyai spesialisasi dalam kajian tersebut. Mempelajari ilmu-ilmu
tersebut tidak bisa dengan otodidak atau mengkaji sendiri, melainkan harus dilaksanakan
di masjid karena lebih banyak berkahnya dan dapat bersatu dengan ikhwan
lainnya.
AKHLAK SERDADU ISLAM RABBANI (JUNDULLAH AKHLAQAN)
A. AKHLAK ISLAM
Dalam diri kaum Muslimin yang hidup pada zaman
keemasan Islam akan terlihat semua akhlak yang sangat mulia. Adapun pada diri Muslim
yang hidup setelahnya, hanya didapati sebagian seginya menonjol dan bagian yang
lainnya hampir tidak terlihat eksistensinya.
Muslim pada zaman keemasan Islam terlihat
sangat alim, zahid, patuh, saling menolong, menjadi da’i, pemberani, jujur, bijaksana,
politikus, oranisatoris, beradab dan cerdas. Adapun Muslim saat ini hanya
memiliki akhlak yang setengah-setengah.
Seseorang akan mendapat predikat “tentara Allah
Azza Wajalla” bila telah memenuhi lima akhlak yang tercantum di dalam (QS Al
Mujaadilah: 22), yaitu:
·
Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintai-Nya.
·
Bersikap lemah lembut
terhadap orang yang Mu’min.
·
Bersikap keras
terhadap orang-orang kafir.
·
Berjihad di jalan
Allah.
·
Tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela.
B. KARAKTER PERTAMA: WALA’
Sifat pertama adalah mengkhususkan wala ‘loyalitas’
hanya kepada Allah Azza Wajalla, Rasulullah dan orang Mu’min.
(An-Nisaa’:138-139), (Al Maaidah: 56), (At Taubah: 71), (Al Mumtahanah: 4), (Al
Kahfi: 102), ( At Taubah: 16).
Dan tidak memberikan loyalitas kepada
orang-orang kafir, munafiq, fasiq ataupun menjadikan mereka sebagai teman karib
tempat mencurahkan hati. (Al Maaidah: 51), (Al Maaidah: 57-58), (At Taubah:
23), (Aali Imran: 28).
Karakter-karakter orang munafiq tercantum di (QS
2: 11- 16), (QS 4: 60-61), (QS 24: 27-50), (QS 9:67), (QS 4: 140-141). Dan di
dalam hadith Bukhari, sifat orang munafiq ada 4, yaitu jika diberi kepercayaan
dia berkhianat, jika berbicara berbohong, jika berjanji tidak ditepati dan jika
bersaing akan berbuat curang. Di dalam hadith Muslim, sifat orang munafiq
adalah berleha-leha ketika tiba waktu shalat dan shalat dengan tergesa-gesa.
Fenomena-fenomena wala’ yang diharamkan:
·
Mengikat kontrak
dengan orang kafir. (Al Hasyr: 11)
·
Membeberkan rahasia
orang Mu’min kepada orang kafir. ( Al Mumtahanah: 1)
·
Cinta kepada orang
yang menentang Allah Azza Wajalla. (Al Mujaadilah: 22)
·
Memilih pergaulan
dengan orang kafir dan munafiq. (An Nisaa: 140)
·
Taat. (Muhammad:
25-26), (Al An’aam: 116), (Al Ahzab: 48), (Al Kahfi: 28), (Aali Imran:
149-150)
·
Menirukan sesuatu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang mengikuti
perilaku suatu kamu maka dia bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)
C. KARAKTER KEDUA: MAHABBAH
Mahabbah ‘cinta’ seorang hamba kepada Allah Azza
Wajalla merupakan pengaruh alami yang timbul dari rasa syukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah Azza Wajalla kepadanya.
Pembahasan bagi yang ingin meniti jalan menuju
cinta Allah Azza Wajalla dibagi tiga, yaitu:
1. Orang-Orang Yang Dibenci Allah Azza Wajalla
a. Condong pada kesesatan.
b. Menggunakan tradisi orang-orang pada zaman
jahiliyah.
c. Membunuh manusia tanpa alasan yang benar.
d. Banyak gosip. (An Nisaa: 114), (Al
Mujaadilah: 9)
e. Takabbur
f. Syirik (Ibrahim: 13-14)
g. Taat dan tunduk pada syetan, melakukan
dosa-dosa besar dan kecil. (Ibrahim:22)
h. Dusta dan menentang ayat-ayat Allah. (Al
An’aam: 157)
i. Menghukumi tanpa berlandaskan hukum Allah.
(Al Maaidah: 45)
j. Berdusta/berbohong kepada Allah Azza
Wajalla. (Al An’aam: 21), (An Nahl: 116), (Al Baqarah: 140)
k. Melampaui batas dari ketentuan Allah (Al
Baqarah: 229)
l. Mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan syariat
Allah. (Al Qashash: 50)
m. Ayat-ayat Allah diperdengarkan namun ia
tidak mengingat-Nya. (Al Kahfi:57)
n. Memfitnah, merendahkan dan mengolok-olok
orang Muslim. (Al Hujuraat: 11)
o. Mencari-cari kesalahan dan mengghibah orang
Muslim. (Al Hujuurat: 12)
p. Kekufuran. (Aali Imran: 105-106). Sebab-sebab
dari sebuah perpecahan:
·
Meninggalkan jalan
Allah lalu mengikuti jalan-jalan setan. (al-An’aam: 153)
·
Tidak disatukan oleh
kebenaran dan melupakan sebagian ajaran Allah. (al-Maa’dah: 14)
·
Tidak adanya kejernihan
akal. (Aali Imran: 152)
·
Tidak adanya
persatuan hati di antara mereka tidak terdapatnya sifat zuhud dunia. (al Anfaal:
63)
2. Orang-Orang Yang Dicintai Allah Azza Wajalla
a. Orang yang berbuat al-Ihsan. (Aali Imran:
134), (Aali Imran: 147), (Az Zumar: 17-18), (An Nisaa: 36), (al Baqarah: 8).
b. Orang yang bertaubat. (Al Baqarah: 222),
(At Taubah: 108), (Aali Imran: 135-136)
c. Orang yang menyukai kebersihan ibadah.
d. Orang yang Mengikuti Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. (QS Al Ahzab: 21). Dengan cara:
·
Selalu mengharap
rahmat Allah dan hari akhirat
·
Selalu berzikir
kepada Allah Azza Wajalla (Al-Ma’tsurah, tahlil, tahmid, istighfar, shalawat,
membaca Aali Imran pada hari Jum’at, membaca Al Qur’an)
·
Meneladani sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat. (Shiddiq, amanah,
fathanah, tabligh dan seluruh perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)
e. Orang-orang yang saling mencintai dan
bersaudara karena Allah. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Satu, mahabbatullah adalah sebagai berikut:
·
Cinta karena Allah Azza
Wajalla
·
Saling mengunjungi
karena Allah Azza Wajalla
·
Memberi harta karena
Allah Azza Wajalla
·
Dua, mahabbah karena Allah Azza Wajalla hanya dapat terwujud jika terhindar
dari motivasi untuk ambisi pribadi. (Al ‘Ashr: 1-3).
·
Tiga, persaudaraan karena Allah Azza Wajalla tidak akan berlangsung lama
kecuali jika dilandasi dengan taqwa dan akhlak. (Az Zukhruf: 67), (Al Isra: 53)
·
Empat, Persaudaraan karena Allah Azza Wajalla dapat berlangsung lama hanya
dengan menjaga rahasia saudaramu, tidak ghibah, serta kamu tunaikan haknya.
f. Orang yang berperang di jalan-Nya dalam
barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4)
g. Orang yang bertaqwa:
1. Kedudukan dan Urgensi Taqwa dalam Islam
·
Satu, Allah Azza Wajalla berfirman (An Nisaa’:131). Dan wasiat Allah Azza
Wajalla kepada seluruh umat: (Asy Syu’ara: 10-11), (Asy Syu’ara: 123-124) (Asy
Syu’ara: 161) (Asy Syu’ara: 123-124), (Al Baqarah: 183), (Al Baqarah: 188), (Al
Baqarah: 179), (Asy Syuara: 108).
·
Dua, Allah Azza Wajalla menjadikan taqwa sebagai ukuran dekat dan jauhnya
seseorang dari-Nya. (Al Hujurat: 13).
·
Tiga, surga yang luasnya seluas langit dan bumi hanya untuk orang yang bertaqwa.
(Al Baqarah: 212), (Al Hijr: 45), (Al Qamar: 54).
·
Empat, Orang bertaqwa senantiasa tertindas, sebagai sebuah sunnatullah. (Muhammad:
31), (Aali Imran: 142), (At Taubah: 16), (Al Qashash: 5-6).
·
Lima, Orang bertaqwa akan ditolong Allah, sebagai sebuah sunnatulah. (Al
Fath: 23), (Faathir: 43). Syarat-syarat datangnya pertolongan Allah:
·
Persatuan. (Al
Anfaal: 46)
·
Bergantung hanya pada
Allah Azza Wajalla. (At Taubah: 25)
·
Mendukung dan taat
pada pemimpin selama dalam kebaikan. (Aali Imran: 152)
·
Beramal hanya
mengharapkan ridha Allah Azza Wajalla. (Muhammad: 7), (Al Qashash: 83)
·
Hendaknya jamaah Mu’min
mewujudkan tujuan-tujuan umu Islam pada saat kemenangannya. (Al Hajj: 40-41)
·
Setiap individu Muslim
hendaknya saling membahu. (Al Maa’idah: 54)
2. Intisari dan Hakikat Taqwa
·
Pertama, universalitas Islam.
·
Kedua, taqwa adalah sebuah naluri yang merupakan sumber dari tingkah laku.
·
Ketiga, Sifat-sifat orang bertaqwa di dalam Al Qur’an. (QS 2: 1-5), (QS 2:
177), (QS 3: 15-17), (QS 3: 133-136), (QS Al Anbiyaa’: 48-49), (QS Adz
Dzaariyat: 16-19)
a) Definisi pertama orang yang bertaqwa
(QS 2: 1-5). (Iman terhadap alam ghaib,
shalat, infaq, mengikuti Al Qur’an). Berikut ini sebagian fenomena dari
solidaritas tanggungjawab dalam rangka menegakkan kitabullah:
·
Solidaritas
keluarga. (Thaahaa: 132), (Maryam: 55), (Al Baqarah: 132), (Al Baqarah: 128).
·
Solidaritas terhadap
kerabat. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy
Syu’araa: 214)
·
Solidaritas terhadap
negara. “Sebaik-baik jihad adalah menegakkan kalimat hak terhadap penguasa yang
zalim.” (HR. Abu Dawud)
·
Solidaritas umum
yang terjadi di masyarakat. (At Taubah: 71)
·
Solidaritas dalam
negara. (Aali Imran: 110)
b) Definisi Kedua orang yang bertaqwa
(Al Baqarah: 177)
·
Memberikan harta
yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
dan orang-orang yang meminta dan memerdekakan hamba sahaya.
·
Dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji.
·
Satu, janji kepada Allah yaitu pengakuan untuk menuhankan dan beribadah.
(Al A’raaf: 172)
·
Dua, janji komitmen secara teori dan keilmuan terhadap syariat Islam. (Al
Maaidah: 7), (Al Baqarah: 285)
·
Tiga, janji menepati kewajiban muamalah sesama manusia.
·
Empat, janji baiat kepada pemimpin yang hak atau khalifah.
·
Lima, menepati janji kepada non Muslim, baik harbi maupun dzimmi ataupun muwahid.
(an Nahl:91)
·
Sabar dalam
kefakiran, sabar terhadap penyakit dan musibah, sabar dalam peperangan, sabar
dalam Islam dan tetap tegar memegang nilai-nilainya di saat manusia menyimpang darinya,
sabar dalam kehilangan harta dan keluarga.
c) Definisi ketiga orang yang bertaqwa
(Aali Imran: 15-17)
·
Ash-Shidqu terhadap
Allah Azza Wajalla (Al Ahzab: 23) dan dengan lidah.
·
Al Qunut. (Aali
Imran: 17)
·
beristighfar pada
waktu sahur. (Adz Dzaariyaat: 18)
d) Definisi keempat orang yang bertaqwa
(Aali Imran: 133-136)
e) Definisi kelima dari orang yang bertaqwa
(Al Anbiyaa: 48-49)
·
Satu, Takut akan azab Tuhannya. (Al Ahzab: 39), (Al A’raf: 99), (Az Zumar:
23), (Al Hasyr: 21)
·
Dua, Takut akan tibanya hari kiamat. (Ath-Thuur: 16-27)
f) Definisi keenam orang yang bertaqwa
(Adz Dzaariyaat: 16-19)
·
Satu, memiliki ihsan.
·
Dua, Menyedikitkan waktu tidur malamnya.
·
Tiga, Shalat malam dan istighfar di waktu pagi.
·
Empat, Memberi kepada orang miskin.
3. Jalan untuk Mencapai Taqwa
Pada hakikatnya, taqwa merupakan malakah
‘sifat yang kokoh’ dalam hati. Jika malakah bersemayam dalam hati, jasad akan
menempuh jalan dan metode Allah Azza Wajalla.
a) Jalan Pertama: Membaca Kitab disertai tadabbur. (Shaad: 29), (Thahaa: 113), (Al Hajj: 46)
·
Kadar Wirid. Waktu
minimal khatam, adalah tiga hari. Batas pertengahan adalah seminggu.
·
Etika Tilawah:
Perhatikan tajwid dan bersenandung dengan pilu dan sedih.
·
Majelis untuk
Mendengarkan.
·
Wirid hafalan
b) Jalan Kedua: Mujahadah meraih petunjuk. (Al Ankabuut: 69), dengan cara:
·
Iman kepada Allah
(At-Taghaabun: 11) dengan cara zikir dan pikir (Aali Imran: 190-191) dan amalan
zikir pikir yang paling baik adalah membaca Al Qur’an (Yaasiin: 69) dan
sebaiknya dibaca pada waktu malam (Al Muzzammil: 6).
·
Menyibukkan jiwa
selamanya dengan taklif (tugas-tugas agama). Beruntunglah orang-orang yang
beriman (Al Mu’minuun: 1- 9)
c) Jalan Ketiga: Berpuasa (Al Baqarah: 183-185)
·
Yaitu puasa wajib
dan puasa sunnah (puasa isnin dan khamis, puasa tiga hari dalam setiap bulan,
puasa enam hari di bulan syawal, hari arafah, asyura serta sebelum dan
setelahnya.
d) Jalan Keempat: Ma’rifatullah (Al Baqarah: 21)
·
Mengetahui zat-Nya,
sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya.
·
Mengenal shamadi-Nya
(ketergantungan segala sesuatu pada-Nya) (Faathir: 41)
·
Mengenal Qidam-Nya
dan Baqa-Nya. Dia mustawin ‘bersemayam’ di atas arasy-Nya. (As Syuura:
11), (Al Ikhlas: 1-4)
·
Mengenal sifat
ilmu-Nya (Al An’am: 80)
·
Mengetahui Dia Maha
Memperbuat yang diinginkan (Yaasiin: 82)
·
Mengetahui Dia Maha
Mendengar dan Melihat (Luqman: 28)
·
Mengetahui Dia
Mutakallim (Maha Berbicara) (An Nisaa: 164)
·
Mengetahui sifatnya
adalah qadim azali.
·
Mengetahui bahwa
Allah bisa mencintai, bisa marah, dan membenci, bisa memberi karunia, bisa membalas
dendam, dan bisa mengasihi, bisa memberi sangsi.
·
Mengetahui Allah
memiliki asmaul husna. (Al A’raaf: 180)
h. Orang-Orang Yang Adil: (Al Maa’idah: 42)
Aspek-aspek keadilan yang diperintahkan:
·
Adil dalam memutuskan
perkara, meski terhadap orang kafir. (Al Maa’dah: 42)
·
Adil sebagai
mediator berdamai. (Al Hujuurat: 9-10)
·
Adil kepada orang
kafir yang dalam perjanjian damai. (Al Mumtahanah: 8)
·
Adil menetapkan
hukum. (An Nisaa’: 58)
·
Adil dalam bersaksi.
(An Nisaa’:135)
·
Adil dalam bermuamalah.
(Al Baqarah: 282-283)
i. Orang-Orang Yang Profesional
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang profesional.” (HR. Thabrani)
j. Orang-Orang Yang Sabar (Aali Imran: 146)
dan Tawakkal (Aali Imran: 159)
3. Mahabbah atau Kecintaan Manusia Terhadap Allah Azza Wajalla (“Dan Mereka (Kaum itu) Mencintai-Nya.”)
Mahabbah (Al Baqarah: 165) adalah:
·
Kecenderungan dengan
hati yang sangat meluap cintanya.
·
Mengutamakan yang
dicintai.
·
Keserasian dengan
yang dicinta.
·
Kesesuaian hati
dengan Tuhan.
·
Menganggap banyak
yang sedikit dari-Nya, dan menganggap sedikit yang banyak dari dirinya. Esensi
Mahabbah: kamu merelakan seluruh milikmu kepada yang kamu cintai, sehingga
tidak ada sesuatu yang tersisa untuk dirimu. Kita mencintai Allah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, para Nabi, para sahabat, tabi’in, dst.
D. KARAKTER KETIGA DAN KEEMPAT: BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP ORANG ORANG MU’MIN DAN BERSIKAP KERAS TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR
1. Karakter Ketiga: Sikap Lemah Lembut terhadap Orang-Orang Mu’min Serta Fenomena-Fenomenanya
Sikap lemah lembut dan rendah hati terhadap
orang-orang beriman merupakan dampak rahmat atau kasih sayang terhadap mereka.
(At Taubah: 128), (Asy Syu’araa: 215-21), (Al Hijr: 88). Fenomena kasih sayang
terhadap orang-orang Mu’min:
·
Memaafkan dan
memohonkan ampun, serta bermusyawarah dengan mereka. (Aali Imran: 159).
·
Tawadhu terhadap
mereka.
·
Menghilangkan hal-hal
yang bisa menyakiti mereka.
·
Berjumpa dengan mereka
dengan senyum berseri dan berbicara dengan perkataan yang baik.
·
Meringankan
kesulitan, menghilangkan kesusahan, dan menolong orang yang sangat membutuhkan
pertolongan.
·
Bersikap ramah atau
lemah lembut terhadap mereka.
·
Senang melakukan
yang mereka senangi (berupa kebaikan).
·
Menghormati tamu,
membei kegembiraan, jangan iri, jangan saling benci dan jangan tanaajusy.
·
Menegakkan hak-hak
mereka.
·
Tidak menakut-nakuti
(mengintimidasi), tidak mendatangkan bahaya, atau menipu mereka.
·
Tidak merasa gembira
karena musibah atau penderitaan yang menimpanya, dan tidak membencinya.
·
Memperhatikan urusan
mereka, serta empati kepada mereka.
·
Di medan perang,
kita memerangi yang menindas mereka dan memberikan bantuan kepada mereka.
·
Mendukung dan
bertempur bersama mereka.
·
Membantu
menghilangkan kezaliman dari mereka, jika mereka dikuasai dalam bentuk apapun.
Dan memberi pelayanan kepada orang-orang beriman.
2. Karakter Keempat: Sikap Keras Terhadap Orang-Orang Kafir dan Fenomena-Fenomenanya
Dunia Islam terbagi dua kawasan; kawasan perang
(darul harb) dan daerah Islam (darul Islam).
·
Di wilayah Perang
: (At Taubah: 123), (Muhammad: 4), (at Taubah: 29),
(Al Anfaal: 39)
·
Di Wilayah Daarul
Islam: Untuk kafir zimmi, mereka harus membayar jizyah
dan mereka harus tunduk kepada hukum-hukum kita. Dan untuk kafir harbi yang
tidak minta proteksi kita, maka darah dan hartanya halal. Jika ia kafir harbi
yang meminta proteksi kita, maka hukumnya sesuai dengan hukum proteksi.
Orang-orang murtad yang harus dihukum adalah (1) orang zindiq, (2) peramal, (3)
orang kafir, (4) penganut paham libertinisme, (5) munafiq, (6) orang yang
ingkar sebagian hal-hal yang dogmatis, (7) penyamun, (8) budak nafsu, (9)
tukang sihir, (10) orang kafir yang mencela Nabi.
E. KARAKTER YANG KELIMA: BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA GENTAR DARI CELAAN ORANG (“MEREKA BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA TAKUT CELAAN ORANG YANG MENCELA”)
Kaum komunis, kapitalis, Zionis, Freemansonry,
misionaris, orang-orang salib, serta negara-negara besar dan kecil, semuanya
membidikkan anak panah kepada Jundullah. Akan tetapi Jundullah terus berlalu
dalam jihad rabbaninya, tidak gentar dengan celaan dan kecaman orang- orang
yang mencela. (Al Maa’idah: 54), (Al Ahzab: 23).
Jihad yang murni hanya dapat terwujud dengan
ilmu dan amar ma’ruf nahi munkar. (Aali Imran: 110). Lima jenis jihad yang
diisyaratkan dalam Al Qur’an atau dalam sunnah (At Taubah: 122)
1. Jihad dengan Lidah (Jihad Lisani)
Pertama, tabligh
dan menegakkan hujjah terhadap orang-orang kafir, munafiq dan fasiq. (Al Furqaan:
52), (Aali Imran: 187), (An Nahl: 125). Kedua, memberi nasihat dan
mengingatkan. (Ad Dzaariyaat: 55), (Qaf: 35). Ketiga, mengumpat dan
mencekam dengan kata-kata yang kasar (bila dengan lemah lembut tak mempan). (Al
Anbiyaa’: 67).
Catatan untuk jihad lisani:
·
Pertama, mulailah dengan yang terpenting baru yang penting. Aqidah sebelum ibadah.
·
Kedua, luruskan niat karena Allah.
·
Ketiga, melakukan studi lapangan tentang penyimpangan.
·
Keempat, Peringkat dan Sarana Jihad Lisani:
·
Menerbitkan
Buku-Buku Islami
·
Majalah, Surat Kabar
dan Buletin
·
Pidato, Ceramah,
Kuliah atau Pengajian Umum di Masjid dan di Rumah
·
Da’wah Individual,
Kunjungan, Rihlah (Rekreasi), dan Pengajian (Halaqah)
2. Jihad Pendidikan dan Pengajaran (Ta’limi)
(Al Maa’idah: 78-79), (At Taubah: 122). Akhlak
atau etika-etika dasar dalam memberikan pendidikan yang sehat:
·
Mengambil Al Qur’an
dan sunnah (Aali Imran: 79)
·
Memahami ilmu fiqh,
ilmu tauhid dan ilmu akhlak.
·
Sejarah Islam.
·
Memperhatikan urusan
kaum Muslimin.
·
Mengetahui
konspirasi musuh-musuh Islam.
·
Mempelajari bahasa Arab
dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
·
Studi-studi keIslaman
modern.
·
Ushul yang tiga,
Allah, Rasul dan Islam.
Sarana-Sarana Jihad Ta’limi:
·
Kursus-kursus
pendidikan yang jangka waktunya disesuaikan dengan orang-orang.
·
Pengajian-pengajian
ilmiah di rumah maupun di masjid secara rutin.
·
Menelaah secara
pribadi.
·
Belajar bersama
antara dua orang.
·
Membuka
sekolah-sekolah agama.
·
Membuat kelas-kelas
pengajaran umum di dalam masjid.
·
Mengadakan rihlah
atau rekreasi, yang menghimpun antara ilmu, dakwah, dan amal.
·
Mengadakan acara
perkemahan atau camping, yang didalamnya diadakan pemusatan latihan.
·
Menciptakan
klub-klub pengetahuan keIslaman.
·
Pendidikan agama di
sekolah-sekolah.
3. Jihad dengan Tangan dan Jiwa
Dua bentuk Jihad tangan:
·
Berjihad dengan
tangan di muka bumi Islam
·
Berjihad dengan
tangan di luar bumi Islam
a) Berjihad dengan Jiwa di Daarul Islam (Secara Internal)
(Al Ahzab: 60-62), (At Taubah: 73). Orang-orang
munafiq, orang-orang yang punya penyakit dalam hati, dan orang-orang yang menyebarkan
berita bohong, berada dalam darul Islam. Ancaman pembunuhan tersebut
menunjukkan bahwa boleh melakukan jihad terhadap mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
membolehkan setiap Mu’min berjihad melawan mereka dengan tangan mereka. Sebagaimana
juga membolehkan pada setiap Mu’min memberantas kemungkaran dengan tangan.
Para fuqaha Hanafiah mengatakan bahwa setiap
orang yang melihat seorang Muslim berzina, maka halal baginya untuk
membunuhnya. An-Nashihi memfatwakan wajibnya membunuh setiap orang yang
menyakiti atau merusak. Menurut Syarah al-Wahbaniyah, bisa juga dengan
mengasingkan pelakunya dari kampung itu, atau dengan menyerang rumah atau
tempat tinggal para pelaku kekerasan.
Ibnu Abidin menjelaskan beberapa hal yang
terdapat dalam konteks dalam syarahnya sbb orang yang mengambil hak orang lain
secara terang-terangan, perampok jalanan, semua perbuatan dosa besar (tukang
sihir, pencuri, homoseksual, perampok jalanan, tabarruj (wanita berpakaian
seronok).
Syaikhul Ibnu Taimiyyah dalam risalah Ahkam
as-Siyasah membolehkan dibunuhnya orang yang mendatangi para penguasa dengan
kerusakan. Pengarang Ihya Ulumuddin (yakni al Ghazali), seorang ulama Syafi’I,
ketika berbicara tentang tingkatan ihtisab (tugas pengawasan dan pencegahan
kemungkaran), mengatakan sebagai berikut:
·
Tingkatan kelima: mengubah kemungkaran dengan tangan. Etikanya ada dua yaitu, pertama,
tidak turun langsung selama ia mampu melimpahkannya kepada petugas dan kedua,
membatasi yang perlu.
·
Tingkatan keenam: mengancam dan menggertak.
·
Tingkatan
ketujuh: memukul langsung dengan tangan dan kaki,
tanpa penghunusan senjata.
·
Tingkatan
kedelapan: jika tidak mengalahkan orang itu sendiri,
ia membutuhkan bantuan orang-orang yang bersenjata.
Imam yang hak adalah imam yang konsisten
terhadap hukum-hukum Islam dalam dirinya dan menerapkan kepada umat kitabullah
dan sunnah Rasul-Nya.
b) Berjihad dengan Tangan dan Jiwa dalam Peperangan
Jihad ini diterangkan secara rinci dalam buku
serial al-Asas fil-Manhaj. Kaidah-kaidahnya sbb:
·
Orang-orang Muslim
bertugas menaklukkan dunia secara keseluruhan terhadap hukum Allah.
·
Sesuatu yang “wajib”
tidak sempurna, maka ia juga wajib hukumnya.
·
Penaklukan dengan
persatuan umat Islam untuk mendirikan kekhalifahan. Caranya, dengan wajib
berjihad.
·
Wajib mempersiapkan
hal-hal yang dibutuhkan bagi gerakan penaklukan dunia.
·
Fardhu ‘ain berjihad
dengan jiwa di setiap wilayah Islam yang diserang maupun di wilayah tetangga
yang berdekatan.
·
Wajib memanfaatkan
cakrawala da’wah karena jalan untuk menaklukan dunia pada kekuasaan Allah
sangat panjang.
4. Jihad Politik
Jenis-jenis pemerintahan ada tiga, yaitu sbb:
a. Pemerintahan Islam yang Adil - Kita
wajib tunduk dan patuh, setia dan memeliharanya.
b. Pemerintahan Islam yang Zalim - Kewajiban
kita terhadapnya adalah menasihati dan meluruskannya.
c. Pemerintahan yang Kafir - Dalam
pemerintahan ini, kita mempunyai banyak kewajiban. (At Taubah: 73)
Beberapa bentuk jihad yang termasuk dalam
jenis pemerintahan:
a. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Adil
Pemerintahan Islam yang adil adalah
pemerintahan yang para pemimpin dan aparatnya adalah orang-orang Muslim yang
konsisten dengan Islam. Yaitu suatu model pemerintahan yang dimaksud dalam (QS
Al Hajj: 41). Dalam pemerintahan ini kita wajib memberi nasihat dan bersahabat,
memberi loyalitas dan berkorban (An Nisaa’: 59)
b. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Menyimpang
Apabila amir dan pemerintahannya masih tetap
mengakui Allah dalam kekuasaan-Nya dan tidak mengakui syariat lain selain
syariat-Nya, maka mereka adalah orang yang fasiq. Batas yang memisahkan kita
dengan mereka adalah shalat. Jika mereka masih konsisten dengan shalat, kita
tidak memeranginya. Jika kita tidak mampu memecat dengan cara damai, dan ia
melaksanakan shalat, maka sistem jihad politik kita sbb:
·
Kita setia terhadap
mereka, dengan cara menasihati mereka. Bila tidak, pasif terhadap mereka dari
segi pergaulan dan keakraban.
·
Melakukan protes,
nasihat dan kritik.
·
Mengawasi aparatur
negara.
·
Proaktif dalam jihad
lisani dan jihad ta’limi, membentuk opini umum syariat Islam.
·
Pengaturan gerakan
jihad tangan untuk mencegah kemungkaran, tanpa harus berkonfrontasi dengan
pemerintah.
·
Menanjak sedikit
demi sedikit ke arah Islam, sampai membawa pemerintahan mereka kembali kepada
keadilan yang sempurna.
c. Jihad Politik dalam Negara Kuffar
Saat Muslim tinggal dalam darul Islam yang
diperintah orang-orang kafir, maka Muslim wajib berperang untuk mencopot rezim
kafir. Bila tidak mampu, Muslim harus mempersiapkan jalan-jalan untuk bisa
lepas.
Aspek-aspek ijtihad
yang keliru:
1. Pendapat bahwa wajib mendirikan
lembaga-lembaga sosial namun melarang anggotanya terlibat dalam aktivitas keIslaman,
seperti aktivitas politik.
Bantahan: (Al Hujuurat: 10), (Al Maaidah: 2)
2. Perkumpulan yang anggotanya terisolasi dari
kaum Muslimin.
Bantahan: Hal ini dapat memecah belah sehingga terjadilah sepuluh ulama, sepuluh
tubuh.
3. Tidak turut campur urusan politik.
Bantahan: Bila kita bermukim di sebuah negara yang belum berdiri pemerintahan
Islam maka diwajibkan atas setiap Muslim secara fardhu ‘ain untuk berusaha
menegakkannya dan perlunya partai politik Islam yang berdasarkan aqidah
Islamiyah.
4. Kaum Muslimin harus mempunyai blok-blok
atau kubu-kubu politik yang memiliki pemikiran yang jelas.
Bantahan:
a. Hukum-hukum Islam sebagian jelas dan sebagian
tidak bisa dicapai kecuali dengan ijtihad. Ijtihad hanya bisa dilakukan oleh
orang yang memiliki kriteria.
b. Dalam masalah khilafiyah, seseorang tidak
boleh memaksakan pada umat secara keseluruhan untuk mengambil salah satu
pendapat, kecuali khalifah.
c. Bukan hak seseorang atau kelompok untuk mengadopsi
suatu pendapat karena dapat menimbulkan perpecahan umat.
5. Sudut pandang yang mengakui adanya
multifraksi Islam.
Bantahan:
a. (An Nisaa’: 103)
b. Pengelompokan dapat menimbulkan ketidaksempurnaan
dari berbagai aspek dan harus ada kepemimpinan yang satu.
6. Sudut pandang bahwa kita kini ada dalam era
Makkiyah, sehingga tanpa fase jihad dan pergolakan.
Bantahan: Era Makkiyah adalah fase yang paling keras dan pergolakan. Dan Islam
kini telah lengkap dan sempurna sehingga wajib melaksanakan Islam secara utuh.
7. Sudut pandang negatif bahwa kaum Muslimin
sedang krisis kepemimpinan sehingga kita tidak usah bekerja dan berusaha.
Bantahan: ”Jika mereka bertiga, maka hendaklah salah seorang dari mereka
diangkat menjadi pemimpin.” (HR. Abu Dawud). Jadi kepemimpinan akan selalu ada.
8. Islam
telah terpuruk jadi kita kini cukup beribadah dan aqidah saja.
Bantahan: Islam adalah aqidah, ibadah dan metode hidup. Dan hadith dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan datangnya kekhalifahan kembali.
Maka setiap generasi Muslim wajib berjihad sampai Islam tegak.
9. Sudut pandang frustasi dan putus asa,
mereka menyerah dan melupakan firman Allah (Ar Ra’d: 11), (Muhammad: 4),
(Muhammad:31), (Ail Imran: 160), (Aali Imran: 140)
Bantahan: Bukanlah pengabdian pada tanah air semata yang menjadi tujuan, melainkan
pengabdian pada Islam dalam tanah air adalah yang menjadi tujuan. Seseorang yang
mengabdi pada Islam, ia juga telah mengabdi pada negara dan tanah air.
Kita tidak boleh menutupi keIslaman kita, di
saat kita mampu menampakkannya.
5. Jihad Harta
Jihad Ta’limi, jihad lisani, jihad dengan tangan,
jihad politik, semuanya membutuhkan jihad harta. (At Taubah: 111)
Kesanggupan orang-orang Muslim itu
bertingkat-tingkat. Di antara mereka ada yang hanya sanggup berjihad dengan
hartanya, ada yang mampu berjihad dengan jiwanya, ada yang sanggup dengan
ilmunya, ada yang sanggup hanya dengan lidahnya, ada yang sanggup berjihad
secara politik dan ada yang sanggup melakukan semua jihad.
F. SARAN-SARAN
1. Agar umat Islam mempelajari buku ini dengan
pelajaran yang berkesinambungan dalam suatu kursus pelatihan dalam jangka waktu
tertentu. Ilmu, realisasi dan amal.
2. Setiap kelompok dari kalangan kaum Muslimin
mengadakan muktamar secara rutin dan disepakati program gerakan jihad dalam
jangka waktu. Gerakan jihad lisani, ta’limi, jihad dengan tangan, jihad politik
dan jihad harta.
Kelima-lima sifat Jundullah ini akan memegang
solusi problematika umat Islam secara keseluruhan. Di antaranya problema
berdirinya negara Yahudi di Palestina. Janji Allah tercantum di (QS Al Israa’: 4-8),
dan ini menjadi bagian dari tugas yang harus dikerjakan oleh Hizbullah.
Allahu a’lam bissawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar